Home › Forums › Forum Masalah Fiqih › salahkah saya?
- This topic has 3 replies, 2 voices, and was last updated 15 years, 10 months ago by Munzir Almusawa.
-
AuthorPosts
-
December 19, 2008 at 8:12 am #136605775chandra abiesumanParticipant
assalamualaikum ya habib..
mau curhat bib..
sekaligus meminta nasihat dan doa habib agar keimanan saya semakin kokoh dan menancap kuat pada diri saya yang fakir ilmu ini.bib, bagi kita umat muslim, apakah sebuah bentuk kekurang ajaran jika kita terus berusaha mencari bukti2 yang benar2 dapat meyakinkan diri kita mengenai diin kita (Islam)?
saya senantiasa beristigfar, memohon ampunan dari Allah swt sang maha penerima taubat..saya ingin meminta nasihat, bolehkah kita sebagai hamba Allah swt mencoba membuktikan kebesaran dan kebenarannya sampai saya benar2 yakin?
terkadang saya takut menjadi orang yang kehilangan iman, dikala saya mencoba mempelajari hal2 yang diluar pengetahuan saya mengenai islam..
kualatkah saya bib jika saya memiliki pertanyaan2 yang didasarkan oleh klaim pihak2 diluar islam? salahkah saya bib, jika ingin mencari bukti bahwa tudingan2, fitnah2 itu salah?
saya seringkali mendapatkan jawaban, bahwa iman itu perkara ghaib..
tapi sekali lagi, salahkah saya jika memiliki keinginan untuk mencari tahu akan bukti2 yang mematahkan tuduhan mereka?saya menguatkan tekad, bahwa insya Allah, jika niat saya memang tulus mencari kebenaranNya, kekuasaanNya dan petunjukNya maka Allah akan meridhai saya dalam hal ini..
segala ampunan hanya berasal dari Allah..
maaf bib, jadi panjang lebar begini.. ini adalah bukti kegundahan hati saya.
astagfirullah, saya takut Allah swt memurkai tindakan saya..
saya banyak membaca tudingan2 pifak kafir terhadap kebenaran diin kita, dari segi ajaran dan kitab suci kita..
secara garis besar mereka menuding Al quran kita, perkataan Allah swt yang suci, penuh dengan kontradiksi2.berdosakah saya bib jika ada sedikit keinginan untuk membuktikan bahwa Alquran adalah kebenaran yang haq, dan keinginan menjawab tudingan mereka sekaligus memperkuat iman saya?
astagfirullah..
saya benar2 takut bib, kalau2 saja Allah azza wa jala murka pada saya dan menyeatkan saya..
bolehkah saya menanyakan hal2 yang masih mengganjal dihati saya kepada habib?
agar saya terhindar dari jurang2 kesesatan bib..mohon nasihat dan doanya bib, agar saya diberikan kemudahan dalam mencari kebenaran yang sebenar2nya dalam memperkuat iman saya..
terimakasih bib..
wassalamualaikum wr wb..
December 20, 2008 at 6:12 pm #136605802Munzir AlmusawaParticipantAlaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
Anugerah dan Cahaya Rahmat Nya semoga selalu menerangi hari hari anda,
Saudaraku yg kumuliakan,
kita tidak ragu dg agama kita dan Alqur\’an hanya karena ocehan orang yg tidak tahu, tentunya Allah Maha Benar dan merekalah yg tidak tahu, maka boleh saja anda bertanya dan hal itu perbuatan terpuji.sampaikan pada saya pertanyaan2 mereka, pasti hal ini akan menjadi kendala banyak saudara muslimin kita juga, saya akan berusaha memperjelasnya.
Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dg segala cita cita,
Wallahu a\’lam
December 21, 2008 at 5:12 am #136605832chandra abiesumanParticipantterima kasih bib..
mereka sepertinya sudah putus asa mencari2 kelemahan dalam diien kita, menuding segala fitnah yang naudzubillah.. benar2 keji.
dari mulai memfitnah islam secara fisik, dan mereka saat ini menyerang sampai ke dasar2 keimanan dan akidah kita.
tuduhan mereka adalah:
1) adanya kontradiksi dalam alquran, seperti yang sudah saya post kan pada thread mengenai makna \’Hamba-Ku\’ dalam surat az zumar ayat 10 & 53, dimana sudah habib jawab dengan tamsil yang singkat namun sangat tepat sasaran : )pertanyaan2 selanjutnya yang mengganjal adalah,
2) kontradiksi dalam dasar keimanan kita seputar kenabian Rasulullah saw, dimana sosok seorang Rasulullah yang dijanim kebenarannya dalam setiap tindakannya berasal dari wahyu Allah swt, tetapi masih pula beliau memiliki kesalahan. Dalam Alquran diceritakan bahwa Rasulullah saw ditegur dalam perihal mengesampingkan umatnya yang buta..
bagaimana cara paling tepat menafsirkan hal ini? apakah dapat kita ajukan saja premis bahwa semua yang terjadi itu menunjukkan kehendak Allah swt yang menjadikan riwayat hidup Muhammad saw sebagi contoh bagi umatnya? dimana jika tidak terjadi hal itu (misal: teguran terhadap rasul), maka kita umat yang hidup selanjutnya tidak akan memiliki hikmah yang terkandung didalam teguran itu (yaitu bahwa rasul juga merupakan seorang manusia yang kadang bisa saja salah)?lalu mengenai perbedaan-perbedaan matan hadist, contoh: mengenai shalat, dimana dalam satu haist berderajat sahih disebutkan bahwa Rasul saw bertakbir dengan tangan sejajar pundak dan dihadist lain seorang sahabat mencontohkan sholat Rasul saw dengan tangan (bertakbir) sejajar telinga dan ia mengatakan \"sesungguhnya seperti inilah sholat beliau saw..\"
asumsi paling netral menurut saya adalah dengan menarik kesimpulan ditengah2, bahwa pada suatu saat rasul saw sholat dengan contoh pertama dan saat lainnya dengan contoh kedua..
namun saya menemukan celah berbahaya dalam asumsi seperti ini dimana akan timbul sebuah asumsi lain yang dapat pula mengatakan :
a) kalau rasul yang terjaga dari dosa dan dijamin oleh Allah swt bahwa ia merupakan sumber petunjuk bagi umatnya, dan rasul saja tidak baku gerakan sholatnya, maka sebenarnya sholat itu memang tidak memiliki gerakan yang baku.. (berkaitan juga dengan hadist2 doa iftitah yang berbeda, dll)b) bagaimana mungkin ada perbedaan dalam sholat rasul, kalau dia adalah seorang yang paling taat dan mengetahui hakikat sifat sholat itu sendiri? saya takut akal saya digoda syaitan dan makin terjerumus kedalam pemahaman yang lebih kacau lagi:
\"wah, berarti jangan2 hadist2 sahih sekalipun sudah diragukan..\", mau berpegang pada apalagi saya kalau sudah begitu?? mohon pencerahan bib..terima kasih sebelumnya..
wassalamualaikum wr wb
December 22, 2008 at 12:12 am #136605860Munzir AlmusawaParticipantAlaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
Anugerah dan Cahaya Rahmat Nya semoga selalu menerangi hari hari anda,
Saudaraku yg kumuliakan,
1. mengenai ayat pada surat Abasa, bahwa Rasul saw menegur Ibn Ummi maktum ra yg buta, perbuatan itu tidak salah, karena Ibn Ummi maktum salah besar telah memutus pembicaraan Nabi saw, dan itu adalah dosa besar bagi Ibn Ummi Maktum ra, karena ucapan ucapan Rasul saw adalah ajaran Allah swt.namun Ibn Ummi Maktum tak bisa disalahkan, karena ia buta, dan tidak tahu,
Rasul saw sangat besar keinginan beliau saw menerangkan islam pada pembesar pembesar Qureisy, dan muncullah ibn Ummi maktum memotong pembicaraan beliau saw.
Rasul saw cemberut pada Ibn Ummi Maktum ra, namun perbuatan Rasul saw benar dan sama sekali tidak menghina Ibn Ummi Maktum ra, karena Rasul saw tahu bahwa Ibn Ummi Maktum ra ini buta, tak akan tersinggung dengan cemberut beliau saw, karena ia tak melihat.
maka Rasul saw cemberut padanya, tanpa menghinanya atau menegurnya satu hurufpun atas kesalahannya, dan jika ia tidak buta maka Rasul saw tak akan cemberut padanya karena akan menyakiti hatinya.
maka pembesar pembesar Qureisy merasa sombong atas kejadian itu, mereka merasa mereka sangat dihargai oleh Nabi saw, dan ternyata itu membuat mereka semakin sombong,
maka Allah turunkan ayat, dan teguran Allah swt pada Nabi saw adalah diperuntukkan bukan untuk Nabi saw, tapi agar diketahui oleh pembesar pembesar Quraisy bahwa orang buta dimuliakan oleh Allah swt lebih dari mereka, bahwa orang buta yg niat beriman itu diketahui dan dibela oleh Allah swt daripada mereka yg kufur.
banyak ayat Alqur\’an yg turun seakan bicara pada Nabi saw, namun bukan pada Nabi saw, seperti pada surat Al Fajr 17-20), bahwa Allah swt berfirman : \"Kalian ini tidak mengayomi anak yatim, dan kalian tidak mengajak orang memperhatikan orang miskin, dan kalian memakan dan memperebutkan harta waris dengan keinginan besar, dan kalian mencintai harta dengan cinta yg besar\".
tentunya \"Kalian\" dalam ayat ini bukan untuk sang Nabi saw, namun untuk orang orang fasiq, karena Rasul saw justru dikenal dengan gelar ayah orang yatim, karena sangat menyantuni yatim, dan beliau saw selalu mengajak orang yg membantu fuqara dst..
namun ayat itu turun bukan untuk sang Nabi saw, tapi untuk orang fasiq tsb.
—mengenai hadits itu, tidak bertentangan maksudnya, ia satu makna, kedua tangan sejajar dengan telinga, dan kedua tangan sejajar dengan pundak, keduanya bermakna dg makna yg sama, karena yg dimaksud adalah kedua telapak tangan sejajar dengan telinga dan antara pergelangan hingga siku sejajar dengan bahu.
kedua riwayat tak bertentangan, karena telapak tangan juga disebut tangan, dan antara pergelangan hingga siku juga disebut tangan,
maka dua riwayat itu justru saling memperjelas posisi takbiratul ihram, oleh sebab itu dibutuhkan mustalah hadits, yg diajarkan oleh para ustad dan ulama, tak cukup hanya belajar dikertas buku sebagaimana mereka membaca injilnya, cukup dengan melihat buku maka selesailah dan lengkaplah agamanya,
dalam islam mestilah dengan bimbingan guru, melihat saudara muslimnya shalat, melihat ibadah lainnya,
kenapa harus demikian?, karena inilah kesempurnaan islam, tak bisa memisahkan diri sendiri,
oleh sebab itu Rasul saw bersabda : \"Shalatlah sebagaimana kalian lihat aku shalat\" (Shahih Bukhari).
karena jika tidak melihat, maka orang akan bingung bagaimana cara duduk tahiyyat, takbiratul ihram, i\’tidal dlsb.
mengenai doa iftitah atau lainnya yg berbeda beda, itu menunjukkan islam itu sempurna, boleh memilih doa yg ia suka, namun adapula hal hal yg satu riwayat, menunjukkan tak bisa memilih semaunya.
ada yg bisa ia pilih, ada yg sudah baku, ada yg wajib, ada yg sunnah, ada yg makruh, ada yg haram, inilah kesempurnaan syariah islam.
silahkan teruskan saudaraku.
Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dg segala cita cita,
Wallahu a\’lam
-
AuthorPosts
- The forum ‘Forum Masalah Fiqih’ is closed to new topics and replies.