Home › Forums › Iseng dalam keluhuran › Sanggahan untuk para Muwahhidin (Wahabiyy)
- This topic has 0 replies, 1 voice, and was last updated 18 years, 3 months ago by Adie bin Ahmad.
-
AuthorPosts
-
October 3, 2006 at 1:10 am #72415559Adie bin AhmadParticipant
[i]Assalamu?alaikum wrwb[/i]
Alhamdulillah, ?alaa ni?matillah, wash sholatu ?alaa rosulillah ?abduhu wa rosuluh….. Allahumma sholli \’alaa sayyidina wa nabiyyina wa syafi\’ina Muhammad, wa aalihi wa shohbihi ajma\’in.
Senantiasa kami sampaikan dan kami tegaskan bahwa mencintai Nabi Muhammad SAAW adalah tindakan terpuji bahkan teramat mulia untuk sebuah ibadah dan sama sekali tiada akan menyeret kita ke liang kesesatan. Oleh karena itu kenapa selalu ada saja orang selalu tidak senang melihat kita mencintai seseorang mulia ini SAAW, aneh sungguh aneh..
Nastaghfirullahal adzhiiem wa natuubu ilaih, ga ada cape2nya seseorang dengan gampangnya bermodal 1-2 ayat qur?an dan hadits langsung mencap suatu kaum itu salah besar? dan pendapatnyalah yang paling benar karena disokong oleh dalil-dalil dan sikap taklidnya kepada ulama mujaddid yang mengusung bendera salaf. Menurutnya apa yang dilakukan sekarang ini adalah seperti apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAAW,, Nabi SAAW ga pernah menginginkan umatnya dalam kotak2 yang saling bertentangan satu sama lain… Bukankah perbedaan pendapat itu fitrah?? Ya itu sungguh fitrah, tapi tidak bagi para pengusung bendera salaf… Mereka dengan gampangnya mengklaim pendapat mereka adalah pendapat Rasulullah SAAW, bahkan mereka merasa mengembalikan nuansa da?wah Rasulullah SAAW. Padahal Rasulullah SAAW ga pernah memaksakan seseorang untuk ikut ajarannya mengenai agama ?La ikro hafiddiin? ya kan? Tetapi pada akhirnya agama yg diperjuangkan Baginda Rasulullah SAAW menjadi merata di seluruh penjuru bumi ini dari dulu hingga sekarang… kita tak dapat pungkiri yaa ikhwan, Baginda Rasulullah SAAW kita adalah manusia yang paling sukses dan cerdas dalam menda?wahkan agama Allah Ta?ala. ?Ala kulli haal, mereka yang mengusung bendera salaf ini belum bisa berakhlak sopan santun terhadap seseorang yang telah mengenalkan Islam secara kaffah dan diridho?i Allah Ta?ala kepada mereka, yang tiada lain dan tiada bukan Baginda kita Rasulullah SAAW.
Sedangkan mereka malah memuliakan pendapat2 ulama mereka yang salah satunya mengharamkan kita berziarah kubur ke maqom Rasulullah SAAW bahkan dia ga pernah sama sekali menginjak Maqam Rasulullah SAAW. Sampai2 semua situs2 bersejarah Islam dihancurkan, maqom Sayyidina Hamzah ra, maqom Sayyidah Khodijah AlKubro di Mekah, dan lain-lainnya lantaran mereka takut hal itu akan jadi ajang kemusyrikan. Betapa bodohnya pendapat demikian, padahal kita mengharapkan keberkahan dari para manusia2 mulia tersebut agar do?a kita langsung didengar oleh Allah Ta?ala, kita ga pernah menyembah mereka, apalagi menganggap mereka Tuhan… na?udzubillah. Malah mereka yang menghancurkan situs2 tersebut akan dimintai pertanggungjawabannya nanti dihari kiamat.
Mereka memang tidak pernah bersopan santun kepada seseorang yang lebih mulia dari pada mereka… Semoga Allah Ta\’ala merahmati mereka yang menghancurkan bukti2 kemuliaan Islam di tanah haramMu Ya Allah, sehingga mereka dapat mengungkapkan kecintaannya kepadaMu dan RasulMu sebelum ajal menjemput….
[b]Akhlak Mulia adalah menghormati Nabi Muhammad SAAW[/b]
—————–
Berlaku sopan dan menunjukkan akhlak yang santun adalah hal yang baik kita lakukan terhadap orang yang lebih tua dari kita, lebih ?alim dari kita, dan seseorang yang sedang dihormati disini adalah Nabi kita bersama Rasulullah SAAW, sangat jalang dan hina orang yang mengkufurkan dan mengharamkan seseorang hamba untuk hormat kepada majikannya junjungan Mulia kita Nabi Muhammad SAAW.. Kalau bukan karenanya kita tidak bisa beribadah setenang ini, kita tidak dapat menghirup kebebasan menyembah kepada Allah Ta?ala. Kalau mereka bilang orang yang menghormati Nabi SAAW dengan cara merayakan Maulid di bulan kelahiran Nabinya adalah orang2 yang melazimkan haq menjadi batil, yang batil menjadi haq… Saya katakan disini, malah mereka yang selalu menjadikan yang haq itu batil,, dan yang batil adalah haq. Orang seperti ini durhaka terhadap Rasulullah SAAW, ga lil?adab terhadap junjungannya SAAW yang rela menumpahkan darah hanya demi ummatnya, rela dicaci, difitnah, bahkan dianiaya.. Yaitu saya dan kalian dalam hal ini.
Bayangkan orang tua kita dicacimaki oleh orang yang tidak dikenal, difitnah, dipukuli dan lainnya, hanya orang yang menyadari posisinya didunia ini tidak mau menyandang gelar durhaka, yang rela untuk membela mati2an orangtuanya. Ikhwanii fillah rohimakumullah, padahal mencintai Rasulullah Muhammad SAAW adalah hal yang harus diutamakan dalam hubungan terhadap manusia, wajib mencintai Rasulullah SAAW diatas mencintai segalanya bahkan diatas mencintai orangtua dan mencintai diri sendiri..
Lewat perayaan maulid inilah sejarah kembali diangkat ke permukaan, dengan pembawaan yang syahdu kita dapat merasakan kembali perjuangan beliau SAAW,, menjadi penguat aqidah kita terhadap ajaran beliau SAAW, melalui pembacaan riwayatnya yang membuat tergetar hati setiap muslim, kita dapat merasakan kehadiran Rasulullah SAAW ditengah-tengah kita, apalagi dalam majlis itu menghadirkan anak cucu beliau SAAW yang senantiasa istiqomah mengingatkan kembali perjuangan Rasulullah SAAW dalam menegakkan Dienul Islam..
Makanya ana heran apa maunya nih yang menyingkat2 kata2 Maulid menjadi ?maunya sulit???? Memang kita maunya sulit? Sulit untuk melupakan dan menghilangkan kecintaan kita terhadap Baginda Rasulullah SAAW.. Subhanallah manusia suci itu, menjadi pongkol suri tauladan bagi para insan yang sadar akan ke-Ilahian Allah Ta?ala.. Dan ini sama sekali bukan untuk menyamakan Natalnya para Nasrani, sudah cukup bangga kami akan kesempurnaan agama ini.. ga perlu menyaingi umat Nasrani pun ummat Islam akan bermewah-mewah nantinya pada yaumil mizan dibanding ummat yang lain. So, for what kita nyaingin mereka?? Sangat amat ga penting tuh.. Bedanya kita ama mereka pun udah jelas, mereka menyembah Nabi Isa as yang mereka anggap Yesus sang penebus, dan kita sekadar menunjukkan cinta kita kepada Baginda SAAW dan menunjukkan betapa perdulinya kita akan nasib agama Islam ini, ga ada unsur2 yang anda tuduh kepada kami seperti menyembah Nabi SAAW, pengkultusannya, dan lain2 yang anda angkat beserta dalil2 dari guru2 yang anda bertaqlid pula padanya.
……………….kLo memang sejarahnya, perayaan maulid itu diterapkan untuk menandingi kekuatan tentara salib pada waktu itu? memang benar. Sejarah itu sama sekali tidak salah, tapi ga ada maksud untuk menyamai Natalnya Nasrani,, Sulthan Shalahuddin Al-Ayyubi (sulthan Mesir dari Dinasti Ayyub 570 ? 590H atau 1174 ? 1193M, dibawah kekhalifahan Bani Abbas yaitu khalifah An-Nashir di Baghdad, Irak) itu lebih ?alim dari pada kalian, dia adalah pemimpin yang arif dan bijak, yang mensuritauladani Rasulullah SAAW dalam memimpin Negara.. Dengan tidak menutup diri dengan masukan2 yang membangun pada saat itu , bagaimana caranya menyatukan ummat agar dapat merebut kembali kehormatan Al-Quds dari tangan Kafir Nasrani dan Yahudi. Dan pada saat itu Abu Said Mudzarifudiin atabeg(semacam bupati) di Irbil/Irbal Suriah Utara, memberi masukan agar ummat Islam disatukan kembali dengan mengangkat kisah perjuangan Nabi SAAW, kemuliaannya SAAW, kehidupannya sehari-hari, dan lain-lain yang dapat membangkitkan semangat ummat Islam pada pada musim haji 579H atau 1183M. Bukankah Perayaan Maulid Nabi SAAW adalah Media Da?wah untuk memaparkan kembali sejarah kehidupan dan perjuangan Rasulullah SAAW, mendorong umat Islam agar Cinta Rasulullah SAAW dan mau mensuritauladaninya, sekaligus membiasakan umat bershalawat untuk Rasulullah SAAW, sehingga menjadi peneguh hati kaum muslimin.
Dalam Surah Huud : 120, Allah SWT memberitakan dan menjelaskan bahwasanya kisah para Rasul dalam Al Qur?an untuk meneguhkan hati Rasulullah SAAW. FirmanNya SWT : ?Wa kulla naqushshu ?alaika min ?anbiyaa?ir rusuli maa nutsabbitu bihi fu?aa daka.?
Dengan keberkahan daripada mencintai Nabi SAAW, menilik perjuangan yang beliau SAAW lakukan pada saat berjayanya Islam. Maka pada saat itu Sulthan Shalahuddin Al-Ayyubi dapat menyatukan kembali ummat Islam dan dapat mengembalikan Masjidil Aqsho? ke tangan ummat Islam.
Bukankah hal ini akan sangat dibanggakan oleh Nabi kita SAAW andai beliau SAAW melihat kejadian ini?? Andai saja Sulthan Shalahuddin tidak berhasil menyatukan ummat pada saat itu, maka kita tidak akan menghirup udara segar di Masjidil Aqsho??
Kenapa Sulthan Shalahuddin berhasil?? Jawabnya karna pada saat itu semua dinasti di timur tengah sadar akan acuhnya ummat Islam terhadap tempat suci bersejarah Islam itu, dan pada saat itu ulama2 yang ada di setiap dinasti mencoba memusyawarahkan hal perayaan Maulid tersebut.. mmemang tidak pernah dilakukan oleh Nabi SAAW tetapi suatu hal yang baik demi menyatukan ummat Islam (seperti apa yang dilakukan Sayyidina Umar bin Khottob ra) dan demi kembalinya Al Aqsho? ke tangan ummat Islam,, maka hal ini disepakatkan dan disahkan oleh Sulthan Shalahuddin Al Ayyubi. Alhamdulillahi robbil ?alamiin.
Loh, itu Sayyidina Umar ra itu kan menjalankan tarawih karena sebelumnya Rasulullah SAAW telah melaksanakannya dan terhenti dikarenakan takut menjadikan hal itu sebagai suatu yang wajib. Lalu bagaimana dengan maulid??? Apakah Rasulullah SAAW telah melaksanakan maulid (=menghormati hari kelahiran)nya sendiri??? Jawabnya adalah.. YAA.
[b]Rasulullah SAAW melaksanakan peringatan Maulidnya sendiri[/b]
————————
Kita lihat lagi sejarah dan pernah ana ulas dalam artikel kemarin keluaran guru kami yang memang belum setingkat Ibnu Taimiyyah dan Syeikh Al Baz Mekah.. Tapi walaupun demikian derajat guru2 anda adalah kecil dimata Allah Ta?ala, apalagi dimata Rasulullah SAAW, mereka berani dan nekat mengusung pendapat2 bahwa berziarah dan bertabarruk di maqam Nabi SAAW adalah haram. Dengan mudahnya kalian mengkufur2kan orang yang tidak sependapat dengan kalian? dengan berpedoman kepada dalil ?Kullu bid?atin dholalah, wa kullu dholalatin fin naar?, mengatakan bahwa semua amal2 kami tertolak (memang anda Malaikat Raqib as.??), mencap kami kufur (memang anda ulama??),menyebutkan kami bertempat dineraka nantinya (memang anda Malik as. penjaga pintu Neraka..???), mengatakan bahwa kami taqlid buta (apa yang anda kemukakan itu udah suatu ta?ashub, apa bedanya dengan taqlid buta) sungguh aneh kalian punya pemahaman. Mentafsirkan ayat hanya berdasarkan kontekstualnya saja.. tidak pernah mau membuka mata atas ayat2 yang lainnya, kesepakatan2 (ijma?) ulama2 salafan wa kholafan yang berdasarkan Al Qur?an Was Sunnah.
Guru-guru kami dalam memaparkan suatu hukum, juga tidak pernah membaca Al Qur?an dan Hadits dan kitab-kitab dengan sebelah mata, beliau2 (guru-guru kami) juga awalnya mempelajari agama dari guru-guru mereka yang berguru pula paga gurunya guru dan seterusnya, sehingga menyambung kepada risalah Nabi Muhammad SAAW yang memang terpelihara dan didapatkan dari ?ulama2 yang menisbahkan dirinya kepada thoriqoh-thoriqoh yang lurus, seperti halnya thoriqoh ?alawiyyin, qadiriyyah, naqshabandiyyah, dll. Yang memang menyambung kepada Rasulullah SAAW.
?Ala kulli haal, guru kami mengambil intisari dari risalah Dari Risalah Khusus tentang Maulid Nabi SAAW Karya Prof. As-Sayyid Al-Habib Muhammad bin ?Alwi Al-Malikiy rhm.
Rasulullah SAAW memperingati dan mensyukuri Hari lahirnyanya dengan jalan puasa setiap hari Senin sebagai tanda syukur kepada Allah SWT. Dalam Shahih Muslim rhm diriwayatkan hadits Abi Qutadah ra. Bahwasanya Rasulullah SAAW pernah ditanya tentang puasa hari senin, beliau SAAW menjawab : ?Dzalika yaumun wulidtu fiihi, wa yaumun bu itstu fiihi, aw unzila ?alayya fiihi.? Bahkan Hadits riwayat Imam Muslim ra, Abu Daud ra, dan Ahmad ra. Disebutkan, ketika ditanya tentang alasan puasa beliau dihari Senin, Rasulullah SAAW bersabda, ?Di hari itu aku dilahirkan dan dihari itu pula aku memperoleh wahyu.?
Puasa merupakan salah satu cara terbaik untuk mengenang kelahiran Baginda Rasulullah SAAW. Kendati demikian, bukan berarti tidak ada cara lain untuk memuliakan hari kelahiran beliau SAAW. Dalam kitab Al-Hawi lil fatawi karangan Imam Suyuthi rhm. Ditulis disana,
?Sesungguhnya kelahiran Rasulullah SAAW merupakan nikmat teragung yang dianugerahkan Allah Ta?ala kepada kita, dan wafatnya beliau SAAW adalah musibah terbesar bagi kita. Syariat telah memerintahkan kita untuk menampakkan rasa syukur atas nikmat yang kita peroleh, dan bersabar serta tenang dalam menghadapi musibah. Syariat juga memerintahkan untuk melakukan aqiqah bagi bayi yang lahir, sebagai perwujudan rasa syukur. Namun, ketika kematian tiba, syariat tidak memerintahkan untuk menyembelih kambing atau hewan lain. Bahkan syariat melarang untuk meratapi mayat dan menampakkan keluh kesah.?
Jadi ternyata perayaan maulid atau hari kelahiran Nabi SAAW sudah pernah diselenggarakan ketika Rasulullah SAAW masih hidup. Ketika itu kebetulan Rasulullah SAAW dan sejumlah sahabat ra. Pulang dari Perang Tabuk. Ketika itulah Sayyidi ?Abbas bin Abdul Muhallib ra, paman Nabi SAAW menemui beliau SAAW dan berkata, ?Aku ingin mengucapkan syair pujian untukmu.? Namun Baginda kita SAAW, yang memang enggan dipuji, berkata ?Semoga Allah menjaga gigimu dari kerontokan.? Lalu Sayyidi ?Abbas ra melantunkan syair yang menceritakan perjalanan hidup Nabi SAAW sejak sebelum lahir hingga saat-saat kelahirannya :
[i]Sebelum terlahir kedunia
Engkau hidup senang disurga
Ketika aurat tertutup dedaunan
Engkau tersimpan ditempat yang aman
Kemudian engkau turun ke bumi
Bukan sebagai manusia, segumpal darah maupun daging
Tetapi nutfah yang menaiki perahu Nuh
Ketika banjir besar menenggelamkan semuanya
anak cucu Adam beserta keluarganya
engkau berpindah dari sulbi ke rahim
dari satu generasi ke generasi berikutnya
Hingga kemuliaan dan kehormatanmu berlabuh di nasab terbaik
Yang mengalahkan semua bangsawan
Ketika engkau lahir bumi bersinar
Cakrawala bermandikan cahayamu
Kami pun berjalan ditengah cahaya
Sinar dan jalan yang penuh petunjuk[/i]
Dan ini merupakan salah satu bentuk peringatan Maulid atau hari kelahiran Nabi SAAW yang diselenggarakan oleh para sahabat, oleh karena itu sungguh aneh jika ada orang yang menyatakan bahwa para sahabat tidak pernah menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi SAAW, padahal Sayyidi ?Abbas ra melantunkan bait-bait tersebut di hadapan beliau dan sejumlah sahabat dalam keadaan yang riang dan gembira atas kepulangan Nabi SAAW bersama para sahabat ra dari tugas mulia yaitu Perang Tabuk. Rasulullah SAAW menyukai dan memuji orang lain yang mencintai dan memujinya. Rasulullah SAAW memuji dan membalas dengan berbagai kebaikan hubungan dengan para penyair dizamannya yang membuat sya?ir-sya?ir yang memuji kehidupan dan perjuangan Rasulullah SAAW, seperti Sayyidi ?Abbas ra, Hasan bin Tsabit ra,Abdullah bin Rawahah ra, Ka?ab bin Malik ra, Ka?ab bin Zuhair ra, dan sahabat lainnya. Maka bisa dipastikan bahwasanya Rasulullah SAAW akan sangat ridho? dan menyukai mereka yang menghimpun dan menyebarluaskan sejarah kehidupan dan perjuangan Rasulullah SAAW, seperti yang dilakukan para ulama melalui kitab-kitab Maulid yang dibaca saat perayaan Maulid Nabi SAAW
Bahkan ada suatu hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Abu Daud, dan Ahmad diceritakan, bahwa tatkala Raulullah SAAW tiba dari sebuah peperangan, seorang budak wanita berkulit hitam datang menemui beliau membawa rebana sembari berkata, ?Duhai Rasulullah SAAW, aku telah bernazar, jika Allah Ta?ala mengembalikan dirimu dalam keadaan selamat, aku akan menabuh rebana dan menyanyi dihadapanmu,? maka Rasulullah SAAW menjawab, ?Jika engkau telah bernazar, tunaikanlah nazarmu, Jika tidak, jangan.? Dan wanita itu menuanikan nazarnya cukup lama dihadapan Nabi SAAW, bahkan sampai kedatangan para sahabat Nabi SAAW seperti Abu Bakar ra, Ustman ra, dan Ali ra tetapi berhenti ketika melihat sahabat Umar ra tiba, rupanya wanita itu takut akan ketegasan Sayyidi Umar ra tersebut.
Kelahiran Nabi SAAW juga merupakan anugerah kegembiraan tersendiri seperti yang dikatakan Imam Suyuthi rhm dalam kitabnya, bahkan bagi seorang Abu Lahab sekalipun!! Dalam sebuah hadits shohih ?Urwah bin Zubair ra, bercerita : ?Tsuwaibah adalah budak Abu Lahab. Setelah itu Abu Lahab memerdekakannya. Tsuwaibah kemudian menyusui Nabi. Ketika Abu Lahab mati, salah seorang anggota keluarganya bermimpi melihat dia dalam keadaan yang sangat buruk dan bertanya kepadanya, ?Apa yang kau peroleh.? Jawab Abu Lahab, ?Tidak kutemukan sedikitpun kenyamanan. Hanya saja aku diberikan minum dari sini (sambil menunjuk sesuatu di antara jari telunjuk dan ibu jarinya) dikarena kan aku gembira mendengar kelahiran Muhammad dan kumerdekakan Tsuwaibah.? (HR Bukhari)
Terbukti bahwa kegembiraan dengan kelahiran Rasulullah SAAW memiliki manfaat khusus bagi setiap muslim. Dalam kitab Al Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir menulis, menurut Suhaili dan para ulama lainnya, diceritakan sebuah kisah mimpi keluarganya ?Abbas ra, paman Rasulullah SAAW setahun setelah kematian Abu Lahab, tentang peringanan azab atas Abu Lahab setiap hari Senin, karena dia di masa hidupnya pernah gembira menyambut kelahiran keponakannya, Muhammad ibni Abdillah SAAW, dengan memerdekakan budaknya bernama Tsuwaibah.
Karenanya Al Hafidz Syamsuddin Muhammad bin Nashiruddin Ad Dimsyqi rhm membuat sya?ir :
[i]Idzaa kaa na Hadzaa kaafiron jaa ?a dzammuhu
Bi tabbat yadaahu fil jahiimi mukholladaa
Ataa annahu fii yaumil itsnaini daa ?iman
Yukhoffafu ?anhu lissuruuri bi ?ahmadaa
Famadzh dzhonnu bil ?abdil ladzii kaa na ?umruhu
Bi ?ahmada masruuron wa maa ta muwahhadaa[/i]
[b]Bagaimana memuji Nabi Muhammad SAAW[/b]
——————–
Di zaman sekarang ini, masyarakat kita bahkan termasuk kaum muslimin sendiri banyak yang memuja-muja artis idolanya. Bintang film, pemain bola, dan tokoh-tokoh lain yang mereka idolakan. Tapi, mengapa tak seorang pun menuding hal itu sebagai syirik. Ada seorang suami melambungkan kalimat puji-pujian kepada istrinya, tapi hal itu tidak bisa digolongkan sebagai hal yang musrik dan berdosa. Sebab, ungkapan seperti itu semata-mata ungkapan rasa cintanya.
Begitu pula halnya dengan puji-pujian yang melambung bagi Rasulullah SAAW yang memang sudah sepatutnya dan selayaknyalah, kita mengingat akhlak beliau yang luhur dan mulia, sosok kepribadian beliau yang luar biasa sebagai contoh suri tauladan yang baik (uswatun hasanah). Rasulullah SAAW memang kurang suka dipuji dan pernah melarang ummatnya menyanjung beliau SAAW. Tapi itu dalam konteks yang berbeda. Dalam sebuah hadits, ?Janganlah kalian memujiku secara berlebihan seperti kaum Nasrani memuji Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku adalah hambaNya, maka ucapkanlah, ?Hamba Allah dan RasulNya?.? (HR Bukhari dan Ahmad)
Mengenai hadits tersebut, dalam berberapa kitab para ulama menjelaskan, sesungguhnya Rasuluullah SAAW tidak pernah melarang ummatnya memuji beliau. Yang beliau larang adalah pujian yang berlebihan seperti yang dilakukan oleh ummat Nasrani kepada Nabi Isa as sehingga berpindah konteks menjadi penyembahan sebagai anak Tuhan. Inilah jenis pujian yang amat dilarang oleh Baginda Rasulullah SAAW, dan ini yang disebut berlebih-lebihan. Kalau memang pujian dalam bentuk apapun merupakan terlarang, mengapa Rasulullah SAAW mendiamkan saat penduduk kota Madinah Al Munawwaroh bergembira menyambut kedatangan hijrah sang Kekasih Nabi SAAW dengan dendang syair2 puji2an diiringi oleh tabuhan rebana para wanita dan anak2 yang dipersembahkan untuk menyambut kedatangan beliau??
Sejak hadits tersebut diucapkan hingga saat ini tidak ada seorang pun yang memuji Rasulullah SAAW melebihi batasannya sebagai manusia. Tak seorangpun menuhankan beliau SAAW, bahkan lukisan atau patung yang menggambarkan sosok Rasulullah SAAW pun sangat terlarang untuk menghindari pengkultusan dan penyembahan. Hingga saat ini banyak pujian yang indah dan berbahasa arab ditujukan untuk beliau SAAW tetapi masih belum seberapa dibandingkan dengan pujian yang disampaikan Allah Ta?ala dalam Al Qur?annya.
Imam Bushiri menulis dalam syair Burdah-nya :
[i]Tinggalkan pengakuan orang Nasrani atas Nabi mereka
Pujilah beliau SAAW sesukamu sengan sempurna
Sandarkanlah segala kemuliaan untuk dirinya
Dan nisbahkan sesukamu segala keagungan untuk kemuliaannya
Karena sesungguhnya kemuliaan Rasulullah SAAW tak ada batasnya
Sehingga tak akan ada lisan yang mampu mengungkapkan kemuliaan itu.
[/i]
Firman Allah Ta?ala dalam surah Hud ayat 120, ?Dan semuakisah rasul-rasul yang Kami ceritakan kepadamu merupakan kisah untuk meneguhkan hatimu.?Surah Yusuf ayat 111, Allah Ta?ala mewahyukan, ?Sesungguhnya dalam kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang berakal. Al Qur?an bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, serta sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum beriman.?Dan pada saat ummat Islam memasuki bulan Agung atau bulan Rabi?ul Awwal kelahiran manusia agung nan suci kembali terbayang, terkenanglah kita akan jasa2 beliau SAAW yang luar biasa. Ummat manusia menyambut gembira, dan mereka sangat amatlah patut untuk berbahagia, sebab yang diperingati adalah rahmat terbesar dari Allah Ta?ala yang dipersembahkan kepada segenap alam semesta. ?Dan tidaklah kami utus engkau(muhammad SAAW) kecuali untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam.? (Surah Al Anbiya? : 107)
Dan selama perayaan Maulid Nabi SAAW itu sendiri adalah yang paling utama ialah mendengarkan dan mempelajari bagaimana kisah2 Nabi SAAW pada saat beliau SAAW lahir hingga prikehidupan beliau SAAW hingga akhir hayat yang terangkum dalam beberapa kitab2 Maulid. Selama berabad-abad, banyak ulama menuliskan sejarah beliau dengan harapan agar memperoleh ganjaran yang besar dan berkesinambungan. Sebab lewat karya tersebut, ummat manusia dapat mengenal Sang Nabi mulia SAAW dan meneladani akhlak beliau SAAWyang selalu mulia hingga tiada suatu cacat satupun. Hal yang baik bukan?? ?Barang siapa menunjukkan suatu kebaikan, maka ia akan mendapatkan ganjaran setara dengan yang melakukannya/mengikutinya.?
Karya2 maulid Nabi SAAW tentu berbeda-beda, ada yang terperinci dilengkapi dengan dalil2 Al Qur?an, hadits, dan atsar (keterangan para ulama), sehingga tebal berjilid2; ada yg ditulis secara ilmiah tanpa menceritakan mukzizatnya; ada yang ditulis dengan gaya bahasa yang indah, sehingga memberikan kenikmatan tersendiri bagi ketika membacanya. Bahkan ada yang menyenandungkannya dengan gaya komunikasi yang merdu didengar.
Dalam sejarah literatur Islam, cukup banyak karya sastra berupa puisi puaan bagi Rasulullah SAAW yang ditulis para sastrawan maupun ulama dari masa ke masa. Prikehidupan Rasulullah SAAW dilukiskan dengan ungkapan bahasa yang sangat indah. Pribadi dan prikehidupan Nabi SAAW yang agung telah mengilhami banyak orang, baik cendekiawan, sastrawan, maupun ulama , untuk melukiskan kesan2nya. Tak sedikit kitab, risalah, maupun karya sastra, baik prosa maupun puisi, yang lahir sebagai ungkapan kekaguman dan penghormatan kepada junjungan mulia Baginda Rasulullah SAAW.
Telah terbukti hal ini telah dilakukan oleh para sahabat ra yang telah saya tuangkan diatas. Sahabat2 ra yang sering melantunkan puji2an kepada Nabi SAAW, meskipun Nabi SAAW tidak menyukai pujian atas dirinya tapi hal ini tidak terlarang.. Bahkan, beliau SAAW memuji sahabat Ka?ab bin Zuher ra yang menjunjung Nabi SAAW lewat puisi qoshidah yang memuji beliau SAAW. Sebagai penghargaan, Nabi kita SAAW , menghadiahkan burdah (jubah) kepada sang penyair Ka?ab bin Zuhair ra. beliau SAAW pula yang memakaikan langsung ke tubuh Ka?ab ra, itulah sebabnya Ka?ab bin Zuher ra menamakan puisi qoshidah karyanya sebagai burdah.
Puisi atau karya sastra yang lazim disebutkan sebagai qoshidah, dibelakang hari menjadi acuan para penyair muslim sesudahnya. Bentuknya semata-mata puisi (syair atau nazham), melainkan juga dalam bentuk prosa liris (natsar). Dikalangan masyarakat sekarang ini ada yang sangat terkenal seperti barzanji, burdah, diba?i, dan lainnya yang mengandung keunikan dalam gaya dan irama yang khas, penuh metafora dan simbol. Dalam kajian sastra arab disebut Al Madaih An Nabawiyyah (puji2an terhadap Nabi SAAW).
Puisi2 pujian itu memang dimaksudkan untuk mengungkapkan pribadi Rasulullah SAAW. Yang agung dan sempurna dengan cara yang jelas dan mendetail. ?wa innaka la?ala khuluqin ?adhziim,? (Surah Al-Qalam : 4). Pesan sentral nabi akhir zaman SAAW itu memang sebagai manusia pilihan yang penuh dengan sifat mulia yang sangat layak diteladani. Dan karya sastra seperti itu merupakan khazanah budaya Islam tak ternilai yang menggambarkan kemuliaan beliau SAAW itu.
Burdah yang terkenal itu ada 2 versi; yang pertama yang disusun oleh sahabat Ka?ab bin Zuhari ra yang sudah telah diriwayatkan diatas dan yang satu disusun oleh Al-Bushiri. Dan keduanya memiliki ciri khas yang sama, sama2 indah, sama2 menyentuh, sama2 mengharukan. Dengan membaca burdah ini imajinasi kita melayang ke pribadi Rasulullah SAAW yang agung. Tak jarang air mata menetes karena rasa haru yang sangat mendalam. Al Bushiri memiliki nama lengkap Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Abdullah As Shanhaji Al Bushiri, lahir di Maroko pada 1212M. Ia sempat berguru kepada sejumlah ulama tasawuf, seperti Abu Hayyan, Abu Fath bin Ya?mari, dan Al Izz bin Jama?ah Al Kanani Al Hawawi dan sejak kecil sudah dikenal wara? (lebih mementingkan urusan agama dibanding dunia). Konon, ketika menulis Puisi Burdah, ia sedang manderita lumpuh yang dikampungnya disebut ?angin merah.? Ketika tengah terbaring itulah dia menulis puisi yang ia baca beberapa kali sambil tiduran. Sesaat kemudian ia tertidur dan bermimpi ditemui oleh Baginda kita Rasulullah SAAW, yang dengan penuh kasih sayang mengusap wajahnya, sehingga pada saat terbangun seketika itu dia sembuh dari sakitnya dan bisa bengun dan berjalan layaknya orang normal. Dan dalam mimpi itu, Al Bushiri sempat berdialog dengan Baginda Rasulullah SAAW, suatu anugrah terindah yang didambakan oleh setiap muslim sejati, dan membacakan puji2an itu di depan Rasulullah SAAW (pada bait 51), ?Famaa balaghul ?ilmi annahu basyarun (Puncak pengetahuan tentangnya ialah bahwa ia manusia juga),? dan Al Bushiri tidak dapat melanjutkan puisi tersebut, dan Rasulullah SAAW meminta penyair itu melanjutkan kalimat yang terputus itu, namun sang penyair berkata, ?Aku tidak mampu lagi.? Maka Rasulullah SAAW menyempurnakan dengan kalimat, ?Wa annahu khoiri kholqillahi kullihimi (dan dia sebaik-baik semua ciptaan Allah Ta?aa).? Apa ada yang berani mengatakan bahwa mimpi bertemu Rasulullah SAAW adalah hal yang tidak mungkin dan hanya sebatas khayalan??? Kalau ada orang yang berkata seperti ini agar menyempurnakan pengetahuannya lewat majlis2 ta?lim yang berada dipojokkan jalan dan sangat jauh dari kata2 mewah.
[b]Allah Ta?ala pun memuji Nabi SAAW[/b]
—————————
Allah Ta?ala yang memerintahkan kita sekalian yang mempunyai keimanan terhadapNya, untuk memberikan sholawat dan salam penghormatan kepadanya SAAW, ?Yaa ayyuhal ladzina amanu, shollu ?alaihi wa sallimu tasliiman.? Mengapa tidak? Dalam Al Qur?an begitu banyak kata sanjungan untuk baginda SAAW, lantaran beliau adalah kekasihNya (habibullah), ?Aku adalah kekasih Allah, dan hal ini aku sampaikan bukan karena sombong.? (HR Tirmidzi dan Darimi). Ayat pujian untuk Rasulullah SAAW yang paling sering kita dengar, ?Innaka la?ala khuluqin adzhiim, Dan sesungguhnya engkau memiliki budi pekerti yang agung.? (QS Al Qalam : 4)
Untuk memuji perilaku yang baik, biasanya digunakan kata mulia (mahmud), tapi dalam ayat ini Allah Ta?ala menggunakan kata agung (adhziim). Seandainya Allah Ta?ala mengatakan ?Seungguhnya budi pekertimu mulia?, itupun sudah merupakan pujian yang tiada tara. Bagaimana tidak sebab yang memuji adalah Yang Maha Memiliki Puji2an Mulia, Yang Maha Sempurna. Tapi tak cukup denagn kata adhziim, falam ayat tadi Allah Ta?ala juga mambubuhkan kata inna dan huruf lam taukid (huruf lam yang berfungsi mensangatkan/sangat sekali) sekaligus. Padahal, biasanya penggunaan salah satu dari kata inna (sesungguhnya) dan la (benar-benar) sudah cukup untuk pernyataan yang sifatnya mensangatkan.
Dalam ayat lain Allah Ta?ala berfirman, ?Laqod jaa ?akum rasuulum min anfusikum, aziizun ?alaihi maa ?anidtum hariitsun ?alaikum bil mu?miniina ro?uufur rohiim, Telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, ia sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu, sangat pengasih dan sangat penyayang terhadap orang-orang mu?min.? (QS At Taubah : 128). Dalam kitab tafsirnya Imam Qurthubi menyatakan, ketika mengomentari ayat tadi Al Husein bin Fadl berkata, ?Allah tidak pernah menggunakan dua namaNya untuk memuji seorang Nabi sekalipun, kecuali untuk memuji Nabi Muhammad SAAW.? Ketika mensifati Nabi SAAW, Allah Ta?ala mewahyukan ?sangat pengasih dan sangat penyayang terhadap orang-orang mu?min?. Sementara ketika mensifatkan diriNya, Allah Ta?ala juga mewahyukan ?Sesungguhnya Allah Maha Pengash lagi Maha Penyayang.? (QS Al Baqoroh : 143).
Bayangkan!! Betapa Allah Ta?ala Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang menyatakan Rasulullah SAAW mempunyai sifat teramat sangat pengasih dan teramat sangat penyayang. Hal itu tiada lain dan tiada bukan karena kemuliaan Nabi SAAW dan sebagai hamba yang paling dicintai oleh Allah Ta?ala. Mengapa?? Karena memang banyak keistimewaan dari Nabi Muhammad SAAW yang tidak dimiliki para Nabi lain as. Salah satunya cara Allah Ta?ala memanggil beliau SAAW dengan panggilan terhormat. Dalam Al Qur?an Allah Ta?ala mengajarkan kita untuk bersikap sopan santun terhadap junjungan mulia SAAW ini dalam hal memanggil namanya, Allah Ta?ala sangat melarang kita memanggil nama Nabi SAAW secara langsung, malainkan dengan panggilan mulia. ?Laa taj?alu du?a ar rosuuli bainakum kadu?a a ba?dhikum ba?dhoo, Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian yang lain.? (QS An Nur : 63). Menurut Sayyidi Sa?id bin Jubair ra dan Mujahid ra, ?Makna ayat tersbut : panggillah beliau dengan ucapan ?Duhai Rasul? dengan lemah lembut, dan jangan memanggil namanya ?hai Muhammad? secara kasar. Yang sangat amat menarik disini adalah, Allah Ta?ala juga mengajarkan dan mencontohkan dalam Al Qur?an, bagaimana menyebut Nabi Muhammad SAAW dengan sebutan sopan, yaitu Wahai Rasul, Wahai Nabi, Wahai orang yang berselimut, dan sebagainya.
Karena memuliakan beliau, Allah Ta?ala bahkan bersumpah dengan umur beliau. Dalam surah Al Hijr : 72 Allah berfirman, ?Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing dalam kemabukan (kesesatan).? Seluruh ahli tafsir sepakat, dalam ayat ini Allah bersumpah dengan masa hidup Nabi Muhammad SAAW. Dalam kitab tafsirnya Ibnu Katsir ra menulis, bahwa Sayyidi ?Abbas ra berkata, ?Allah tidak pernah menciptakan manusia yang lebih mulia dari Nabi Muhammad SAAW. Dan aku tidak pernah mendengar Allah Ta?ala bersumpah dengan kehidupan seseorang selain dengan kehidupan beliau SAAW.?
Dalam berbagai hadits juga dapat kita temukan dimana Rasulullah SAAW memuji dirinya sendiri, yang beliau lontarkan dengan maksud untuk menunjukkan kepada ummatnya akan kemuliaan dan kedudukan beliau di sisi Allah Ta?ala, ?Aku adalah pemimpin seluruh manusia di hari kiamat.? (HR Bukhari, Muslim danTirmidzi). Hadits lain menyatakan, ?Aku pemimpin anak cucu Adam di hari kiamat, akulah manusia yang pertama kali bangkit dari kubur, akulah yang pertama kali memberikan syafa?at, ….? (HR Muslim dan Abu Daud)
Bahkan Malakur Rahmah Jibril as, juga memuji Rasulullah SAAW, suatu ketika Jibril berkata kepada Rasulullah SAAW, ?Aku telah membolak-balikkan (meneliti) bumi dari timur hingga ke barat, tetapi tidak kutemukan seseorang yang lebih mulia dari Muhammad SAAW. Dan telah kubolak-balikkan bumi dari timur hingga ke barat, tetapi tidak kutemukan sebuah suku yang lebih utama dibandingkan dengan Bani Hasyim.? (HR Al Hakim dan Baihaqi). Dalam kesempatan lain Jibril as berkata kepada Bouroq ketika ingin ditunggangi Nabi SAAW, ?Apakah terhadap Muhammad engkau bersikap demikian? Ketahuilah, tidak ada seorangpun penunggangmu yang lebih mulia di sisi Allah Ta?ala dari Nabi Muhammad SAAW.? (HR Tirmidzi)
Ketika ayat perintah untuk bersholawat kepada Nabi SAAW turun, seluruh sahabat bertanya kepada Rasuluullah SAAW, ?Wahai Rasulullah SAAW, cara mengucapkan salam kepadamu kami sudah tahu, lalu bagaimana cara bershalawat kepadamu?? Sabda Rasulullah SAAW, ?Ucapkanlah, ?Allahumma sholli ?alaa Muhammad wa ?alaa alii Muhammad kama sholaita ?alaa Ibrohim wa ?alaa alii Ibrohim, wabarik ?alaa Muhammad wa ?alaa alii Muhammad kama barokta ?alaa Ibrohim wa ?alaa alii Ibrohim, fil ?alamiina innaka hamiidum majiid?.? (HR Bukhori, Muslim, dan Nasa?i). Mengapa Rasulullah SAAW mengajari agar dalam bershalawat harus mengembalikan shalawat itu kepada Allah Ta?ala? Sebab, tidak ada yang mampu bershalawat kepada Nabi SAAW sebagaimana yang diperintahkan Allah Ta?ala kecuali oleh Allah Ta?ala sendiri. Karena itu Nabi SAAW mengajarkan kita agar kita memohon kepada Allah Ta?ala untuk bershalawat kepada beliau. Shalawat adalah ibadah yang paling mudah dikerjakan tapi berpahala besar. Para ulama sepakat menyatakan hukum bershalawat kepada Nabi SAAW itu hukumnya wajib.
[b]Kullu bid?atun dholalah…[/b]
————————–
Tentang tafsiran hadits Nabi SAAW, ?kullu bid?atin dholalah…..? Pernah saya paparkan sedikit gambaran tentang metodologi penafsiran Hadists Nabi yang terdapat ketidak sinkronan antara hadits Nabi yang lainnya.. Jelas Nabi SAAW mengatakan hal ini, ?kullu bid?atin dholalah…..? tapi ingat, setiap hadits dari Nabi masih bisa kita lihat metodologi hukumnya.. Adakah hadits Nabi lainnya yang sedikit bertentangan dengan masalah peringatan maulid ini? Ada, seperti ?Nabi puasa di hari senin karena memuliakan hari lahirnya?,?Dzalika yaumun wuludtu fiihi, wa yaumun bu itstu fiihi..? Hadits ini shohih Muslim diriwayatkan oleh Abi Qutadah ra, bahwasanya Nabi SAAW kita juga menghormati hari lahirnya dengan mengungkapkan rasa syukurnya kepada Allah Ta?ala dengan puasa sunnah,,
Dan hal yg saya paparkan diatas (Sayyidina Umar ra. membuat sholat tarawih berjama?ah) juga bertentangan dengan apa disebut bid?ah.. Apakah hal ini juga masuk kategori Kullu bid?atun dholalah????? Kalau begitu kenapa sampai saat ini masih dilaksanakan oleh ummat muslim seluruh dunia? Sayyidina Umar ra. pun bilang kalau hal ini (sholat tarawih berjama?ah) adalah Bid?ah…. Tapi beliau sebutkan bahwa ini adalah sebaik2nya bid?ah, ?ni?mati bid?atun hazdihi…? Jadi ada bid?ah yang baik dan bid?ah ada yang buruk.
Oleh karena itu dalam menggali arti dari Hadits ?Kullu bid?atun dholalah…..? perlu diberikan metodologi Taqdirul kalam, dan hal ini dilakukan oleh para Ulama? pakar2 Hadits.. menjadi ?Kullu bid?atun [sayyiatun (buruk)] dholalah, wa kullu dholalatun fin naar?
Anda boleh tanya kepada pakar Hadits tentang metodologi takdirul kalam di kalangan anda.. Metodologi takdirul kalam dipergunakan apabila ada Hadits2 yang shohih tetapi maknanya saling bertentangan satu sama lain, maka dalam pengartiannya secara harfiah perlu diterapkan metodologi takdirul kalam…
Contoh lain untuk menempatkan taqdirul kalam adalah sebuah hadits berbunyi, ?Laa yu?minu ahadukum, hatta yuhibbu li akhihi ka yuhibbu linafsihi..? Sedangkan kita tahu bahwa pada saat ini hampir semua manusia ada perasaan buruk terhadap saudaranya sendiri yang muslim.. berarti semua orang Islam yang seperti itu bisa dikatakan tidak beriman donk?? Nahlu..mau anda dikatakan sebagai orang yang tidak beriman? Maksudnya hadits ini bukan sepenuhnya tidak beriman secara mutlak, tetapi imannya belum sempurna jika belum mencintai saudaranya sendiri seperti kalian mencintai diri sendiri. Dan itu adalah hasil penafsiran dari metodologi penafsiran taqdirul kalam, yaitu, ?Laa yu?minu [imanan kaamilan (iman yang sempurna)] ahadukum, hatta yuhibbu li akhihi ka yuhibbu linafsihi..
Dan masih banyak hadits yang seperti ini, yang dalam penafsirannya dibutuhkan metodologi ini selama hadits itu terdapat ketidak sinkronan atas hadits yang lain.
[b]Akhirul Kalam tapi bukan yang terakhir
[/b]
———————-Alhamdulillahri robbil ?aalamiin, ihkwani fillah yang terhormat, akhirnya kita dapatkan secara jelas bahwa Baginda kita SAAW adalah manusia mulia yang harus dimuliakan. Kalau masih memiliki rasa hormat maka kemuliaan Rasulullah SAAW akan menaungi kita dalam setiap menda?wahkan risalah beliau SAAW. Dan kalau masih ada yang berani mengkufurkan orang yang beda pendapat dengan pemahaman anda, berarti orang itu mendahulukan kehendak Allah Ta?ala, kalau memang tidak terbukti kekufuran orang yang dikufur-kufurkan, maka kalimat itu akan kembali secara telak kepada siempunya yang mengkufurkan saudara-saudaranya yang tidak sependapat dengannya.
Abdullah bin Ubay bin Salul si manusia munafik di zaman Rasulullah SAAW saja masih dicintai oleh Baginda SAAW dikarenakan dia juga masih ummatnya Baginda kita SAAW, anda tahu kisahnya Abdullah bin Ubay bin Salul ini?? Selalu meludah dan mencibir jika bertemu Rasulullah SAAW tetapi dia Islam, aneh kan?? Dia katakan pada anaknya yang memberikan air yang dido?akan oleh Nabi Muhammad SAAW tatkala Abdullah bin Ubay bin Salul jatuh sakit, ?Lebih baik aku minum air kencing anjing daripada harus meminum air yang dido?akan oleh dia (Nabi Muhammad SAAW).? Dan menumpahkan air tersebut ke tanah.. Khabar ini sampai ke Rasulullah SAAW, tetapi Rasulullah SAAW masih menyempatkan diri untuk melayat ke Abdullah bin Ubay bin Salul tatkala ia meninggal dunia, dan mendo?akan beliau agar diringankan azab kuburnya. Betapa mulianya junjungan kita SAAW, Masya Allah… hanya karena Abdullah bin Ubay bin Salul adalah ummatnya, Nabi masih mencintainya walaupun kita tahu seberapa bencinya Abdullah bin Ubay bin Salul kepada Nabi kita SAAW…
Apalagi kita yang selalu menjujung tinggi, bershalawat, memberikan salam penghormatan, yang selalu mengungkapkan cinta kita kepada beliau SAAW dengan cara apapun dan semampu kita. Apa Rasulullah SAAW akan menutup matanya untuk kita?? Tidak. Cinta Rasulullah SAAW sangat kita harapkan untuk meringankan dosa-dosa kita diyaumul mizan nanti dengan syafaatnya SAAW, kita akan diampuni oleh Allah Ta?ala seberapa pun besarnya dosa kita.. Apa ada manusia di zaman ini yang berani mengacungkan tangannya dan berkata bahwa amal kebaikannya lebih banyak dari amal kejahatannya????? JAWAB pertanyaan singkat ini!!! Tetapi dengan syafaat Nabi kita SAAW Insya Allah dengan rahmat Allah Ta?ala segala dosa kita akan diampuni sebab syafaat dari Rasulullah SAAW. Allahumma hasibna hisaban yatsiiron..
Sehingga amat sangat nekat dan berani orang modern zaman ini yang berbekal sedikit ilmu dan referensi dari para guru2 dan ?ulama yang tidak pernah bertemu Rasulullah SAAW dan mengklaim bahwa pengajarannya adalah kembali kepada ?ulama salaf yang ittiba? kepada Rasulullah SAAW, berani mengatakan bahwa orang Islam yang mengadakan Maulid adalah segala amal ibadahnya tertolak karena telah keluar dari Islam???, orang yang Tahlil yang melafadzkan kalimat2 thoyyibah didalamnya serta kalimat tahlil;tasbih;tahmid; takbir; dan ayat2 Al Qur?an dikatakan sebagai perbuatan yang akan menuju ke neraka Jahannam???, orang berziarah kubur dan bertabarruk dan bertawassul dikatakan dhollun mudhollin??? Dan lain-lain yang selalu diarahkan untuk mengkufurkan seorang muslim yang dihatinya masih tertancap kalimat Laailaha illallah Muhammadur Rasulullah SAAW???..
Maka kami katakan kepada orang yang berfaham dan berkata semacam ini, Allahummagh firlakum, warhamukum, wa?afiikum, wa?fu?ankum, wahdiinukum, fainnaka ghofururrohiim.. Semoga Allah Ta?ala mengampuni segala kesalahan kalian, semoga Allah Ta?ala merahmati kalian, semoga Allah Ta?ala memberikan ?afiyah, semoga Allah Ta?ala memaafkan kalian sebagai seorang muslim dan memberi kalian petunjuk…
Selama seorang Muslim melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan masih punya dasar dan dalil atas perbuatannya dalam hal agama tidak patut kita mengkufurkannya seolah kita mempunyai dasar dan dalil yang lebih lengkap. Perbedaan adalah rahmat diantara ummat Baginda Rasulullah SAAW, masing-masing mempunyai dalil sehingga ada sedikit perbedaan pendapat masalah furu?iyyahnya, maka tak ada masalah dalam hal ini selama seorang muslim tersebut mempunyai dalil yang bisa dijadikan hujjah dalam mengamalkan perbuatannya sesuai dengan Al Qur?an dan Hadits serta Ijma dan Qiyas, dan amat sangat tidak patut dan berhak seseorang untuk memvonis bahwa dia keluar dari Islam sebab perbuatannya.. Cobalah bersikap arif dan bijak dalam memutuskan suatu hal yang berkaitan dengan ukhuwah Islamiyyah, ini bisa memecah belah ummat, apa jadinya jika kami terus menerus membahas masalah ini dan mengatakan bahwa pemahaman andalah yang sesat dan menyesatkan (Andai,Misal,Mungkin) padahal anda sendiri mempunyai dalil atas pemahaman anda?? Pastinya anda akan berusaha untuk memaparkan pemahaman anda beserta dalil2 yang anda jadikan hujjah dalam pemahaman anda.. karena anda mempunyai dasar kan?? Begitupun halnya dengan kami..
Saran kami untuk para kaum yang menamakan diri sebagai pengusung bendera \"salafy\" agar tuntutlah ilmu jangan hanya dari satu sumber tetapi cobalah membuka diri kedalam sumber lainnya. Kalau saya misalkan, tidak selamanya pasar swalayan mewah lengkap dengan kebutuhan rumah tangga kita sehari-hari, ada kalanya untuk mencari sebua palawija atau lada atau ketumbar atau bumbu-bumbu lainnya yang sangat penting untuk membuat rasa dalam sayur yang kita santap sehari-hari, kita harus menyempatkan diri untuk mencarinya di sebuah warung kumuh kecil yg letaknya di pojokan pasar tradisional yang memang tidak terkenal dan selengkap pasar swalayan mewah tadi, tapi hal2 yang kita butuhkan untuk membuat sayur kita sedap dan enak disantap kita harus membelinya disana.. Cobalah untuk membuka diri dalam menggali hukum-hukum agar lebih komperhensif dan bijak dalam memaparkan suatu hukum yang berkaitan dengan masalah sehari-hari..
— Salam Ukhuwah —–
dari saudaramu di Perumahan Kumuh Kramat Sentiong yang sangat miskin akan ilmu, sehingga masih mengemis dan berharap bertambah kebaikan dalam mengikuti majelis-majelis mulia seperti majelis yang diasuh oleh guru Habibana Munzir al-Musawwa yaitu Majelis Rasulullah SAW yang sentiasa diliputi oleh curahan rahmat dari Sang Maharaja Tunggal, kami mohon petunjuk beliau yang tercinta untuk sudi meluruskan apabila tersisip kekhilafan dalam mengangkat artikel ini.
*salam cintaku selalu untuk guruku tercinta Habibana Munzir al-Musawwa*
Wassalamu?alaikum wrwb—-adie_adduror\’06—-
-
AuthorPosts
- The forum ‘Iseng dalam keluhuran’ is closed to new topics and replies.