Home › Forums › Forum Masalah Umum › Hadirilah Arbain Nasional Imam Husain
- This topic has 1 reply, 2 voices, and was last updated 16 years, 9 months ago by Munzir Almusawa.
-
AuthorPosts
-
February 29, 2008 at 10:02 am #93899646RibiParticipant
[size=4][b][color=#FF0000]Arbain Nasional Imam Husain a.s
Peringatan Tragedi Karbala[/color][/b][/size]Waktu:
[b][color=#FF0000]Sabtu, 1 Maret 2008
Jam 08.30 – 11.00 Wib[/color][/b]Tempat:
[b][color=#FF0000]Masjid At-Tin, TMII
Jakarta Timur[/color][/b]Bersama:
[b][color=#FF0000]Komunitas Ahlulbait se-Indonesia, Haddad Alwi,
Cak Nun, KH. Nur Iskandar, NU, Muhammadiyah,
Hizbut Tahrir Indonesia, FPI dan lainnya,
juga para ustadz dan habaib[/color][/b]
Telp: 021-87795564Diriwayatkan oleh sekelompok ulama Ahlussunnah dan para ahli hadis dari Sayyidah Ummu Salamah ra, istri Rasulullah SAW, kala itu dia masuk ke rumah Rasulullah SAW dan melihat Al-Husain (yang waktu itu masih bayi) duduk di pangkuan paha Rasulullah SAW (dalam riwayat yang lain, duduk di dada beliau SAW). Ummu Salamah ra menyaksikan bagaimana air mata Rasulullah SAW mengalir di wajahnya yang mulia. Di tangan beliau SAW ada tanah berwarna merah, beliau mencium tanah tersebut dan terus menciuminya sambil menangis, dan membolak-balikkan (tanah tersebut) di tangan beliau. Melihat pemandangan seperti ini Ummu Salamah ra terharu dan bertanya, “Wahai Rasulullah SAW, apa gerangan yang membuatmu menangis pilu?” Rasulullah SAW menjawab, “Baru saja Jibril as datang kepadaku dan memberi tahu bahwa umatku kelak akan membunuh putraku ini di tanah iraq, dan Jibril as datang dengan memmbawa tanah (tempat terbunuhnya Al-Husain) yang berwarna merah.” Kemudian Nabi SAW memberikan tanah tersebut kepada Ummu Salamah ra dan beliau berwasiat kepadanya, “Wahai Ummu Salamah ra, apabila engkau melihat tanah ini berubah menjadi darah segar, ketahuilah bahwa putraku Al-Husain ini telah terbunuh.” Ummu Salamah ra kemudian mengambil tanah tersebut lalu memasukkannya ke dalam sebuah botol. Hari demi hari di mana Imam Husain as beserta keluarganya menuju ke iraq, setiap hari Ummu Salamah ra selalu mengamati botol yang berisi tanah itu. Tibalah hari Asyura, yaitu tanggal 10 Muharram tahun 61 Hijriyah, menjelang detik-detik dibunuh dan dibantainnya Imam Husain as (oleh sekelompok manusia-manusia durjana yaitu Yazid bin Mu’awiyah bin Abu Sufyan, Umar bin Sa’ad, Syimir bintil Jausyan, laknatullah alaihim ajma’in). pada waktu itu Ummu Salamah ra sedang tidur di rumahnya dan dalam tidurnya dia mimpi bertemu dengan Rasulullah SAW, debu dan tanah menutupi kepala dan janggutnya yang mulia. Ummu Salamah ra bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah SAW, mengapa kepalamu penuh dengan tanah dan debu?” Rasulullah SAW menjawab, “Wahai Ummu Salamah ra, baru saja aku usai menggali kuburan putraku Al-Husain.” Tiba-tiba Ummu Salamah ra terjaga dari tidurnya, dengan perasaan yang mencekam dan diliputi rasa takut ia langsung bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju tempat di mana ia menyimpan tanah yang dahulu diberikan oleh Rasulullah SAW untuknya. Ketika ia melihat tanah dalam botol itu, ia terkejut menyaksikan bagaimana tanah itu kini telah berubah bentuk menjadi darah yang segar. Kemudian Ummu Salamah ra menjerit dan menangis terharu menyaksikan suasana yang memilukan dan menyayat hati ini. Dalam sekejap berdatanganlah perempuan-perempuan bani Hasyim, mereka menanyakan kepada Ummu Salamah ra apa yang menyebabkan dia menangis histeris. Maka dijawab oleh Ummu Salamah ra bahwa sesungguhnya Al-Husain as telah terbunuh. Mereka bertanya, “Dari mana engkau mengetahui kabar itu?” Lalu Ummu Salamah ra menceritakan kepada mereka perihal mimpinya yang bertemu dengan Rasulullah SAW dan tanah yang kini sudah berubah menjadi darah. Ketika mereka mendengar semua itu, dengan nada serentak mereka menangis dan merintih, bersedih atas tragedi yang menimpa cucu kesayangan Nabi Muhammad SAW.
([b]Riyawat Sahih ini dapat ditemukan di dalam kitab-kitab Ahlussunnah berikut: Musnad Ahmad bin Hanbal, juz. 6, hal. 294, Kanzul Ummal, juz. 5, hal. 110, Al-Khashaish lil Suyuthi Asy-Syafi’i, juz. 2, hal. 125, Al-Bidayah wa An-Nihayah, juz. 6, hal. 294, Al-Aqdul Ummal, juz. 2, hal. 219[/b])
February 29, 2008 at 4:02 pm #93899652Munzir AlmusawaParticipantAlaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
Kebahagiaan dan Cahaya Kelembutan Nya swt semoga selalu menaungi hari hari anda dan keluarga,
Saudaraku yg kumuliakan,
terimakasih undangannya, dengan undangan ini juga menyatakan bahwa anda masih mengakui kami sebagai yg berhak diundang pada acara tsb,kami juga pecinta Imam Husein ra, dan saya juga keturunan Imam Husein ra, cuma bedanya saya mengikuti jalur imam imam ahlulbait, bukan ke iran, tapi kita tetap tidak menghukumi kafir kepada syiah sebagaimana beberapa sunni yg keras dalam hal ini.
dan bagi kami wafatnya Imam Husein ra tak perlu ditangisi lagi, karena jika ingin ditangisi maka wafatnya Rasulullah saw lebih berhak untuk ditangisi,
namun Imam Husein ra sudah berada di Sorga Allah sebagai Imam pemuda di sorga, demikian pula Imam Hasan ra, demikian pula Rasulullah saw.
lalu kenapa memukul dada dan menyakiti diri dan melaknat orang muslim dalam acara itu..?,
adakah ini manfaatnya..?
baiknya kita bersatu untuk mewarisi semangat perjuangan Imam Husein ra dalam membela sunnah Rasul saw
selamat datang sdr wiribi, anda saudara kami.
Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga sukses dg segala cita cita, semoga dalam kebahagiaan selalu,
Wallahu a\’lam
-
AuthorPosts
- The forum ‘Forum Masalah Umum’ is closed to new topics and replies.