Home Forums Forum Masalah Tauhid Ta\’alluq dalam Kajian Sifat 20

Viewing 2 posts - 1 through 2 (of 2 total)
  • Author
    Posts
  • #97669544
    Nugroho Laison
    Participant

    As Salamu \’alaikum wr. wb.,

    Habib Munzir yg ane hormati,

    Mohon maaf Habib, ane mohon bantuan untuk penjelasan dan pemberian referensi terkait pelajaran Sifat 20, terlebih khusus utk Ta\’alluq, terlebih dalam Bhs Indonesia, karena ane tdk bisa berbahasa Arab.

    Begini Habib Munzir…
    Sewaktu ane muallaf, ketika SD dan Mts (SMP) Muhammadiyah, guru mengaji dan guru sekolah ane mengajarkan Sifat 20. Tetapi tdk pernah menyinggung ttg Ta\’alluq – pertalian, kaitan – Yakni suatu sifat menuntut perbuatan yang bertambah dari berdirinya sifat kepada Dzat.

    Tetapi sewaktu saudara ane (Koko ane) memberitahukan sekilas dan memberikan Buku Sifat 20 Awalluddin Terbitan S.A. Alaydrus, dari karya Habib Usman bin Yahya (berwarna merah), disitu menyinggung ttg Ta\’alluq.

    Dari membaca buku tersebut, hanya Materi ini saja yg belum pernah ane pelajari dan belum paham dari kumpulan materi Sifat 20.

    Disana ada gambar ilustrasi yang kira-kira sbb (hal 20):
    (=) Ta\’alluq Sifat Qudrat dan Iradat adalah Ta\’alluq Ta\’tsir pada Segala Mumkin, yakni Mumkin Ma\’dum dan Mumkin Maujud
    (=) Ta\’alluq Sifat Sam\’un (Sama\’) dan Bashar adalah Ta\’alluq Inkisyaf pada Segala Maujud, yakni Hadits Maujud dan Maujud Qadim
    (=) Ta\’alluq Ilmu adalah Ta\’alluq Inkisyaf pada Segala Wajib, yakni Segala Mustahil dan Segala Ja\’iz. Sedangkan Ta\’alluq Kalam adalah Ta\’alluq Dalalah pada Segala Wajib, yakni Segala Mustahil dan Segala Ja\’iz.

    Ane belum mengerti walau sudah membaca berkali-kali, karena kedangkalan pengetahuan ane, sehingga belum bisa memahaminya. Dan Koko ane yg pernah mengaji Sifat 20 termasuk materi Ta\’alluq tsb, telah menjelaskan hal ini, namun diakuinya materi ini dikuasainya hanya secara garis besar sehingga penjelasannya masih kurang dapat ane mengerti.

    Make ane mohon bantuan pengajaran dan penjelasan Habib Munzir, terutama untuk menjelaskan dan memberikan referensi terkait Ta\’alluq sehingga dapat menggenapkan pengetahuan ane ttg Sifat 20.

    Mohon maaf bila kurang berkenan, dan Terima Kasih banyak atas segala perhatian dan pengajaran yang Habib Munzir berikan.

    Wassalam,

    Nugon (Nugroho Laison)

    #97669604
    Munzir Almusawa
    Participant

    Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

    Cahaya anugerah Nya semoga selalu menerangi hari hari anda dan keluarga,

    Saudaraku yg kumuliakan,
    dalam permasalahan ini terus terang saja saya belum sempat mempelajari buku buku ALhabib Utsman bin Yahya, karena saya mempelajari tauhid di Yaman, dan buku buku Hb Utsman hanya dipakai di Jakarta umumnya,

    saya tak berkenan menjawab dalam hal ini, dan saya rujukkan pertanyaan anda pada seorang teman saya yg telah mendalami kitab kitab Hb Utsman bin Yahya, agar lebih jelas bagi anda.

    yaitu Kh Khairullah romli, berikut jawaban beliau.

    Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga sukses dg segala cita cita, semoga dalam kebahagiaan selalu,

    Wallahu a\’lam

    Alhamdulillah yang telah menggerakkan hati antum untk lebih ingin mengenal Allah SWT, mudah-mudahan kita semua dijadikan dalam golongan yang mencintai-Nya dan dicintai oelh-Nya. Amin.
    Saudaraku. Sifat-sifat wajib bagi Allah yang berjumlah 20 terbagi kepada 4 bagian, yaitu sifat nafsiyyah, salbiyyah ma’ani dan ma’nawiyyah. Habib Usman bin yahya dalam kitabnya sifat 20 juga menyebutkan hal ini, bahkan beliau membuat gambarannya agar lebih mudah dimengerti, sifat ma’ani yang tersebut terbagi kepada 7 sifat : qudrat, iradat, ilmu, hayat, sama’, bashor dan kalam. Semua 7 sifat ini mempunyai ta’alluq, kecuali hayat, sifat hayat tidak berta’alluq, tetapi ia hanya membenarkan adanya sifat-sifat yang lain, artinya dengan sifat hayat ini maka dibenarkan Allah mempunyai sifat-sifat ma’ani yang lain, karena tidak mungkin yang mati dikatakan ia berilmu, ia berkuasa, ia melihat, dll.

    Apa itu ta’alluq? Habib Usman juga telah menyebutkan definisi ta’alluq, tapi karena beliau menggunakan bahasa melayu lama, maka agak sulit bagi yang membaca untuk memahaminya, disini saya akan berusaha sedikit menjelaskannya, zat Allah SWT mempunyai sifat-sifat sebagaimana telah dimaklum, sifat-sifat ini ada yang hanya berdiri pada zat-Nya (seperti sifat wujud, qidam, baqo,….) tidak lebih dari itu, hanya berhubungan dengan zat-Nya dan tidak berhubungan dengan lainnya, tidak ada fungsi tambahan yang harus dilakukan oleh sifat-sifat tersebut dan keberadaannya pada zat Allah SWT itu saja sudah cukup, lain halnya dengan sifat ma’ani (selain hayat) selain sifat ini berdiri pada zat Allah SWT, ia juga mempunyai fungsi lain yang dilakukan oleh sifat tersebut, sebagai contoh sifat qudrat, sifat ini berdiri pada zat Allah dan dengan sifat ini Allah menciptakan sesuatu yang tidak ada, sehingga menjadikannya ada, dan sebaliknya dengan sifat ini Allah menjadikan sesuatu yang ada menjadi tidak ada, ini yang dimaksud bahwa sifat qudrat menuntut hal lainnya, bukan hanya berdiri pada zat-Nya saja tetapi sifat ini mempunyai fungsi lainnya dan inilah yang disebut dengan ta’alluq.

    Qudrat dan iradat berta’alluq dengan hal yang sama yaitu semua yang mumkin (mumkin artinya suatu yang keberadaannya dan ketiadaannya sama saja tidak ada pengaruhnya dan semua yang hadits/baharu dinamakan mumkin) qudrat dan iradat tidak berta’alluq dengan yang wajib keberadaannya dan juga tidak berta’alluq dengan hal yang mustahil adanya, karena yang wajib adanya seperti zat Allah dan sifat wajib yang lain memang sudah ada jadi tidak berta’alluq qudrat dan iradat untuk mengadakannya karena memang sudah ada, begitu juga hal yang mustahil , qudrat dan iradat tidak berhubungan dengan yang musthil karena yang mustahil sesuatu yang harus tidak ada maka menjadikannya ada berarti berlawanan dengan hakekatnya yaitu mustahil ada dan jika menjadi ada niscaya bukan mustahil namanya tapi namanya berubah menjadi mumkin dan semua ini tidak akan terjadi.

    Ta’alluq qudrah dan iradat dengan yang mumkin dinamakan ta’alluq ta’tsir meskipun ta’tsir qudrat dan iradat berbeda, ta’fsir qudrat adalah iyjad dan I’dam artinya dengan sebab qudrat, sebagai contoh ketia said di ciptakan ia brsifat dengan hal-hal tertentu pada bentuk fisiknya warna kulitnya sifat tabiat dirinya dan lain-lain, ini hubungannya dengan irodat adapun menciptakan zaid tanpa memandang kepada sifat-sifatnya tadi tapi hanya memandang pada keberadaanya setelah sebelumnya tidak ada ini hubungannya dengan qudrat, mak makna dari ta’alluq ta’fsir adalah adanya hasil dari ta’alluq 2 sifat tersebut dengan yang mumkin, hasil tersebut yaitu تخصيص اعدام ايجاد tapi harus di ketahui bahwa ta’fsir hanya di miliki oleh zat Allah bukan oleh qudrat dan irodat, keduanya hanya sebab dalam hal ta’fsir dan jika di katakan bahwa keduanya memberikan ta’fsir maka ungkapan itu hanyalah majaz seperti kita berkata panadol ini telah menyembuhkan pusing saya.
    Sama’ dan bashor berta’lluq dengan semua yang ada, baik yang ada tersebut bersifat qodim seperti zat Allah dan sifat-sifatnya tau bersifat hadits (baharu) yaitu semua makhluknya adapun yang ma’dum yang tidak ada maka keduanya tidak berta’alluq dengan hal tersebut, ta’alluq bashor dan sama’ dengan yang maujud (ada) di sebut ta’alluq inkisyaf artinya segala yang ada baik yang qodim atau hadits tersingkap oleh Allah SWT, maka Allah mendengar segala yang ada baik itu suara atau bukan bahkan Allah mendengar zat Nya dan sifat-sifatNya dan kita wajib beriman bahwa Allah mendengar hal tersebut sekalipun kita tidak tahu bagaimana caranya, begitupun sifat besar Nya, tersingkap oleh Allah dengan basharNya segala yang ada baik yang berupa benda atau bahkan suara-suara sekalipun kita tida tahu bagaimana caranya tapi kita wajib beriman dengan hal tersebut. Begitu juga ilmu, tersingkap bagi Allah segala yang mustahil dan yang jaiz dan yang wajib sehingga Allah Maha Mengetahui apa yang wajib apa yang mustahil dan yang jaiz bagi Allah tapi tersingkapnya hal ini bagi Allah dengan ilmunya tidak sama dengan tersingkapnya segala yang maujud (ada) dengan basharnya Allah sebagaimana tidak sama tersingkapnya yang maujud dengan sama’nya Allah SWT.

    Adapun kalam ta’alluqnya sama dengan ta’alluq ilmu yaitu semua yang wajib yang jaiz dan yang mustahil tapi ta’alluq kalam pada hal-hal tersebut dinamakan ta’alluq dalalah artinya jikalau hijab yang ada antara kita dengan sifat kalam disingkapkan dan kita dapat mendengar sifat kalam maka niscaya kita akan memahami hal-hal yang wajib, mustahil dan jaiz dari sifat kalam tersebut, contoh yang wajib adalah zat Allah dalam zat Nya dan sifatNya dan menafikan segala sifat kekurangan dari zatNya dan sifatNya sama dengan makna yang ada pada firman Allah
    والله بكل شيء عليم Allah Maha Sempurna dengan ilmunya dan firman Allah
    البسير ليس كمثله شيء وهو السميع Allah Maha Suci dari Menyerupai MakhlukNya.
    Tapi perlu di ingat bahwa sifat kalam Allah suci dari huruf, suci dari suara, suci dari dimulai dengan permulaan dan diakhiri dengan penghabisan karena ini semua adalah sifat kalam para makhluk, dan pembahasan kalam ini sangat panjang oleh karena itu saya cukupkan penjelasan sampai disini mudah-mudahan saudaraku mendapatkan sedikit penjelasan adapun referensi kitab yang diminta sayangnya semua berbahasa arab seperti kitab Syarh Jauharatul Tauhid, Syarh Umul Barohin, Syarh Fathul Majid …dll. Kitab Tauhid yang sedikit luas akan menjelaskan hal-hal tersebut, adapun pengarangnya kitab pertama Syekh Ibrahim al Bajuri kedua Syekh Muhammad As-Sanusi dan ketiga Muhammad Nawawi Bantani.

    selesai jawaban dari Kh Khairullah.

Viewing 2 posts - 1 through 2 (of 2 total)
  • The forum ‘Forum Masalah Tauhid’ is closed to new topics and replies.