Home › Forums › Forum Masalah Umum › Apakah kita wajib Hukumnya memilih dalam pemilu ?
- This topic has 1 reply, 2 voices, and was last updated 15 years, 4 months ago by Munzir Almusawa.
-
AuthorPosts
-
June 2, 2009 at 3:06 pm #153149097asqolaniParticipant
Apakah kita sebagai umat islam wajib hukumnya berpartisipasi dalam demokrasi yang demokrasi itu sendiri adalah konsep yang diusulkan, dibawa dan dianjurkan untuk diasimilasi oleh pihak yang nyata-nyata menentang islam (dalam hal ini suatu negara yang menyerang negara islam, serta ikut mendukung dengan keras penyiksaan dan pembunuhan anak-anak, wanita serta orang tua di Palestina), sedangkan pada zaman Rasulullah (salam bagi beliau) sendiri beliau tidak menggunakan konsep Demokrasi sebagai tonggak utama dalam membangun pemerintahan.
Memang kita diperintahkan dalam islam bahwa kita harus mengikuti Ulil Amri, namun hal ini bukanlah prioritas, karena pada ulil amri sendiri menempati posisi dibawah perintah dari Allah dan Rasul dan dari Para Ulama Islam, dan dilihat dari ajaran Allah dan Rasul (salam bagi beliau) demokrasi bukanlah hukum yang wajib. Walaupun demokrasi tersebut telah dipakai pada zaman Yunani (Abad Ke-7) sebelum lahirnya Rasulullah, namun beliau tidak menggunakan sistem tersebut. Dipandang dari sudut pandang lain, dari berbagai analisa yang pernah saya baca, Demokrasi yang merupakan kepanjangan tangan dari Azas Imperalisme dan Kapitalisme berbasis Liberal dimana dalam ideologi tersebut Demokrasi dianggap sebagai sistem yang Free Market, (maksudnya siapa yang memiliki Modal / Kapital yang lebih besar maka, dia berkesempatan dapat meraih suara terbanyak dengan berbagai teknik yang dia lakukan untuk mendokrak votenya melalui dengan strategi propaganda media maupun strategi lain shg “menjadikannya” sebagai pemimpin yang terbaik, kharismatik, dan paling tepat). Yang pada akhirnya bukanlah pemimpin yang berilmu dan berakhlak terbaiklah yang terpilih.
Dengan menerapkan demokrasi juga kita secara tidak langsung telah menjadi sekutu dari negara yang “menganjurkan” demokrasi itu sendiri, hal ini dilihat dari akses Indonesia dalam berutang semakin mudah kepada berbagai lembaga negara tersebut (seperti Bank Dunia, IMF, maupun lembaga lain), daripada sebelum Indonesia dicap sebagai negara yang demokratis spt sekarang ini, yang pada akhirnya rakyat kecil yang menanggung sebagian besar dari utang tersebut (BLBI, Koruptor).
Demokrasi yang selama ini juga saya lihat menimbulkan “efek samping” yang negatif dalam hal kompetisi karena seringkali para calon pemimpin dengan berbagai cara meraih keinginannnya menjadi kursi yang dikehendakinya, selain dengan cara saling menjatuhkan, mereka juga (kadang) tidak segan membuka aib saudaranya sendiri walaupun sesama Umat Islam.
Dalam hal efisiensi Demokrasi juga memboroskan uang rakyat karena menghabiskan dana lebih dari 12 Triliun untuk satu kali putaran pemilihan, padahal Umat islam Korban Lapindo (yang saat ini tidak diperdulikan padahal salah satu menteri yang memiliki perusahaan tsb dipilih oleh rakyat), Umat Islam yang setiap tahun kebanjiran di Kalimantan, Sumatera, bahkan di Ibukota, Anak-anak islam yang tidak dapat ikut pendidikan karena keterbatasan dana dari keluarganya, menjadi korban hanya atas nama perwujudan demokrasi.
Pemerintah hasil dari “Produk” demokrasi dari zaman orde baru sampai sekarang bahkan tidak dapat berbuat apa2 saat emas Indonesia di Jajah oleh Perusahaan Asing – FreePort, dijualnya BUMN negara, Batubara Indonesia, Gas Indonesia, telah diangkut oleh para perusahaan asing ke negara mereka untuk mensejahterakan kaum mereka sendiri (Kaum Kafir) namun disini kita hanya “menikmati” dampak dari aktivitas tersebut yaitu Rutinitas banjir di Kalimantan, Kualitas kesejahteraan di sekitar PT. Freeport yang cenderung memprihatinkan, Batubara yang tidak mencukupi untuk menerangi umat islam seluruh Indonesia, serta sistem pendidikan warisan dari penjajahan yang digunakan (bukan pendidikan islam- kecuali pesantren). Dan disini dari pemimpin Produk Tersebut tidak dapat berbuat apa2 dan tunduk pada aturan2 yang dibuat oleh negara penggagas demokrasi.
Maaf kepada Habib (Mudahan selalu dimuliakan oleh Allah SWT) apabila pertanyaan saya terlalu panjang, (atau mungkin tidak beretika kepada Habib) karena menurut saya, saya harus menjelaskan secara detail tentang hal ini……sehingga permasalahannya menjadi lebih jelas, jadi apakah benar kita “diharamkan” jika tidak memilih dalam demokrasi, karena ada jalan yang lebih baik yaitu dengan berdoa Kepada Allah SWT dan Rasullah dan berusaha dengan dimulai dari sendiri saja….Mudahan Kita selalu diberikan Rahmat oleh Allah SWT dan Rasulullah.
June 2, 2009 at 7:06 pm #153149105Munzir AlmusawaParticipantAssalamualaikum warahmatullah wabarakatuh,
kebahagiaan dan Kesejukan Rahmat Nya semoga selalu menaungi hari hari anda,
Saudaraku yg kumuliakan,
tidak ada dalam islam istilah pemilihan umum, para Khulafa\’urrasyidin tidak dipilih dg sistim pemilihan umum,
Khalifah Abubakar shiddiq ra dipilih oleh Umar ra dan kemudian sahabat lainnya menyetujui,
Khalifah Umar ra dipilih atas isyarat Khalifah Abubakar shiddiq ra, lalu diikuti sahabat lainnya,
Khalifah Utsman ra dipilih atas isyarat dari Khalifah Umar ra, dan disetujuii sahabat lainnya, demikian pula khalifah Ali kw, dipilih dg isyarat dari Khalifah Utsman ra dan disetujui sahabat lainnya.tidak satupun khilafah islamiyah berdiri dg pemilu.
namun perlu diketahu bahwa Rasul saw tidak merubuhkan/menjatuhkan kekuasaan para penguasa, beliau saw tetap membiarkan Abdullah bin Ubay bin Salul sebagai pimpinan Madinah, padahal ia munafik besar.
Rasul saw juga membiarkan Abu Sufyan bin Harb menjadi pemimpin Makkah dan ka\’bah sebelum ia masuk islam.
maka jelas sudah antara kita dengan umaro tidak ada masalah, kita tidak usah ikut ikut berebutan kekuasaan, kita tetap bersama aktifitas kita menjalankan syariah semampunya,
mengenai Umaro yg bertentangan dg syariah, ini sudah pernah terjadi dimasa para sahabat masih ada, sebagaimana riwayat shahih Bukhari bahwa para Tabiin mengadukan kepada sahabat yaitu Anas bin Malik ra akan kejahatan Khalifah Hajjaj yg banyak membantai Ulama, maka Anas bin Malik ra menjawab : bersabarlah, karena tiadalah ummat ini kecuali akan makin buruk kepemimpinannya, kudengar ini dari Nabi Kalian saw. (Shahih Bukhari).
jelas sudah kita tidak boleh memerangi Umaro walau dholim selama mereka muslim.
Rasul saw ketika beberapa hari sebelum wafat, dalam ceramah terakhirnya beliau saw keluar dg memakai ikat kepala karena pusing yg sangat parah dan demam, seraya bersabda : akan kalian lihat setelah aku wafat hal hal yg tidak kalian sukai, maka jika ada pemimpin yg naik diantara kalian (muslimin, non yahudi dan nasrani atau musyrikin), ia membuat manfaat pada ummat dan membuat mudharrat pada ummat pula, maka terimalah yg baiknya dan maafkanlah kesalahannya. (Shahih Bukhari).
dan Rasul saw juga bersabda : Taatlah pada pemimpin kalian, kecuali jika memerintahkan pada maksiat maka tidak ada taat. (Shahih Bukhari).
maka selama mereka tidak melarang kita ibadah, tidak melarang kita shalat, tidak melarang kita puasa, tidak melarang kita ibadah fardhu lainnya, maka kita tidak boleh menentangnya.
bukan pula harus menjadi budaknya.
saudaraku, saya melihat Indonesia adalah salah satu negara yg paling terbuka pada kemajuan islam, saya lihat di beberapa negara lainnya sangat sulit perkembangan islam,
saya masuk S\’pore pertama kali, mereka habis2an mempersulit dan menginterogasi saya, dan saya diikuti intelijen mereka saat ceramah di masjid masjid, sampai mereka tahu betul bahwa saya aman dan tdk mengajarkan anarki, maka mereka terbuka utk saya, tiap kali saya ke s\’pore mereka sudah maklum, foto saya sudah ada di setiap pintu imigrasi mereka, paspor saya sudah tercatat sebagai da\’i yg aman, demikian istilah mereka.
saya masuk malaysia pun dipersulit, masuk di pebatasan malaysia (s\’pore – malaysia) saya dihujani pertanyaan macam2 dan diinterogasi, dan saya sempat dilarang ceramah di wilayah perlis karena masuk malaysia tanpa ada konformasi utk izin ceramah.
saya belum lama ini pulang dari Yaman, saya naik pesawat Qatariyyah dari Yaman, demi mengejar ketibaan jumat sore, karena majelis jumat malam dan sabtu malam berusaha tidak saya tinggalkan, jika saya naik dg pesawat yemenia air maka jadwal penerbangannya sabtu, maka saya baru tiba minggu siang, maka akan terlewatkanlah dua majelis tsb.
singkat kata saya naik qatariyah, sebagaimana kita tahu bahwa Qatar adalah salah satu negara arab yg islami (konon), saya kaget, karena saya duduk di First class dan ditawari minuman, saya memilih air putih, namun ia menjelaskan bahwa itu adalah arak putih.. Astaghfirullah..,
saya ajak ia bicara (pramugara/pramugari) dg bahasa arab ia jawab : No speak arabic, we speak english..!
aduh.. ini kan penerbangan dari negeri islami (konon).
arak terus ditawarkan dan dituangkan pada penumpang didepan muka saya, ingin rasanya saya berdiri dan melabrak mereka, kalian ini muslimin, negara arab, koq begini kelewatan..??, tapi saya menahan diri, dan mereka juga tampak segan dan malu malu, namun tetap menjalankan tugasnya
lalu penerbangan itu transit di Dauha (ibukota Qatar), saya lebih kaget lagi, tidak ada satupun orang mau berbicara bahasa arab.., saya hanya ingin bertanya tetap semua orang menolak berbahasa arab.., gila, ini kalau saya ke Jakarta lalu di Bandara orang menolak berbahasa Indonesia kan mustahil..??, bagaimana di negeri arab orang menolak berbahasa arab..?
lalu penerbangan diteruskan ke Jakarta, penumpang kelas economy kebanyakan TKI dan TKW yg pulang ke indonesia, maka para pramugari/pramugara tau betul bahwa kita akan subuh diudara, dan mereka tahu orang orang indonesia ini pasti akan shalat, akan wudhu beramai2 dan mengotori toilet, maka mereka padamkan petunjuk arah kiblat, padahal arah kiblat selalu ada disemua penerbangan yg menuju ke wilayah timur tengah,
tidak ada arah kiblat, tv monitor hanya menayangkan film dan film, lalu sesekali ditayangkan kecepatan pesawat, suhu didalam dan diluar, namun arah kiblat tetap tidak ditampilkan..
waktu mulai fajar saya ke toilet dan mereka sudah maklum, saya wudhu dan sengaja didepan mereka saya minta izin sholat (tempat kosong untuk duduk para pramugari dekat pintu, merekapun menyilahkan saya dan cepat cepat menutup tirai agar jamaah muslimin di kelas ekonomi tidak melihat saya shalat.
selepas saya sholat saya kembali ke kursi, saya lihat ada seorang pramugara berwajah arab yg terlihat bekas wudhu dan baru shalat juga, dia saya tatap dg tajam, dia menunduk malu dan terus pergi..
inilah keadaan mereka dan pemerintahan mereka..
saya lalu transit di singapura, jumpa dg seorang teman yg baru pulang dari Turki, ia cerita bahwa disana tdk berani orang muslim memakai asesoris islam, karena akan dipanggil dan di interogasi, mereka hanya berani pakai peci putih atau sorban di masjid saja, diluar mereka tidak berani mengenakannya, karena kerasnya pemerintahan melarang perkembangan islam, masya Allah.. turki adalah wilayah islam.., banyak makam para sahabat Nabi saw, subhanallah..
lalu juga ketika saya kunjung ke Amman, ibukota Jordan, saya tinggal sebulan disana, naudzubillah.., kota itu sepi dari adzan, semua masjid tdk boleh adzan dg speaker luar, hanya speaker dalam saja, tidak seperti di indonesia orang bebas berkoar koar di speaker sebelum subuh dan kapanpun..
majelis taklim pun tidak ada yg ramai, saya diundang hadir haul Ahlu Badr, katanya acara besar tahunan dan banyak yg hadir, namun ketika saya hadir tenyata yg datang sekitar dua puluh orang saja, saya hanya membatin.. duh.. ini acara besar??, yg hadir cuma puluhan seperti ini..??.
padahal Jordan pemimpin negaranya adalah habaib, berbangsa syarif dari keturunan sayyidna Hasan bin Ali kw.
nah saudaraku, contoh contoh diatas saya kemukakan betapa bobroknya negara islam didunia ini, sungguh pemerintah indonesia sangat longgar utk islam, masjid bebas adzan bahkan seluruh tahlil, doa dlsb panjang panjang mulai jam 3 subuh pun tidak dilarang, majelis bebas dihadiri ribuan orang malah polisi turun untuk mengamankan, 12 rabiul awal dijadikan hari tanggal merah,
presiden ikut maulidan, ikut majelis taklim, wapres bolak balik hadir majelis dzikir, tv ikut2 menayangkan dan merelay majelis2, sungguh pemerintah indonesia sangat terbuka dan bebas..
mengenai kerusakan yg terjadi pada para umaro, tugas kitalah membenahinya, mendekatinya, menasihatinya, tanpa mengambil bantuan moril dari mereka karena itu sangat berbahaya, itu bisa menjatuhkan kehormatan ulama dihadapan umaro,
ulama harus dihormati sebagai guru dan penuntun ummat, bukan antek umaro dan budak
ulama menasehati semampunya, membenahi semampunya, sisanya pasrahkan pada Allah swt..
sebenarnya pembenahan ini mudah, sebagaimana stasion2 tv yg selalu menayangkan acara yg merusak mental ummat, saya pernah menegur mereka langsung, kalian terlibat akan dosa ummat indonesia ini, kenapa terus menayangkan tayangan2 yg merusak..??
jawaban mereka pada saya singkat aja : kami hanya mengikuti maunya masyarakat bib, jika masyarakat maunya acara islami, seperti saat ramadhan, maka kami tayangkan acara islami, tidak ada pornografi, semua artis wanita sopan dan berjilbab, tapi karena masyarakat maunya diselain ramadhan acara fulgar, maka kami ikuti saja, kami hanya ikuti selera masyarakat..
jelas sudah kunci pembenahan adalah pada masyarakat itu sendiri
mengenai fatwa yg mengharamkan golput, adalah kerisauan ulama akan berkuasanya faham liberal dan kekuatan musuh islam dibawah kepemimpinan pemimpin muslim yg pro kpd musuh islam, maka wajib setiap muslim memilih, agar mereka membantu menghambat terpilihnya pemimpin yg buruk dan merusak islam pula.
demikian maksud mereka yg mengharamkan itu, namun secara nash dari syariah tdk ada kewajiban harus nyoblos, maka kembali pada pribadi muslim masing2.
Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dg segala cita cita,
Wallahu a\’lam
-
AuthorPosts
- The forum ‘Forum Masalah Umum’ is closed to new topics and replies.