Home Forums Forum Masalah Tauhid Apakah AbuHanifah termasuk golongan femahaman Irja Re:Apakah AbuHanifah termasuk golongan femahaman I

#76158163
Munzir Almusawa
Participant

Maksud perkataan Imam abu hanifah iman tidak bertambah dan berkurang yaitu (iman tidak bertambah dan tidak berkurang dari segi yg diimaninya (yaitu Allah swt, yaitu mu’manun bihi) dan bertambah serta berkurang dari segi keyakinannnya, maka dari itu iman malaikat, jin dan manusia tidak masuk kedalamnya (iman) kekurangan dan kelebihan didunia dan akhirat,
karena seorang mu’min akan berkata: saya beriman kpd Allah dan semua yg datang dari Nya swt, dan saya percaya kepada Rasul dan semua yg dibawanya.

dan ini semua secara global tidak ada perbedaan, apabila ada perbedaan tidak dinamakan dg iman, seperti seseorang yg tidak mempercayai akhirat atau Rasul dari para Rasul atau Qodar, seakan akan dia memungkiri semua yg harus diimani olehnya.
(syarah fiqh akbar li abu hanifah yg disyarahkan oleh abu Mansur al maturidi hal 149 cetakan Qatar)

maksud perkataan Abu hanifah adalah iman tidak bertambah dan berkurang dari segi kepercayaan orang itu sendiri, karena kepercayaan apabila tidak dg betul betul maka akan berada di derajat sangkaan (dhon) atau ragu2 (tardid), sedangkan sangkaan itu tidak ada faedahnya dalam masalah aqidah, firman Allah swt : “Sungguh persangkaan tidak bermanfaat apa apa pada kebenaran” (QS Yunus 36)
Kepercayaan yg betul sebagaimana dikatakan oleh Imam fakhrur rozi tidak menerima tambahan dan kekurangan dari segi asal kepercayaan itu sendiri, bukan keyakinan.
(syarah fiqh akbar li mulla ali al qori hal 184)

Contoh masalah diatas:
kita percaya Allah itu ada, malaikat percaya Allah itu ada, para nabi percaya Allah itu ada, maka dari segi asal kepercayaan maka semua percaya bahwa Allah itu ada, oleh sebab itu dikatakan bahwa iman manusia, malaikat, jin sama dari segi asal kepercayaannya, akan tetapi kekuatan iman (keyakinan) mereka itu berbeda beda menurut derajatnya masing masing

Apabila seseorang mengatakan ahli kitab percaya Allah itu ada, namun ia mengingkari rukun rukun iman yg lain spt iman kepada nabi muhammad saw serta syariatnya, maka kepercayaan mereka itu tidak bisa dinamakan iman, sebagaimana yg diterangkan di atas.

dalam kitab Alwashiyah diterangkan iman tidak bertambah dan tidak berkurang karena tidak terbayang bertambahnya iman kecuali berkurangnya kufur, bagaimana mungkin dalam diri seseorang ada dua keaadaan mukmin dan kafir, tidak ada dalam iman seorang mukmin keraguan, dan tidak ada dalam kufur seorang kafir keraguan, sebagaimana firman Allah ”Mereka itulah mukmin yg sebenar benarnya” (QS Al Anfal: 2) dari satu sisi, namun dan dari sisi lain firman Allah swt : ”Merekalah orang orang kafir yg sebenar benarnya” (QS Annisa’ 150), dan orang yg berbuat maksiat dari ummat muhammad saw termasuk dari golongan mukmin haqqo (mukmin yg sebenar benarnya) bukan dari qolongan kafir haqqo.

Ini semua keterangan maksud dari masalah perkataan iman tidak bertambah dan tidak berkurang.

Sebelum kita menuduh seseorang dari salah satu golongan, kita harus tahu golongan apakah itu?
MURJI’AH adalah golongan yg mengatakan bahwa tidak ada balasan dari perbuatan maksiat jika dibarengi dg iman, seperti tidak ada manfaatnya perbuatan taat jika dibarengi dg kufur (lihat kitab Al milal wannihal karangan Abil fatah Muhammad bin Abdul karim bin Abubakar Ahmad Syahrastani juz 1 hal 162).

MURJI’AH adalah golongan yg mengatakan tdk ada balasan dari perbuatan maksiat jika dibarengi dg iman, dan orang orang yg berbuat dosa besar menurut mereka orang yg sempuna imannya dan tdk berhaq masuk neraka.(SYARAH AQIDAH AL WASITIYAH LI IBN TAIMIAH HAL 191)

Perbedaan abu hanifah dg imam imam lain hanya dlm definisi iman saja, karena Imam Abu hanifah tidak memasukkan amal dlm definisi iman,maka ia dianggap oleh sebagian golongan bahwa ia termasuk qolongan murji’ah, padahal Jumhur Ulama Ahlussunnah waljamaah mengatakan bahwa beliau bukan dr golongan murji’ah yg sesat.

Imam abu ja’far attohawi dlm kitab usul aqidah islamiah berkata: perbedaan hanya lafad saja, dan dalil yg menunjukkan bahwa iman itu bertambah dan berkurang adalah menurut definisi iman seorang yg sempurna yg tersusun atas kepercayaan (tasdiq) dan amal, sedang bertambah dan berkurangnya tergantung dari kesempurnaan amal tsb.
Sedang dalil yg menunjukkan iman tdk bertambah dan tdk berkurang menurut dasarnya iman (asli iman) yaitu kepercayaan(attasdiq).

Berkata imam fakhrurrozi: sesungguhnya perbedaan dari dua pendapat bukan sebenarnya (laisa haqiqian) akan tetapi perbedaan lafdzi, karena dalil yg menunjukkan bahwa iman itu tidak ada perbedaannya diantara satu dg yg lain menurut asal kepercayaan (asluttasdiq) dan dalil yg menunjukkan ada perbedaan dlm iman adalah menurut kesempurnaan amal, dan perbedaan dalam masalah ini hanyalah definisi saja. (asshohih syarah aqidah tohawiyah hal 98-99)

Berkata Ibn Taimiyah: dan irja yg dituduhkan kepada sebagian imam ahli kufah spt Abu hanifah karena perkataan mereka bahwa amal bukan dari iman, tapi dg itu mereka menyamai pendapat ahlussunnah bahwa Allah menghukum orang orang yg berbuat dosa besar dineraka, kemudian mengeluarkannya dg syafaat atau dg sebab yg lain, maka dari itu irja’ spt ini tdk kufur. (syarah aqidah wasitiyah li ibn taimiyah 191)

Juga barkataan dari Ibn Taimiyah: Irja’ yg masuk ke dalam fuqaha dari imam imam ahlul ’ilm waddiin tidak ada kekufuran dari salah satu dari mereka, dan ini semua perbedaan aqwal (perkataan) bukan perbedaan aqidah, (risalah al iman hal 343 li imam al mujtahid abu ubaid al qosim bin salam)

Berkata Imam Ibn hajar: dan apabila engkau telah mengerti wahai orang orang yg diberi petunjuk masalah masalahh yg lalu (setelah menerangkan masalah iman) maka dari itu haruslah dapat membedakan perkataan Imam Abu hanifah rohimahullah dlm masalah iman dg golongan murji’ah yg sesat(lht al fath juz 1 hal 110)

maka tidak benar mereka yg mengatakan Imam Abu hanifah sesat.

demikian saudaraku yg kumuliakan,

wallahu a\’lam