Home › Forums › Forum Masalah Tauhid › antara memuliakan dan mengikuti hawa nafsu
- This topic has 3 replies, 2 voices, and was last updated 17 years, 8 months ago by Munzir Almusawa.
-
AuthorPosts
-
May 30, 2007 at 8:05 pm #76148925fuadParticipant
Asslkm, ustadz .
memang seseorang yang imannya belum benar dan kokoh mau nerbuat baik namun justru mencelakankan diri sendiri dan orang lain.
bagi orang yang masih awam ( imannya pas-pasan) sebenarnya gimana cara yang paling proporsional dalam bergaul dan memuliakan kepada seseorang yang sholeh dan menjadi idola masyarakat?
soalnya kadang saya sendiri sering2 memuji beliau dan kadang terjebak mengkultuskannya, padahal sehebat apapun seorang manusianya diA adalah hanyalah mahluk yang tidak dapat memberi manfaat dan madarat sedikitpun kecuali atas izin dan kuasa ALLAH SWT. tapi kadang hati kecil ini terlintas berharap tentang sesuatu hal, bukankah seharusnya jika melihat seorang mahluk berarti harus semakin ingat dan sadar bahwa hanya milik Allah segala kesempurnaan dan kehebatan? padahal mahluk katanya tidak memberi kesan sedikitpun?
jadi gimana ya, siakap yang benar agar hati ini tidak terselip hasrat syirik yang terhalus?
mohon nasihatnya usradz, terimaksihJune 1, 2007 at 5:06 am #76148964Munzir AlmusawaParticipantAlaikumsalam warahmatullah wabarakatuh
Cahaya kebahagiaan semoga selalu tercurah pada hari hari anda,
Saudaraku nyg kumuliakan,
Memuliakan orang itu tak ada yg disebut syirik, kecuali kalau ia menyembahnya, kita melihat contoh bagaimana para sahabat memuliakan Nabi saw teriwayatkan dalam belasan riwayat shahih, kita melihat bagaimana Tabi’in memuliakan sahabat dalam riwayat tsiqah, kita melihat bagaimana para Imam memuliakan guru gurunya dalam riwayat tsiqah, hal itu lumnrah saja, bahkan hal yg terpuji bila didasari Mahabbatullah wa rasuluh (cinta Allah dan rasul Nya)Kultus itu adalah mengakui Isa bin Maryam sebagai putra Allah, nah.. inilah kultus, kalau memuji dan memuliakan seseorang karena keshalihannya dan karena kedekatannya pada Allah maka itu adalah bentuk dari cinta kita kepada Allah swt.
Sebagaimana cinta kita (misalnya) pada Raja adalah dengan memuliakan utusannya, menyambutnya, menjamunya, memujinya, bukankah ini tanda cinta kita pada Raja?
Allah memerintahkan kita memuliakan nabi saw lebih dari diri kita sendiri, lalu bagaimana pula kita akan menyamakan diri kita dan melarang orang memuliakan nabi saw?,
Saudaraku, kiranya anda masih ada yg mengganjal tuk ditanyakan maka tanyakanlah, sebab masalah ini memang hangat dibahas di masa kini,
Saudaraku, semoga dalam kebahagiaan selalu,
Wallahu a’lam
June 2, 2007 at 5:06 am #76148982fuadParticipantasslkm, jazakallah ustadz.
jujur kami juga sependapat dengan apa yang dikemukakan ustadz. ya, mungkin bagi seseorang yang sudah benar dan kokoh iman, bergaul dengan siapapun pasti akan ada hikmah dan semakin mengokohkan imannya, karena tauhidnya begitu kuat.
namun , bagi kami yang masih awam. kadang ketika bergaul dengan orang yang sholeh terkadang treselip pada diri ini bergitu berhasrat dan berkeinginan untuk berharap mendapatkan \" sesuatu \". jadi, lebih fokus ke pada orangnya belum sampai kepada \" siapa penciptanya \" akhirnya berujung kecewa karena ternyata harapan saya tidak terpenuhi oleh orang tersebut.
ustadz ciri2 ulama yang amilin itu seperti apa? apakah mesti terkenal? banyak penggemar/pengikut? lalau gimana cara mencarinya?
jzkmllh, wsslm
June 2, 2007 at 5:06 pm #76148989Munzir AlmusawaParticipantAlaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
cahaya keluhuran semoga selalu menghiasi hari hari anda dan keluarga,
saudaraku yg kumuliakan,
saran saya kita perlu terlalu was was dengan tauhid, tauhid ini semakin dirisaukan maka semakin terbuka jurang kesesatannya, kemuliaan tauhid itu dicapai dengan iman, anda tak perlu merasa bahwa orang yg boleh memuliakan Nabi atau orang shalih itu harus kuat dulu tauhidnya, karena saya yakin sebesar apapun sesorang memuji nabi dan orang shalih mereka tak akan menyembahnya, justru akan termuliakan dan terkena Rahmat Nya st.bila kita merasa iman kita lemah maka bergaullah dengan para ulama dan shalihin, sebagaimana sabda Nabi saw yg memberi perumaan antara Jaliisusshalih dan Jaliisussu\’ yairtu antara orang yg duduk dg orang shalih adalah bagaikan orang yg duduk dg pedagang minyak wangi, tak membelipun kebagian wanginya, dan mereka yg duduk dg pendosa itu bagaikan orang yg duduk dg pandai besi, tak membeli besipun terkena butiran bara apinya (Shahih Bukhari)
maka hadits itu menjelaskan : \"tidak membelipun terkena wanginya\", maksudnya walau kita tak memeiliki ilmu sepertinya atau tak ikut beramal seperti amalannya namun kita terkena wanginya, tentunya wangi disini adalah keridhoan Allah swt dan rahmat Nya swt.
aura dari jiwa yg shalih dan khusyu akan berpengaruh pada kita.
Ulama amilin adalah ulama yg mengamalkan sunnah, mencintai Nabi saw dan sunnah terlihat dari ucapan dan perbuatannya.
tidak mesti terkenal, justru mereka itu tak mau terkenal, namun saya pribadi selalu berdoa agar Allah memunculkan dan membuat ulama amilin itu terkenal, agar masyarakat bisa mengenal dan mengikutinya, karena banyak sekali kini kedok ulama yg dipakai oleh juhala.
demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam keejukan dan rahmat Nya swt selalu,
wallahua\’lam
-
AuthorPosts
- The forum ‘Forum Masalah Tauhid’ is closed to new topics and replies.