Home Forums Iseng dalam keluhuran TELAH DATANG ROH KEBENARAN Re:TELAH DATANG ROH KEBENARAN

#82679205
AZIS NURYADIN
Participant

Paraclete Bukanlah Roh Kudus

Saya dapat memahami dan menerima dengan baik julukan Yesus Ruhullah (Ruh Allah), Muhammad Rosululloh (Muhammad Rasul Allah). Tetapi saya tidak dapat pernah memahami ataupun menerima bahwa roh atau rasul adalah oknum Tuhan.

Sekarang kita akan melanjutkan dengan membuktikan dan membantah kekeliruan umat Kristen tentang Paraclete.

Dalam artikel ini saya akan mencoba membuktikan bahwa Paraclete itu bukan Holy Ghost (Roh Kudus) sebagaimana diyakini Gereja Kristen, juga sama sekali tidak berarti “penghibur” atau “perantara”. Dalam artikel berikut, insya Allah, saya akan menunjukkan bahwa bukan “Paraclete” melainkan yang benar adalah “Periclyte” yang secara persis berarti “Ahmad” yang artinya adalah “yang paling terkenal, terpuji, dan termasyur”.

Roh Kudus Digambarkan dalam Perjanjian Baru Sebagai suatu Kepribadian Yang Lain

Suatu pemeriksaan yang seksama mengenai pasal-pasal berikut dalam Perjanjian Baru akan meyakinkan para pembaca bahwa Roh Kudus bukanlah oknum Tuhan dari Trinitas.

Dalam Lukas 11:13 Roh Kudus dinyatakan sebagai “pemberian” Tuhan. Kontras antara “pemberian yang baik” yang diberikan oleh orang tua yang jahat dan Roh Kudus yang diberikan kepada orang beriman oleh Tuhan sama sekali meniadakan gagasan tentang suatu kepribadian dari Roh itu. Dapatkah kita secara sungguh-sungguh dan nyata-nyata menegaskan bahwa Yesus ketika ia membuat hal yang berlawanan diatas, bermaksud mengajarkan kepada pendengarnya bahwa “Tuhan Bapa” menghadiahkan “Tuhan Roh Kudus” kepada “anak-anak” duniawi-Nya ? Pernahkah ia menyinggung secara tidak langsung bahwa ia mempercayai oknum Tuhan ketiga Trinitas sebagai pemberian dari oknum Tuhan yang pertama Trinitas? Dapatkah kita percaya bahwa rasul mempercayai “pemberian” ini sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa kepada makhluk hidup? Gagasan keyakinan itu membuat seorang muslim merasa ngeri!

Dalam 1 Korintus 2:12 (Injil karangan Paulus), Roh Kudus digambarkan dalam jenis netral “Roh dari Tuhan”. Paulus dengan jelas menyatakan bahwa sebagaimana Roh yang berada dalam diri manusia membuat manusia tahu hal-hal yang ada didalam dirinya, begitu pula Roh Tuhan membuat seorang manusia tahu hal-hal yang bersifat Ilahiah (1 Korintus 2:11). Konsekuensinya, Roh Kudus disini bukanlah Tuhan melainkan suatu hasil, saluran, atau medium melalui mana Tuhan mengajarkan, dan mengilhami orang. Jadi itu semata-mata perbuatan Tuhan pada manusia. Pemberi ilham tidaklah langsung sang Roh melainkan Tuhan sendiri. Paulus jelas-jelas mengemukakan dalam ayat diatas bahwa jiwa manusia tidak dapat melihat kebenaran-kebenaran tentang Tuhan tetapi hanya melalui Roh, ilham, dan petunjuk-Nya.

Dalam 1 Korintus 6:19 (Injil karangan Paulus)kita membaca bahwa hamba-hamba Tuhan yang shaleh disebut “Bait Roh Kudus yang mereka terima dari Tuhan”. Disini lagi-lagi Roh Tuhan tidak ditunjukkan sebagai suatu oknum (pribadi), melainkan kebajikan atau kuasa Tuhan. Tubuh dan jiwa seorang beriman dipersamakan dengan Bait yang diperuntukkan untuk menyembah Tuhan.

Dalam Epistel kepada bangsa Romawi (karangan Paulus, kitab Roma 8:9), Roh ini yang “hidup” didalam orang beriman disebut secara bergantian “Roh Allah” dan “Roh Kristus”. Dalam ayat ini “Roh” berarti keyakinan dan agama Tuhan yang dibawakan oleh Yesus. Tentu saja, Roh ini tidak dapat diartikan sebagai Roh Kudus idaman umat Kristen, yakni yang ketiga dari tiga tuhan.

Ucapan salam Injil, “Dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus”, seandainya asli dan benar-benar ditetapkan oleh Yesus, bisa saja secara sah diterima sebagai ungkapan keimanan sebelum berdirinya Islam secara resmi. Tuhan sebagai Pencipta adalah Bapak (dalam artian bukan biologis). Kaum Orientalis Kristen tahu bahwa kata Semit “Abb” atau “Abba” yang diterjemahkan sebagai “bapa”, berarti “orang yang melahirkan atau berbuah” (“ibba” =buah). Pengertian ini kata ini sudah cukup masuk akal dan penggunaannya cukup sah. Alkitab seringkali menggunakan sebutan “Bapa”. Tuhan dimanapun dalam alkitab, mengatakan “Israel adalah anakku yang pertama lahir”; dan ditempat lain dalam kitab Ayub, Tuhan dipanggil dengan sebutan “Bapak Hujan”. Namun dalam perkembangannya, istilah ini disalahgunakan oleh Paulus dan Gereja Trinitas. Namun tidak demikian dengan AL-Qur’an yang tidak menggunakan istilah ini.

seorang Monoteisme Sejati akan memandang bahwa dogma Trinitas yang menyatakan bahwa Tuhan melahirkan anak, adalah suatu penghinaan besar. Lantas apakah ucapan salam pembaptisan Kristen ini adalah asli ataukah palsu? Saya percaya bahwa para penginjil tidak pernah mengesahkan penggunaannya dalam ritual, doa, atau ibadah lain apapun, selain dalam pembaptisan. Poin ini sangatlah penting.

Yohanes telah meramalkan pembaptisan dengan Roh Kudus dan Api oleh nabi Muhammad, sebagaimana yang telah kita buktikan dalam pembahasan sebelumnya. Sang Pembaptisnya adalah Tuhan sendiri, dan perantaranya adalah Anak Manusia atau Barnasha menurut penglihatan Daniel, maka sangatlah benar dan sah menyebut dua nama itu sebagai sebab pertama dan kedua yang tepat guna, dan nama Roh Kudus pun, sebagai causa materialis dari Sibhghatullah. Sehingga kalau memang demikian halnya, maka sebutan Ilahiah “Bapa” sebelum disalahgunakan oleh Gereja, sudah tepat.

Sebenarnya Sibghatullah adalah suatu kelahiran dari Kerajaan Tuhan, yakni Islam. Sang Pembaptis yang menyebabkan kelahiran kembali (regenerasi) ini adalah Tuhan. Mengenai nama kedua dalam ucapan salam Kristen, “Anak”, kita tidak mengetahui siapa atau apa “anak” ini? Anak siapa? Jika Tuhan dengan tepat disebut “Bapa”, maka kita heran dan penasaran, yang mana saja “anak-anak”-Nya yang banyak sekali (dalam banyak ayat alkitab) itu yang dimaksud dalam salam pembaptisan.
Yesus mengajarkan kita untuk berdoa “Bapa kami yang ada di Surga”. Jika kita semua adalah anak-Nya dalam artian makhluk ciptaan-Nya, maka penyebutan kata “anak” dalam ucapan salam menjadi agak tidak berarti dan bahkan menggelikan. Kita tahu bahwa “Anak Manusia” atau Barnasha disebut sebanyak 83 kali dalam khotbah-khotbahnya Yesus.

Al-Qur’an tidak pernah menyebut Yesus sebagai Anak Manusia, melainkan “Anak Maria (Maryam)”. Ia tidak bisa menyebut dirinya “Anak Manusia” karena ia adalah hanya “anak seorang perawan”. Tidak mungkin melepaskan diri dari kenyataan itu. Anda bisa menjadikan “anak Tuhan” sebagaimana dengan kebodohan yang Anda lakukan, tetapi Anda tidak bisa menjadikannya “Anak Manusia” kalau Anda tidak mempercayainya sebagai keturunan Yusuf Si Tukang Kayu (yang menurut Bible adalah suami Maria), kalau Anda tidak mempercayainya sebagai keturunan biologis Yusuf Si Tukang Kayu.

Saya tidak tahu persis bagaimana, apakah melalui intuisi, ilham, atau mimpi, saya diajari dan diyakinkan bahwa nama kedua dalam ucapan salam itu adalh suatu interpolasi dari “Anak Manusia”, yang adalah Ahmad.

Adapun mengenai Roh Kudus dalam ucapan salam, ia bukanlah roh oknum atau individu, melainkan wakil, kekuatan energi Tuhan dengan mana seorang manusia dilahirkan atau masuk kedalam agama yang benar dan pengetahuan yang benar tentang Tuhan.

Sumber:
“Menguak Misteri Muhammad SAW”, Benjamin Keldani, Sahara Publisher, Edisi Khusus Cetakan kesebelas Mei 2006.

Prof. David Benjamin Keldani adalah seorang mantan pastur Katholik Roma sekte Uniate-Chaldean. Ujarnya: “Kepindahan saya ke Islam tak lain karena hidayah Allah. Tanpa bimbingan-Nya, semua pengetahuan, penelitian untuk menemukan kebenaran ini mungkin hanya akan membawa kepada kesesatan. Begitu saya mengakui keesaan mutlak Tuhan, maka nabi Muhammad SAW pun menjadi pola sikap dan perilaku saya.

http://menguakmisterimuhammad.blogspot.com/2006/11/paraclete-bukanlah-roh-kudus.html

http://hotarticle.org/paraclete-bukanlah-roh-kudus/