Home › Forums › Iseng dalam keluhuran › Surat Buat Sahabat
- This topic has 0 replies, 1 voice, and was last updated 16 years, 7 months ago by Hikmat Fauzi.
-
AuthorPosts
-
April 28, 2008 at 1:04 pm #100968489Hikmat FauziParticipant
Assalamualaikum Wr.Wb…
Ingatkah syair lagu yang dinyanyikan oleh Ebit G Ade belasan tahun yang lalu…? \"Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang\", inilah sebaris syair yang Ebit lantunkan lewat lagu. Adakah ia sudah tak punya lagi asa dan rasa hingga ia seperti frustasi dan bertanya pada rumput yang bergoyang..?
Entahlah…tapi saya merasa kegalauan Ebit perlu saya renungkan, kepada siapa saya pun harus bertanya \"Mengapa di tanahku terjadi bencana..?\" Ketika melihat air, api yang menghancurkan rumah kita, ketika melihat tanah, angin yang sudah tidak bersahabat lagi dengan kita, kepada siapa saya harus bertanya…dan saya pun hanya bisa menduga \"Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita\".
Sahabatku dan saudaraku Koordinator SIM, alam memang terus berubah, pertumbuhan manusia semakin mempersempit ruang alam jagat raya ini, setiap orang berlomba-lomba mendapatkan ruang di alam jagat raya ini, baik ruang kehormatan, kepangkatan, kekayaan maupun ruang derajat kemulyaan hidup, semuanya ingin dicapai dan dimiliki hingga kita hampir lupa bahwa kita akan mencapai takdir kita…mati! demikian pula dengan jagat raya ini suatu saat ia pun akan menepati janjiNya yaitu kiamat.
Allah SWT menurunkan bencana ke bumi akibat dari dorongan dosa yang dilakukan oleh ahli bumi, semua amal bani adam terangkat ke atas, jika amalan baik maka rohmat yang akan diturunkan dan jika kemaksiatan maka adzab Allah menimpa kita. Allah menciptakan bencana terhadap alam ini semata-mata untuk kita renungkan. Sebandingkah bencana yang terjadi dengan ambisi kita untuk mendapatkan kenikmatan…? Sebandingkah rasa syukur kita kepada Allah SWT dengan kenikmatan dunia yang telah kita rasakan…? sebandingkah waktu kita untuk meraih kesuksesan dengan waktu untuk bersujud kehadapanNya…?
Tengoklah diri kita seberapa besar kejujuran yang tersedia di hati kita, ketika kita punya ambisi untuk mendapatkan kenikmatan pernahkan kita mempertimbangkan sebab akibatnya, ketika kita merasa puas atas nikmat yang kita rasakan pernahkan kita bersyukur kepada sang pemberi kenikmatan yaitu Allah SWT, ketika kita menghabiskan waktu untuk meraih kesuksesan pernahkah menghargai waktu-waktu untuk beribadah kepadaNya…?
Mari kita bandingkan ketika kita memiliki ambisi atas suatu jabatan dan kehormatan, bagaimana kita meluangkan waktu, tenaga, pikiran, biaya agar kita memiliki disiplin ilmu (“mungkin”) untuk mencapai kesuksesan hidup yang kita inginkan. Tiada terik…tiada hujan, tiada siang …tiada malam, tiada dekat…tiada jauh, duduk dengan tekun menyimak ilmu-ilmu yang masih “mungkin ya” dan “mungkin tidak” bisa menghantarkan ke ambisi kita.
Dan ketika sadar hati kita kosong oleh ilmu agama, adakah kita bisa melawan nafsu kita untuk duduk di majlis-majlis talim mendengarkan ilmu-ilmu Allah yang sudah pasti (janji Allah) akan menghantarkan kita kedalam kebahagiaan dunia dan akhirat. Ketika telinga kita mendengar sang bilal mengumandangkan adzan apa yang terasa dihati kita…? Adakah kita bersyukur bahwa kita masih diberi waktu untuk beribadah kepadaNya…? Adakah kita bergegas menuju mesjid…? ketika berdiri menghadap kiblat, ketika ruku menghormat sang pencipta, ketika bersujud merendahkan diri kehadapan Allah, ketika duduk memanjatkan doa, bersahadat dan bersalawat, tenangkah hati kita…? Betahkah hati kita berlama-lama menikmati khusyuknya solat…? Atau ingin secepatnya menyelesaikan solat untuk segera kembali mengumbar hawa nafsu kita. Coba kita bandingkan ketenangan hati kita ketika menyaksikan pertandingan sepak bola di layar TV, ketika bermain catur, ketika bermain kartu, ketika berolahraga, ketika hati kita berada dalam kemaksiatan. Jangan bertanya kepada rumput yang bergoyang, tapi tanyakanlah ke hati kita.Kematian adalah awal penyesalan bagi orang-orang yang ingkar terhadap janji-janji Allah, kematian adalah awal penderitaan bagi orang-orang yang terbuai oleh kemewahan dunia, dan kematian adalah akhir dari segala usaha amal ibadah untuk mendapatkan kebahagiaan (sorga) yang hakiki.
Sahabatku…mungpung masih ada waktu… ajal belum tiba ! mari kita tafakuri hidup ini dengan meningkatkan kualitas ibadah kita kepada sang pencipta. Hargai waktu ibadah seperti kita menghargai waktu untuk meraih kesuksesan dunia, bekali ibadah kita dengan ilmu-ilmu yang diajarkan oleh nabi kita Muhammad saw melalui majlis-majlis ta’lim. Mari kita berjihad melawan nafsu duniawiyah kita dengan melangkahkan kaki ke majlis-majlis ilmu untuk duduk dan mendengarkan Qalam Allah yang disampaikan oleh para ulama kapan pun waktunya dan dimana pun tempatnya agar ibadah kita sesuai dengan syariat-syariat agama.
Mari kita syukuri bahwa kita dilahirkan menjadi umat junjungan nabi Muhammad saw yang telah menghantarkan kita kedalam iman dan islam, mari kita penuhi hidup ini dengan beribadah sesuai dengan yang diajarkan Muhammad saw, mari kita penuhi hati ini dengan ilmu-ilmu yang diwahyukan Allah kepada Muhammad saw, dan mari kita berharap agar kelak kita bisa disatukan dalam sorga Allah bersama nabi Muhammad saw.
Sahabatku…adzan hampir tiba mari kita bersihkan lahir dan batin kita dengan wudhu, siapkan hati kita untuk bersujud dan bersyukur berjamaah di mesjid bersama orang-orang yang soleh untuk mencari ridlo Allah.
Sumedang, 24 April 2008
Wasalam
Hamba Allah[color=#0000FF][/color][color=#0000FF][/color]
-
AuthorPosts
- The forum ‘Iseng dalam keluhuran’ is closed to new topics and replies.