Home Forums Forum Masalah Fiqih Subehanallah

Viewing 2 posts - 1 through 2 (of 2 total)
  • Author
    Posts
  • #74055184
    Dadang Sulaiman
    Participant

    assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

    Alhmadulillahi robbil alamin , shalawat serta salam semoga tercurah limpah kepada junjungan alam nabi besar Muhammad SAW , semoga habib beserta keluarga selalau di rahmati oleh Allah SWT , amin

    bib ane mau tanya nih , ada yg kirimin ane email isinya kaya begini bib, tolong bib terangin apah bener Allah ada di satu tempat klw Allah berada di satu tempat berarti Allah sama dengan makhluk dong bib .
    ane butuh jawapan dari habib banget .

    Anak Bertanya \’dimana Allah Berada\’, Bagaimana Jawabnya,,,,

    Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh
    Alhamdulillahi rabbil `alamin, washshalatu wassalamu `ala sayyidil mursalin,
    wa ba`du,

    Allah itu adanya di langit dan di atas Arsy. Itulah keterangan yang benar
    sesuai dengan informasi yang Allah SWT tetapkan sendiri dalam Al-Quran
    Al-Kariem.

    1. Allah Diatas Arsy
    Keterangan bahwa Allah SWT ada di atas Arsy adalah firman Allah SWT sendiri
    yang ditetapkan di dalam Al-Quran Al-Kariem. Maka tidak ada kesempatan
    sedikitpun bagi manusia untuk menolak apa yang telah Allah SWT tetapkan
    sendiri tentang dirinya.

    Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi
    dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas \’Arsy . Dia menutupkan malam
    kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan matahari, bulan dan
    bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan
    memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.(QS.
    Al-Araf : 54)

    Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam
    enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas \’Arsy untuk mengatur segala
    urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa\’at kecuali sesudah ada
    izin-Nya. yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia.Maka
    apakah kamu tidak mengambil pelajaran? (QS. Yunus : 3)

    Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang yang kamu lihat, kemudian Dia
    bersemayam di atas \’Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing
    beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan , menjelaskan
    tanda-tanda , supaya kamu meyakini pertemuan dengan Tuhanmu. (QS. Ar-Ra\’d :
    2)

    Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas \’Arsy .(QS. Thaha : 5)

    Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam
    masa, kemudian dia bersemayam di atas Arsy , Yang Maha Pemurah, maka
    tanyakanlah kepada yang lebih mengetahui tentang Dia. (QS. Al-Furqan : 59)

    Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
    keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas \’Arsy . Tidak ada
    bagi kamu selain dari padaNya seorang penolongpun dan tidak seorang pemberi
    syafa\’at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?(QS. As-Sajdah : 4)

    Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia
    bersemayam di atas \’arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa
    yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik
    kepada-Nya . Dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. Dan Allah Maha
    Melihat apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Hadid : 4)

    2. Allah Di Langit
    Selain itu di dalam Al-Quran Al-Kariem juga ada keterangan bahwa Allah SWT
    itu ada di langit.

    \"Tidakkah kamu merasa aman dari Allah yang berada DI LANGIT bahwa Dia akan
    menjungkir-balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu
    berguncang. Atau apakah meraa aman terhadap Allah yang DI LANGIT bahwa Dia
    akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui
    bagaimana (akibat) mendustakan peringatan-Ku\". ( QS Al-Mulk : 16-17).

    Selain itu ada hadits dari Rasulullah SAW yang juga menjelaskan tentang
    dimanakah Allah SWT itu .

    Dari Abdullah bin Amr bahwa Rasulullah SAW bersabda,\"Kasihanilah yang bumi
    maka kamu akan dikasihani oleh Yang DI LANGIT\". (HR. Tirmiziy).

    Namun tentang bagaimana tentang keberadaan Allah SWT di langit dan di asry,
    kita tidak punya keterangan pasti. Maka kita imani keberadaannya sedangkan
    teknisnya seperti apa, itu majhul. Dan bertanya tentang seperti apa
    teknisnya adalah bid\’ah. Ini adalah jawaban paling aman dan inilah yang
    diajarkan Imam Ahmad kepada kita.

    3. Tidak Ada Keterangan Bahwa Allah Ada Dimana-mana
    Sebaliknya, tentang keterangan bahwa Allah SWT itu ada dimana-mana, sama
    sekali kita tidak mendapatkan dalil yang sharih.

    Paling jauh ada ayat berikut ini saja :

    Dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa
    yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hadid : 4)

    Namun kata ma\’a tidak berarti menunjukkan tempat seseorang berada. Sebab
    dalam percakapan kita bisa mengatakan bahwa aku menyertaimu, meski pada
    kenyataannya tidak berduaan. Sebab kebersamaan Allah SWT dalam ayat ini
    adalah berbentuk muraqabah atau pengawasan.

    Seperti ketika Rasulullah SAW berkata kepada Abu Bakar ra di dalam
    gua,\"Jangan kamu sedih, Allah beserta kita\". Ini tidak berarti Allah SWT
    ikut masuk gua. Juga ketika Musa as berkata,\"bersamaku tuhanku\", tidak
    berarti Allah SWT ada di pinggir laut merah saat itu.

    Jikalau kamu tidak menolongnya maka sesungguhnya Allah telah menolongnya
    ketika orang-orang kafir mengeluarkannya sedang dia salah seorang dari dua
    orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada
    temannya: \"Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta
    kita.\"(QS. At-Taubah : 40)

    Musa menjawab: \"Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku
    besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku\".(QS. As-Syu\’ara : 62)

    Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
    Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

    semoga habib selalu bertambah ilmu dan berkah dengan mengamalkan ilmu

    #74055194
    Munzir Almusawa
    Participant

    Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

    Limpahan Rahmat Nya swt semoga selalu tercurah pada anda dan keluarga,

    saudaraku yg kumuliakan,
    Mengenai ayat mutasyabih yg sebenarnya para Imam dan Muhadditsin selalu berusaha menghindari untuk membahasnya, namun justru sangat digandrungi oleh sebagian kelompok muslimin sesat masa kini, mereka selalu mencoba menusuk kepada jantung tauhid yg sedikit saja salah memahami maka akan terjatuh dalam jurang kemusyrikan, seperti membahas bahwa Allah ada dilangit, mempunyai tangan, wajah dll yg hanya membuat kerancuan dalam kesucian Tauhid ilahi pada benak muslimin, akan tetapi karena semaraknya masalah ini diangkat ke permukaan, maka perlu kita perjelas mengenai ayat ayat dan hadits tersebut.

    Sebagaimana makna Istiwa, yg sebagian kaum muslimin sesat sangat gemar membahasnya dan mengatakan bahwa Allah itu bersemayam di Arsy, dengan menafsirkan kalimat ”ISTIWA” dengan makna ”BERSEMAYAM, entah darimana pula mereka menemukan makna kalimat Istawa adalah semayam, padahal tak mungkin kita katakan bahwa Allah itu bersemayam disuatu tempat, karena bertentangan dengan ayat ayat dan Nash hadits lain, bila kita mengatakan Allah ada di Arsy, maka dimana Allah sebelum Arsy itu ada?, dan berarti Allah membutuhkan ruang, berarti berwujud seperti makhluk, sedangkan dalam hadits qudsiy disebutkan Allah swt turun kelangit yg terendah saat sepertiga malam terakhir, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Muslim hadits no.758, sedangkan kita memahami bahwa waktu di permukaan bumi terus bergilir,
    maka bila disuatu tempat adalah tengah malam, maka waktu tengah malam itu tidak sirna, tapi terus berpindah ke arah barat dan terus ke yang lebih barat, tentulah berarti Allah itu selalu bergelantungan mengitari Bumi di langit yg terendah, maka semakin ranculah pemahaman ini, dan menunjukkan rapuhnya pemahaman mereka, jelaslah bahwa hujjah yg mengatakan Allah ada di Arsy telah bertentangan dg hadits qudsiy diatas, yg berarti Allah itu tetap di langit yg terendah dan tak pernah kembali ke Arsy, sedangkan ayat itu mengatakan bahwa Allah ada di Arsy, dan hadits Qudsiy mengatakan Allah dilangit yg terendah.

    Berkata Al hafidh Almuhaddits Al Imam Malik rahimahullah ketika datang seseorang yg bertanya makna ayat : ”Arrahmaanu ’alal Arsyistawa”, Imam Malik menjawab : ”Majhul, Ma’qul (tdk diketahui maknanya, dan tidak boleh mengatakannya mustahil), percaya akannya wajib, bertanya tentang ini adalah Bid’ah Munkarah, dan kulihat engkau ini orang jahat, keluarkan dia..!”, (Tafsir imam Qurtubi Juz 1 hal 254, Fathul Bari ALmasyhur Juz 13 hal 407) demikian ucapan Imam Malik pada penanya ini, hingga ia mengatakannya : ”kulihat engkau ini orang jahat”, lalu mengusirnya, tentunya seorang Imam Mulia yg menjadi Guru Imam Syafii ini tak sembarang mengatakan ucapan seperti itu, kecuali menjadi dalil bagi kita bahwa hanya orang orang yg tidak baik yg mempermasalahkan masalah ini.

    Lalu bagaimana dengan firman Nya : ”Mereka yg berbai’at padamu sungguh mereka telah berbai’at pada Allah, Tangan Allah diatas tangan mereka” (QS Al Fath 10), dan disaat Bai’at itu tak pernah teriwayatkan bahwa ada tangan turun dari langit yg turut berbai’at pada sahabat.

    Juga sebagaimana hadits qudsiy yg mana Allah berfirman : ”Barangsiapa memusuhi waliku sungguh kuumumkan perang kepadanya, tiadalah hamba Ku mendekat kepada Ku dengan hal hal yg fardhu, dan Hamba Ku terus mendekat kepada Ku dengan hal hal yg sunnah baginya hingga Aku mencintainya, bila Aku mencintainya maka aku menjadi telinganya yg ia gunakan untuk mendengar, dan matanya yg ia gunakan untuk melihat, dan menjadi tangannya yg ia gunakan untuk memerangi, dan kakinya yg ia gunakan untuk melangkah, bila ia meminta pada Ku niscaya kuberi permintaannya….” (shahih Bukhari hadits no.6137)
    Maka hadits Qudsiy diatas tentunya jelas jelas menunjukkan bahwa pendengaran, penglihatan, dan panca indera lainnya, bagi mereka yg taat pada Allah akan dilimpahi cahaya kemegahan Allah, pertolongan Allah, kekuatan Allah, keberkahan Allah, dan sungguh maknanya bukanlah berarti Allah menjadi telinga, mata, tangan dan kakinya.

    Masalah ayat/hadist tasybih (tangan/wajah) dalam ilmu tauhid terdapat dua pendapat dalam menafsirkannya.
    1.Pendapat Tafwidh ma’a tanzih
    2.Pendapat Ta’wil

    1. Madzhab tafwidh ma’a tanzih yaitu mengambil dhahir lafadz dan menyerahkan maknanya kpd Allah swt, dg i’tiqad tanzih (mensucikan Allah dari segala penyerupaan)
    Ditanyakan kepada Imam Ahmad bin Hanbal masalah hadist sifat, ia berkata ”Nu;minu biha wa nushoddiq biha bilaa kaif wala makna”, (Kita percaya dg hal itu, dan membenarkannya tanpa menanyakannya bagaimana, dan tanpa makna) Madzhab inilah yg juga di pegang oleh Imam Abu hanifah.

    dan kini muncullah faham mujjassimah yaitu dhohirnya memegang madzhab tafwidh tapi menyerupakan Allah dg mahluk, bukan seperti para imam yg memegang madzhab tafwidh.

    2. Madzhab takwil yaitu menakwilkan ayat/hadist tasybih sesuai dg keesaan dan keagungan Allah swt, dan madzhab ini arjah (lebih baik untuk diikuti) karena terdapat penjelasan dan menghilangkan awhaam (khayalan dan syak wasangka) pada muslimin umumnya, sebagaimana Imam Syafii dll. (syarah Jauharat Attauhid oleh Imam Baajuri)
    Pendapat ini juga terdapat dalam Al Qur’an dan sunnah, juga banyak dipakai oleh para sahabat, tabiin dan imam imam ahlussunnah waljamaah.

    seperti ayat :
    ”Nasuullaha fanasiahum” (mereka melupakan Allah maka Allah pun lupa dengan mereka) (QS Attaubah:67),
    dan ayat : ”Innaa nasiinaakum”. (sungguh kami telah lupa pada kalian QS Assajdah 14).

    Dengan ayat ini kita tidak bisa menyifatkan sifat lupa kepada Allah walaupun tercantum dalam Alqur’an, dan kita tidak boleh mengatakan Allah punya sifat lupa, tapi berbeda dg sifat lupa pada diri makhluk, karena Allah berfirman : ”dan tiadalah tuhanmu itu lupa” (QS Maryam 64)

    Dan juga diriwayatkan dalam hadtist Qudsiy bahwa Allah swt berfirman : ”Wahai Keturunan Adam, Aku sakit dan kau tak menjenguk Ku, maka berkatalah keturunan Adam : Wahai Allah, bagaimana aku menjenguk Mu sedangkan Engkau Rabbul ’Alamin?, maka Allah menjawab : Bukankah kau tahu hamba Ku fulan sakit dan kau tak mau menjenguknya?, tahukah engkau bila kau menjenguknya maka akan kau temui Aku disisinya?” (Shahih Muslim hadits no.2569)

    apakah kita bisa mensifatkan sakit kepada Allah tapi tidak seperti sakitnya kita?

    Berkata Imam Nawawi berkenaan hadits Qudsiy diatas dalam kitabnya yaitu Syarah Annawawiy alaa Shahih Muslim bahwa yg dimaksud sakit pada Allah adalah hamba Nya, dan kemuliaan serta kedekatan Nya pada hamba Nya itu, ”wa ma’na wajadtaniy indahu ya’niy wajadta tsawaabii wa karoomatii indahu” (dan makna ucapan : akan kau temui aku disisinya adalah akan kau temui pahalaku dan kedermawanan Ku dengan menjenguknya)

    Dan banyak pula para sahabat, tabiin, dan para Imam ahlussunnah waljamaah yg berpegang pada pendapat Ta’wil, seperti Imam Ibn Abbas, Imam Malik, Imam Bukhari, Imam Tirmidziy, Imam Abul Hasan Al Asy’ariy, Imam Ibnul Jauziy dll (lihat Daf’ussyubhat Attasybiih oleh Imam Ibn Jauziy).

    Maka jelaslah bahwa akal tak akan mampu memecahkan rahasia keberadaan Allah swt, sebagaimana firman Nya : ”Maha Suci Tuhan Mu Tuhan Yang Maha Memiliki Kemegahan dari apa apa yg mereka sifatkan, maka salam sejahtera lah bagi para Rasul, dan segala puji atas tuhan sekalian alam” . (QS Asshaffat 180-182).

    Demikian saaudaraku yg kumuliakan,

    Wallahu a’lam

Viewing 2 posts - 1 through 2 (of 2 total)
  • The forum ‘Forum Masalah Fiqih’ is closed to new topics and replies.