Home › Forums › Forum Masalah Tauhid › antara ibu dgn istri
- This topic has 6 replies, 4 voices, and was last updated 16 years, 7 months ago by Munzir Almusawa.
-
AuthorPosts
-
May 6, 2008 at 10:05 pm #102319062Harry CahyonoParticipant
Assalamualaikum ya Habib
saya seorang suami yang sangat bingung dengan kondisi saya saat ini.Saya adalah anak laki laki tertua diantara 3 bersaudara
berhubung ayah saya sudah meninggal otomatis ibu adalah tanggung jawab saya saat ini. Ibu saya menuntut saya untuk bisa menafkahi beliau sedangkan istri saya menuntut saya untuk menafkahi dirinya juga, yang terkadang kebutuhan istri ada yang tidak saya penuhi..(kurang) Bagaimana ya Habib. ibu saya menuntut patokan anggaran bulanan wajib yang harus saya keluarkan untuk beliau. sedangkan istri selalu mengalah untuk hal itu. saya bingung ya Habib memposisikan diri saya saat ini. antara ibu dengan istri keduanya adalah tanggungjawab saya.
saat ini saya sudah di kontrak rumah di sebelah ibu.
Terima kasih banyak ya Habib
wasallamualaikum wr wbMay 6, 2008 at 11:05 pm #102319078Munzir AlmusawaParticipantAlaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
Cahaya kemuliaan Nya swt semoga selalu menerangi hari hari saudaraku dalam kebahagiaan,
tentunya ibu diprioritaskan dari lainnya, namun jika anda telah mencapai batas kemampuan, maka berlemah lembutlah padanya walau belum bisa mencukupi, berlemah lembutlah tanpa harus anda memaksakan diri untuk mengurangi hak orang lain jika sudah pada batas minimal.
Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga sukses dg segala cita cita, semoga dalam kebahagiaan selalu,
Wallahu a\’lam
May 7, 2008 at 7:05 am #102319083salwa mauladawilahParticipantAssalamualaikum wr wb
habibana yang kami hormati, masalah ibu dengan istri (menantu) ini banyak terjadi problem dalam kehidupan sehari hari.
Sebagaimanapun sakit hatinya menantu karna omongan atau perbuatan si ibu mertua , harus kita telan mentah mentah. Karna dalan islam ibu kandung atau mertua itu jatuh hormatnya sama saja , tak di bedakan. Tapi walau bagaimana pun terkadang perbuatan mertua ke kita berbeda dengan kasih sayang ibu kandung kita sendiri…tapi tak menutup kemungkinan ada yang sama saja(mertua yang baik).
Yang ingin saya tanyakan sebatas mana hak si ibu (mertua) menguasai anaknya sendiri yang telah berkeluarga, maksudnya kita sudah berlaku sepantasnya tanpa lepas dari rasa hormat yang mendalam…tapi mertua selalu ikut campur urusan dalam keluarga si anak…sampai sampai malah buat percekcokan suami istri…cuman karna kita punya pendapat lain yang cuman sepele, bingung habib….bukan kita ingin membantah….tapi apakah dosa kalau kita berbuat sesuatu sesuai dengan pikiran kita dan itu ndak salah.Apakah kita bisa di bilang anak yang tak hidayat / tak bakti orang tua??? banyak dari nasehat mertua yang kita turuti walau kita suka atau tak suka. Kehidupan keluarga pengen punya cara sendiri sesuai dari hasil perbincangan suami istri…..apakah salah???
berbicara dengan nada rendah dan baik pun , kalau tak sesuai dengan pendapat mertua ….malah jadi kacau marah marah…emosi. susah habib….selama ini cuman sabar yang bisa kita lakukan.
Tapi sabar ada batasnya…kami manusia biasa. mungkin problem ini banayk meninpa keluarga lain…….kami mohon nasehat habib???terimakasih sebelumnya
Wassalamualaikum wr wbMay 7, 2008 at 10:05 pm #102319094syifa fauziahParticipantass.bib ni ana syifa.semoga habib dan kel. selalu d beri kesehatan,ni\’mat iman,ihsan,rezeki yg halal.amin.maaf y bib kayanya saya salah masuk quota soalnya saya ingin tnya tp mslh fiqih.begini bib ada yg blg kl ank yg lahir di luar nikah itu perempuan katanya setelah ia melahirkan dya hrs menikah ulang lg ya hanya dgn tokoh agama/ust?apa bnr msh ada hub.nanti kalau ia akan menikah?teruz kalau ia tidak menikah lagi berarti anak itu tetap hasil zina y bib?maaf pertanyaan saya terlalu kasar.maaf ya habib atas ketidak tauan saya.bib tolong doa nya juga y karna besok saya ada panggilan kerja,supaya saya di berikan yang terbaik oleh ALLAH SWT.Amin.wassalam
May 8, 2008 at 12:05 am #102319098Munzir AlmusawaParticipantAlaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
Cahaya kemuliaan Nya swt semoga selalu menerangi hari hari saudari saudariku dalam kebahagiaan,
tuk saudari Slegya yg kumuliakan, kita berusaha semampunya, buka tak boleh berbeda pendapat dg mereka, boleh saja, namun dg kelembutan, sungguh ketegasan tetap dilakukan namun dg lembut, tidak dengan mengangkat suara, tidak dengan bentakan apalagi caci maki.
tidak wajib mengikuti mereka dalam segala hal, yg dilarang adalah menyakiti hati mereka.
anda bolehlah minta bantuan pada teman teman mertua, atau jika masalah meruncing maka sebagaimana ALlah swt berfirman untuk membawa hakim dari fihak suami dan hakim dari fihak istri, hakim yg dimaksud adalah yg ditokohkan, yaitu ayah, kakek, kakak, paman atau siapa saja, kumpul untuk memusyawarahkannya secara damai.
tuk saudari chivandy yg kumuliakan,
bahwa anak yg lahir dari perzinahan tetap tak bisa dihukumi sebagai anak yg sah, ia tak mewariskan pada ayahnya dan ayah tak mewariskan padanya, nasabnya bersambung kepada ibunya, dan jika ia wanita maka walinya adalah hakim dan bukan ayahnya.Demikian saudari saudariku yg kumuliakan, semoga sukses dg segala cita cita, semoga dalam kebahagiaan selalu,
Wallahu a\’lam
May 11, 2008 at 8:05 am #102319215salwa mauladawilahParticipantAssalaualaikum wr wb,
terimakasih atas jawaban habib, dengan ini aku bisa ambil kesimpulan bahwa, sebagai manakah kekerasan sifat mertua, baik salah ataupun tak salah…kita setuju atau tak setuju…selayaknyalah kami diam dan menurut ( walau kadang sakit), karna apapun yang kita utarakn dengan nada tak membentak sama sekali ( tak kurang ajar) kalau beliau tak setuju… ya gak setuju ( gak bisa diajak kompromi yang enak dan damai) jadi kita nurut wae….ndak usah bantah. mertua adalah ibu yang harus di hormati dan di letakkan di atas kepala.Walau kita mengajak pihak anggota keluarga lain untuk bermusyawarah masalah ini…bisa bisa tambah heboh emosinya.
Menantu harus bersabar saja, kalau ingin selamat dunia akherat.
Betulkah seperti itu habib? karna saya rasa tak ada jalan lain.Wassalamualikum wr wb
May 12, 2008 at 8:05 am #102319244Munzir AlmusawaParticipantngga begitu juga saudariku, boleh membantah kok dan tidak nurut, tapi dengan cara yg tidak kasar tentunya..
jika terasa tajam dan menyinggung maka berlakulah baik lagi dan menghiburnya dengan hadiah atau canda dll,
ada seorang ulama besar, saya tak mau sebut namanya, namun beliau adalah panutan saya,
beliau bermasalah dengan mertuanya, mertua memaksakan beliau untuk tinggal dirumah karena ada tamu teman mertua, dan beliau ada undangan dan ditunggu ribuan ummat, beliau dengan senyum tetap duduk dirumah, mertua tampak senang, beliau bercanda sebentar dan beramah tamah dengan tamu,
lalu saat mertua asyik bicara dengan tamu yg kira kira tak mungkin ia berhenti bicara karena sedang membahas suatu hal, maka beliau bangun dengan cepat seakan akan ada sesuatu yg sangat mendesak, lalu pergi tanpa pamit..
tadi sudah pamit namun tak diizinkan.., beliau sudah duduk dan taat untuk jumpai tamu, namun beliau tetap pergi untuk dakwahnya.., sepulangnya beliau mertua marah dan kesal, yah…, beliau tersenyum saja dan berkata : alhamdulillah ummat tadi ramai, dan kehadiran saya disana pahalanya untuk bapak juga, dan kehadiran saya disana demi bakti saya pada bapak juga…, demikian ucapan beliau dengan senyum indah seakan tak ada apa2, dan masuk kamar..
kira kira demikian saudariku.., bukan harus selalu taat, tapi caranya lah yg lebih diarahkan..
mudah kan ..?
-
AuthorPosts
- The forum ‘Forum Masalah Tauhid’ is closed to new topics and replies.