Home › Forums › Forum Masalah Fiqih › Keutamaan Shalawat Nariyyah (Fiqh/Aqidah)
- This topic has 13 replies, 7 voices, and was last updated 16 years, 7 months ago by Munzir Almusawa.
-
AuthorPosts
-
July 26, 2007 at 10:07 am #78312842kadamParticipant
Assalammu\’alaikum wr.wb.
Semoga dengan keberkahan Ilmu dapat meninggikan derajat Habib di akhirat nanti,Amin.
Habib saya mau tanya lagi suatu masalah yang ana sendiri bukan ahlinya mengenai perkara ini, insya Allah mungkin Habib lah orangnya yang sudah bukan asing lagi mengenai perkara ini.
Saya kutip dari teman saya yang bermanhaj-kan Salafus sholeh, yaitu al Akhi Abu Al Jauzaa.[b]Keutamaan Shalawat Nariyyah (Fiqh/Aqidah)[/b]
Tanya : Mohon dijelaskan apa keutamaan membaca shalawat nariyyah. Terima kasih.Jawab : Tidak diragukan lagi bahwa membaca shalawat mempunyai keutamaan yang sangat besar di sisi Allah. Allah telah berfirman :
إِنّ اللّهَ وَمَلاَئِكَـتَهُ يُصَلّونَ عَلَى النّبِيّ يَأَيّهَا الّذِينَ آمَنُواْ صَلّواْ عَلَيْهِ وَسَلّمُواْ تَسْلِيماً
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya “ (QS. Al-Ahzab : 56).
Ibnu Katsir rahimahullah dalam menjelaskan maksud ayat di atas berkata bahwa Allah ta’ala mengabarkan kepada para hambanya tentang kedudukan hamba dan nabi-Nya di sisi makhluk-Nya yang tinggi. Dimana Allah ta’ala memujinya di hadapan para malaikat yang dekat, dan para malaikat pun bershalawat kepadanya. Kemudian (Allah ta’ala) memerintahkan penduduk jagad raya bagian bawah (penduduk bumi) agar bershalawat dan mengucapkan salam atasnya, sehingga berkumpul segala pujian atasnya dari dua penghuni alam jagad raya yang di atas dan yang di bawah (Tafsir Ibnu Katsir 3/508).
Selain itu, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam melalui lisannya yang mulia juga telah menjelaskan :
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً وَاحدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ صَلَوَات وَحطَُّتْ عَنْهُ عَشْرَ خَطِيْئَات وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرَ دَرَجَات
”Barangsiapa yang bershalawat kepadaku dengan satu shalawat hatinya, maka Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali dengan shalawat yang diucapkannya itu, menghapus darinya sepuluh kejelekan, dan mengangkat derajatnya sepuluh tingkatan” (HR. Nasa’i no. 1297 dalam Ash-Shughra dari Anas bin Malik radliyallaahu ’anhu; shahih).
لا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قُبُورًا وَلا تَجْعَلُوا قَبْريْ عيْدًا وَصَلُّوا عَلَىَّ فَإنَّ صَلاتَكُمْ تَبْلُغُني حَيْثُ كُنْتُمْ
“Jangan kalian menjadikan kuburanku sebagai (tempat) hari raya dan jangan kalian jadikan rumah kalian sebagai kuburan. Dan bershalawatlah kepadaku dimanapun kalian berada karena sesungguhnya shalawat kalian (itu) sampai kepadaku “ (HR Abu Dawud no. 2042; shahih).
Karena shalawat merupakan ibadah, maka segala sesuatunya harus berdasarkan contoh dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.
Adapun shalawat nariyyah yang Saudara tanyakan, lafadhnya kurang lebih adalah sebagai berikut :
اللَّهُمَّ صَلِّي صَلاةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلامًا تَامًّا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ الَّذِيْ تَنْحَلُ بِهِ اْلعُقََدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ اْلكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ اْلحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ اْلرَّغَائِبُ وَحُسْنُ اْلخَوَاتِيْمِ وَيَسْتَسْقَى اْلغَمَامُ بِوَجْهِهِ اْلكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ عَدَدَ كلِّ مُعْلُوْمٍ لَكَ
“Ya Allah, limpahkanlah keberkahan dengan keberkahan yang sempurna, dan limpahkanlah keselamatan dengan keselamatan yang sempurna untuk penghulu kami Muhammad, yang dengan beliau terurai segala ikatan, hilang segala kesedihan, dipenuhi segala kebutuhan, dicapai segala keinginan dan kesudahan yang baik, serta diminta hujan dengan wajahnya yang mulia, dan semoga pula dilimpahkan untuk segenap keluarga, dan shahabatnya sebanyak hitungan setiap yang Engkau ketahui “.
Disebutkan oleh beberapa orang bahwa dengan membaca shalawat ini sebanyak 4444 kali, maka segala kesusahan akan dihilangkan dan segala hajat akan dikabulkan. Ada dua sisi yang perlu dikomentari mengenai shalawat nariyyah ini.
Pertama; Perlu Saudara ketahui bahwa shalawat ini bukanlah berasal dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Shalawat ini adalah buatan manusia yang sama sekali tidak ditunjang dengan dalil. Atas dasar ini, maka shalawat ini adalah shalawat bid’ah yang sudah selayaknya untuk ditinggalkan. Otomatis, segala keutamaan yang dinisbatkan kepada shalawat ini adalah tidak benar.
Kedua; Kandungan shalawat nariyyah ini mengandung kesyirikan. Aqidah tauhid yang kepadanya Al-Qur’an menyeru, dan yang dengannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kita, menegaskan kepada setiap muslim agar meyakini bahwa hanya Allah ta’ala semata yang kuasa mengurai segala ikatan. Yang menghilangkan segala kesedihan. Yang memenuhi segala kebutuhan dan memberi apa yang diminta manusia ketika berdoa. Setiap muslim tidak boleh berdoa dan memohon kepada selain Allah ta’ala untuk menghilangkan kesedihan atau menyembuhkan penyakitnya, bahkan meski yang dimintanya adalah seorang malaikat yang diutus atau nabi yang dekat (kepada Allah ta’ala). Al-Qur’an mengingkari berdoa kepada selain Allah ta’ala, baik kepada rasul atau wali. Allah ta’ala berfirman :
قُلِ ادْعُواْ الّذِينَ زَعَمْتُم مّن دُونِهِ فَلاَ يَمْلِكُونَ كَشْفَ الضّرّ عَنْكُمْ وَلاَ تَحْوِيلاً * أُولَـَئِكَ الّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَىَ رَبّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنّ عَذَابَ رَبّكَ كَانَ مَحْذُوراً
“Katakanlah,’Panggilah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya daripadamu dan tidak pula memindahkannya. Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa diantara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharap rahmat-Nya dan takut akan siksa-Nya; sesungguhnya siksa Tuhanmu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti”. (QS. Al-Israa’ : 56-57).
Para ahli tafsir mengatakan, ayat di atas turun sehubungan dengan sekelompok orang yang berdoa dan meminta kepada Isa Al-Masih, malaikat, dan hamba-hamba Allah yang shalih dari jenis makhluk jin.
Bagaimana mungkin Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam akan rela, jika dikatakan bahwa beliau dikatakan kuasa menguraikan segala ikatan dan menghilangkan segala kesedihan. Padahal Al-Qur’an turun menyeru kepada beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam untuk memaklumkan :
قُل لاّ أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعاً وَلاَ ضَرّاً إِلاّ مَا شَآءَ اللّهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسّنِيَ السّوَءُ إِنْ أَنَاْ إِلاّ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Katakanlah : ‘Aku tidak kuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudlaratan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, niscaya aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudlaratan. Aku tidak lain hanya pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman “ (QS. Al-A’raf : 188).
أَنَّ رَجُلا أَتَى النَّبيّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَلَّمَهُ في بَعْضِ اْلأَمْرِ فَقَالَ مَا شَاءَ اللهُ وَشِئْتَ فَقَالَ النَّبيُّ صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَجَعَلْتَنِي للهِ عَدْلا قلْ مَا شَاءَ اللهُ وَحْدَهُ
Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, lalu ia berkata kepada beliau,”Atas kehendak Allah dan kehendakmu”. Maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Apakah engkau menjadikan aku sebagai sekutu (tandingan) bagi Allah? Katakanlah : Hanya atas kehendak Allah semata “(HR. Nasa’i dalam Al-Kubraa no. 1085; dengan sanad hasan).
Apabila hal ini dimaksudkan sebagai tawassul terhadap diri Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, dimana beliau telah wafat, maka tawasul seperti ini tidak dapat dibenarkan 1. Tidak pernah diriwayatkan satu atsar shahih pun dari para shahabat yang melakukan demikian setelah beliau wafat. Juga Imam Syafi’i, Imam Ahmad, dan lain-lain dari kalangan para imam kaum muslimin yang terpercaya. Adapun yang dianggap dalil oleh sebagian orang sebagai dasar perbuatan mereka bertawasul terhadap diri Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, maka hal ini tidak terlepas dari dua kemungkinan :
a. hadits tersebut adalah dla’if, maudlu’, atau bahkan tanpa asal;
b. salah ber-istidlal dan ber-istimbat terhadap suatu dalil shahih.Apabila seorang muslim ingin bershalawat, hendaklah ia bershalawat dengan apa-apa yang telah tsabit (tetap) dalam Al-Qur’an dan Sunnah yang shahih.
Diantaranya ia bisa mengucapkan :اللهم صل على محمد، وعلى آل محمد؛ كما صليت على [إبراهيم وعلى] آل إبراهيم، إنك حميد مجيد، اللهم بارك على محمد، وعلى آل محمد؛ كما باركت على [إبراهيم، وعلى] آل إبراهيم، إنك حميد مجيد
“Ya Allah, berikanlah kebahagiaan kepada Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan kebahagiaan kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahiim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, berikanlah barakah kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan barakah kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahiim. Sesunggunya Engkau Mah Perpuji lagi Maha Mulia” (Muttafaqun ‘alaihi). Dan yang semisal dengannya yang bersumber dari kitab-kitab hadits.
Kesimpulan : Shalawat nariyyah adalah shalawat yang tidak ada asalnya dari nash-nash (Al-Qur’an dan As-Sunnah Ash-Shahiihah). Segala keutamaan yang dinisbatkan kepada pengucapan shalawat tersebut juga tidak benar. Sikap yang patut dilakukan oleh seorang muslim dalam hal ini adalah ia hanya bershalawat dengan apa-apa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallaahu’alaihi wasallam yang dengan itu ia akan dibalas dengan sebaik-baik balasan oleh Allah ta’ala. Wallaahu a’lam. [Abu Al-Jauzaa\’ 1428]
——–
Catatan kaki :1. Tawassul yang disyari’atkan berdasarkan dalil-dalil yang shahih adalah : Pertama, Tawassul dengan Al-Asmaaul-Husana atau dengan salah satu sifat-Nya yang mulia; Kedua, Tawassul dengan amal shalih yang dilakukan oleh yang berdoa itu sendiri; dan Ketiga, Tawassul dengan doa orang yang shalih.
————————————————————————————————-
July 27, 2007 at 9:07 am #78312868Muhammad ThoyibParticipantAssalamu\’alaikum warahmatullahi wabrakatuh.
Untuk saudara muslimku siliwangi.
Saya membaca shalawat nariyah ini rutin sejak th 1983. Alhamdulillah, banyak keutamaan yg sy peroleh. Misalnya setiap kali disebut Nabi kita shallallahu\’alaihi wa alihi wasallam hati ini semakin rindu dan hikmat kepada junjungan kita tsb. Tentunya scr otomatis sholat 5 waktu sy jd semakin getol dan hati ini lebih konsen ketika sholat. itulah manfaatnya bacaan shalawat yg kita baca scr rutin.
Teramat bodoh kalau ente bilang dgn sholawat itu kita jd musyrik. Baiknya ente perbaiki etika dulu. Hadir di pengajian atau datengin bait guru yg bs ente tanyain msl tsb. Menuntut ilmu agama perlu adab dan sopan santun kpd guru. Agama bukan untuk diperdebatkan tp diamalkan. Ente gak bakal menanggung dosa orang lain yg gak sepaham dgn ente.
Jd percuma aja pertanyaan ente, dijawab atau gak dijawab. Adab dan bhs nanya ente aje, kayak gak perlu jawaban. tahshulul hasil.
Wassalamu\’alaikum wrb
July 27, 2007 at 12:07 pm #78312875Munzir AlmusawaParticipantAlaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
Rahmat dan Cahaya keridhoan Nya swt semoga selalu mengiringi hari hari anda,
saudaraku yg kumuliakan,
mengenai shalawat nariyah, tidak ada dari isinya yg bertentangan dg syariah, makna kalimat : yang dengan beliau terurai segala ikatan, hilang segala kesedihan, dipenuhi segala kebutuhan, dicapai segala keinginan dan kesudahan yang baik, serta”, adalah kiasan, bahwa beliau saw pembawa Alqur’an, pembawa hidayah, pembawa risalah, yg dg itu semualah terurai segala ikatan dosa dan sihir, hilang segala kesedihan yaitu dengan sakinah, khusyu dan selamat dari siksa neraka, dipenuhi segala kebutuhan oleh Allah swt, dicapai segala keinginan dan kesudahan yang baik yaitu husnul khatimah dan sorga,ini adalah kiasan saja dari sastra balaghah arab dari cinta, sebagaimana pujian Abbas bin Abdulmuttalib ra kepada Nabi saw dihadapan beliau saw : “… dan engkau (wahai nabi saw) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya dibumi hingga terang benderang, dan langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan dalam tuntunan kemuliaan (Al Qur’an) kami terus mendalaminya” (Mustadrak ‘ala shahihain hadits no.5417), tentunya bumi dan langit tidak bercahaya terang yg terlihat mata, namun kiasan tentang kebangkitan risalah.
Sebagaimana ucapan Abu Hurairah ra : “Wahai Rasulullah, bila kami dihadapanmu maka jiwa kami khusyu” (shahih Ibn Hibban hadits no.7387), “Wahai Rasulullah, bila kami melihat wajahmu maka jiwa kami khusyu” (Musnad Ahmad hadits no.8030)
semua orang yg mengerti bahasa arab memahami ini, Cuma kalau mereka tak faham bahasa maka langsung memvonis musyrik, tentunya dari dangkalnya pemahaman atas tauhid,
mengenai kalimat diminta hujan dengan wajahnya yang mulia, adalah cermin dari bertawassul pada beliau saw para sahabat sebagaimana riwayat shahih Bukhari.
—
mengenai bacaan 4444X atau lainnya itu adalah ucapan sebagian ulama, tidak wajib dipercayai dan tidak ada larangan untuk mengamalkannya,
—
shalawat ini bukan berasal dari Rasul saw, namun siapapun boleh membuat shalawat atas nabi saw, sayyidina Abubakar shiddiq ra membuat shalawat atas nabi saw, Sayyidina Ali bin abi thalib kw membuat shalawat, juga para Imam dan Muhadditsin, shalawat Imam Nawawi, Shalawat Imam Shazili, dan banyak lagi, bahkan banyak para muhadditsin yg membuat maulid, bukan hanya shalawat.
—
syirik?, yah.. syirik tentunya bagi orang orang wahabi, mereka memang tak diperuntukkan untuk mendapat kemuliaan shalawat, kasihan juga kalau Abubakar shiddiq dibilang syirik, juga Ali bin Abi Thalib kw, juga para muhadditsin lainnya,karena mereka membuat shalawat,
tawassul adalah diajarkan oleh nabi saw tawassul pada beliau saw dan pada amal shalih dan pada orang shalih, demikian riwayat shahih Bukhari dari Umar bin Khattab ra dan lainnya.
Lalu bagaimana dg Abubakar shiddiq ra bicara pada jenazah Rasul saw setelah Rasul saw wafat (shahih Bukhari), tentunya dalam faham wahabi hal ini musyrik
juga Umar bin Khattab ra wasiat minta dikuburkan dekat kubur nabi saw seraya berkata : “Tidak ada yg lebih kudambakan selain pembaringan disebelah nabi itu”, (shahih Bukhari), tentunya dalam faham wahabi hal ini musyrik
para sahabat pun semuanya akan divonis musyrik, karena berebutan potongan rambut Rasul saw, (shahih Bukhari)
dan Asma binti Abubakar shiddiq ra pun akan difitnah musyrik karena bila ada yg sakit ia membasuh jubah nabi saw lalu airnya diminumkan pada yg sakit (shahih Muslim)
Dan boleh tawassul pada benda, sebagaimana Rasulullah saw bertawassul pada tanah dan air liur sebagian muslimin untuk kesembuhan, sebagaimana doa beliau saw ketika ada yg sakit : “Dengan Nama Allah atas tanah bumi kami, demi air liur sebagian dari kami, sembuhlah yg sakit pada kami, dg izin tuhan kami” (shahih Bukhari hadits no.5413, dan Shahih Muslim hadits no.2194)
Hanya wahabi saja yg mengingkarinya dari dangkalnya pemahaman mereka pada tauhid dan ilmu hadits.
Dan mengenai tabarruk pun merupakan sunnah Rasul saw, dan Rasul saw mengajari Tabarruk bahkan Istighatsah.
Saya ringkaskan jawaban saudaraku karena saya sedang di Pulau Bengkalis, Riau.
Walillahittaufiq
July 30, 2007 at 8:07 am #78312927Muhammad ThoyibParticipantAssalamu\’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Mengenai shalawat Kamilah (tafrijiyah) ini, Imam Qurthubi mengatakan \"barang siapa ingin mdp suatu yg sangat penting atau menolak bencana, hendaklah membaca 4.444 kali. Maka Allah akan mewujudkan keinginan dan harapan sesuai dg niatnya.\"
Di kitab khozinah al-asror karya Syaikh Al-\’arif billah Muhammad Haqqi an Nazili juga tdp fadhilah sholawat ini dan sholawat yg laennya.
Mengenai pujian dan sholawat para ulama terdahulu, tentunya tdk bermaksud menuhankan Nabi SAW. Mungkin hanya kita yg belum sampe ilmunya ke arah itu. Hati-hatilah jgn menghujat ….. krn ilmu kita tdk sebanding dgn mereka rahimahullah ta\’ala.
Ingat pula QS Al-Insyiroh : \"Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu.\" Bahkan Allah SWT memuji Nabi SAW dengan isim tafdhil yg biasa digunakan untuk AsmaNya. La\’ala khuluqin Azhim. Atau Laqod jaakum rusulun ….Aziizun alaihi….. (dst).Wallahu yahdiy ilaa sawais sabil.
Maafin sy kalau berkata kasar pada akhina siliwangi.
Mudah2an Habibina cepat pulang, dan selamat tiba di Jakarta kembali. Mohon maaf atas kelancangan sy ini.
Assalamu\’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.July 30, 2007 at 9:07 am #78312928kadamParticipantAssalammu\’alaikum wr.wb.
Alhamdulillah atas jawaban Habib, menghilangkan kejumudan femahaman saya karena ketidak tahuannya ditengah umat Akhir zaman.
Bagi saudara yang di forum ini yang mengeritik ana, tolong ngedepankan budi pekerti yang baik dan Ilmu bukan hanya hawa nafsu ketaklidan anda.
July 31, 2007 at 8:07 am #78312939WIDAYAT NUR AZISParticipantAssalamu\’alaikum,
Semoga kesehatan Habib semakin hari semakin membaik dengan semakin majunya usaha dakwah yang Habib pimpin, Majelis Rasulullah, begitu juga Habib sekeluarga semoga selalu dalam kebahagiaan.
Mengenai sholawat yang dibuat oleh sayyidina Abubakar shiddiq ra, Sayyidina Ali bin abi thalib kw, shalawat Imam Nawawi, Imam Shazili dan sholawat2 yang dibuat oleh para Imam dan Muhaditsin, sudilah kiranya Habib menuliskan pada forum ini dan mengijazahkan kepada kami, sehingga kami dapat mengamalkannya.
Salam
July 31, 2007 at 11:07 am #78312943kadamParticipant\"Mengenai shalawat Kamilah (tafrijiyah) ini, Imam Qurthubi mengatakan \"barang siapa ingin mdp suatu yg sangat penting atau menolak bencana, hendaklah membaca 4.444 kali. Maka Allah akan mewujudkan keinginan dan harapan sesuai dg niatnya.\"\"
Di kitab mana Imam Qurthubi mengatakan seperti itu ?
Wallahu a\’lam bish showab
July 31, 2007 at 1:07 pm #78312954Muhammad ThoyibParticipantAssalamu\’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Di kitab khozinah al-asror karya Syaikh Al-\’arif billah Muhammad Haqqi an Nazili. Halaman nye sy lupa 30 lebih. pasal sholawat. (mohon maklum deh).
Wa\’alaikum salam wrwb
August 1, 2007 at 7:08 am #78312972Muhammad ThoyibParticipantlebih tepatnye hlm-179 baris 17 . Atau lebih banyaknya ada di majalah alKisah edisi sholawat. (hmm, iklan gratis nih)
August 23, 2007 at 12:08 pm #78313472Barata Aditya AkbarParticipantAssalamu\’alaikum
saudara muslim saya \"siliwangi \"
mamang sukar bagi saudara yang sudah terlanjur, ikut suatu faham. dan barang kali emang bisa dikatakan faham saudra mendekati wahabi yang menyirikkan sesama muslim. Barang kali obatnya hanya
Kembalilah kepada apa yang sudah dirumuskan oleh para orang sholeh ( terutama yang alim dan nasabnya sampai kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW ), karena pembawa risalah agama islam adalah Nabi SAW, orang belum bisa dikatakan alim kalau hanya bersahadad Kepada Allah SWT, tanpa dilanjutkan bersaksi tentang Nabi SAW kita.renungkan, jangan buang waktu anda untuk membandingkan suatu faham yang kita sendiri ambilnya hanya sekedar membaca, tanpa tau asal usulnya.
Wassalam
-
AuthorPosts
- The forum ‘Forum Masalah Fiqih’ is closed to new topics and replies.