Jadilah Hamba – hamba Allah Yang Bersaudara, Senin 14 Juli 2008

Jadilah Hamba – hamba Allah Yang Bersaudara
Senin, 14 Juli 2008

{mosimage}Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh,
Hamdan li Robbin Khosshona bi Muhammadin
Wa anqodznaa bi dzulmatiljahli waddayaajiri
Alhamdulillahilladzii hadaanaa bi ‘abdihilmukhtaari man da’aanaa ilaihi bil idzni waqod naadaanaa labbaika yaa man dallanaa wa hadaanaa
Shollallahu wa sallama wa baarok’alaih
Alhamdulillahilladzi jam’anaa fi hadzalmahdhor, Limpahan puji kehadirat Allah SWT yang Maha Luhur, Maha Raja langit dan bumi, Maha menguasai ruh dan jiwa, Maha mengundang mereka dalam keluhuran dan kebahagiaan yang abadi, Maha menerangi hari-hari mereka dengan cahaya keluhuran dan cahaya keridhoan.

Maha menemani hamba-hambanya di alam dunia dengan kemuliaan khusyu, Maha menenangkan jiwa hamba-hambanya yang dalam kesedihan dengan cahaya dzikrullah dan mengingat Nama-Nya yang dengan mengingat Nama-Nya, Allah SWT mengangkat derajat hambanya dari kehinaan menuju keluhuran atau dari keluhuran menuju keluhuran yang lebih tinggi, demikianlah janji Rabbul’alamin, memuliakan hamba-hambanya yang mengingat Allah, memuliakan bibir yang menyebut Nama-Nya, memuliakan jiwa yang memanggil Nama-Nya.

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah,
Didalam bulan agung dan mulia ini, bulan yang digelari “Syahrullah”, bulan yang digelari bulannya Allah SWT, tantunya untuk ummat Nabi Muhammad saw, umat yang paling di muliakan dan di manjakan oleh Rabbul’alamin dari seluruh ummat, dengan kehendak Illahi yang tiada kehendak mengatasi kehendak-Nya, dengan keluhuran dan keinginan Allah SWT demi memuliakan Sayyidina Muhammad saw.

Maka sampailah kita di ummat yang terakhir ini didalam rahasia kemuliaan anugrah Allah, anugrah yang tiada diberikan kepada hamba-hamba dan ummat yang terdahulu selain para Nabi dan Rasul, anugrah yang hanya diberikan kepada para Nabi dan Rasul yaitu ibadah Shalat ialah ibadah yang paling luhur dari segenap ibadah, dimana didalam shalat seorang hamba adalah ia menghadap Allah, dibukakan baginya hijab bainnahu wa bainna jalla wa’alla, dibukanya baginya batas yang menghalangi antara makhluk dengan al Khaliq, didalam rahasia Hadrot Illahiyah, didalam penghadapannya kepada Rabbul’alamin SWT.

Ketika ia melakukan takbiratul ikhrom hingga salam ia bukan berada dihadapan dunia, bukan di masjid, bukan di bumi akan tetapi di hadirat Allah, walaupun jasadnya berada di bumi dan di atas tanah atau di masjid atau ditempat lainnya akan tetapi hakikatnya ia dihadapan Allah Jalla wa’alla, ruhnya dihadapan Allah, alam jiwanya terbuka untuk menghadap Rabbul’alamin, demikian rahasia keindahan shalat.

Shalat adalah tanda kasih sayang Allah memanggil kita, rahasia kerinduan Allah SWT yang melebihi segenap cinta dan kerinduan, kerinduan kepada hamba-hambanya, hingga memanggil mereka lebih dari 50 kali, memanggil mereka lebih 50 kali setiap harinya, undangan yang wajib dipenuhi oleh ummat ini untuk datang menghadap Allah 50 kali setiap siang dan malam, merupakan undangan yang sangat berat akan tetapi sangat menggembirakan bagi yang memahami dan mencintai Allah, bagi mereka 100 kali menghadap adalah hal yang kecil apalagi Cuma 50 kali.

Jika mereka memahami rahasia kehidupan triliunan tahun, dalam kebahagiaan yang kekal, dalam keindahan yang kekal hanya melewati 10, 20 tahun kehidupan dimuka bumi, bagi mereka shalat 50 waktu tiadalah hal yang berat karna mereka mencintai Allah, karena mereka mengagungkan Allah, bagi mereka shalat diatas bara api sekalipun kecil dibanding cinta dan rindunya menghadap Allah Jalla wa’alla.

Belum kita temukan seorang kekasih yang merindukan kekasihnya, hingga memanggilnya 50 waktu setiap harinya, kekasih yang paling rindu pada kekasihnya pun tiada akan sampai memanggil kekasihnya setiap hari 50 kali, barangkali satu hari belum tentu hari keduanya, barangkali hari kedua belum tentu hari ketiganya, bagaimana dengan sepanjang usianya ia terus dipanggil 50 kali kehadirat Sang kekasih, Dialah Allah Jalla wa’alla, satu-satunya Yang Maha Tunggal mencintaimu melebih semua yang mencintaimu, satu-satunya Yang Maha Tunggal dan Maha abadi merindukanmu untuk datang melebihi semua yang merindukanmu.

Semua kekasih kita akan sirna dan fanah terkecuali cintanya Allah yang akan Abadi dan semua cinta yang terbaur kepada cinta kepada Allah yang kekal dan abadi Jalla wa’alla Swt pujian yang tiada henti-hentinya untuk sang kekasih tunggal yang tidak membeda-bedakan bagaimana keadaan hambanya walaupun hambanya dalam keadaan dosa dan kesalahan, walaupun bibir hambanya didalam kehinaan dan kegelapan, bibir yang penuh dosa dan kesalahan masih di perbolehkan memanggil Nama-Nya, jasadnya penuh dosa dan kehinaan masih diizinkan menghadapnya.

Hadirin hadirat yang di muliakan Allah,
Demikian cintanya Allah kepada kita dan betapa ruginya mereka yang menolak cintanya Allah Jalla wa’alla, telah di undangnya seluruh sel tubuh kita untuk menghadapnya setiap hari 50 kali waktu, seluruh sel tubuh ini termuliakan dengan penghadapan kepada Allah Jalla wa’alla dan Allah SWT memahami bahwa manusia ini tidak kesemuanya tenggelam dalam cinta dan rindu kepada-Nya, ada juga hamba-hamba-Nya yang masih berat untuk mencintai Allah.

Allah Maha Pengasih, maha penyayang memberi keringanan sampai 5 waktu, dan Allah Maha Tahu bahwa hakikatnya kewajiban adalah 5 waktu dan bukan 50 waktu, akan tetapi agar hambaku tahu betapa kerinduanku kepada mereka dan bagaimana jawaban kerinduan mereka terhadapku, lihatlah cintaku pada kalian dan bagaimana kadar cinta kalian kepada ku maka di wajibkan 50 waktu shalat lalu di ringankan dan diringankan dengan semua wasithah perantara Rahmat Ilahi sayyidina Muhammad Saw.

Allah tidak mau mengurangi waktu ku dari 50 waktu bagi hambanya maka dikurangi hingga 5 waktu tapi pahalanya tetap 50 waktu, 5 waktu tapi tetap pahalanya 50 waktu, Allah tidak mau mengurangkan waktu-waktu kita menghadap kecuali 50 kali setiap harinya, demikian cintanya Rabbul ‘alamin dan rindunya kepada kita maka jawablah rindu Sang penciptamu yang memberikan kepada kita anugrah melebih segala anugrah, meminjamkan kepada kita jasad, meminjamkan dan memberi kepada kita air, daratan, matahari, cahaya dan segala-galanya yang ada di bumi tanpa kita membelinya hanya kita mengolahnya saja.

Allah tidak menjadikan kita membayar cahaya matahari, Allah tidak pula meminta upah atas sewa tubuh kita, Allah pula tidak meminta pajak untuk tinggalnya kita diatas bumi-Nya, Allah terus memayungi kita dengan siang dan malam, hewan dan tumbuhan dan segala apa yang ada di buminya dengan Cuma-Cuma, bukankah tidak cukup ini tanda cintanya kepada kita wahai hamba-hamba Allah Jalla wa’alla, semakin kita renungkan semakin tenggelam kita dalam kerinduan dan cinta Rabbul ‘alamin.

Sampailah malam mi’raj Sayyidina Muhammad Saw, detik-detik teragung dari semua detik yang ada sepanjang alam semesta ini, ketika sang makhluk di izinkan menghadap Rabbul’alamin belum pernah ada makhluk lain menghadap Rabbul’alamin kecuali Sayyidina Muhammad Saw.

Hadirin hadirat yang di muliakan Allah,

Diriwayatkan didalam shahih Bukhari Rasul Saw menceritakan kejadian mi’raj “wa kulli ja salam alaiki”.maka disaat itulah Allah Swt mendatangkan Jibril alaihi salatuwassalam dan Rasul Saw bersabda disaat itu Allah Swt mendatangkan jibril dan terbelahlah atap rumahku kata sang Nabi “wa kulli jal saqa baiti bil makkah” terbelahlah atap rumahku di kota makkah dan turunlah jibril alaihi sholatu wassalam di malam itu lantas Jibril membelah dadaku, lantas ia membawa satu nampan emas berisi hikmah tidak di jelaskan didalam sharah hadits hikmah disini bagaimana bentuknya bisa berada di atas nampan apakah berupa cahaya ataukah berupa cairan atau berupa apa, tidak satu sharah pun yang menjelaskanya hikmah bisa berada di dalam nampan, lalu hikmah itu di tuangkan ke dadaku kata Sang Nabi lalu Jibril menutup luka didadaku dan aku di bawa ke baittul Maqdis Masjidil Aqsho. Demikian riwayat shahih Bukhari dan kemudian di bawa ke makkah.

Diriwayatkan didalam shahih muslim Rasul Saw ketika sampai ke palestina yaitu wilayah Masjidil Aqsho, beliau sebelumnya berziarah ke maqam Nabiyallah Musa alaihi shalatu wassalam dan aku lihat Musa, aku lihat Musa alaihi shalatu wassalam berdiri di atas kuburnya melakukan Shalat, lantas diriwayatkan pula didalam shahih Bukhari dan Shahih Muslim aku lihat isa bin Maryam kelak “kalamun usholli wa ibrahim kalamun usholli” aku lihat Nabi isa berdiri melakukan shalat, lalu Nabi Ibrahim berdiri melakukan shalat, dari riwayat ini bisa di ambil kesimpulan bahwa para Nabi dan Rasul terus melakukan shalat setelah mereka wafat, salah satu ibadah tertinggi yang tidak di berikan kecuali kepada Nabi dan Rasul yaitu shalat dan telah sampai kepada kita setelah malam mi’raj Sayyidina Muhammad Saw.

Ibadah khusus untuk pada Nabi dan Rasul ini lantas ketika sang Nabi diriwayatkan didalam shahih Bukhari beliau sampai di langit pertama dan disambut dengan sambutan yang terindah, berkatalah para malaikat “selamat datang wahai yang mulia, selamat datang untuknya semulia-mulia yang datang telah datang”, apa maksudnya kalimat ini, maksudnya belum ada yang menginjak langit pertama yang lebih mulia dari sayyidina Muhammad Saw, makhluk yang paling mulia telah datang maka selamat datang atas kedatangannya, semulia-mulia yang datang telah datang, lantas beliau disambut oleh Nabiyallah Adam alaihi shalatu wassalam seraya berkata “selamat datang wahai saudaraku yang shaleh dan anakku yang shaleh”.

lantas beliau sampai ke langit kedua dengan sambutan yang sama “selamat datang untuknya semulia-mulia makhluk yang datang telah datang”. Demikian di semua lapisan langit sang Nabi disambut dengan ucapan “selamat datang wahai yang mulia semulia-mulia yang datang telah datang” demikian riwayat shahih bukhari dan shahih Muslim.

Pahamlah kita hadirin hadirat di setiap langit sang Nabi di sambut sebagai semulia-mulianya yang datang dan demikian pula di muka bumi, bagaimana di dalam jiwa kita? sambutlah semulia-mulianya makhluk yang datang dengan membawa sunnah dan risalah kedalam diri kita dan kehidupan kita, selamat datang sayyidina Muhammad Saw oleh sebab itu kalimat marhaban digunakan untuk menyambut orang-orang yang dicintai.

Diriwayatkan dalam shahih Bukhari saat Rasul menyambut orang yang beliau cintai pasti dengan kalimat marhaban, kedatangan putrinya sayyidatuna Fatimatuzzahra RA wardhoha disambut dengan kalimat marhaban, datang pula orang yang beliau cintai disambut dengan kalimat marhaban. Maka kalau kita renungkan tiada yang lebih pantas makhluk yang kita sambut dengan kalimat marhaban melebihi sayyidina wa syafiuna Muhammad Saw yang di sambut di dunia dan dilangit.

Sampailah ke “muntaha falaik”, berakhirlah dari seluruh makhluk dan alam semesta beliau menembus batas dari seluruh makhluk yang tidak pernah ditembus oleh makhluk lainnya, dan disaat itulah di fardhukan pada beliau shalat 50 waktu lantas dimintakan keringanan kepada Nabiyallah Musa sebagaimana riwayat shahih Bukhari dan shahih Muslim, minta keringanan-keringanan dan keringanan sampai 5 waktu.

Allah Maha Tahu shalat ini akan menjadi 5 waktu bukan 50 waktu namun Allah jadikan kasih sayang-Nya yang terlihat oleh hamba-hambanya, mau ku kalian itu 50 waktu menghadap wahai hambaku. Demikian lihat cinta dan rinduku kepada kalian sebagaimana cinta dan rindu kalian kepada ku, bagaimana jawaban cinta hamba-hambanya terhadap Allah? Ataukah setelah 5 waktu mereka masih merasa berat dalam melakukannya.

Demikian jawaban cinta dari hamba-hambanya kepada Allah Swt “waidza kanu lisshalah shalatan bi shalah” kalau mereka di undang untuk datang melakukan shalat mereka berdiri dengan malas-malasan.Wahai kita yang jika kita ketahui betapa agungnya Rabbul’alamin menanti detik-detik kita melakukan shalat.

Hadirin-hadirat di malam mulia itu pula dihadapkan kepada sang Nabi buah-buah minuman yaitu arak, dan yang kedua adalah susu, demikian riwayat shahih Bukhari dari riwayat ini kita bisa pahami bahwa perbuatan sang Nabi turut juga melindungi dan menjaga perbuatan kita, bagaimana? karna disaat dihadapkan kepada beliau dua minuman itu yaitu arak dan susu beliau memilih susu, maka berkata Jibril ‘alaihi shalatu wassalam “kalau seandainya engkau memilih arak dan meminumnya tenggelam seluruh ummatmu dalam minum arak semuanya”

.

Al imam ibnu hajjar al-asgalani dalam kitabnya fathulbari bisyaroh shahih Bukhari menjelaskan seandainya sang Nabi minum arak itu tidak di haramkan karena arak yang ada di surga bukan arak yang ada di dunia yang diharamkan, arak yang ada di sana adalah arak yang diperbolehkan dan tidak memabukkan ini yang pertama, yang kedua disaat itu arak belum di haramkan maka sama sekali mutlak tidak ada larangan bagi sang Nabi untuk meminumnya, disaat itu sama saja antara susu dan arak karena kedua-duanya halal, yang pertama karena arak belum di haramkan, yang kedua memang arak memang lain antara arak di dunia dan arak di akhirat, arak di alam surga diperbolehkan didalam alqur’anul karim memang minuman penduduk surga dan tidak memabukkan.

Akan tetapi sang Nabi tidak meminumnya kenapa? “lau akholtal khommar ghawwat ummatuh” kalau kau mengambil arak seluruh ummatmu akan meminum arak, dari sini di ambil hikmah sang Nabi menyelamatkan sebagian besar amal ummatnya agar selamat dari minum arak berkat beliau minum susu tidak minum arak, dari perbuatan itu Allah jadikan sebagian besar ummatnya selamat dari arak, ada yang tidak selamat dari minum arak akan tetapi tidak keseluruhannya tentunya, sebagian besar selamat dari minum arak, karena apa? karena beliau memilih susu, kenapa bisa demikian? “laqod jaakum rasulummin anfusikum azizun alaihima anittum haritsun alaikum bil mu’minina raufurrohim”.

Allah telah jelaskan telah datang pada kalian Rasul yang sangat berat memikirkan musibah yang akan menimpa kalian dan sangat menjaga kalian sangat menjaga kita jangan sampai terjebak kedalam arak, jangan sampai diterus sampai minuman disurga pun beliau menjaganya, demi ummatnya terjaga, maka dari perbuatannya Allah menjaga sebagian besar dari kita.

Demikan hebatnya hadirin hadirat keberkahan dari amal perbuatan Nabi kita Muhammad Saw. Mi’raj sang Nabi kembali ke muka bumi membawa kemuliaan shalat, jadilah kewajiban bagi hamba-hambanya dari ummat ini sampai kepada ibadah para Nabi dan Rasul yaitu shalat, mulai takbiratul ihram hingga salam dipenuhi dengan nafas-nafas do’a dan dzikir, dipenuhi dengan kalimat-kalimat yang bercahaya melebihi kalimat lainnya yang ada di alam, kalimat dari firman-firman Allah Swt dari ummul qur’an, induk dari Alqur’anul karim yaitu fatihatul kitab yang menjadi induk dan sumber dari seluruh do’a dan munajat.

Hadirin hadirat mulai kita bertakbiratul ihram, haram kita bicara, haram kepada orang lain, haram kita berucap kalimat yang tidak di ajarkan oleh sang Nabi, tidak pula diperbolehklan makan dan minum, tidak pula diperbolehkan sembarang menghadap, tidak pula diperbolehkan sembarang bergerak kenapa? karena sudah kehadiratullah, karena sudah dihadapan Allah Swt, jasad kita tidak melihat akan tetapi ruh dan jiwa kita di hadirat-Nya.

Sebagaimana riwayat shahih Bukhari “barang siapa yang shalat di antara kalian sungguh dia itu sudah berhadapan dengan Allah dan berucap dan berkata-kata dengan Allah”.

Hadirin hadirat yang di muliakan Allah,
Jika kita berucap takbiratul ihram Allahu akbar dan disaat itulah hadirin-hadirat kita menafikan seluruh nama selain nama Allah, Allahu akbar hapus seluruh nama dalam jiwamu selain nama Rabbul ‘alamin, Allah yang maha besar dari semua nama yang ada dalam jiwaku tapikan semua, lupakan semua ketika kau dalam shalat , lupakan semua urusan, sisakan yang maha tunggal dan maha abadi, jadikan jiwamu dipenuhi cahaya Allah Swt, lalu masuklah dalam kalimat-kalimat tersuci yang tidak di ucapkan antara makhluk satu sama lain “Allahu akbar kabiro walhamdulillahikatsiro wasubhanallahibukrota waatsila” dalam do’a iftitah, dan masuklah kedalam samudra alfatihah dengan gerbangnya “bismillahirrahmanirrahim” dengan nama ‘Allah’ , nama ‘Allah’ ‘Allah’ adalah induk dari semua nama-nama Nya , ‘Allah’ nama itu adalah yang mengawali seluruh kejadian alam semesta , kepada nama itulah kembali semua harapan dan kejadian apa yang telah terjadi, apa yang sedang terjadi dan apa yang akan terjadi, semuanya berada di dalam samudra Nama Allah SWT. Ketika kita mengucap Nama itu berarti kita telah mengucap satu nama yang mengawali seluruh penciptaan alam semesta dari tiada.

‘Allah’ sudah mencangkup semua langit dan bumi beserta isinya ‘bismillah’ Dengan Nama Allah dan seluruh makhluk bertasbih kepada Allah, dengan Nama Allah ‘Arrahman Arrahim’ arrahman kasih sayang Allah kepada seluruh makhluknya, mukmin, fasik, muslim, non muslim, hewan, tumbuhan “Rahmati wakullasyai” Rahmatku sampai kepada segala sesuatu, ini adalah dari kalimat Arrahman, seluruh kenikmatan dan kasih sayang Allah, yang Allah turunkan sejak alam ini dicipta hingga alam ini berakhir, kenikmata melihat, kenikmatan mendengar, kenikmatan bicara, kenikmatan seluruh kenikmatan yang ada itu berawal dari kalimat Arrahman, diberikan kepada seluruh hamba-Nya.

Lantas Arrahim kenikmatan khusus bagi mu’minin mu’minat, kenikmatan yang abadi, ketika semua mereka berakhir, hewan tumbuhan berakhir, makhluk-makhluk lain berakhir terkecuali keturunan Adam kenikmatan berlanjut dari samudra Arrahim, samudra Arrahim ini tidak berakhir kenikmatannya karena abadi, terus miliaran triliunan tahun tidak akan pernah menemui kematian, tiada ada istilah lanjut usia dan tua, tiada istilah keriput, tidak ada istilah sakit, tidak ada istilah bingung, tidak ada gundah, tidak ada sedih, yang ada gembira dan keridhoan Allah, yang ada cahaya Allah, yang ada keagungan dan keindahan Allah SWT yang Maha Megah, ini samudra Arrahim.

Oleh sebab itu bila kita menyebut “bismillahirrahmanirrahim”, dengan Nama Allah mencakup seluruh nama orang-orang yang dilimpahi kenikmatan didunia dan akhirot hingga akhir zaman, hingga tiada akhirnya zaman yang kekal dan abadi didalam syurga, itu kenikmataanya sudah berpadu dengan kalimat ‘Arrahman Arrahim’, kalau kita sebut nama itu tenggelam kita, kalau kita renungkan dan indahnya keagungan Allah SWT dialam semesta ini.

Baru satu ayat “bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahirabbil’alamin arrahmanarrahim malikiyaumidin iyaakana’buduaiyakanastain” ketika mengucap ayat-ayat itu Allah menjawabnya sebagaimana diriwayatkan didalam shohih muslim “hammadin’abdi, majaddanil abdi, adzdzana alaiya abdi” Hambaku memujiku, hambaku menyukaiku, hambaku memuliakanku, hambaku meluhurkanku, kenapa Allah menjawab? Allah suka dipuji, kenapa Allah suka dipuji? Karna puji datangnya dari cinta, kenapa Allah suka dicintai? Karna Allah mencintai hambanya, Allah tidak membutuhkan segenap hambanya, seluruh hamba ini bila berkumpul sebagaimana hadits qudsi “ketika berkumpul seluruh Jin dan Manusia dari yang pertama hingga yang terakhir semuanya dalam jiwa yang bertaqwa, tidak bertambah dari kerajaan-Ku sedikitpun, Allah SWT”. Lalu untuk apa kecintaan hamba kepada-Nya, karna cintanya Allah kepada hambanya, Allah ingin hambanya dicintai oleh-Nya mendapat kebahagiaan yang kekal maka Allah suka dipuji karna puji datangnya dari cinta.

Allah berkata “hamba-Ku memuji-Ku” tidak penah ada hadirin hadirot namanya ibadah dijawab oleh Allah terkecuali dalam shalat, yang mengucap Al fathihah dijawab oleh Allah SWT, kalau kita teruskan lagi “Ihdinasyirotolmustakin sirotholladzi na’an amta alaihim ghairil maghdhu bi alaihim waladhdholin” Allah menjawab hadza lil abdi wa lil abdi masa’an hadza lil abdi wa lil abdi masa’an hadza lil abdi wa lil abdi masa’an ini sekarang untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku, apa yang dia minta ada apa dengan kalimat “Ihdinasyirotolmustakin sirotholladzi na’anamta alaihim” itu ayat menyatukan dan memadukan seluruh kebutuhan kita dunia dan akhirat.

Tunjukan kami kejalan yang lurus hujjatul islam Al Imam Khatiyah mengatakan salah satu tafsir jalan yang lurus adalah Nabi Muhammad saw, karna tidak ada jalan yang lebih lurus dan istiqomah melebihi jalannya Nabiyuna Muhammad saw, tunjukan kami kejalan yang benar, maksudnya apa? Agar hari-hari kami selalu dibimbing yaa Rabb oleh sunnah dan kemuliaan, kenapa kata ditunjukan kejalan yang benar? Tidak cukupkah dengan jalan islam? Tentunya kita selau terjebak dalam dosa, setiap shalat kita minta ditunjukan kejalan yang benar, jika dalam dalam jalan yang sesat agar ditunjukan oleh allah jalan yang benar, jika kita dalam maksiat agar ditunjukan jalan untuk segera bertaubah dan beristiqfar, jika kita dalam kesalahan dibangkitkan keinginan untuk merubah kesalahannya, jika kita tidak khusyu dalam ibadah ditunjukan cara agar mencapai kekhusyuan, jika kita salah dalam berbuat, Allah tunjukkan yang benar Ihdinasyirotolmustakim adalah meminta petunjuk dari Allah untuk ditunjuki selalu dalam kebenaran, kenapa selalu diulang-ulang karna manusia ini terbolak balik selalu hatinya, sebentar dalam kemuliaan, sebentar berbalik kepada kehinaan, sebentar dalam ibadah sebentar berbalik pada dosa, mita terus bimbingan Illahiyah agar kita selalu berada dalam sunnah Nabi Muhammad saw.

“Shirotholladzi na’an amta alaihim” jalan yang lurus yang dan benar tapi jalan yang telah Kau beri kenikmatan, jalan orang yang Kau beri kenikmatan atas mereka, ini hadirin mau apalagi manusia hidup dimuka bumi, dituntun kejalan yang lurus agar mencapai kebahagiaan yang kekal, lalu dilimpahi kenikmatan sebagaimana orang yang dilimpahi kenikmatan oleh Allah, adakah lagi cita-cita melebihi ini? Adakah lagi kebutuhan manusia melebihi kenikmatan? Bukankah akhir dari pada seluruh kebutuhan manusia adalah kenikmataan dan kenikmatan dari segala keinginan kita sudah berada didalam surat Al Fatihah.

Kalau seandainya kita mendalami dan memahami maknanya seluruh kenikmatan mau ditumpahkan Allah kepada kita, kita bertanya apa iya bisa? Apa iya bisa dengan mengucap “ihdinasyirotol mustakim sirotholladzi na’an amta alaihim” kita mendapatkan kenikmatan selalu dunia dan akhirat, telah dijawab oleh Allah dalam hadits qudsi riwayat shohih muslim, “hadza lil abdi wa lil abdi masa’an” bagi hambaku apa yang dia minta.

Demikian indahnya Rahmat Illahi ditawarkan setiap kali kita berdiri dalam shalat membaca suratul Fathihah ghairil maghdhu bi alaihim waladhdholin bukan jalan-jalan oaring-orang yang Kau murkai tentunya didunia dan akhirat, dicabut dari segala hal-hal yang dimurkai Allah digantikan dengan hal-hal yang dilimpahi kenikmatan dan benar dimata Allah.

Inilah jalan kehidupan, inilah jalan kebahagiaan, inilah jalan kenikmatan yang kekal dunia dan akhirat. Talah ada didalam shalat kita seluruh hajad kita berpadu dalam suratul Fathihah.

Hadirin hadirot dilantunkan kalimat-kalimat Illahi dari firman-firman Allah demikian kepada rukuk, kepada sujud terus dalam kemuliaan demi kemuliaan dan Allah Maha Tahu hambanya akan dipenuhi dosa hari-harinya, Allah jadikan shalat penghapus dosanya, kalau kita dengar musibah-musibah adalah penghapusan dosa sebagaimana riwayat Shohih Bukhori dan shohih Muslim, bahwa semua Musibah bagi muslimin muslimat adalah penghapus dosanya, ada juga penghapusan dosa yang tidak pakai musibah, apa itu? Shalat kita.

Tidak pakai musibah dosa kita di kikis oleh Allah SWT, Rasul saw bersabda “Shalat 5 waktu itu Allah menghapus dengannya banyak dosa-dosa”, dihapus oleh Allah, semakin khusyu dan sempurna shalat kita, semakin banyak dosa yang terhapus, demikian hebatnya Allah siapkan penghapusan dosa tidak pakai musibah, shalat sudah menghapus dosa, untuk menghapus dosa.

Riwayat Shohih Bukhori ketika salah satu seorang sahabah melakukan wudhu dengan perlahan-lahan lantas ia melakukan shalat sunnah 2 rakaat, ditanya oleh sahabat lainya : “wahai engkau (Sayyidina Utsman bin Afan ra) bagaimana engkau berbuat seperti ini”, berkata Sayyidina Utsman bin Afan ra : “aku melihat Rasulullah saw berbuat ini” dan Rasul saw berkata : “barang siapa yang berwudhu seperti wudhuku ini lalu melakukan shalat sunnah 2 rakaat setelahnya Allah hapuskan dosanya walau sebanyak lautan, dalam riwayat lain, Allah maafkan seluruh dosanya yang terdahulu, hebatnya kemuliaan wudhu dan shalat sunnah, lebih-lebih lagi shalat fardhu.

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah,
Rasul saw melakukan shalat selama 17 bulan menghadap ke Masjidil Aqsho, demikian riwayat shohih Bukhori : bahwa Rasul saw melakukan shalat selama 16 atau 17 bulan menghadap ke Masjidil Aqsho, lalu Rasul saw berharap kiblat berubah ke Ka’bah, maka Allah rubahkan qiblat itu ke Ka’bah dengan permintaan Nabi kita Muhammad saw.

Sebagaimana firmannya “qodnawa takholtu bilwajhika fissama walanuwalliyannaka wala kiblatan tatthoha”, kami lihat engkau yang sudah ingin segera memalingkan wajahmu kearah kiblat di Ka’bah Makkah al Mukaramah “walanuwalliyannaka wala kiblatan tatthoha” kami akan hadapkan wajahmu pada kiblat yang kau inginkan, Allah Maha Tahu kiblat akan kembali ke Makkah bukan ke Masjidil Aqsho, akan tetapi Allah biarkan sampai 17 bulan menanti keinginan dari Nabi-Nya Muhammad saw .

Akan datang waktunya Rasul menghendakinya Allah balikan kiblat itu ke Makkah Almukarahma ke Ka’bah almusyarafah, kenapa tidak dari awal? Padahal Allah Maha Tahu, Allah ingin tunjukan kepada ummatnya, demikian mulianya Nabimu dan kekasih-Ku Sayyidina Muhammad saw dihadapan-Ku, sehingga arah kiblat menghadap Ku pun atas pilihan beliau, padahal Allah sudah Maha Tahu kiblat akan ke Ka’bah almusyarafah.

Mengenai waktunya shalat, diriwayatkan didalam shohih Bukhari : waktunya shalat telah ditentukan oleh Allah, tetapi Jibril as. Sering bertanya diantara kita waktunya shalat itu datangnya dari mana? Maka datang Dari istihat ulama ataukah datangnya dari Allah? diriwayatkan didalam Shahih bukhari, malaikat Jibril dihari pertama diwajibkannya shalat memulai mengajari Sang Nabi shalat dhuhur diawal waktu dhuhur, lantas mengajari waktu shalat Asar diawal waktu Asar, lalu mengejari shalat Magrib 3 rakaat diawal waktu magrib, demikian sampai subuh.

Lalu dhuhur dihari ke 2 diajari di akhir waktu shalat dhuhur, lantas waktu shalat Asar diajarai waktu akhir shalat Asar, dan demikian magrib di akhir waktu dan isya diakhir waktu dan subuh diakhir waktu, lantas berkata Jibril fainna hatain ya rasulullah diantara 2 ini tadi yang kemarin dhuhurnya awal yang sekarang dhuhurnya terakhir, diantara 2 itulah waktunya dhuhur, demikian magrib, Isya dan seluruh waktu, Demikian riwayat shohih bukhari.

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah,
Kemuliaan shalat dan kemuliaan ini tumpah ruah dibulan Rajab, dan ini tumpah kepada kita dalam rahasia miraj, kita tidak jumpa dengan Allah sama seperti Sang Nabi, tetapi kebahagiaan dan keberkahan dan Sang Nabi selalu menuntun kita kepada keluhuran, sebagaimana hadits yang kita baca tadi iyyakum wadhdhon di hati bersama prasangka wa inna dhon ahsamul hadits sungguh sangka menyangka itu adalah ucapan yang paling dusta, ucapan yang dusta kata Rasul saw.

Ucapan yang paling dusta adalah sangka menyangka tanpa ada bukti, fa inna ma ahsamul hadits wala tajasasu wala tahasasu dan jangan kalian mencari-cari aib orang lain, dan jangan menyuruh orang lain untuk mencari aib orang lainnya, cukup-cukup jangan mencari-cari aib orang lain kata Rasul saw.

Al Imam Ibn Hajar Asqalani dalam kitabnya fathul bahri bisyarah shahih Bukhari menjelaskan “Tahasasu” Adalah dia sendiri mencari-cari aib orang lain “Tajasasu” menyuruh orang lain mencari aib temannya atau aib orang lain, orang lain yang disuruh untuk memata-mata ini “Tajasasu” kalau “Tahasasu” Dia sendiri yang mencari-cari sendiri aib orang lain “la tahasasu wala tajasasu”.

Kata Rasul tinggalkan itu, mencari-cari aibnya orang lain agar Allah tidak mencari-cari aib kita, semakin kita mencari-cari aib orang lain, semakin kita membongkar aib orang lain, Allah akan membongkar pula aib kita dihadapan orang lain.

“Wala tabakhodhu” Jangan saling membenci satu sama lain wala tadabarru jangan saling bermusuhan, Subhanallah tuntunan Nabi kita Muhammad saw wa “kulli mannallahi ikhwana” jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara, sama-sama di wajibkan shalat, sama-sama didalam “Laaillahiillaullah Muhammad Rasulullah saw” ini sarupan yang diserukan kepada seluruh ummatnya, yang mengaku ummat Nabi Muhammad saw untuk tidak selalu tidak menjadikan sangka menyangka sebagai patokan dalam menghukumi saudaranya dan tidak pula menjadikan saudaranya itu tempat dicari-cari aibnya, jangan menyuru orang lain mencari aib orang lain, jangan pula saling membenci, jangan saling bermusuhan, bersatulah dan jadilah kalian bersaudara diantara hamba-hamba Allah.

Ini hadirin kalau ini kita amalkannya, selesai semua permasalahan muslimin, tidak ada saling benci, tidak ada saling musuh, tidak ada perpecahan antar muslimin, satu kalimat seperti ini saja selesai seluruh masalah yang ada dipermukaan bumi, karna apa? Karna kita sudah bersatu muslimin muslimah, jiwa mereka satu, satu bermaksiat, yang lain menasehati dengan kasih sayang.

Demikian hadirin hadirot yang dimuliakan Allah,
Ambil keberkahan dari hadits mulia ini, tuntunan semulia-mulia tuntunan dari Nabi kita Muhammad saw, dari kelembutan-kelembutan yang disampaikan oleh sang Nabi kepada kita, ketika terjadi salah seorang tua renta berjalan tertatih-tatih dipegangi oleh kedua anaknya, Rasul berkata : “ini kenapa orang tua ini memaksakan diri untuk berjalan, kenapa dia tidak dibawa atau dibopong saja atau ditanduh”, maka orang lain berkata “ya Rasulullah dia sudah nazar, nazar untuk tidak mau ditandu maunya berjalan untuk melakukan Haji, Rasul saw berkata, kenapa ia tidak mau ditandu karna dia sudah nazar, tentunya dia takut di azab oleh Allah bila tidak jalankan nazarnya walaupun ternyata ia tidak mampu, Rasul berkata : “Wallah, Allah tidak akan tega menyiksa orang ini, hanya karna nazarnya kepada Allah, biarkan dia duduk dan ditandu”, yaa Rasulullah dia telah bernazar, Rasul saw berkata : “selesaikan kafarat nazarnya dengan berpuasa, jangan dia memaksakan dirinya untuk menjalankan nazarnya, Allah tidak tega menyiksanya orang tua ini dipegangi oleh kedua anaknya harus menjalankan nazarnya” alangkah indahnya tuntunan Nabi kita Muhammad saw.

Diriwayatkan didalam shohih bukhari : satu orang berdiri ditengah-tengah matahari, Rasul bertanya lagi. “ini kenapa lagi?” kata Rasul, yaa Rasulullah dia nazar kalau hajadnya terkabul ia mau berdiri dan tidak mau duduk, dia mau berdiri dibawah matahari tanpa berteduh, tidak mau bicara dan ia berpuasa, Rasul saw berkata : “perintahkan dia untuk berteduh, perintahkan dia untuk duduk sebagaimana biasa, perintahkan di berbicara, dan teruskan puasanya”, dari sini haririn hadirot dipahami, nazar tidak boleh terkecuali dengan ibadah, kalau bukan dengan ibadah maka tidak sah nazarnya demikian dalam mazhab Syafii didalam pendapat yang mu’tamad.

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah,
Sudah tidak mau berbicara dan rasul berkata biarkan dia berbicara, sudah janji kepada Allah bila hajadnya terkabul mau berdiri tidak mau duduk, mau berdiri dibawah matahari, Rasul berkata : “biarkan dia berteduh, dan biarkan duduk bicara, puasanya boleh teruskan” demikian indahnya Nabi kita Muhammad saw, tidak mau menghukumi ummat ini. “yassiru wala tuassiru bashiru wala tunaffiru” permudahlah janganlah dipersulit, berikan kabar gembira dan jangan sampai mereka berlari dan berpaling dari agama Allah, demikian indahnya.

Hadirin hadirot malam ini kita berkumpul dihadirot Allah SWT dalam masjid yang diberkahi ini dan juga kita menemukan rahasia kemuliaan Mi’raj Nabi kita Muhammad saw, mengenai dzikir ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan, karna banyak yang bertanya tentang puasa di bulan rajab ini di ingkari, dikatakan hal ini bid’ah.

Hadirin hadirot berkata hujjatul islam wabarokatul a’nam Al Imam Nawawi dalam kitabnya syarah nawawi ala shahih muslim, bahwa memang betul tidak ada satu hadits shahih pun yang mendukung puasa di bulan rajab, akan tetapi Rasul menyukai puasa di bulan haram dan puasa di bulan haram rajab adalah salah satu dari bulan haram, maka berpuasa di bulan rajab adalah “amrun mustahaq”.

Demikian dikatakan hujjatul islam al imam nawawi karena riwayat Abu Dawud dalam shahih riwayat yang shahih karena Rasul suka berpuasa di bulan haram. Bulan haram itu 4 tentunya yaitu dhulkhaidah, dzulhijah, muharram dan rajab. 4 bulan ini Rasul suka berpuasa padanya. Tidak ada hadits shahih yang mengkhususkan Rasul berpuasa dibulan rajab tapi bulan Rajab adalah bulan haram berarti sunnah berpuasa di bulan rajab. Demikian disebutkan al imam nawawi dalam syarah nawawi ala shahih muslim, demikian juga hujjatul islam Imam Ibn Bathol ‘alaihi rahmatullah dengan pendapat yang sama maka jelaslah sudah berpuasa di bulan rajab bukan hal yang bid’ah akan tetapi justru memang Rasulullah saw melakukannya.

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah, maka di bulan mulia ini kita memperbanyak doa dan munajat kita berdoa pada Allah swt semoga Allah swt menjadikan malam-malam kita dan hari- hari kita dipenuhi dengan rahasia kemuliaan shalat.

Ya Rahman, Ya Rahim, kami bermunajat kehadiran-Mu meminta kepada-Mu rahasia keagungan shalat, rahasia keagungan sujud, rahasia keagungan ibadah, Ya Rahman, Ya Rahim, Ya dzal jalali wal ikram telah kau limpahkan kepada kami kasih sayang-Mu dan mengundang kami dengan cinta dan rindu-Mu, Ya dzal jalali wal ikram bangkitkan jiwa kami untuk menjawab cinta dan rindu-Mu.

Ya Rahman, Ya Rahim, Ya dzal jalali wal ikram hangatkan jiwa kami selalu dalam dzikir dan cinta kehadiratMu, hangatkan jiwa kami selalu dalam shalat, ketika kami melakukan shalat curahkan keberkahan dan kekhusyuan dan jadikan shalat kami gerbang anugerah zohiran wa bathinan jadikan setiap kami shalat Kau bukakan rahmat-Mu seluas-luasnya jadikan shalat kami meruntuhkan seluruh musibah dan kesulitan.

Wahai yang mengundang seluruh sel tubuh kami untuk dicintai didalam shalat kehadiratMu Wahai yang mengundang ruh dan jasad kami untuk menghadap lima waktu setiap harinya Wahai yang merindukan para pendosa untuk sampai kepada pengampunan inilah nama–nama hamba-hamba Mu yang penuh dosa dan kesalahan akan tetapi kami ingin menjawab cinta-Mu tapi kami mengadukan kelemahan kami.

Ya Rahman, Ya Rahim, Ya dzal jalali wal ikram Ya dzattauli wal in’am beri kami kemuliaan hingga kami menyadari betapa agung-Nya cinta-Mu, Ya Rahman, Ya Rahim sejukkan jiwa kami dengan cinta dan rindu kehadirat-Mu, sejukkan hari – hari kami dengan pengampunan-Mu, sejukkan nafas kami dengan doa dan munajat.

Fa kulu jami’an Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah. Wahai Yang Maha Abadi, Wahai Yang Maha Bercahaya, Wahai Yang Maha Kaya, Wahai Yang Maha Luhur, Wahai Yang Maha Mengawali Seluruh Kejadian.

Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah, hadirkan jiwamu dalam memanggil Nama-Nya dalam menyebut Nama-Nya jika dikehendaki-Nya satu kali kau menyebut nama-Nya terangkat seluruh kemuliaan sepanjang usiamu hingga wafatmu dalam kemuliaan dalam kehendak Allah swt dituntunnya kita dari segala kemaksiatan kepada kebahagiaan dan taat, dituntunnya kita dari kesulitan menuju kemudahan

Hadirin hadirot sekali kita memanggil NamaNya terbuka semakin mulia keadaan dan derajat kita ke hadirat-Nya, Fa kulu jami’an Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah yaa Rahman yaa Rahim yaa dzal jalali wal ikram.

Akan kau lihat kesejukan dan ketenangan di hari esok setelah kita bersama-sama berdzikir memanggil Nama-Nya yang Maha Luhur, terlimpah ruah dengannya pengampunan kepada kita semua yang hadir.

Hadirin hadirat, 29 Juli malam Isro wal miraj malam 27 Rajab kita akan berkumpul InsyaAllah di masjid Attin ini bersama muslimin muslimat, kita ajak seluruh muslimin muslimat untuk berdzikir “yaa Allah” sebanyak 1000 kali, dan berkumpul muslimin muslimat insyaAllah mencapai lebih dari 300 ribu muslimin muslimat, amin Allahumma amin.

Hadirin hadirot biar bumi Jakarta melihat jamaah Sayyidina Muhammad saw, ajak seluruh muslimin muslimat, berkumpul dan berdzikir dimalam Isro wal Miraj dalam do’a dan munajad, kita jadikan malam itu malam munajad, hadirin hadirot semoga Allah SWT menghiasi hari-hari kita. Wassalallahu wasallam wabarik ‘ala nabina Muhammadin wa’ala alihi washohbihi wassallam, walhamdulillahirabbil’alaim. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.