Home › Forums › Forum Masalah Umum › Bolehkah Berdoa Dan Berzikir Di Depan Kuburan?
- This topic has 1 reply, 2 voices, and was last updated 16 years, 5 months ago by Fauzan.
-
AuthorPosts
-
July 1, 2008 at 2:07 pm #111532663atopParticipant
assalamualaikum wr.wb
saya mendapat email yang berisi seperti dibawah ini
apakah benar jawaban yang diberikan tersebut.
terim kasih sebelumnya atas petunjuknya.wassalam
Berziarah ada 2 macam, ziarah kepada orang yang masih hidup dan ziarah kepada orang yang telah meninggal.
Ziarah pada orang yang masih hidup gunanya adalah untuk menguatkan tali kasih sayang (silaturrahim). Sedangkan ziarah kepada orang yang sudah mati juga merupakan sunnah yang dahulu pernah dilarang, namun kemudian larangan itu dicabut oleh Rasulullah SAW.
\"Dahulu aku melarang kalian ziarah kubur, tapi kini silahkan ziarahi\" (al-Hadits).
Diantara manfaat yang dapat diambil dari ziarah kubur antara lain:
1. Untuk mengingat mati sehingga diaharapkan sepulang dari ziarah kubur kita lebih serius dalam mempersiapkan kematian itu dengan meningkatkan kedekatan kita kepadanya dan memperbanyak bekal untuk dibawa ke akhirat.
2. Untuk mendoakan ahli kubur, karena doa yang kita panjatkan akan meringankan siksanya.Dan dalam ziarah kubur harus dihindari hal-hal yang dilarang antara lain:
1. Meminta berkah dan bantuan dari penghuni kubur, seperti minta kaya, minta jodoh, petunjuk nomor buntut dan lain-lain.
2. Shalat menghadap kuburan
3. Memberi sesajen, makanan atau pemberian kepada ruh yang ada dikuburan.Karena itu bila ingin berziarah kubur, seharusnya setiap orang mengerti mana hal yang harus dikerjakan atau tidak boleh, agar tidak terjerumus pada sesuatu yang haram.
Wallahu a\’lam bis-shawab.
Bolehkah Berdoa Dan Berzikir Di Depan Kuburan
Pertanyaan:
Assalamu\’alaikum ww
Pada saat \’iedul fitri kemarin saya ke kota kelahiran istri saya yaitu Tulungagung. Pada hari tersebut saya diajak oleh mertua saya ke pondok pesantren milik seorang kiyai NU. Setiba disana, setelah bersalaman dengan kiyai tersebut saya diajak masuk kedalam masjid, yang mana masjid tersebut ada 2 bagian, pada bagian dalam terdapat kuburan bapak kiyai tersebut yang juga adalah seorang kiyai.
Setelah terkumpul berberapa orang, maka dimulailah pembacaan surah yasin di depan kuburan tersebut yang diteruskan dengan doa dan berberapa bacaan zikir yang diakhiri dengan tahlil yang diiringi nyanyian (barang kali semacam nasyid) berbahasa arab.
Pertanyaan saya; Apakah aktivitas seperti itu dibenarkan oleh Islam?,
Karena ragu-ragu apakah hal tersebut diperbolehkan agama atau tidak, maka saya tidak masuk kedalam dalam bagian masjid yang mana terdapat kuburan dan juga tidak mengikuti ritual tersebut sehingga saya merasa kurang enak dengan bapak mertua saya.Terima kasih
Regards,
Hamzah Al Falembani
Jawaban:
Assalamu `alaikum Wr. Wb.
Al-Hamdulillahi Rabbil `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Alaa Sayyidil Mursalin, Wa `Alaa `Aalihi Waashabihi Ajma`in, Wa Ba`dAnda harus pahami bahwa praktek seperti ini bukan hanya terjadi di tempat Anda saja, tetapi terjadi juga di banyak tempat bahkan di Jakarta sekalipun. Yang lebih mengharukan adalah kuburan Al-Imam Asy-Syafi\’i di Cairo Mesir pun juga berada di dalam masjid, sehingga ada orang-orang yang bertawaf di sekelilingnya.
Ini semua adalah sebuah kenyataan di dunia Islam dan sudah menjadi fenomena yang mengglobal dan berlangsung lama sekali. Kita tahu bahwa praktek seperti itu tidak sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW dan juga dalam banyak hal bisa sampai ke batas bid\’ah, kalau dilakukan khusus pada hari raya \’Ied. Karena bukankah disunnahkan pada hari raya itu untuk berbahagia bahkan puasa pun diharamkan? Lalu mengapa pada moment yang seharusnya semua orang bergembira malah melakukan ziarah kubur? Bukankah ziarah kubur itu tujuannya adalah untuk mengingat mati?
Kita tidak melarang orang berziarah kubur, juga tidak melarang orang membaca yasin, tahlil, tahmid atau membaca shalawat serta syiir tertentu. Kita juga tidak menyalahkan kalau ada orang yang berkeyakinan bahwa pahala bacaan Al-Quran Al-Karim itu bisa \"dikirim\" kepada orang yang sudah wafat. Karena memang hal itu merupakan wilayah khilaf diantara para ulama.
Tapi kalau semua itu dikemas sedemikian rupa dan dijadikan sebagai paket ritual resmi bagian dari perayaan \’Iedul Fitrhi, disitulah permasalahannya. Apalagi bila dilakukan dengan cara rutin dan berulang-ulang setiap tahun, tentu akan menimbulkan kekhawatiran bahwa hal itu menjadi sebuah bid\’ah yang diada-adakan, padahal kita sama sekali tidak mendapatkan tuntunan seperti itu dari Rasulullah SAW dan salafus shalih.
Namun di sisi lain kita pun harus menyadari bahwa sebagian besar umat Islam telah melakukannya dengan tanpa ilmu dan kedalaman pengetahuan. Mereka umumnya hanya ikut-ikutan saja atas perbuatan yang dilakukan oleh tokoh mereka. Sayangnya, tidak mudah bagi mereka untuk menerima kenyataan bahwa praktek seperti itu tidak punya landasan syar\’i yang kuat. Dan lebih sayang lagi bahwa mereka tidak mau menerima begitu saja \"masukan\" yang kita sampaikan. Alih-alih menerima wejangan, justru mereka akan membuat front tersendiri untuk mempertahankan diri. Bahkan mereka terbiasa membalas dengan menuduh orang yang mengingatkannya sebagai pengikut wahabi dan sebagainya.
Padahal urusan seperti tidak ada kaitannya dengan wahabi tidaknya seseorang. Benar bahwa tokoh ulama yang dahulu gencar memerangi praktek seperti ini adalah Muhammad bin Abdul Wahhab, namun mengidentikkan segala sesuatu dengan wahabi pun bukan hal yang tepat. Lantaran bertentangannya bukan semata-mata dengan wahabi, tetapi dengan ruh dari syariat Islam itu sendiri.
Pendekatan yang paling baik sebenarnya bukan dengan meneriaki mereka sebagai ahli bid\’ah. Pola seperti ini terbukti tidak terlalu efektif, karena biar bagaimana pun ketika seseorang diteriaki sebagai ahli bid\’ah, ada wilayah harga diri mereka yang terinjak-injak. Sehingga alih-alih mau mendengarkan peringatan, justru mereka akan berpaling dan memusuhi. Pendekatan yang baik itu adalah dengan dialog dari hati ke hati dengan cara yang hikmah dan beratmosfir mauizhah hasanah. Intinya adalah setiap muslim wajib mempelajari, mendalami dan menghayati ajaran Islam secara baku sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan diwarisi oleh para shahabat dan salafus shalih. Semakin \"cerdas\" seorang muslim atas aqidah dan syariahnya, semakin paham atas agamanya dan secara otomatis dia sendiri yang akan menghentikan segala praktek yang tidak ada dasarnya.
Jadi kita punya kewajiban untuk meningkatkan \’kecerdasan\’ aqidah dan \’kecerdasan syariah dari umat ini. Bukan semata-mata kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) atau kecerdasan spiritual (SQ), tapi kecerdasan aqidah dan kecerdasan syariah .
Untuk bisa jadi umat yang punya kecerdasan aqidah dan kecerdasan syariah, tidak bisa dihasilkan hanya melalui teriakan, cemoohan dan tudingan, tetapi melalui pembelajaran, pendidikan, tarbiyah dan menanaman aqidah dan fikrah yang islami. Dan yang pasti, semuanya butuh proses. Sehingga kita tidak dengan mudah terjebak dengan urusan yang tidak produktif yang membuat kita harus terpisah oleh jurang dengan umat ini. Akhirnya, seorang da\’i dituntut untuk menjadi cerdas dalam berdakwah. Sebuah \’kecerdasan dakwah\’ .
Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.July 1, 2008 at 2:07 pm #111532664FauzanParticipantAlaikumsalam warahmatullah wabarakatuh
Saudaraku yang kumuliakan, berikut kutipan jawaban Habibana yang sudah ada di forum :
[quote]Ziarah kubur adalah mendatangi kuburan dengan tujuan untuk mendoakan ahli kubur dan sebagai pelajaran (ibrah) bagi peziarah bahwa tidak lama lagi juga akan menyusul menghuni kuburan sehingga dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah swt.
Ketahuilah berdoa di kuburan pun adalah sunnah Rasulullah saw, beliau saw bersalam dan berdoa di Pekuburan Baqi’, dan berkali kali beliau saw melakukannya, demikian diriwayatkan dalam shahihain Bukhari dan Muslim, dan beliau saw bersabda : “Dulu aku pernah melarang kalian menziarahi kuburan, maka sekarang ziarahlah”. (Shahih Muslim hadits no.977 dan 1977)Dan Rasulullah saw memerintahkan kita untuk mengucapkan salam untuk ahli kubur dengan ucapan “Assalaamu alaikum Ahliddiyaar minalmu’minin walmuslimin, wa Innaa Insya Allah Lalaahiquun, As’alullah lana wa lakumul’aafiah..” (Salam sejahtera atas kalian wahai penduduk penduduk dari Mukminin dan Muslimin, Semoga kasih sayang Allah atas yg terdahulu dan yang akan datang, dan Sungguh Kami Insya Allah akan menyusul kalian) (Shahih Muslim hadits no 974, 975, 976). Hadits ini menjelaskan bahwa Rasulullah saw bersalam pada Ahli Kubur dan mengajak mereka berbincang-bincang dengan ucapan “Sungguh Kami Insya Allah akan menyusul kalian”.
Rasul saw berbicara kepada yg mati sebagaimana selepas perang Badr, Rasul saw mengunjungi mayat mayat orang kafir, lalu Rasulullah saw berkata : “wahai Abu Jahal bin Hisyam, wahai Umayyah bin Khalf, wahai ‘Utbah bin Rabi’, wahai syaibah bin rabi’ah, bukankah kalian telah dapatkan apa yg dijanjikan Allah pada kalian…?!, sungguh aku telah menemukan janji tuhanku benar..!”, maka berkatalah Umar bin Khattab ra : “wahai rasulullah.., kau berbicara pada bangkai, dan bagaimana mereka mendengar ucapanmu?”, Rasul saw menjawab : “Demi (Allah) Yang diriku dalam genggamannya, engkau tak lebih mendengar dari mereka (engkau dan mereka sama sama mendengarku), akan tetapi mereka tak mampu menjawab” (shahih Muslim hadits no.6498).
Makna ayat : “Sungguh Engkau tak akan didengar oleh yg telah mati”.
Berkata Imam Qurtubi dalam tafsirnya makna ayat ini bahwa yg dimaksud orang yg telah mati adalah orang kafir yg telah mati hatinya dg kekufuran, dan Imam Qurtubi menukil hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim bahwa Rasul saw berbicara dengan orang mati dari kafir Quraisy yg terbunuh di perang Badr. (Tafsir Qurtubi Juz 13 hal 232).Berkata Imam Attabari rahimahullah dalam tafsirnya bahwa makna ayat itu : bahwa engkaua wahai Muhammad tak akan bisa memberikan kefahaman kepada orang yg telah dikunci Allah untuk tak memahami (Tafsir Imam Attabari Juz 20 hal 12, Juz 21 hal 55, )
Berkata Imam Ibn katsir rahimahullah dalam tafsirnya : “walaupun ada perbedaan pendapat tentang makna ucapan Rasul saw pada mayat mayat orang kafir pada peristiwa Badr, namun yg paling shahih diantara pendapat para ulama adalah riwayat Abdullah bin Umar ra dari riwayat riwayat shahih yg masyhur dengan berbagai riwayat, diantaranya riwayat yg paling masyhur adalah riwayat Ibn Abdilbarr yg menshahihkan riwayat ini dari Ibn Abbas ra dg riwayat Marfu’ bahwa : “tiadalah seseorang berziarah ke makam saudara muslimnya didunia, terkecuali Allah datangkan ruhnya hingga menjawab salamnya”, dan hal ini dikuatkan dengan dalil shahih (riwayat shahihain) bahwa Rasul saw memerintahkan mengucapkan salam pada ahlilkubur, dan salam hanyalah diucapkan pada yg hidup, dan salam hanya diucapkan pada yg hidup dan berakal dan mendengar, maka kalau bukan karena riwayat ini maka mereka (ahlil kubur) adalah sama dengan batu dan benda mati lainnya. Dan para salaf bersatu dalam satu pendapat tanpa ikhtilaf akan hal ini, dan telah muncul riwayat yg mutawatir (riwayat yg sangat banyak) dari mereka, bahwa Mayyit bergembira dengan kedatangan orang yg hidup ke kuburnya”. Selesai ucapan Imam Ibn Katsir (Tafsir Imam Ibn Katsir Juz 3 hal 439).
Rasul saw bertanya2 tentang seorang wanita yg biasa berkhidmat di masjid, berkata para sahabat bahwa ia telah wafat, maka rasul saw bertanya : “mengapa kalian tak mengabarkan padaku?, tunjukkan padaku kuburnya” seraya datang ke kuburnya dan menyolatkannya, lalu beliau saw bersabda : “Pemakaman ini penuh dengan kegelapan (siksaan), lalu Allah menerangi pekuburan ini dengan shalatku pada mereka” (shahih Muslim hadits no.956)
Abdullah bin Umar ra bila datang dari perjalanan dan tiba di Madinah maka ia segera masuk masjid dan mendatangi Kubur Nabi saw seraya berucap : Assalamualaika Yaa Rasulallah, Assalamualaika Yaa Ababakar, Assalamualaika Ya Abataah (wahai ayahku)”. (Sunan Imam Baihaqi Alkubra hadits no.10051)
Berkata Abdullah bin Dinar ra : Kulihat Abdullah bin Umar ra berdiri di kubur Nabi saw dan bersalam pada Nabi saw lalu berdoa, lalu bersalam pada Abubakar dan Umar ra” (Sunan Imam Baihaqiy ALkubra hadits no.10052)
l
Sabda Rasulullah saw : Barangsiapa yg pergi haji, lalu menziarahi kuburku setelah aku wafat, maka sama saja dengan mengunjungiku saat aku hidup (Sunan Imam Baihaqiy Alkubra hadits no.10054).Dan masih banyak lagi kejelasan dan memang tak pernah ada yg mengingkari ziarah kubur sejak Zaman Rasul saw hingga kini selama 14 abad (seribu empat ratus tahun lebih semua muslimin berziarah kubur, berdoa, bertawassul, bersalam dll tanpa ada yg mengharamkannya apalagi mengatakan musyrik kepada yg berziarah, hanya kini saja muncul dari kejahilan dan kerendahan pemahaman atas syariah, munculnya pengingkaran atas hal hal mulia ini yg hanya akan menipu orang awam, karena hujjah hujjah mereka Batil dan lemah.
Dan mengenai berdoa dikuburan sungguh hal ini adalah perbuatan sahabat radhiyallahu’anhu sebagaimana riwayat diatas bahwa Ibn Umar ra berdoa dimakam Rasul saw, dan memang seluruh permukaan Bumi adalah milik Allah swt, boleh berdoa kepada Allah dimanapun, bahkan di toilet sekalipun boleh berdoa, lalu dimanakah dalilnya yg mengharamkan doa di kuburan?, sungguh yg mengharamkan doa dikuburan adalah orang yg dangkal pemahamannya, karena doa boleh saja diseluruh muka bumi ini tanpa kecuali
Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga sukses dg segala cita cita, semoga dalam kebahagiaan selalu,
Wallahu a\’lam[/quote]
berikut linknya:
http://majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=&func=view&catid=9&id=14042&lang=id#14042[quote]tidak ada larangan berbuat apapun dikuburan dengan hal hal yg berupa ibadah, dzikir, mengaji, berdoa atau apapun, bahkan shalat, yg dilarang adalah shalat diatas kuburan, dan para fuqaha menambahkan bahwa diharamkannya shalat di pekuburan yg telah pernah digali berkali kali untuk umum, karena ditakutkan serpihan tubuh bercampur dengan tanah, maka tanah itu bercampur bangkai manusia.
mengenai hal lain tak ada yg membedakan antara kuburan dan tempat lain dimuka bumi, tidak ada satu hadits pun atau ayat yg melarang berdzikir, berdoa, atau membaca Alqur\’an di kuburan, Bahkan Rasulullah saw berdoa, bersalam dan berdzikir di pekuburan.
bahkan Kubur Rasul saw, mengandung banyak kemuliaan tersendiri, maka sepantasnya kita banyak berdoa dan iri untuk dikuburkan disamping makam beliau, sebagaimana Umar ra meminta dikuburkan disebelah kuburan beliau saw, dan ketika telah diiznikan oleh Aisyah ra maka Umar ra berkata :\"tidak ada yg lebih kupentingkan selain pembaringan ditempat itu\" (Shahih Bukhari)
kalau kuburan Rasul saw tak memiliki nilai tambah, maka untuk apa Umar ra meminta dikuburkan disebelah kubur beliau saw, dan berucap demikian?,
sangat sempit prmikiran mereka yg mengatakan Makam Rasul saw tidak beda dengan makam muslimin lainnya.
wallahu a\’lam[/quote]
berikut linknya:
http://majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=&func=view&catid=9&id=851&lang=id#851Wassalam,
AdminIII -
AuthorPosts
- The forum ‘Forum Masalah Umum’ is closed to new topics and replies.