Home › Forums › Iseng dalam keluhuran › Kenapa Koq Harus Beda ya?
- This topic has 1 reply, 2 voices, and was last updated 18 years, 2 months ago by Munzir Almusawa.
-
AuthorPosts
-
October 26, 2006 at 12:10 pm #72626081Fajar Santoso PutraParticipant
Assalammu\’alaikum warahmatullah wabarakatuh
Salam ukhuwah.
Ramadhan udah pergi, tapi semoga semangatnya terus menaungi di 11 bulan yang lain! Amin.
Bicara tentang Ramadhan kemarin, koq kayanya terasa sedikit hambar ya! (Buat saya lho!) Terutama mengenai adanya perbedaan penetapan 1 Syawal. Sebelumnya, saya bukan bermaksud untuk mempermasalahkan hal ini. Saya hanya sekedar ingin menyampaikan opini atau pendapat aja, semoga Habib berkenan ya Bib. ^_^
Saya jadi ingat pesan Habib waktu tabligh Selasa,23 Oktober 2006, kemarin. Waktu itu Habib bilang kalo perbedaan 1 Syawal jangan sampai menjadi gerbang perpecahan bagi kaum muslimin. Subhanallah Bib, suatu pesan yang sangat menyejukkan hati tanpa menimbulkan provokasi.
Oke deh, balik ke masalah awal mengenai opini saya tentang beda penetapan 1 Syawal. Saya ga\’ akan mengomentari masalah bagaimana cara pengambilan keputusan untuk menetapkan 1 Syawal atau masalah mengenai pemerintah ikut pendapat siapa dalam menetapkan 1 Syawal. Lebih sederhana dari semua itu.
Seperti Subjek yang saya tulis \"Kenapa Koq Harus Beda ya?\". Kalimat itu timbul setelah saya membaca beberapa surat kabar harian yang memberitakan serba serbi Lebaran di beberapa belahan dunia. Lho, apa hubungannya?
Sekedar membandingkan aja, di India dan Cina, yang kaum muslimin disana adalah minoritas, Lebaran dilaksanakan secara serentak, bersamaan, ga ada yang duluan atau yang belakangan. Sampai-sampai masjid utama di Calcutta (India) dan di Xining (China) penuh dengan kaum muslimin yang serentak melaksanakan Lebaran pada hari yang sama.
Di Plumstead dan Upton Park (Kota di London Timur), kota dimana muslim disana adalah minoritas dan merupakan perpaduan dari berbagai suku bangsa (terutama Afrika dan Asia), sampai harus melakukan shalat Ied secara bergantian, karena umat muslim disana ingin melaksanakan Lebaran secara serentak.
Subhanallah. Saya membayangkan betapa semarak dan meriahnya Lebaran disana.
Di Indonesia! Negara dengan umat muslim terbanyak di dunia! Bagaimana Lebaran disana? Sekali lagi saya ga bermaksud untuk mempermasalahkan hal ini (beda penetapan 1 Syawal), walaupun jujur dari hati saya, saya merasa sedih.
Kalau aja kita merayakan Lebaran secara serentak, mungkin Lebaran di Indonesia yang tercinta ini akan menjadi Lebaran paling semarak di dunia. Membaca takbir secara bersamaan di malam akhir Ramadhan, sehingga lagit Indonesia akan terpenuhi oleh lantunan yang memuji keagungan-NYA. Suara bedug juga sahut-sahutan mulai dari menjelang berbuka di akhir Ramadhan hingga menjelang terbitnya fajar 1 Syawal. Subhanallah. Betapa indah. Setelah Shalat Ied lantas saling silaturahim. Ya Allah, betapa bermaknanya Lebaran.
Tapi sekali lagi, ini Indonesia. Kebebasan berpendapat dijamin disini. Betul ga Bib?
Dan akhirnya, ini hanyalah sebuah opini. Mungkin juga akan menjadi suatu harapan bagi saya kelak kita juga bisa seperti muslimin di India, China, atau London. Amin.
Mohon maaf atas kata-kata yang kurang tepat ditempatkan pada tulisan ini.
Suatu kehormatan bagi saya jika Habib berkenan untuk memberikan tanggapan atas opini saya ini. Tentunya saya pun juga akan sangat senang sekali jika teman-teman dari Majelis Rasulullah juga berkenan untuk memberikan tanggapan.
Semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan shalawat serta salam untuk Muhammad SAW Shollu \’alaih wa\’ala alihi.
Wassalamu\’alaikum warahmatullah wabarakatuhOctober 26, 2006 at 2:10 pm #72626083Munzir AlmusawaParticipantAlaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
cahaya kesucian fitrah semoga menaungi hari hari anda,
trus terang saja pribadi saya menyayangkan hal ini, semakin tahun perbedaan semakin mencolok, mengenai masalah ini kita coba preteli sampai keujung awalnya, kita memahami bahwa kebatilan lah ternyata yg memulainya, bila kita ikuti asal muasalnya siapa yg selalu ingin memisahkan diri?,
Muhammadiyah, wahaby, mereka inilah yg selalu memicu perpecahan,seluruh dunia shalat tarawih 20 rakaat kecuali madinah yg ada pengecualian yaitu 39 atau 41 rakaat, tapi Muhammadiyah dan wahaby 11 rakaat, padahal masjidilharam sendiri 20 rakaat!.
hari lebaranpun mereka selalu berusaha ingin beda dari yg lain,
menunjukkankesombongan mereka atas yg lain bahwa yg lain adalah sesat dan hanya mereka lah yg benar, yg lain semuanya tak tahu, hanya merekalah yg tahu, semua ulama didunia ini bodoh hanya merekalah yg punya ulama.pemicu perpecahan hukumnya diperangi dan dibunuh, demikian perbuatan Sayyidina Abubakar shiddiq ra di masa khilafahnya, in dalam syariah disebut Bughah, yaitu penentang mayoritas muslimin
bahkan guru saya mengatakan : \"bersabar dalam mengenyampingkan pendapat kita demi persatuan jauh lebih mulia daripada mengenyampingkan persatuan demi pendapat kita, maka walaupun pendapat kita yg benar adalah lebaran hari esok misalnya, namun mayoritas muslimin lebaran hari ini, maka kita ikut mayoritas muslimin\",
karena 1 orang yg berbeda sudah bisa memicu perpecahan dan paling tidak kerisauan pada muslimin,
coba anda bayangkan, dirumah anda misalnya semua puasa, cuma anda lebaran sendiri, maka tentunya terjadi kekacauan dirumah anda, ada yg ikut anda, ada yg bingung, ada yg memusuhi anda, ada yg kaget melihat anda sudah pakai baju baru dan pergi takbiran, ada yg risau apakah puasanya dia salah berarti haram puasa di hari idul fitri!.
tentunya keluarga anda tak diam diri, ia mencari keterangan pada tetangga, teman teman, sanak saudara, tentang mana yg benar ni lebaran??, maka merekapun yg dihubungi jadi kaget juga, tanya tanya lagi kesana kemari, kabarnya besok sudah lebaran, kapan kita mudiknya, tiketnya harus dimajuin, dlsb…!,
semuanya kacau dan risau hanya karena perbuatan 1 orang saja.ini baru 1 personil yg berbuat demikian, sudah mengacaukan serumah berikut tetangganya dan keluarga, lalu bagaimana kalau ratusan?, ribuan?, ratusan ribu?,
kalau kita bicara hukum syariah maka kelompok pembawa fitnah harus ditumpas sampai ke akar2nya.
namun kembali kita merujuk pada maslahat muslimin.., kita harus bersabar untuk menghadapi kelompok pembawa fitnah ini, sebab mereka saudara saudara kita, bukan musuh, mereka ini bodoh dan jahil.
apa yg harus kita perbuat bila saudara kita sakit?, kita harus mengobatinya.. pelahan lahan dan dengan sabar dan gigih kita berusaha mengobati mereka ini, dan tentunya dengan berusaha terus meredam api permusuhan.wallahu a\’lam
-
AuthorPosts
- The forum ‘Iseng dalam keluhuran’ is closed to new topics and replies.