Home Forums Forum Masalah Tauhid Manaqib dan Karamah Aulia

Viewing 4 posts - 1 through 4 (of 4 total)
  • Author
    Posts
  • #75189689
    Abu Afidita
    Participant

    Assalamu\’alaikum Wr.wb.

    Semoga setiap helaan nafas habib diselimuti oleh Rahmat Allah Ta\’ala, semoga Allah dengan hamparan kasih sayang-Nya mengumpulkan habib kelak dg datuk habib, Rasulullah SAW, amin.

    Habib Munzir Yth, saya ingin menanyakan masalah Manaqib dan Aulia. Karena hal ini sering menjadi celaan dari kaum \"modernis\" terhadap kaum Muslim yang lain.

    1. Sebenarnya apakah manaqib itu? Apa sama dengan sejarah Aulia dan bernilai valid? Apakah kisah-kisah yang ada di dalamnya adalah benar-benar atau hanya kiasan? Apakah berpahala membaca Manaqib?

    2. Sebagian orang tidak yakin bahwa para Aulia, misalnya Wali Songo memiliki kemampuan-kemampuan ghaib. Mereka hanyalah da\’i sama dengan da\’i pada umumnya, serta menganggap cerita-cerita aneh sekitar kesaktian para Aulia merupakan ajaran kejawen, atau animisme. Bahkan ada yang mengatakan itu Syirk. Karena para Shahabat, Tabi\’in dan para ulama Salaf saja tidak memiliki kemampuan hal-hal seperti itu apalagi ulama berikutnya, katanya. Malah katanya sebenarnya Wali Songo itu bukan Wali dalam pengertian kekasih Allah, tetapi seperti kata Wali Kota.

    Mohon pencerahannya Habib.

    Dan terima kasih atas kebaikan hati Habib.
    Wassalamu\’alaikum Wr.wb.

    #75189692
    Munzir Almusawa
    Participant

    Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

    Limpahan keluhuran dan kebahagiaan semoga selalu tercurah pada anda dan keluarga,

    saudaraku yg kumuliakan,
    1. manaqib adalah sejarah hidup seseorang shalih atau ulama, manaqib tidak bisa dipertanggungjawabkan 100% apalagi bila telah berubah bahasa, memang manaqib ini tentunya ditulis oleh murid sang guru / ulama tsb, namun manaqib beda dengan Alqur\’an dan hadits yg diperttanggungjawabkan dengan sanad dari generasi ke generasi, manaqib ini pun ada yg bisa dipertanggungjawabkan, namun tak ada jaminan bila ada yg menambahi atau menguranginya, karena siapapun bisa saja membuatnya.

    namun selama isinya sesuai dg syariah maka tentunya hal itu insya Allah benar, dan bila bertentangan dg syariah maka tak wajib mempercayainya.

    2. mengenai keramat para wali dan shalih merupakan hal yg tak bisa dipungkiri, Allah telah menyebutnya dalam Alqur\’an, sebagaimana Allah menceritakan kejadian Nabi Sulaiman as yg dikelilingi oleh para pengikutnya dari kaum Ifrit dan manusia, Sulaiman as berkata : \"WAHAI HADIRIN, SIAPA DIANTARA KALIAN YG AKAN MEMBAWAKANKU SINGGASANANYA KEMARI (singgasana ratu balqis) SEBELUM IA DATANG MENYERAHKAN DIRI?, MAKA BERKATALAH IFRIT DARI BANGSA JIN : AKU AKAN MEMBAWAKANNYA PADAMU SEBELUM KAU BERDIRI DARI KURSIMU, SUNGGUH AKU KUAT DAN TERPERCAYA, MAKA BERKATALAH SEORANG YANG MEMILIKI ILMU DARI KITAB (tentunya orang shalih, yaitu ulama) AKU AKAN MEMBAWAKANNYA PADAMU SEBELUM KAU MENGEDIPKAN MATAMU, MAKA DALAM SEKEJAP SINGGASANA TEGAK DIHADAPANNYA…\" (QS Annaml 38-39-40).

    maka jelas jelas ayat diatas menunjukkan keramat seorang wali Allah yg mendatangkan singgasana Ratubalqis sebelum Sulaiman mengedipkan matanya, lelaki itu bukan nabi, karena Allah menjelaskan : \"BERKATALAH SEORANG YG MEMPUNYAI ILMU DARI KITAB\" menunjukkan ia seorang ulama yg shalih.

    lalu dalil lainnya adalah para sahabat yg mempunyai keramat, teriwayatkan banyak riwayat diantaranya dalam shahih Bukhari bahwa :

    ketika dua orang sahabat keluar dari berjumpa dg rasul saw maka terlihatlah dua cahaya menerangi mereka dimalam itu, saat mereka berpisah maka kedua cahaya itu masing masing mengikuti setiap dari mereka (shahih bukhari)

    ketika salah seorang sahabat membaca surat alkahfi dimalam hari maka ia melihat awan turun dan ketika ia bertanya pada Rasul saw dan Rasul saw berkata bahwa itu adalah sakinah bagi pembaca Alqur\’an (shahih Bukhari).

    dan banyak lagi riwayat shahih lainnya,

    dan Allah swt telah menjanjikan kemuliaan bagi para wali sebagaimana firman Nya swt dalam hadits Qudsiy ”Barangsiapa memusuhi waliku sungguh kuumumkan perang kepadanya, tiadalah hamba Ku mendekat kepada Ku dengan hal hal yg fardhu, dan Hamba Ku terus mendekat kepada Ku dengan hal hal yg sunnah baginya hingga Aku mencintainya, bila Aku mencintainya maka aku menjadi telinganya yg ia gunakan untuk mendengar, dan matanya yg ia gunakan untuk melihat, dan menjadi tangannya yg ia gunakan untuk memerangi, dan kakinya yg ia gunakan untuk melangkah, bila ia meminta pada Ku niscaya kuberi permintaannya….” (shahih Bukhari hadits no.6137)

    Maka hadits Qudsiy diatas tentunya jelas jelas menunjukkan bahwa pendengaran, penglihatan, dan panca indera lainnya, bagi mereka yg taat pada Allah akan dilimpahi cahaya kemegahan Allah, pertolongan Allah, kekuatan Allah, keberkahan Allah, dan sungguh maknanya bukanlah berarti Allah menjadi telinga, mata, tangan dan kakinya, dan inilah tanda kekuatan para Wali Allah

    anda lihat peristiwa tsunami di aceh?, bagaimana makam meramat itu tak disentuh air bah, air itu tingginya 30 meter, kecepatannya 300km/jam, dan kekuatannya ratusan juta ton.. ia terbelah di masjid dan makam para wali.

    mereka itu tak faham ilmu wahai saudaraku, dangkal pemahaman syariah nya dan menutup mata dari dalil Aqlan wa syar\’an (dalil Logika dan syariah) lalu berfatwa semaunya.

    demikian saudaraku yg kumuliakan,

    wallahu a\’lam

    #75189766
    Abu Afidita
    Participant

    Assalamu\’alaikum wr.wb.

    Alhamdulillah dan terima kasih Habib, atas jawabannya yang sangat jelas.

    Kalau berkenan saya ingin bertanya lagi masalah Aulia Allah ini.

    1. Apakah benar bahwa setiap masa ada ribuan Aulia? Apakah ciri-ciri Aulia itu?

    2. Apakah boleh kita berkeyakinan bahwa ulama-ulama terkenal seperti Para Imam Madzhab, Syekh Abdul Qadir Jailani, Abu Yazid, Al-Junaid, Wali Songo, dll.

    3. Kalau tidak percaya pada Aulia hukumnya apa?

    Terima kasih, sekali Habib atas jawabannya.

    Semoga cahaya Allah SWT selalu menaungi Habib dan seluruh jamaah Majelis Rasulillah.

    #75189767
    Munzir Almusawa
    Participant

    Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

    Limpahan kebahagiaan semoga selalu tercurah pada anda dan keluarga,

    saudaraku yg kumuliakan,
    1. mengenai jumlah mereka ini tak diketahui, ada banyak pendapat beberapa ulama tentang ini dan banyak mengambil istinbath dari beberapa hadits dan atsar, namun saya tak menemukan satu kepastian dari hadits shahih jumlah mereka dimuka bumi.

    ciri ciri mereka itu sebagaimana hadits Qudsiy yg telah saya jelaskan bahwa mereka mengamalkan hal yg fardhu lalu yg sunnah hingga Allah mencintainya,

    lalu sebagaimana firman Allah swt : \"Sungguh para Wali Allah itu tiadalah mereka itu takut (pada makhluk) dan tiadalah mereka itu bersedih (kecewa pd Allah), mereka itu adalah orang yg beriman dan bertakwa, bagi mereka kabar gembira dalam kehidupan dunia dan dalam kehidupan akhirat, dan tiada pergantian dalam ketentuan Allah, ean itulah keberuntungan yg agung\" (QS`Yunus 63-64), maka tentunya mereka itu orang yg beriman dan bertakwa.

    2. saya kira tak ada salahnya bagi kita untuk meyakini mereka itu para wali Allah swt, karena kalau bukan para ulama, Imam dan para Da\’i yg menyebabkan sampainya jutaan hidayah, jika mereka bukan wali Allah maka siapakah wali Allah swt?

    3. tidak percaya pada seorang yg disebut wali Allah sebagai wali menurut saya hal itu wajar saja, karena bergantung pada pengetahuan kita tentang keshalihannya atau ketakwaannya, namun tidak percaya secara keseluruhan bahwa wali itu ada maka kufur hukumnya karena tak percaya pada apa apa yg ada pada Alqur\’an dan hadits shahih.

    demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu,

    wallahu a\’lam

Viewing 4 posts - 1 through 4 (of 4 total)
  • The forum ‘Forum Masalah Tauhid’ is closed to new topics and replies.