Home Forums Forum Masalah Fiqih Do\’a Guru Mulia untuk Habibana & pertanyaan

Viewing 2 posts - 1 through 2 (of 2 total)
  • Author
    Posts
  • #185496201

    Assalamualaikum
    Moga habibana senantiasa dalam kemuliaan & ridho Alloh Ta’ala, aamiin
    Bib, ada yg ingin sy tanyakan :
    1. Ditengah berbagai ujian, dosa yg tak terbendung, dan kerinduan pada Rasulullah SAW, bolehkah bila sy memohon do’a ingin wafat di saat kita sedang melaksanakan ibadah haji dengan harapan bisa khusnul khotimah ketika sedang ibadah & bisa dimakamkan di tanah suci dan segera berjumpa dengan Rasulullah SAW yg dirindu??? bolehkah berdo’a seperti itu?
    2. Walau guru mulia tidak hadir di acara 17 Juni kemarin, tapi sy bahagia atas do’a yg dipanjatkan beliau untuk ke’afiatan dan panjang usianya habibana, 1 juta jamaah turut mengaminkan baik yg hadir langsung ataupun yg menonton lewat website MR. Setelah pesan habibana soal mimpi dengan Rasulullah SAW yg banyak membuat jamaah dilanda kesedihan, do’a Guru Mulia jadi pelipur lara buat kami dan kami yakin mustajabnya doa beliau.. Namun, di tengah beban yg dipikul habibana & gelora rindu berjumpa Alloh Ta’ala + Rosulullloh SAW, sy tidak tahu apakah habibana juga turut bahagia dan apakah habibana juga meng-amin-kan doa beliau?
    3. Saat ini para penggembala kambing sudah terbiasa menyabit rumput atau menggembalakan kambingnya di lahan/rumput terbuka milik orang lain tanpa meminta izin? Halalkah daging yg kita makan tsb? Bolehkah mengambil rumput di lahan terbuka seperti itu? Halalkah perdagangan dari kambing tsb? Biasanya rumput liar bukan rumput atau tanaman yg dipelihara..
    4. Saat ini begitu banyak penemuan tentang manusia purba di berbagai Negara termasuk di Indonesia sehingga memunculkan teori evolusi Darwin bahwa manusia berasal dari kera, ummat Islam sudah jelas berkeyakinan Nabi Adam-lah leluhur kita semua, namun bagaimana Islam menjelaskan fenomena penemuan manusia purba tersebut bib?
    5. Afwan, kalau sy perhatikan imamah (lilitan di kopiah) yg dipakai melilit di peci habibana kok berbeda dengan lilitan Guru Mulia Habib Umar, kenapa bib? Melihat Habib Jindan juga atau murid Guru Mulia yg lainya sama dengan Guru Mulia.. Kalau boleh tahu apakah ada makna khusus antara yg memanjang dengan yg seperti habibana?

    Syukron
    alfaqir

    #185496210
    Munzir Almusawa
    Participant

    Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

    kebahagiaan dan Kesejukan Rahmat Nya semoga selalu menaungi hari hari anda,

    Saudaraku yg kumuliakan,
    1. boleh saudaraku, Sayyidina Umar ra berdoa : Wahai Allah, wafatkan aku dalam keadaan syahid namun ditanah wilayah Nabi Mu Muhammad saw (Madinah) (Shahih Bukhari), dan kemudian Allah swt mengabulkannya.
    yg dilarang adalah doa karena putus asa.

    2. bagi saya doa itu adalah tanda besarnya keperdulian beliau terhadap pendosa ini, namun sekaligus peringatan bahwa perjuangan yg hamba lakukan harus terus dilanjutkan, sekaligus instruksi untuk jangan memikirkan ajal yg dekat, dan harus terus berjuang, sungguh doa itu sangat berat bagi hamba, namun hamba Insya Allah tetap taat pd perintah beliau, dan semoga tidak wafat sebelum beliau ridho dan puas atas bakti hamba.

    3. tidak memohon izin boleh saja jika diyakini pemiliknya mengizinkan, jika tidak diyakini pemilik rumputnya mengizinkan maka terkena dosa, menjual kambing itu menjadi haram hukumnya, dan membelinya menjadi haram bagi yg mengetahuinya, namun halal jika tak mengetahuinya, tapi menjadi syubhat saat memakannya.

    4. mereka hanya menemukan kerangka kera, bukan kerangka manusia, sebab teori mereka tertolak karena kera hingga kini masih ada, semestinya jika teori mereka benar maka saat ini kera sudah tidak ada, karena sudah menjadi manusia.

    5. menggunakan imamah (sorban dikepala) mempunyai 4 riwayat dari yg dilakukan Rasul saw, yaitu dengan membuka kedua telinga tidak tertutup imamah, riwayat lainnya dengan kedua telinga tertutup, riwayat lainnya dengan memakai buntut yg panjangnya tidak melebihi satu hasta, riwayat lainnya tidak memakai buntut

    Guru Mulia memadukan semua riwayat itu, yaitu sebelah kanan menutup telinga, sebelah kiri membuka telinga, dan memakai buntut imamah hanya setengah hasta, yg dg itu mencakup semua riwayat itu.

    namun saya memegang sanad perintah beliau untuk tidak melebihi 5 hasta bagi pelajar, dan tidak melebihi 7 hasta jika sudah menikah dan sudah mengajar, saya belum menemukan izin untuk lebih dari 7 hasta, berbeda dg beliau tentunya.

    maka saya memakainya tidak melebihi 7 hasta, dan ketika saya sesuaikan dalam memakainya, saya merasa lebih nyaman tdk dg buntut dibelakang, karena banyak dibentur ratusan bahkan ribuan jamaah dalam bersalaman, itu sering membuat imamah berubah posisi bahkan dirisaukan lepas terlempar dari kepala karena benturan benturan itu, maka saya memilik tanpa buntut, dg menutup dua telinga, karena hal itu lebih nyaman bagi saya dan tidak melanggar perintah beliau, jika saya memakai 9 hasta maka bisa mantap di kepala walau dg buntut, namun itu melanggar larangan beliau.

    Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dg segala cita cita,

    Wallahu a\’lam

Viewing 2 posts - 1 through 2 (of 2 total)
  • The forum ‘Forum Masalah Fiqih’ is closed to new topics and replies.