Home Forums Forum Masalah Tauhid Sifat Allah SWT menurut Al-Ibanah

Viewing 10 posts - 1 through 10 (of 14 total)
  • Author
    Posts
  • #75884772
    Abu Afidita
    Participant

    Assalamu\’alaikum wr.wb.

    Keberkahan dan kemudahan semoga selalu menyertai Habib Munzir, keluarga dan Jamaah MR.

    Sebelumnya saya terima kasih, bahwa pertanyaan saya selalu dijawab dengan sangat jelas dan memuaskan. Namun izinkan saya untuk terus bertanya atas ketidaktahuan saya.

    Saya ingin satu hal yang masih mengganjal :
    1. Saya membaca beberapa tulisan bahwa dalam Al-Ibanah, Imam Asy\’ari menyatakan bahwa Allah ada di Arsy, memiliki tangan, kaki dst. Apakah benar demikian?

    2. Kalau benar, apa bedanya dengan pemahaman kelompok yang menamakan diri Salafi.

    Mohon maaf kalau kurang berkenan dan terima kasih.
    Semoga Allah SWT memberi balasan yang berlimpah kepada Habib. Amien.

    Wassalamu\’alaikum w.w.

    #75884774
    Munzir Almusawa
    Participant

    Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

    Limpahan keberkahan semoga selalu tercurah pada hari hari anda,

    saudaraku yg kumuliakan,
    jangan segan segan bertanya, masalah masalah seperti ini memang mesti disebarluaskan karena banyak saudara kita muslimin yg terjebak, maka wajib kita memberikan kejelasan semampunya.

    Masalah ayat/hadist tasybih (tangan/wajah) dalam ilmu tauhid terdapat dua pendapat dalam menafsirkannya.
    1.Pendapat Tafwidh ma’a tanzih
    2.Pendapat Ta’wil

    1. Madzhab tafwidh ma’attanzih yaitu mengambil dhahir lafadz dan menyerahkan maknanya kpd Allah swt, dg i’tiqad tanzih (mensucikan Allah dari segala penyerupaan)

    Ditanyakan kepada Imam Ahmad bin Hanbal masalah hadist sifat, ia berkata ”Nu\’minu biha wa nushoddiq biha bilaa kaif wala makna”, (Kita percaya dg hal itu, dan membenarkannya tanpa menanyakannya bagaimana, dan tanpa makna) Madzhab inilah yg juga di pegang oleh Imam Abu hanifah.

    [b]dan kini muncullah faham mujjassimah (yg mengaku salafy) yaitu dhohirnya memegang madzhab tafwidh tapi menyerupakan Allah dg mahluk, bukan seperti para imam yg memegang madzhab tafwidh yg mengimani ayat itu secara dhohirnya namun tanpa makna.
    [/b]

    2. Madzhab takwil yaitu menakwilkan ayat/hadist tasybih sesuai dg keesaan dan keagungan Allah swt, dan madzhab ini arjah (lebih baik untuk diikuti) karena terdapat penjelasan dan menghilangkan awhaam (khayalan dan syak wasangka) pada muslimin umumnya, sebagaimana Imam Syafii, Imam Bukhari,Imam Nawawi dll. (syarah Jauharat Attauhid oleh Imam Baajuri)
    Pendapat ini juga terdapat dalam Al Qur’an dan sunnah, juga banyak dipakai oleh para sahabat, tabiin dan imam imam ahlussunnah waljamaah.

    seperti ayat :
    ”Nasuullaha fanasiahum” (mereka melupakan Allah maka Allah pun lupa dengan mereka) (QS Attaubah:67),
    dan ayat : ”Innaa nasiinaakum”. (sungguh kami telah lupa pada kalian QS Assajdah 14).

    Dengan ayat ini kita tidak bisa menyifatkan sifat lupa kepada Allah walaupun tercantum dalam Alqur’an, dan kita tidak boleh mengatakan Allah punya sifat lupa, tapi berbeda dg sifat lupa pada diri makhluk, karena Allah berfirman : ”dan tiadalah tuhanmu itu lupa” (QS Maryam 64)

    Dan juga diriwayatkan dalam hadtist Qudsiy bahwa Allah swt berfirman : ”Wahai Keturunan Adam, Aku sakit dan kau tak menjenguk Ku, maka berkatalah keturunan Adam : Wahai Allah, bagaimana aku menjenguk Mu sedangkan Engkau Rabbul ’Alamin?, maka Allah menjawab : Bukankah kau tahu hamba Ku fulan sakit dan kau tak mau menjenguknya?, tahukah engkau bila kau menjenguknya maka akan kau temui Aku disisinya?” (Shahih Muslim hadits no.2569)

    apakah kita bisa mensifatkan sakit kepada Allah tapi tidak seperti sakitnya kita?

    Berkata Imam Nawawi berkenaan hadits Qudsiy diatas dalam kitabnya yaitu Syarah Annawawiy alaa Shahih Muslim bahwa yg dimaksud sakit pada Allah adalah hamba Nya, dan kemuliaan serta kedekatan Nya pada hamba Nya itu, ”wa ma’na wajadtaniy indahu ya’niy wajadta tsawaabii wa karoomatii indahu” dan makna ucapan : akan kau temui aku disisinya adalah akan kau temui pahalaku dan kedermawanan Ku dengan menjenguknya (Syarh Nawawi ala shahih Muslim Juz 16 hal 125)

    Dan banyak pula para sahabat, tabiin, dan para Imam ahlussunnah waljamaah yg berpegang pada pendapat Ta’wil, seperti Imam Ibn Abbas, Imam Malik, Imam Bukhari, Imam Tirmidziy, Imam Abul Hasan Al Asy’ariy, Imam Ibnul Jauziy dll (lihat Daf’ussyubhat Attasybiih oleh Imam Ibn Jauziy).

    maka jelaslah sudah bahwa mereka itu tak memahami makna tauhid yg sebenarnya mereka inginkan, tentunya dari dangkalnya pemahaman, sebab mereka kini menjadi mengada ada, mereka bukan di kelompok yg pertama bukan pula kelompok kedua, malah mereka membuat ajaran tauhid baru yg mirip dg madzhab Tafwidh Ma\’attanziih namun merusak maknanya dg menurut pemahamannya sendiri.

    demikian sekilas penjelasan ini saudaraku, saya agak terburu buru karena dalam perjalanan ke bandara tuk menuju Kualalumpur, mohon doa,

    wallahu a\’lam

    #75884837
    Abu Afidita
    Participant

    Assalamu\’alaikum wr.wb

    Terima kasih Habib yang telah menyempatkan untuk menjawab pertanyaan saya, namun kalau berkenan mohon bisa menjelaskan secara spesifik isi kitab Ibanah berdasarkan pemahaman yang benar.

    Hal ini dikarenakan kitab ini menjadi alasan dari kaum Salafi bahwa kitab Al-Ibana adalah kitab terakhir Imam Asy\’ari dan pada akhirnya mengikuti pemahaman seperti mereka (Salafi). Mohon pencerahannya.

    Terima kasih, Semoga Habib selalu mendapat perlindungan Allah SWT. Amien.

    Wassalamu\’alaikum wr.wb.

    #75884856
    Munzir Almusawa
    Participant

    Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

    Limpahan rahmat dan kelembutan Nya swt semoga selalu tercurah pada hari hari anda,

    saudaraku yg kumuliakan,
    anda dapat meminta bukti ucapan itu dari mereka dari kitab Ibanah dan tunjukkan kepada saya, dan saya akan menjelaskan maknanya Insya Allah.

    wallahu a\’lam

    #75887732
    fuady abdullah
    Participant

    Assalamualaikum war wab
    bib…seminggu yang lalu temen ana umroh dan membeli kitab IBANAH.Dia tidak buka2 dulu isinya.memang diluarnya jelas kitab ibanah milik imam asyari.tapi kata temenku itu kitab Ibanah yang ia beli disaudi itu ternyata isinya sama saja dengan kelompok wahaby.Ana sendiri belum lihat kitab itu dan isinya.Cuma dia telepon ana katanya kitab itu isinya kayak palsu.Dia sempat nanya juga pada salah seorang yang ketemu disaudi bahwa kok kitab ibanah isinya ga mencerminkan sama sekali Asy\’ariyahnya.Dijawab orang itu sekarang memang ulama2 saudy yang anti Asy\’ari telah berani campur tangan merobah isi kitab ibanah sesuai pemahaman mereka tapi tetap dengan mengambil judul IBANAH asy\’ariyyah.

    Kalau memang betul demikian betapa busuknya hati mereka memalsukan isi dan materi kitab orang lain.bahkan lebih berbahaya lagi hal itu berkaitan soal aqidah atau teologi.Terlaknt mereka telah mendustakan Imam besar kita Abu al hasan al asy\’ary.

    Ana tak habis fikir kenapa ulama2 wahaby watak dan sifatnya seperti itu.Sungguh mereka sangat keterlaluan dan sangat melewati batas toleransi.Benar2 mereka telah menganggap kita musuh yang harus dihancurkan dan dihabisi.Mengelabui kitab ibanah agar para asy\’ariyyin jadi ragu kepada imamnya.

    Ulama2 wahaby itu benar2 busuk dan penjilat.Merasa pemerintah saudy sebagai backing nya,kekuasaan dan fasilitas dari pemerintah telah membuat mereka makin besar kepala dan kejam memporak porandakan persaudaraan sesama muslim.

    Setiap buku dan kitab,selebaran2 dan buletin,terjemahan buku2 mereka keberbagai macam bahasa dunia telah membuat kaum muslimin disemua negara kacau balau,saling mencaci,menghujat dan makin jauh dari nikmatnya persatuan dan persaudaraan.

    Lidah mereka kelu untuk bicara soal israel dan amerika yang terus menerus mendzolimi saudara kita dipalestina,libanon,suriyah,iraq dan iran.Mulut mereka bungkam ketika pemerintah saudy terus menerus intim dengan amerika dan israel.Mereka lebih senang membid\’ah2kan saudaranya sendiri,mentakfir dan mentadhlil.

    Coba saja ketika kita haji atau umroh.memegang megang ka.bah…..musyrik,mencium kelambunya syirik,membaca doa pada buku saat thowaf…menyalahi syariat.Lama2 didepan kuburan ROSULULLAH SAW di usir,doa menghadap kuburan rosul saw dilarang…Mereka seperti ga ada kerjaan lagi selain nyalah2in orang lain.kayak bener sendiri,paling sunnah sendiri,yang berhak masuk surga karena yang lain musyrik semua,jubah dan tutup kepala putih ternyata tidak seputih hati mereka…

    Bib jangan lupa doain ana supaya sabar.Dan ana diperantauan ini tetap dilindungi Allah dan dijagaNya serta selamat dari hal2 yang tidak baik buat ana.

    Wassalam
    Ibnu Abdullah

    #75887743
    Abu Afidita
    Participant

    Assalamu\’alaikum wr.wb.

    Semoga kebahagiaan selalu menyertai Habib, keluarga dan seluruh Jamaah MR.

    Mohon maaf saya lama menjawab, karena cukup sulit mencarinya. Akhirnya saya temui namun dalam bahasa Ingris dari web site bernama http://ibaanah.com, namun isinya Aqidah salafi. Berikut tulisannya:

    [size=4][5] Imâm Abûl-Hasan al-Ash’arî (d.324H) – rahimahullâh – said:
    ‘‘If it is said: Why do you deny His statement, “Do you not see that We have created for them what our Own Hands have created.” [Sûrah Yâ Sîn 36:71] And His statement: “Whom I have created with My Own Hands.” [Sûrah Sâd 38:75] are majâz (methaphorical)? To him it is said: The ruling concerning the Speech of Allâh – the Mighty and Majestic – is that it is taken upon its dhâhir (apparent) and haqîqah (real) meaning. Nothing is moved from its dhâhir meaning to a majâz (metaphorical) one, except with a proof…Likewise, the statement of Allâh – the Mighty and Majestic, ‘‘Whom I have created with My Own Hands,’’ its dhâhir and haqîqah meaning is affirming the Yadayn (two Hands of Allâh).
    So it is not permissible to alter it from the dhâhir meaning of Yadayn to that which our opponents claim, except with a proof…Consequently, about His statement, ‘‘Whom I have created with My Own Hands.’’ It is obligatory to affirm two hands for Allâh – the Most High – in its haqîqah (real) meaning, not with the meaning of ni’matayn (two bounties of Allâh).’’ [17]
    17. al-Ibânah ’an Usûlid-Diyânah (p. 133). The ascription of this book to Abûl-Hasan al-Ash’arî, and that it was his final book concerning ’aqîdah (creed) – has been testified to by a number of Scholars, and from them: al-Hâfidh Ibn ’Asâkir in Tabyînul-Kadhibul-Muftarî (p. 152), al-Bayhaqî in al-I’tiqâd (p. 31), Imâm adh-Dhahabî in al-’Uluww (no. 276) and Ibnul-’Imâd in Shadharâtudh-Dhahab (p. 303).

    Sebagai tambahan apa maksud tulisan Imam Hanafi RH dalam fiqhul Akbar:
    28- وله يد ووجه ونفس كما ذكره الله تعالى في القرآن, فما ذكره الله تعالى في القرآن من ذكر الوجه واليد والنفس فهو صفات له بلا كيف. [/size]

    Mohon penjelasan dari Habib. Terima kasih.

    #75887785
    mfd
    Participant

    [quote]
    Assalamu\’alaikum wr.wb.

    Semoga kebahagiaan selalu menyertai Habib, keluarga dan seluruh Jamaah MR.

    Mohon maaf saya lama menjawab, karena cukup sulit mencarinya. Akhirnya saya temui namun dalam bahasa Ingris dari web site bernama http://ibaanah.com, namun isinya Aqidah salafi. Berikut tulisannya:

    [5] Imâm Abûl-Hasan al-Ash’arî (d.324H) – rahimahullâh – said:
    ‘‘If it is said: Why do you deny His statement, “Do you not see that We have created for them what our Own Hands have created.” [Sûrah Yâ Sîn 36:71] And His statement: “Whom I have created with My Own Hands.” [Sûrah Sâd 38:75] are majâz (methaphorical)? To him it is said: The ruling concerning the Speech of Allâh – the Mighty and Majestic – is that it is taken upon its dhâhir (apparent) and haqîqah (real) meaning. Nothing is moved from its dhâhir meaning to a majâz (metaphorical) one, except with a proof…Likewise, the statement of Allâh – the Mighty and Majestic, ‘‘Whom I have created with My Own Hands,’’ its dhâhir and haqîqah meaning is affirming the Yadayn (two Hands of Allâh).
    So it is not permissible to alter it from the dhâhir meaning of Yadayn to that which our opponents claim, except with a proof…Consequently, about His statement, ‘‘Whom I have created with My Own Hands.’’ It is obligatory to affirm two hands for Allâh – the Most High – in its haqîqah (real) meaning, not with the meaning of ni’matayn (two bounties of Allâh).’’ [17]
    17. al-Ibânah ’an Usûlid-Diyânah (p. 133). The ascription of this book to Abûl-Hasan al-Ash’arî, and that it was his final book concerning ’aqîdah (creed) – has been testified to by a number of Scholars, and from them: al-Hâfidh Ibn ’Asâkir in Tabyînul-Kadhibul-Muftarî (p. 152), al-Bayhaqî in al-I’tiqâd (p. 31), Imâm adh-Dhahabî in al-’Uluww (no. 276) and Ibnul-’Imâd in Shadharâtudh-Dhahab (p. 303).

    Sebagai tambahan apa maksud tulisan Imam Hanafi RH dalam fiqhul Akbar:
    28- وله يد ووجه ونفس كما ذكره الله تعالى في القرآن, فما ذكره الله تعالى في القرآن من ذكر الوجه واليد والنفس فهو صفات له بلا كيف.

    Mohon penjelasan dari Habib. Terima kasih.
    [/quote]

    Terjemahan:

    Assalamu\’alaikum wr.wb.

    Semoga kebahagiaan selalu menyertai Habib, keluarga dan seluruh Jamaah MR.

    Mohon maaf saya lama menjawab, karena cukup sulit mencarinya. Akhirnya saya temui namun dalam bahasa Ingris dari web site bernama http://ibaanah.com, namun isinya Aqidah salafi. Berikut tulisannya:

    [5] Imâm Abûl-Hasan al-Ash’arî (d.324H) – rahimahullâh – berkata:
    ‘‘Jika disebutkan: Mengapa kalian mengingkari Firman-Nya, “Tidakkah kalian melihat bahwa Kami telah menciptakan bagi mereka apa yang Tangan-Tangan Kami telah ciptakan.” [Sûrah Yâ Sîn 36:71] Dan Firman-Nya: “Kepada siapa padanya Aku telah menciptakan dengan Tangan Ku Sendiri.” [Sûrah Sâd 38:75] apakah ini majâz (simbol saja)? Kepadanya dikatakan: Keputusan/ peraturan mengenai Firman Allâh – Yang Maha Kuasa dan Maha Besar – adalah bahwa ini diambil dari arti/makna dhâhir-nya (nyata) dan haqîqah (sebenarnya). Tidak ada yang di rubah dari makna dhâhir-nya menjadi makna yang majâz (simbolis), kecuali dengan sebuah bukti…Begitu pula, firman Allâh – Yang Maha Besar dan Maha Kuasa, ‘‘Kepada siapa padanya Aku telah ciptakan dengan Tangan Ku Sendiri,’’ makna dhâhir dan haqîqah nya menekankan/menyebutkan Yadayn (kedua Tangan Allâh).
    Jadi, tidaklah diizinkan/tidak dibolehkan merubah/ mengganti makna dhâhir dari Yadayn menjadi yang disebutkan/dinyatakan oleh para lawan kita, kecuali jika ada bukti…Karenanya, mengenai firman-Nya, ‘‘Kepada siapa padanya Aku telah ciptakan dengan Tangan Ku Sendiri.’’ Adalah sebuah kewajiban untuk menekankan kedua tangan bagi Allâh – Yang Maha Tinggi- dalam arti haqîqah (sebenarnya), bukan dengan arti : ni’matayn (kedua hadiah/pahala dari Allâh).’’ [17]
    17. al-Ibânah ’an Usûlid-Diyânah (p. 133). Kitab ini diriwayatkan pada Abûl-Hasan al-Ash’arî, dan kitab ini merupakan kitabnya yang terakhir mengenai ’aqîdah (hukum/sumpah) – yang telah diakui oleh para Ahli Kitab, dan dari mereka: al-Hâfidh Ibn ’Asâkir in Tabyînul-Kadhibul-Muftarî (p. 152), al-Bayhaqî in al-I’tiqâd (p. 31), Imâm adh-Dhahabî in al-’Uluww (no. 276) dan Ibnul-’Imâd in Shadharâtudh-Dhahab (p. 303).

    Sebagai tambahan apa maksud tulisan Imam Hanafi RH dalam fiqhul Akbar:
    28- وله يد ووجه ونفس كما ذكره الله تعالى في القرآن, فما ذكره الله تعالى في القرآن من ذكر الوجه واليد والنفس فهو صفات له بلا كيف.

    Mohon penjelasan dari Habib. Terima kasih.

    #75887783
    khunthai
    Participant

    Assalamu\’alaikum wrwb.
    Telah banyak berita bahwa penerbit2 wahaby banyak memalsukan kitab-kitab. Demikian juga mereka membuat web-web site sejenis. Coba click di link-link yg ditunjuk di sini, dan juga link-link rujukannya.

    [url]http://orgawam.wordpress.com/2007/09/03/belajar-ke-arab-saudi/[/url]

    Maka ..kalau ada.. tampilkan dari kitab asli (bukan cetakan wahaby). Membahas sesuatu yang (terindikasi) dipalsu.. kalau itu ternyata bukan kata-kata Imam Asy \’ari, menurut saya hanya menghabiskan waktu saja, sia sia.

    Maaf kalau ada kesalahan.

    #75887810
    Munzir Almusawa
    Participant

    tampaknya sebagaimana penjelasan saya diatas, jika benar ini ucapan Imam Asy\’ariy maka ia telah berpendapat dengan pendapat Tafwidh ma\’attanzih, sebagaimana ucapan Imam Malik : \"Ma\’qul, Majhul, Iman bihi wajib, wassu\’al anhu Bid\’ah\" (masuk akal namun tanpa makna, percaya akannya wajib, dan bertanya tentangnya Bid\’ah).

    sebab walau bagaimanapun tetap tak bisa dijelaskan, sebagaimana firman Nya swt : \"Mereka berbai\’at padamu mereka telah berbai\’at pada Allah, TANGAN ALLAH diatas tangan mereka\" (QS Al Fath-10). dan saat Baiat itu tak pernah ada Tangan Allah bersalaman dengan tangan mereka.

    saya masih terus menjajaki ucapan ini, sebab sebagaimana kita ketahui bahwa Imam Asy\’ariy mengambil pendapat takwil dalam hal ini, bukan tafwidh ma\’attanzih, sebagaimana dijelaskan pd kitab Daf’ussyubhat wattasybiih oleh Imam Ibn Jauziy.

    pemalsuan ucapan Imam Sya\’raniy dalam hal ini tampaknya lebih dekat pada jawaban,

    wallahu a\’lam

    #75887822
    Hamdani
    Participant

    Assalamu\’alaikum wr,wb

    Ya habibuna yg ana cintai, semoga kita selalu berada dalam Naungan yg teduh dimana tiada naungan tsb bisa kita dapatkan melainkan dng akidah yg bersih dan suci

    Ana punya pendapat meskipun sedikit mudah mudahan bisa mendapat pencerahan dihati kita semua

    As-Syatiby berucap dalam kitabnya Al-Ifadaat Wa Al-Insyadaat (hal 93-94)

    \" في باب اسم الإشارة :\"وقد يغني ذو البعد عن ذي القرب لعظمة المشير أو المشار إليه\"، فقال: إن المؤلف مثَّل عظمة المشير في الشرح بقوله تعالى:{وما تلك بيمينك يا موسى} [سورة طه/17] ولم يبين ما وجه ذلك، فما وجهه؟ ففكرت فلم أجد جوابًا. فقال: وجهه أن الإشارة بذي القرب ههنا قد يُتوهم فيها القرب بالمكان، والله تعالى يتقدس عن ذلك، فلما أشار بذي البعد أعطى بمعناه أن المشير مباين للأمكنة، وبعيد عن أن يُوصف بالقرب المكاني، فأتى البعدُ في الإشارة منبهًا على بُعدِ نسبة المكان عن الذات العلي وأنه يبعد أن يحلَّ في مكان أو يدانيه

    (Sumber http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?s=&threadid=13646 )

    [color=#008000]هاهنا قد يتوهم فيها القرب بالمكان، والله تعالى يتقدس عن ذلك[/color]

    Adalah sangkaan yg tak benar jika dikatakan bahwa Allah adalah bertempat ,sedangkan Allah Ta\’ala maha suci dari hal hal yg demikian

    [size=4]adalah Mustahil al Imam Abu hasan al Asyari mengatakan bahwa Allah mempunyai tangan tetapi tangannya beda dng tangan Makhluk
    [/size]

    kenapa demikian ??

    [size=5]قوة االله ونصر ته فوق قو تهم ونصر تهم[/size]

    Kekuatan Allah dan Pertolongan Allah diatas kekuatan merea

    Inilah ucapan Sahabat Thawus Ibnu Kaisan ,salah seroang tabi\’in (Ulama Salaf yg wafat dimekkah sekitar th 6 Hijriyah) yg termuat dalam Tafsir Qurthubi Juz XVI hal 268) Saat beliau mentakwilkan surah al fatah ayat 10

    Banyak sahabat sahabat yg mentakwilkan ayat ayat mutasyabihat, hal ini tak terbantahkan, inilah pemahaman Salafuna Shalih yg shahih yg terus dikembangkan oleh al Imam Abu Hasan Al \’Asyari

    Al Imam Abu hasan mempunyai kitab kitab yg banyak sekali adapun tiga kitab yg termashur adalah sbb:

    1Maqalat al-Islamiyyin, merupakan karangan yang pertama dalam soal-soal kepercayaan Islam. Buku ini menjadi sumber yang penting, karena ketelitian dan kejujuran pengarangnya. Buku ini terdiri -dari tiga bagian:

    a.Tinjauan tentang golongan-golongan dalam Islam
    b.Aqidah aliran Ashhab al-Hadits dan Ahl al-Sunnah, dan
    c.Beberapa persoalan ilmu Kalam.

    2.Al-Ibanah \’an Ushul al-Diyanah, berisikan uraian tentang kepercayaan Ahl al-Sunnah dan pernyataan penghargaannya terhadap persoalan-persoalan yang banyak dan penting. Dalam buku ini ia menyerang dengan pedas aliran Mu\’tazilah.

    Inilah kitab akidah yg ditulis beliau pertama kali keluar dari aliraan Muktazilah, entah setan apa akhir akhir ini banyak yg menyebutkan bahwa inilah kitab terakhir beliau ……..

    3.Kitab al-Luma\’ fi al-Radd \’ala ahl al-Zaigh wa al-bida\’, berisikan sorotan terhadap lawan-lawannya dalam beberapa persoalan ilmu Kalam.

    dalam al-Luma ini lah tertuang keindahan pemahaman al Imam Abu Hasan al-Asyari dimana kita mengenal istilah \" hasil dari usaha\"

    Ibn Abu Ya’la dalam kitab “Tabaqat Hanabilah” dan sebagaimana yang dikemukakan oleh Imam al-Dhahabi di dalam kitab Siyar A’lam al-Nubala’. Kedua Ulama ini menunjukkan bahwa Imam Asy’ari mengarang kitab al Ibanah pada permulaan mula-mula beliau sampai ke Baghdad…..inilah kejadian itu bahwa kitab al Ibanah ditulis saat beliau baru hijrah dari Muktazilah menuju ASWJ

    Adapaun al Ibanah yg sekarang memang banyak dipertanyakan keasliannya, adalah Mustahi; al Imam Abu Hasan keluar dari pemahaman Salafuna Shalih
    dan penyelewengan dari isi al Ibanah sebenarnya sudah disitir juga oleh ulama ulama Mu\’tabar seperti

    Imam al-Qusyairi menyebut dalam kitabnya “Shikaya Ahl al-Sunna bi Hikaya Ma Nalahum Min al-Mihna” bahawa penyelewengan Al-Ibanah ini sudah berlaku sejak awal kurun ke 5 Hijriyyah ….sbb

    \"Adalah mereka telah menisbatkan kepada al Imam Asy’ari beberapa pegangan yang jelek dan mendakwa Sang Imam berkata demikian yang mana sebenarnya tida didapati sebesar zarahpun dalam kitab-kitab beliau perkataan sedemikian itu.

    Baik dalam kitab-kitab Ilmu Kalam karangan para ulama’ baik yang menyokong beliau maupun yang membangkang beliau dari zaman dahulu hingga zaman kami ini. Kesemua itu adalah palsu belaka \"

    Inilah sekelumit kecil tentang kebenaran \"al Ibanah \" bukanlah hal yg mudah bagi kita mengakui kita bermanhaj aqidah salaf hanya dengan membeli sebuah atau dua buku terjemahan, membacanya dan kemudiannya mengusungkan dada mengaku “saya bermanhaj Salafus Saleh”.

    Rasulullah bersabda : “Seseorang itu di atas agama kawannya, maka perhatikanlah dari siapa kamu mengambil agamamu”.

    Maka pelajarilah aqidah dari para ulama’ yang menerimanya secara sambung Menyambung hingga kepada Sayidina Muhammad s.a.w.

    Terucap salam dan cinta kepada Habib munzir dan keluarga ,Mohon Maaf Lahir bathin Selamat menjalani Ibadah Puasa

    Hamdani

Viewing 10 posts - 1 through 10 (of 14 total)
  • The forum ‘Forum Masalah Tauhid’ is closed to new topics and replies.