Home › Forums › Forum Masalah Umum › Bercinta di majelis › Re:Bercinta di majelis
Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
kebahagiaan dan Kesejukan Rahmat Nya semoga selalu menaungi hari hari anda,
Saudaraku yg kumuliakan,
1. kasihan mereka itu, mereka tidak tahu hadits shahih dan derajat derajat muhadditsin, mereka buta akan hukum hadits, mustahalahulhadits, dan rijalul hadits.
begini lafadh aslinya :
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ ذَكْوَانَ قَالَ قَالَتْ الرُّبَيِّعُ بِنْتُ مُعَوِّذِ بْنِ عَفْرَاءَ
جَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَدَخَلَ حِينَ بُنِيَ عَلَيَّ فَجَلَسَ عَلَى فِرَاشِي كَمَجْلِسِكَ مِنِّي فَجَعَلَتْ جُوَيْرِيَاتٌ لَنَا يَضْرِبْنَ بِالدُّفِّ وَيَنْدُبْنَ مَنْ قُتِلَ مِنْ آبَائِي يَوْمَ بَدْرٍ إِذْ قَالَتْ إِحْدَاهُنَّ وَفِينَا نَبِيٌّ يَعْلَمُ مَا فِي غَدٍ فَقَالَ دَعِي هَذِهِ وَقُولِي بِالَّذِي كُنْتِ تَقُولِينَ
dikatakan pada kami dari Musaddad, dikatakan pada kami dari Bisyr bin Mufaddhal, dikatakan kepada kami dari Khalid bin Dzakwaan, ia berkata bahwa berkataRubayyi\’ binti mu\’awwidz bin \’afra, datang nabi saw dam masuk saat itu anakku dan duduk di permadani seperti engkau duduk ini, lalu para wanita wanita kecil memukul rebana membaca syair pujian menangisi dan memuji ayah dan keluargaku yg wafat di perang Badr, lalu salah satu dari mereka berkata : dan diantara kami telah ada nabi yg tahu kejadian hari esok..!\". maka Rasul saw menghentikannya dan bersabda : tinggal ucapanmu itu dan teruskan yg sebelumnya. (Shahih Bukhari)
yaitu kalimat \"Diantara kami nabi yg tahu kejadian di hari esok\" itu yg distop oleh Rasul saw dan beliau saw perintahkan meneruskan syair pujian untuk ahlul Badr.
berkata Hujjatul Islam Al Imam Ibn Hajar Alasqalaniy dalam Fathul Baari ABisyarah shahih Bukhari bahwa hal ini merupakan dalil dibolehkannya membaca syair pujian untuk orang orang mulia, dan nabi saw tak suka dikatakan : Tahu segala kejadian.
LALU MEREKA MENJAWAB :
maka semua ini bertentangan dengan hadis, Dari ‘Amir bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya r.a bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang untuk berjual beli di dalam masjid, melarang mencari barang yang hilang di dalam masjid, dan melarang untuk mendengarkan sya’ir di dalam masjid” [HR. Abu Daud dan At Turmudzy]
SAYA JAWAB
Semua rujukan para Muhadditsin adalah shahih Bukhari, riwayat Imam lain walaupun shahih tetap jatuh hukumnya dan terkalahkan jika bertentangan dg shahih Bukhari, dan sudah menjadi rujukan seluruh para Muhadditsin, bahwa para imam Muhadditsin sangat banyak, namun yg terkuat adalah imamussab\’ah, (7 imam), yaitu Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Tirmidzi, Imam Abu dawud, Imam Nasai, Imam Ibn Majah dan Imam Ahmad bin Hanbal,
jika muncul hadits yg dishahihkan oleh salah satu dari Muhadditsin selain 7 imam ini, lalu bertentangan dg hadits yg sudah dishahihkan oleh salah satu dari 7 imam ini, maka hadits mereka kalah dan derajatnya turun menjadi hasan, atau dhoif.,
namun diantara 7 Imam ini ada dua yg terkuat dan mengalahkan yg lima, yaitu Imam Bukhari dan Imam Muslim. jika para muhadditsin meriwayatkan hadits shahih namun bertentangan dg Shahih Muslim atau Shahih Bukhari maka mereka kalah, karena Imam Bukhari dan Imam Muslim adalah dua Imam peringkat tertinggi dari para Imam dan Muhadditsin lainnya
dan dari shahihain ini (shahih Bukhari dan shahih Muslim), jika terjadi perbedaan pendapat, maka shahih muslim dikalahkan oleh Shahih Bukhari, karena Shahih Bukhari adalah kitab yg paling diakui keshahihannya daripada semua kitab hadits lainnya.
Karena Imam muslim kalah dalam pemahaman haditsnya oleh Imam Bukhari, lalu demikian derajat para imam masing masing berurutan, Imam Bukhari adalah Imam Ahli hadits no,1 dari semua imam lainnya.
maka riwayat teman anda mereka itu sudah mardud (tertolak) karena dibungkam oleh riwayat shahih Bukhari yg menjelaskan tentang rebana dan syair dihadapan Rasul saw dan Rasul saw malah membiarkan bahkan memerintahkan untuk diteruskan, asal tidak ada yg syair yg tidak beliau sukai.
mengenai syair di masjid diriwayatkan dalam banyak riwayat pada shahih Bukhari dan lainnya :
Hassan bin Tsabit ra membaca syair di Masjid Nabawiy yg lalu ditegur oleh Umar ra, lalu Hassan berkata : “aku sudah baca syair nasyidah disini dihadapan orang yg lebih mulia dari engkau wahai Umar (yaitu Nabi saw), lalu Hassan berpaling pada Abu Hurairah ra dan berkata : “bukankah kau dengar Rasul saw menjawab syairku dg doa : wahai Allah bantulah ia dengan ruhulqudus (jibril as)?, maka Abu Hurairah ra berkata : “betul” (shahih Bukhari hadits no.3040, Shahih Muslim hadits no.2485)
Ini menunjukkan bahwa pembacaan Syair di masjid tidak semuanya haram, sebagaimana beberapa hadits shahih yg menjelaskan larangan syair di masjid, namun jelaslah bahwa yg dilarang adalah syair syair yg membawa pada Ghaflah, pada keduniawian, namun syair syair yg memuji Allah dan Rasul Nya maka hal itu diperbolehkan oleh Rasul saw bahkan dipuji dan didoakan oleh beliau saw sebagaimana riwayat diatas, dan masih banyak riwayat lain s
ebagaimana dijelaskan bahwa Rasul saw mendirikan mimbar khusus untuk hassan bin tsabit di masjid agar ia berdiri untuk melantunkan syair syairnya (Mustadrak ala shahihain hadits no.6058, sunan Attirmidzi hadits no.2846) oleh Aisyah ra bahwa ketika ada beberapa sahabat yg mengecam Hassan bin Tsabit ra maka Aisyah ra berkata : “Jangan kalian caci hassan, sungguh ia itu selalu membanggakan Rasulullah saw”(Musnad Abu Ya’la Juz 8 hal 337).
Kasihan mereka itu, tak tahu ilmu hadits, tak tahu pula syarah hadits, tak tahu pula fatwa para ahli hadits mengenai hadits, tak tahu hukum hukum hadits, sebenarnya saya hanya mempersingkat jawaban saya, sebab kesemuanya dari bahasa arab, bisa saja saya tampilkan aslinya namun percuma karena mereka tidak mengerti. Musthalah hadits saja mereka tidak tahu, apalagi bahasa arabnya yg membahas ilmu hadits?
Membaca syair pujian pada Allah dan Rasul Nya di Masjid adalah sunnah Rasulullah saw, dan yg mengingkarinya ia kufur, keluar dari Ummat Muhammad saw, sebagaimana sabda beliau saw : “Barangsiapa yg mengingkari sunnahku maka ia bukan golonganku” (Shahih Bukhari)
2. datanglah dengan tenang sebagai tamu, ketahuilah tamu itu dimuliakan, Rasul saw memuliakan munafik sekalipun bahkan kafir jika bertamu, maka semakin tinggi derajat seprang arif billah akan semakin sopan pada tamu.
3. saya belum pernah dengar rabithah itu.
4. berkirim surat, ngobrol, berkirim hadiah, bicara ditelpon, hal itu boleh boleh saja, selama tidak bertentangan dg adab kesopanan syariah
5. semulia mulia shalawat adalah bukan pada lafadzhnya, tapi pada besarnya kerinduan kita pada Rasul saw.
6. perbanyaklah istighfar dan ibadah, jika telah berbuat dosa maka beribadahlah utk menutupi dosa itu, Allah swt berfirman bahwa amal amal pahala menghapus dosa dosa
7. saya belum punya rumah hingga kini, doakan agar saya punya rumah tetap walau hanya mengontrak.
8. ingatlah, setiap nafas kita adalah selangkah menuju perjumpaan dg Allah swt, dan setiap nafas akan dipertanyakan Nya.
Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dg segala cita cita,
Wallahu a\’lam