Home Forums Forum Masalah Tauhid Sifat Kalam Re:Sifat Kalam

#74073764
Munzir Almusawa
Participant

Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

Semoga cahaya keridhoan Nya swt selalu berlimpah pada anda dan keluarga,

Akhilkariim yang saya muliakan,
1. Kalam adalah sifat, bahwa Allah swt itu mampu berbicara dan bukan bisu, namun tentunya berbicaranya Allah swt tak membutuhkan bibir dan lidah sebagaimana makhluk.
Kaunuhu Mutakallim adalah buah perbuatan Nya swt dari sifat Nya swt, bahwa Allah swt itu telah dan selalu berbicara.

Contohnya seperti ini, budi mampu melihat, tidak buta, itulah sifat.
Budi melihat gunung meletus, itulah buah dari sifat melihatnya, tentunya walaupun Budi tak melihat gunung meletus pun ia tetap disebut mampu melihat dan tidak buta, namun buah dari sifat melihatnya adalah melihat sesuatu,

Demikian sifat Allah Kalam, mampu berbicara dengan bahasa apapun, bahkan dg bahasa hati dan tentunya bukan dg lidah dan bibir sebagaimana makhluk, kaunuhu Mutakallim bahwa Dzat Nya swt itulah melantunkan kalam kalam Nya swt kepada makhluk Nya swt berupa ayat dll.

2. tentunya hadits hadits Qudsiy, dan bahkan ucapan ucapan Rasul saw adalah firman dan wahyu Allah swt, namun hadits Rasul saw adalah makna yg dari Allah dan rangkaian kalimatnya dari Rasul saw, sebagaimana firman Nya swt dalam awal surat Annajm : “Tiadalah ia berbicara dari hawa nafsunya, melainkan wahyu yg telah diwahyukan”.
Contoh hadits Qudsiy : sabda Rasulullah saw : Allah swt berfirman : “Wahai hamba Hamba Ku, sudah kuharamkan perbuatan Dhalim atas diri Ku, lalu kuharamkan pula atas kalian, maka janganlah saling berbuat dhalim” (Shahih Muslim hadits no.2577)
Contoh hadits Rasul saw tentunya sangat banyak.

3. tidak terjadi perjumpaan dg Allah swt dalam kehidupan dunia, namun terjadi perjumpaan dalam mimpi sebagaimana Imam Ahmad bin hanbal, dan bukan melihat wujud Dzat ilahiy, namun perumpamaan lain dari penyerupaan lain, sebagaimana Allah menyerupakan diri pada Musa dengan pohon yg bercahaya sebagaimana firman Nya : “KETIKA IA MENDATANGI POHON ITU MAKA IA DISERU DARI SISI LEMBAH AYMAN, DI BELAHAN BUMI YG DIBERKAHI (seruan) DARI POHON : WAHAI MUSA, SUNGGUH INILAH AKU TUHAN SEKALIAN ALAM” (QS Alqashash – 30).

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah swt berwujud dg wujud lain, namun ketika musa as meminta melihat wujud Allah yg aslinya maka gunungpun hancur dan musa as tak mampu.
Maka merupakan hal yg boleh terjadi bila seseorang shalihin bermimpi berjumpa Allah swt, namun bukna dzat asli Nya swt, dan hanya dalam mimpi bagi kaum shalihin, dan mimpi adalah salah satu dari tanda kenabian.

4. pada hakekatnya mereka tidak melanggar, perbuatan mereka didasari kebenaran, Adam as ditipu karena Iblis pura pura menangis dan berkata : aku sedih, karena engkau akan wafat, engkau tak akan abadi, sebenarnya ada cara agar engkau bisa abadi, yaitu makan buah khuldi..!”, maka Adam as sangat ingin abadi karena cintanya pada Allah swt, ia tak mau pisah dg Allah, dan ia rela dihukum apapun asalkan jangan berpisah dg Allah, karena rindunya pada Allah swt, maka ia pun memakannya, dan ternyata itu adalah tipuan belaka, dan perbuatan itu telah dikehendaki dan ditakdirkan oleh Allah swt.

Sebagaimana Adam as diriwayatkan ketika berjumpa dg Musa as, dan Musa as berkata : “engkaukah Adam yg menyebabkan keturunanmu harus tinggal dimuka Bumi karena perbuatanmu?”, maka Adam as berkata : “engkaukah Musa Kalimullah yg dimuliakan Allah dg risalah Nya swt yg lalu engkau menyalahkanku atas perbuatan yg telah ditentukan Allah atasku sebelum aku diciptakan?, maka Musa as terdiam (Shahih Bukhari hadits no.7077)

Musa as tak bermaksud membunuh orang, namun saat ia memukul orang yg akan membunuh seorang miskin itu syaitan turut memasukkan tenaganya dalam pukulan itu maka orang itu mati, maka Allah swt menceritakannya : “MAKA MUSA MEMUKULNYA, DAN IAPUN WAFAT, DAN MUSA BERKATA : INI ADALAH PERBUATAN SYAITAN” (QS Alqashash-15).

Dan demikian perbuatan nabi Khidir adalah perintah Allah swt kepadanya sebagaimana dijelaskan dalam surat Al kahfi.

Rasul saw berwajah masam pd Ibn Ummi maktum sesekali tak menyinggung perasaan Ibn Ummi maktum, karena Ibn ummiy maktum buta, dan Rasul saw mengambil kesempatan itu, bahwa Rasul saw bila tak menegur Ibn Ummi Maktum maka akan membuat para pembesar Quraisy akan merasa tak dihargai, karena memang perbuatan Ibn ummi maktum adalah kurang ajar karena memotong pembicaraan Nabi saw.
Nabi saw tak menegurnya, namun hanya bermuka masam, dan rasul saw tahu ibn Ummi maktum tak melihatnya, namun hal itu akan dilihat oleh orang orang Quraisy hingga mereka akan merasa dihargai,

Allah swt menghendaki kejadian itu, bahwa Rasul saw memuliakan mereka, lalu kemudian Allah swt menjatuhkan teguran pada nabi saw untuk menjadi ibrah bagi pembesar Quraisy bahwa dimata Allah swt Ibn ummi maktum jauh lebih mulia daripada mereka.

Kesimpulannya, para nabi dan rasul itu tak berbuat kesalahan atas kemauannya, namun yg mereka perbuat itu adalah kebenaran, dengan kehendak Allah swt, walaupun bentuk lahiriyahnya adalah kesalahan.

Hasanatul abrar sayyi’atul muqarrabin artinya perbuatan baik bagi orang orang awam, adalah kesalahan bagi orang orang shalih”, ini adalah kiasan untuk menunjukkan mulianya derajat orang orang yg dekat kpd Allah swt, bahwa hal hal yg berupa pahala bagi orang awam, misalnya shalat yg tanpa khusyu, doa yg tanpa hati yg hadir, hal itu amal baik bagi mereka, namun bagi orang orang shalihin dan yg dekat kepada Allah swt hal itu merupakan kesalahan dan hal yg sangat tak pantas mereka lakukan, karena dg derajat mereka, ilmu mereka, dan keshalihan mereka sepantasnya mereka itu khusyu, berdoa dg khusyu pula.

Contoh lainnya adalah misalnya puasa yg tak menjaga panca indra, maka hal itu adalah kemuliaan dan kebaikan bagi orang awam, namun merupakan suatu aib besar dan kesalahan bila dilakukan oleh orang muqarrabien, dg keluasan ilmu mereka, tingginya derajat mereka, sepantasnya puasa mereka itu menjaga panca indranya.

Tentunya harus selalu dg syariah, tak ada satu ajaran islam yg mengajari untuk melanggar syariah.

Demikian saudaraku yg kumuliakan, mohon maaf jawaban saya terlambat, karena saya baru tiba dari luar kota.

Wallahu a’lam