Home Forums Iseng dalam keluhuran Susu Kambing, Sunnah Rasulullah yang Terlupak

Viewing 1 post (of 1 total)
  • Author
    Posts
  • #74613068
    isni
    Participant

    Susu Kambing, Sunnah Rasulullah yang Telah Dilupakan
    Submitted by KHARISMA on Sun, 2006-01-01 00:00. Forum

    Susu kambing, masih jarang dikonsumsi
    Susu kambing adalah minuman yang tidak kalah bergizinya dibandingkan
    dengan susu sapi. Bahkan keluhan-keluhan kesehatan yang sering dijumpai
    akibat minum susu sapi tidak pernah ditemui beritanya pada orang-orang
    yang mengkonsumsi susu kambing.
    Susu kambing dapat menjadi alternatif bagi konsumen yang mempunyai
    alergi terhadap susu sapi. Boleh jadi itulah hikmahnya mengapa dalam
    riwayat-riwayat shahih tentang kehidupan Nabi Muhammad saw dan sahabat-
    sahabatnya kita temui kisah mereka minum susu kambing, dan bukan susu
    sapi!

    Namun, manfaat susu kambing sayangnya masih belum disadari oleh
    kebanyakan kaum muslimin termasuk bangsa Indonesia yang merupakan
    penduduk muslim terbanyak di dunia.

    Sebagaimana di negara-negara Eropa Barat dan Amerika Serikat, di
    Indonesiapun susu sapi dan berbagai produk olahannya lebih memasyarakat
    dan lebih mudah dijumpai di pasaran dibandingkan dengan susu kambing.

    Sunnah Rasulullah yang telah dilupakan

    Rasulullah saw. pernah bersabda sebagaimana yang diriwayatkan dalam HR.
    Muslim bahwa Islam datang dalam keadaan asing dan pada akhirnya akan
    datang suatu masa di mana Islam akan menjadi asing kembali. Karena dalam
    memahami dan mempraktekkan ajaran-ajaran Islam seorang muslim
    diperintahkan Allah SWT. untuk meneladani Rasulullah saw. (QS. 33: 21)1,
    maka dalam sejarahnya terdapat pula masa di mana praktek meneladani
    semaksimal mungkin seluruh sikap dan perilaku sehari-hari Rasulullah a
    termasuk kebiasaan makan dan minumnya a mengalami masa awal yang asing
    dan masa kemudian yang asing pula. Di antara jenis minuman yang biasa
    diminum oleh Rasulullah saw. adalah susu kambing segar, yakni langsung
    diminum sesudah diperah dari ambing kambing (kisah Abdullah bin Masaud
    pada masa remaja saat dia menggembalakan kambing milik Uqbah bin Muaaith)
    2. Namun, berapa persen dari penduduk muslim di seluruh dunia ini a
    terlepas dari kemampuan ekonominya a yang punya kebiasaan minum susu
    kambing? Atau lebih spesifisik lagi: berapa persen dari seluruh kaum
    muslimin di dunia ini yang tahu akan manfaat susu kambing?

    Sulit untuk menemukan adanya data statistik aktual tentang jumlah
    konsumsi susu kambing di seluruh dunia, apalagi di negara-negara yang
    penduduknya sebagian besar muslim karena pada umumnya data internasional
    tentang produksi, konsumsi dan kebutuhan susu ternak yang
    didokumentasikan dengan baik adalah untuk susu sapi3. Bahkan tidak ada
    data dunia untuk jumlah populasi ternak ruminant kecil (kambing dan
    domba) yang dibedakan tujuan produknya (sebagai pemasok daging, serat
    wol, kulit ataukah susu).

    Namun, dari data yang tersedia3 nampak bahwa produsen susu kambing yang
    paling produktif (dalam kg susu/ekor/tahun) di dunia adalah negara Eropa
    Barat dan Timur yang sebagian besar penduduknya non-muslim seperti
    misalnya Perancis (400), Rusia (125), Spanyol (121), Italia (115), dan
    Yunani (78). Sedangkan di negara-negara yang mayoritas penduduknya
    muslim seperti Aljazair (47), Irak (35), Sudan (31), Turki (30),
    Pakistan (17) dan Indonesia (15) produktifitas susu kambingnya sangat
    rendah. Juga dari muamalah penulis dengan sesama muslim, baik bangsa
    sendiri maupun bangsa asing yang tinggal di Jerman, dan dari pengamatan
    terhadap ketersediaan susu sapi dan susu kambing di pasar, toko maupun
    pusat-pusat perbelanjaan diduga kuat bahwa jawaban atas kedua pertanyaan
    di atas adalah: tidak banyak. Sebagaimana di berbagai aspek kehidupan
    lainnya (politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan/keamanan)
    rupanya dalam hal kebiasaan makan dan minumpun kaum muslimin masih
    dikuasai oleh arus pemikiran dan politik negara-negara barat.

    Padahal Allah SWT. telah berfirman dalam Al Quraanul Karim: aMaka
    makanlah yang halal lagi baik (thoyyib) dari rezeki yang telah diberikan
    Allah kepadamu, dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya
    saja menyembaha (QS. 16 :114). Kebanyakan kaum muslimin baru tiba pada
    tahap halal, belum sampai tahapan thoyyib. Padahal kalau kita
    menganalogikan dengan kedudukan sholat wajib dan membayar zakat yang
    selalu diperintahkan Allah secara bersama-sama dalam sebuah ayat
    (contohnya di dalam QS. 2: 83, 5: 12, 19: 55 dan 21: 73) untuk
    menunjukkan pentingnya hal yang kedua yang tidak dapat dipisah-pisahkan
    dari hal yang pertama (riwayat Abu Bakar Ash Shiddiq r.a. memerangi kaum
    muslimin yang enggan membayar zakat meskipun mereka tidak meninggalkan
    sholat)4, maka semestinya pengetahuan mengkonsumsi makanan dan minuman
    yang thoyyib pun tidak boleh dipisahkan dari yang halal. Maka hendaknya
    kita tidak berpuas diri dengan mengetahui makanan dan minuman yang halal
    saja, melainkan hendaknya kita juga menambah pengetahuan kita akan ke-
    thoyyib-an makanan dan minuman halal, termasuk susu.

    Kontroversi Susu Kambing dan Susu Sapi

    Pada umumnya konsumsi susu ternak dianjurkan karena potensinya sebagai
    sumber protein dan kalsium yang sangat penting bagi kesehatan manusia.
    Bahkan sebagai sumber kalsium – dengan pola makan masyarakat yang
    umumnya sangat kurang konsumsi sayur segarnya – nyaris susu tak bisa
    digantikan dengan bahan makanan lainnya5. Oleh karena itu, pada umumnya
    ahli pangan dan gizi sangat menganjurkan untuk minum susu setiap hari.
    Namun, seorang ahli pangan yang sangat memperhatikan pengaruh pola makan
    terhadap kesehatan dan proses timbul dan sembuhnya berbagai macam
    penyakit, Norman W. Walker telah membuktikan bahwa susu a kecuali susu
    kambing segar a adalah bahan makanan yang paling banyak menimbulkan
    lendir di dalam tubuh manusia6. Beliau juga mengamati bahwa susu yang
    paling cocok untuk dikonsumsi manusia (selain bayi yang belum lepas dari
    air susu ibu) adalah susu kambing segar. Dinyatakannya pula bahwa
    pemanasan di atas suhu 48A°C justru merusak nilai fisiologis susu
    kambing dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan karena merangsang
    timbulnya lendir yang berlebihan a suatu hal yang sangat kontroversial
    bagi ahli gizi dan teknologi pengolahan pangan pada umumnya.

    Di antara gangguan kesehatan yang ditimbulkan dari mengkonsumsi susu
    sapi adalah kegemukan, asma, infeksi paru-paru, pilek alergi (misal
    alergi serbuk sari) dan tuberkulosis6, meskipun pada umumnya ahli gizi
    dan dokter berpendapat bahwa susu sapi dapat menjadi bahan makanan
    sumber berbagai macam antibodi untuk melawan penyakit7.

    Allah SWT. telah berfirman bahwa susu adalah minuman yang disediakan-Nya
    bagi manusia (QS. 16: 66, 23: 21). Allah juga menyebutkan bahwa minuman
    susu itu mudah ditelan oleh manusia. Dalam istilah ilmu gizi tentunya
    mudah ditelan ini maksudnya adalah mempunyai arti fisiologis yang baik.
    Tidak mungkin Allah menjerumuskan hamba-hamba-Nya dengan menunjukkan
    sumber minuman yang justru menimbulkan berbagai macam penyakit. Maka
    dalam kontroversi manfaat ataukah kerugian yang akan kita rasakan
    sesudah mengkonsumsi susu sapi perlu dikaji secara menyeluruh, bukan
    hanya untuk satu jenis gangguan kesehatan semata. Kalau dikatakan susu
    sapi bisa menjadi sumber antibodi untuk melawan penyakit tertentu,
    sedangkan di sisi lain status kesehatan orang yang bersangkutan tidak
    dimonitor secara menyeluruh (misal alergi tetap ada dan berat badan
    semakin bertambah tanpa bisa dikontrol), maka boleh jadi memang ada
    manfaat dari susu sapi bagi kesehatan manusia di samping banyak mudhorot
    yang ditimbulkannya. Ini mirip dengan yang telah berlaku bagi minuman
    keras (khamr), tapi dalam khamr ini Allah jelas-jelas telah membongkar
    rahasianya dengan berfirman bahwa di dalam khamr memang bisa ditemui ada
    manfaatnya (paradoks Perancis dengan khamr anggur merahnya), namun
    kemudhorotannya jauh lebih besar. Dengan demikian maka besarnya konsumsi
    susu sapi oleh kaum muslimin selama ini bisa jadi hanya disebabkan oleh
    keterbatasan ilmu manusia yang keliru dalam menafsirkan ayat tentang
    susu dalam Al Quraan sebagai susu ternak apa saja termasuk sapi,
    sedangkan seharusnya adalah susu kambing. Bukti-bukti ilmiah tentang
    manfaat susu kambing terhadap kesehatan sebetulnya telah diperoleh
    manusia 3,6,8,9 hanya saja secara umum publikasinya masih kalah
    dibandingkan dengan susu sapi3.

    Kesiapan Teknologi Pendukung Produksi Susu Kambing

    Sesudah mengetahui sangat banyaknya manfaat susu kambing dibandingkan
    dengan susu sapi, maka tentu timbul pertanyaan: Mengapa di Indonesia
    sulit dijumpai produk susu kambing di toko-toko atau di supermarket-
    supermarket? Bukankah kambing bisa hidup di iklim negara kita? Apakah
    memang budidaya kambing itu sulit alias tidak prospektif dari sudut
    pandang ekonomi? Telah diteliti bahwa budidaya kambing sangat potensial
    dan realistis untuk dikembangkan di negara-negara yang sedang berkembang
    dengan iklim tropis3.

    Dari Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Penelitian
    Ternak di Bogor dapat disimpulkan bahwa kondisi lingkungan di Indonesia
    sangat cocok bagi budidaya kambing dari jenis yang bisa dijadikan
    sekaligus pemasok susu dan daging, yakni peranakan antara kambing kacang
    dan kambing Etawah yang berasal dari India dan dikenal dengan kambing
    PE10. Dalam laporan penelitian itu disarankan agar ternak kambing yang
    jantan dibesarkan untuk dimanfaatkan dagingnya, sedangkan ternak yang
    betina dibesarkan untuk diambil susunya. Diperhitungkan bahwa satu ekor
    kambing PE dapat mencukupi kebutuhan protein hewani asal susu untuk
    sebuah keluarga dengan 5 orang anggota keluarga. Budidaya kambing PE ini
    sudah menunjukkan keberhasilan di beberapa daerah sehingga sangat
    potensial untuk dijadikan proyek nasional bagi negara kita yang
    mayoritas penduduknya masih sangat rendah status gizi dan kemampuan
    ekonominya.

    Jadi, apa lagi yang perlu kita tunggu? Di satu sisi kita dapat menaikkan
    taraf kesehatan masyarakat dengan menyediakan sumber protein hewani yang
    halal dan thoyyib, dan menaikkan taraf ekonomi rakyat di pedesaan-
    pedesaan melalui usaha budidaya kambing ini. Di sisi lain kita dapat
    melestarikan salah satu sunnah Rasulullah yang telah banyak dilupakan
    orang di negara yang mayoritas penduduknya muslim. Kita bisa mengambil
    pelajaran dari negara tetangga kita Malaysia yang telah sukses lebih
    dahulu dalam mempromosikan pentingnya peran susu kambing ini secara
    profesional11.

    Oleh karena itu sudah saatnya para ahli teknologi pengolahan pangan,
    ahli gizi, ekonom, ahli budidaya ternak dan jajaran pimpinan di
    pemerintahan memikirkan lebih serius lagi dan saling bekerja sama dalam
    memasyarakatkan peran penting susu kambing ini dan meningkatkan
    produksinya. Dalam hal ini ada dua hal penting yang perlu mendapatkan
    prioritas: peningkatan produksi susu dengan tetap memperhatikan
    kesehatan ternak dan lingkungan, dan peningkatan keamanan/higiene susu,
    terutama karena manfaat kesehatan susu kambing sangat berkurang akibat
    pemanasan, sedangkan pada umumnya untuk keamanan dan pengawetan produk
    susu perlu dipanaskan.

    Karlsruhe (Jerman), 20 April 2003
    ——————————————————————————-
    Footnote
    1 Al Quraan dan Terjemahannya. Yayasan Penterjemah/Pentafsir Al Quraan
    Departemen Agama. (1971)
    2 Khalid, M. Kh.: Karakteristik Perihidup 60 Shahabat Rasulullah.
    Penerjemah: Mahyuddin Syaf dkk. Bandung: CV Diponegoro, p. 215-216 (1987)
    3 Haenlein, G.F.W.: Past, Present, and Future Perspectives of Small
    Ruminant Dairy Research. Journal of Dairy Science, 84(9): 2097-2115 (2001)
    4 Khalid, M. Kh.: Mengenal Pola Kepemimpinan Umat dari Karakteristik
    Perihidup Khalifah Rasulullah. Penerjemah: Mahyuddin Syaf dkk. Bandung:
    CV Diponegoro, p. 78-82 (1992)
    5 Kristanti, I.: Bila tidak tahan minum susu. http://pagihp.tripod.com/minmsusu.htm (1998)
    6 Walker, N.W.: Auch Sie kC¶nnen wieder juenger werden. Judul asli:
    Become younger. Muenchen: Wilhelm Goldmann Verlag, p. 58-64 (2002)
    7 Carper, J.: Nahrung ist die beste Medizin. Judul asli: The Food
    Pharmacy. Muenchen: Econ Ullstein List Verlag, p. 179-194 (2001)
    8 Walker, N.W.: Frische Frucht- und Gemuesesaefte. Judul asli: Fresh
    Vegetable and Fruit Juices. Muenchen: Wilhelm Goldmann Verlag, p. 120-122 (1995)
    9 Rachman, R.: Khasiat Susu dan Daging Kambing. Harian Kompas, 2 September 2002. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0209/02/iptek/khas35.htm
    10 Kambing PE Penghasil Daging Sekaligus Susu. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Vol. 23 (4), 2001.
    http://pustaka.bogor.net/publ/warta/w2345.htm11
    http://www.m-sia.com/npdairies

    Dikirim oleh: Dr. Indah Kristanti (Penulis adalah salah satu mantan
    Pengurus LSM KHARISMA, 2002-2003). Tulisan ini pernah dimuat di
    Alhikmah.com sebagai salah satu pemenang lomba karya tulis ilmiah.

Viewing 1 post (of 1 total)
  • The forum ‘Iseng dalam keluhuran’ is closed to new topics and replies.