Home Forums Iseng dalam keluhuran HATI-HATI DENGAN KARANGAN ORIENTALIST !

Viewing 1 post (of 1 total)
  • Author
    Posts
  • #76823754
    Muhammad
    Participant

    [b]HATI-HATI DENGAN KARANGAN ORIENTALIST ![/b]

    Banyak diantara tulisan-tulisan orientalis yang bersifat ilmiah, tetapi di sana sini mereka kadang melakukan kecurangan-kecurangan, sehingga kalau pembaca tidak hati-hati akan terjerumus ke dalam jurang dan perangkap yang telah diselundupkannya dalam buku itu untuk pembacanya

    Berikut ini beberapa contoh yang saya ambil dari buku “40 Masalah Agama II” karangan Allahyarham K.H. Sirajuddin Abbas yang beliau tulis pada tahun 60-an.

    [b]Kecurangan-kecurangan orientalisten[/b]

    L. Stoddard dalam membicarakan gerakan wahabi, mengatakan : [color=#008000][b][b]”Bahkan seni bangunan keagamaan pun diaangap tabu, karena itulah kaum wahabi membongkar kubah kuburan Nabi Muhammad di Madinah dan meruntuhkan pula menara-menara mesjid yang dipandang sebagai penyembahan berhala. Jadi jelaslah bahwa kaum wahabi sekalipun moralnya tinggi, berpandangan terlalu picik”[/b][/color](lihat halaman 34 terjemahan Dunia Baru Islam).[/b]

    Ini adalah bohong, karena kaum wahabi tidak meruntuhkan kubah Nabi, yang diruntuhkan hanya kubah-kubah selain kubah kuburan Nabi.

    Juga menara-menara mesjid tidak ada yang diruntuhkan, dan wahabi tidak pernah berpaham bahwa menara-menara mesjid sebagai penyembahan berhala. Pengarang buku ini pernah 7 tahun bermukin di Mekkah di bawah pemerintahan Wahabi, dan tahu betul hal itu.

    [b]L. Stoddard menulis lagi :[/b]

    [color=#008000]”[b]Tak dapat dibantah bahwa orang yang meneliti semua kitab syari`at dan sejarah Islam dalam 1000 tahun terakhir akan jelas kepadanya bahwa agama Islam tidak menunjukkan suatu sikap yang dapat memberikan sumbangannya kepada kemajuan modern dan peradaban dunia. Akan tetapi apakah agama nasrani tidak seperti itu juga pada permulaan abad XV? Bandingkanlah antara syari`at Islam dan jiwa syari`at Nasrani, sama ”(DBI halaman 36).[/color][/b]

    Keterangan di atas selain bohong juga keterlaluan, sehingga dikatakan bahwa dalam 1000 tahun yang terakhir agama Islam tidak memberikan suatu sikap yang dapat memberikan sumbangan kepada kemajuan modern dan peradaban dunia.

    Semua orang tahu, dan ahli-ahli sejarah lebih tahu, bahwa Islam dan kaum Muslimin di Spanyol lk. 8 abad lamanya mengajar orang Eropa cara bercocok tanam, bagaimana cara membuat obat-obatan, mengembangkan ilmu kedokteran, ilmu hisab, ilmu falak dan lain sebagainya.

    Ahli sejarah pun tahu bagaimana Al Farabi dan Ibnu Sina menyumbang dunia dengan ilmu filsafat dan ilmu kedokteran. Ahli-ahli sejarah pun tahu, bahwa Khalifah-Khalifah Turki telah membikin maju orang-orang di Bulgaria, Yugoslavia dan lain-lain negeri di Balkan yang ketika itu sangat primitif.

    Ahli-ahli sejarah tahu benar, bahwa dalam abad ke XVI dan XVII M. Raja-raja Islam Monghol mengusai seluruh India dan memberikan sumbangan yang tidak sedikit dalam memajukan peradaban orang Hindu yang sangat terbelakang ketika itu.

    Dan pula semua orang Islam tahu, bahwa jiwa agama Nasrani tidak sama dengan jiwa Islam sebagaimana yang dikatakan oleh L. Stoddard.

    [b]Lagi Stoddard menghitung jumlah umat Islam :[/b]

    [color=#008000]”[b]Seluruh Dunia Islam dewasa ini mengalami pergolakan yang maha dahsyat, 250.000.000 umat Islam antara Maroko dan Tiongkok, antara Turkistan dan Kongo…….”(DBI halaman 9).[/b]
    [/color]
    Sudah menjadi kebiasaan bagi kaum orientalist apabila menghitung jumlah umat Islam maka angkanya sengaja dikecilkan, dengan tujuan untuk memperkecil potensi dan peranan umat Islam di seluruh dunia.

    Kalau dilihat sekarang, mungkin umat Islam itu sudah mendekati atau melebihi 600.000.000 (enam ratus juta).

    Di Indonesia 100 juta, di Pakistan 100 juta, di RPA 50 juta, di Nigeria 50 juta, di seluruh Tanah Arab 100 juta, di Tiongkok 50 juta. Di daerah Rusia 50 juta. Itu saja sudah 500 juta, apalagi kalau di hitung Ummat Islam di Malaysia, Thailand, Philipina, India, afganistan, Iran, Turki, Somalia, Tunisia Libya, Sudan Aljazair, Meuretania, Iretaria dan lain-lain negeri di Afrika.

    Itulah kecurangan kaum orientalisten.

    [b]Orientalist Philip K. Hiti menulis dalam bukunya :[/b]

    [color=#008000][b]“Pertalian suku tetap dipelihara dalam divisi ketentaraan. Tiap suku mempunya panjinya sendiri, sehelai kain yang diikatkan sebuah tombak dan dipegang oleh seorang yang paling berani di antara suku itu. [i]Panji Nabi Muhammad sendiri ialah burung Rajawali[/i] (Dunia Arab, halaman 65).[/b][/color]

    Kalau dibuka buku-buku sejarah Islam yang mu`tamad seperti Tarikh Thabari, Tarikh Ibnu Hisyam, Siratul Halabiyah ,Muhamad Rasululah dan lain-lain, tidaklah dijumpai bahwa panji-panji Nabi Muhammad adalah burung rajawali.

    Nabi Muhammad Saw. terkenal sebagai seorang yang sangat anti kepada gambar-gambar apalagi gambar-gambar mahluk yang berjiwa, sebagaimana banyak diterangkan dalam banyak hadits yang sahih-sahih yang tersebut dalam Bukhari dan Muslim.

    Itu adalah suatu kebohongan besar dari Philip K. Hiti.

    [b]K. Hiti. menulis lagi: [/b]

    [color=#008000][b]”Irak mengakui al Hasan, putera Ali, sebagai ahli waris yang sah dari mahkota ; hal mana adalah pendapat yang logis, karena ia adalah putera sulung dari khalifah yang baru mangkat, dan juga putera dari Fathimah, satu-satunya puteri nabi yang masih hidup. Tetapi sangat disayangkan karena cucu nabi tersebut adalah terlampau lama hidup dalam kemewahan. Kecakapannya bukan terletak dalam soal-soal pemerintahan, tetapi dalam lapangan yang lain, yaitu : [i]urusan wanita[/i]. Sungguh pun ia meninggal dalam usia empat puluh lima tahun, ia sempat kawin dan cerai selama seratus kali malah kartena ia mendapat julukan ”tukang bercerai yang besar”. Secara konsekwen dan insaf akan kecakapannya, maka dengan gembira ia bersedia membiarkan Mu`awiyah menjadi calon khalifah dengan cara membayar uang cagak hidup kepadanya” (Dunia Arab, halaman 84).[/b][/color]

    [b]Seterusnya Philip K. Hiti menulis :[/b]

    [color=#008000][b]”Yang berikut ialah sebagian dari isi surat Mu`awiyah, yang menurut cerita dikirimkannya kepada al Hasan, berhubung dedikasinya : ”Saya mengakui bahwa berdasarkan keturunan, engkaulah yang lebih berhak memangku jabatan yang tinggi ini. Dan jika saya yakin akan kecakapanmu untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban mulia ini, dengan tidak ragu-ragu saya akan bersumpah setia kepadamu. Maka sekarangpun, katakanlah apa kehendak hatimu!”[i]Sebagai lampiran Mu`awiyah mengirimkan sehelai surat pengakuan hutang yang masih blangko tetapi sudah ditanda tangani dan hanya tinggal untuk diisi oleh al Hasan sendiri[/i]. Pihak lawan yang tidak dikehendaki itu tentu gembira dengan tawaran sedemikian”. (Dunia Arab, halaman 85).[/color][/b]

    Demikian Philip K.Hiti berdongeng.

    Tujuan dongengnya ini tentu :

    1. Menghinakan Saidina Hasan Rda, sebagai cucu Nabi dengan sudah lama hidup bermewah-mewah.
    2. Menghina Saidina Hasan Rda. seorang yang tidak cakap mengurus pemerintahan, tetapi yang cakap hanya mengurus wanita.
    3. Memfitnah Saidina Hasan Rda sebagai tukang cerai yang besar, yang sudah menceraikan wanita 100 kali.
    4. Menuduh dan memfitnah saidinah Mu`awiyah, bahwabeliau menyogok Saidina Hasan dengan memberikan kuitansi hutang yang belum diisi berapa banyak uangnya.
    5. Menghina Saidina Hasan Rda menerima sogok untuk melenyapkan pangkat kekhalifahannya.
    6. Mengatakan dengan bohong bahwa ketika itu Siti Fatimah masih hidup.

    Itulah kecurangan-kecurangan K. Hiti.

    Dihadapan kami sekarang banyak kitab-kitab sejarah Islam yang mu`tamad, yang boleh dipercaya yang dikarang oleh ulama-ulama Islam yang terkenal. Hal-hal yang didongengkan K. Hiti tak ada kita jumpai.

    Yang ada ialah, bahwa Saidina Hasan Rda, dengan ikhlas menyerahkan kekhalifaanya itu kepada Saidina Mu`awiyah guna menghentikan permusuhan dan perang saudara sesama Muslim, karena soal-soal khalifah, sebagaiman yang terjadi ketika Saidina ali hidup, dimana terjadi peperangan antara Saidina Ali di satu pihak dengan Saidina Mu`awiyah cs. dipihak lain, yang mengorbankan berpuluh ribu ummat Islam di kedua belah pihak.

    Nabi Muhammad Saw. telah mengatakan pada ketika Saidina Hasan masih kecil, bahwa cucu beliau itu akan memperdamaikan dua kaum yang bermusuhan.

    Tentang kawin dan cerai 100 kali itu tidak ada tersebut dalam sejarah Islam, ini adalah isapan jempol Philip K. Hiti seorang orientalist bangsa Amerika.

    Seorang pendeta kristen Katholik, [i]Papa Luis Maluf el Yasu`i,[/i] mengarang sebuah kamus bahasa Arab, yang diberi nama ”Munjid’. Kamusnya adalah salah satu kamus bahasa Arab yang baik, di samping kamus yang dikarang oleh ulama Islam seperti ”Lisanul Arab” , ”Mukhtarsus Shihah”, ”Misbahul Munir” dan lain-lain.

    Akan tetapi sayang sekali, dibalik keilmiyahannya kamus itu, terdapat juga kecurangan terhadap Islam dan Muslimin.
    Cobalah pembaca balik kamus itu mengenai perkataan ”Thulaqa’” yang pada Munjid yang ada ditangan kami pada halaman 488.

    ”Thulaqa`” [i]ialah orang-orang yang dipaksa masuk Islam[/i]

    Ini adalah kecurangan dengan sengaja memfitnah Islam dan kaum Muslimin dengan mengatakan kaum Muslimin suka memaksa orang memeluk agama Islam.

    Padahal yang benar ialah, bahwa kalimat ”Thulaqa`” itu berarti orang yang ”dibebaskan” oleh Nabi Muhammad Saw, yang seharusnya dijadikan budak karena kalah perang.

    Nabi Muhammad Saw. setelah menduduki Mekkah beliau berpidato kepada orang kafir Mekkah yang sudah dita`lukkan ”Idzhabu fa antumut Thulaqa`” (Pergilah kamu, karena semua kamu dibebaskan).

    Bacalah sejarah ini dalam buku sejarah yang bernama ”Muhammad Rasulullah,” karangan Muhammad Redha, halaman 319.

    Seorang orientalist berbangsa Oostenryk (Austria) berdarah Yahudi bernama [i]Goldziher[/i] adalah seorang orientalist yang termasyhur. Ia banyak sekali menulis tentang bahasa dan bangsa Arab, tentang Islam dan syari`at Islam, tentang Nabi dan sahabat-sahabat Nabi. Ia pernah tinggal di Mesir dan menjadi Anggota ”Majelis Ilmi” (Majlis ilmu pengetahuan).
    [b]Dalam bukunya ”Kepercayaan dan syari`at Islam” ia menulis begini :[/b]

    [color=#008000][b]”Adapun seruan Muhammad, bangsa Arab itu, di dalamnya ada terdapat dasar-dasar agama yang pilihan yang dipercayainya dengan bercampur baur dengan orang-orang Yahudi dan Masehi. Nabi itu percaya serta berpendapat, bahwa dasar agama yang dipilihnya itu pantas menghidupkan syi`ar syi`ar agama di antara bangsanya. Demi sesungguhnya dasar-dasar agamanya ini yang ditirunya dari agama-agama lain, di dalam perjalanannya perlu perjalanan manusia ditetapkan berdasarkan kemauan (perintah) dan seterusnya, dan seterusnya”[/b] (Pri Hidup Muhammad, hal 34).[/color]

    Nah, dalam tulisan yang pendek ini banyak sekali racun ditebarkannya :

    1. Ia selalu menuliskan ”Muhammad yang berbangsa Arab”. Kebangsaan Nabi itu selalu ditonjol-tonjolkan, padahal aebagai yang kita ketahui dalam sejarah-sejarah Nabi Muhammad, bahwa beliau tidak menonjol-nonjolkan kebangsaanya, tetapi beliau itu adalah Rasul Tuhan untuk seluruh manusia, tak pandang bangsanya.
    Orientalisten selalu mengaikatkan beliau dengan ”Bangsa Arab” yang sebagai diketahui sekarang bahwa kondisinya tidaklah begitu tinggi.
    Kita harus tahu, bahwa Nabi Muhammad Saw. itu adalah Rasulullah, utusan Tuhan. Ini harus digaris bawahi, bukan kebangsaanya yang harus dihari bawahi.

    2. Agama yang dibawa Muhammad─ kata Goldziher ─ adalah agama yang ditirunya dari pergaulannya dengan Yahudi dan Nasara. Ini juga adalah kata-kata ”racun” dari orientalist.
    Di dalam sejarah Nabi Muhammad Saw. tak terkenal, bahwa belisu ”bergaul” dengan Yahudi dan Nasrani, walaupun benar, bahwa di Mekkah dan di Madinah ketika itu ada kaum Yahudi dan Nasrani.
    Agama Islam itu [i]membenarkan[/i] kerasulan Nabi Musa dan Nabi Isa, membenarkan Taurat dan Injil, yaitu kitab-kitab suci yang diturunkan dari Tuhan kepada Nabi-nabiNya.
    Sekali-kali tidak pernah ada dalam Al qur`an dan Hadits, bahwa Islam itu ”ditiru” dari agama Yahudi dan Nasrani.

    Demikianlah, kalau kami buka seluruhnya kecurangan-kecurangan kaum orientalist barat ini akan menjadi besarlah buku ini untuk keperluan itu saja.

    Kesimpulannya dapat kami katakan, bahwa pendapat-pendapat kaum orientalist yang selalu dibawa-bawa oleh pemuka-pemuka golongan modernisasi agama, tidaklah harus diyakini sepenuhnya, karena orang-orang itu adalah orang-orang kristen yang tidak dipercayai kejujurannya terhadap islam dan Muslimin.

    Dan juga kepada sarjana-sarjana Indonesia yang bisa membaca buku-buku karangan orinetalist, baik yang bertalian dengan fiqh atau yang berkaitan dengan sejarah, supaya berhati-hati benar, suapaya jangan termakan racun-racun yang diselundupkan di dalamnya.

Viewing 1 post (of 1 total)
  • The forum ‘Iseng dalam keluhuran’ is closed to new topics and replies.