Jalsatul Istnain Majelis Rasulullah SAW
Habib Ja’far Bin Baghir Alathos
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على سيد المرسلين
والإمامالمتقينسيدنَاو حبَيبينَاوقُرَّةَ أَعْيُنِنَا
ونورقلوبنا محمد وعلى آله وصحبهأجمعين
Mari kita baca niat daripada belajar mengajar Al Imam Haddad :
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
نَوَيْتُ التَّعَلُّمَ وَالتَّعْلِيْمَ، وَالنَّفْعَ وَالاِنْتِفَاعَ، وَالْمُذَاكِرَةَ وَالتَّذْكِيْرَ،
وَالإِفَادَةَ وَالاِسْتِفَادَةَ، وِالْحِثُّ عَلَى تَمَسُّكِ بِكِتَابِ الله،
وَبِسُنَّةِ رَسُوْلِ الله صلى الله عليه وسلَّم،
وَالدُّعَاءَ إِلَى الْهُدَى، وَالدِّلالَةَ عَلَى الْخَيْرِ،
اِبْتِغَاءَ وَجْهِ الله وَمَرْضَاتِهِ وَقُرْبِهِ وَثَوَابِهِ
سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي اَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِ
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ،
صلى اللهعَلَىسيدنَامحمدخاتم الأنبياءوآله وصحبه أجمعين
لاحول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم
Hadirin hadirot, wa bil khusus para dewan guru kita dan tamu kita yang tadi telah memberikan tausiyahnya untuk kita mudah-mudahan semuanya menjadi ilmu yang bermanfaat untuk kita tidak keluar kita dari mejelis ini melainkan cahaya-cahaya ilmu dari beliau yang tertanamkan dalam hati kita dan membuka jalan kita untuk benar-benar menjalankan apa yang beliau anjurkan kepada kita untuk bertaubat kepada Allah SWT dengan sungguh-sungguh demi mendapat, menggapai daripada libasuttaqwa yang telah dijanjikan oleh Allah SWT kepada hamba-hambanya yang beriman (aammiiinnn ammiinnn ammiinn yaa Robbal’alamiinn).
Guru kita Ad’dai Ilallah Syeikh Akhina Fadhil Sayyidil Walid Alhabib Hud bin Muhammad Albaghir Alathos, Alhabib Abdurahman Bassurah, wal Habib Alwi bin Abdurahman Alhabsyi, wal Habib Muhammad Albaghir bin Yahya, dan tamu kita Sayyidil Fadhil Alhabib Ahmad bin Husain Aidid, wal Habib Muhammad Alaydrus matta’anallah wa iyyakum bi tulihhayati semoga Allah SWT selalu berikan limpahan barokah rahmat innayah dan taufiq hidayah dari Allah SWT untuk beliau semuanya, dan untuk kita yang hadir yang laki, yang perempuan , yang tua, yang muda, yang anak-anak bahkan yang kita hadirkan didalam sanubari kita yang kita niatkan didlam hati kita, semua kerabat kita, keluarga kita, family kita tetangga kita, ummat Nabi Besar Muhammad SAW untuk Allah SWT kirimkan semua yang turun dimalam hari ini dari rahmat maghfirah hidayah taufiq innayah ri’ayyah dari Allah SWT (aammiinnn ammiinnn amiinnn yaa Robbal’alamiinn).
sebenarnya saya tidak layak didepan guru saya untuk mengutarakan daripada pengajian kita yang biasa rutin kita baca, tapi beliau perintahkan juga untuk menyambung daripada sebagaimana yang kita baca di pengajian kita nanti insyaAllah tadi saya bisikin lagi “jangan lupa ijazahnya” dan insyaAllah kata beliau “nanti, diakhir majelis” diakhir majelis akan beliau sampaikan ijazah beliau yaitu insyaAllah diqobul oleh Allah SWT, orang-orang tarim itu begitu tawadhunya ngelesnya pinter jadi kalau kita tidak sodok-sodok terus tidak keluar, mudah-mudahan Allah SWT berikan ilmu yang bermanfaat untuk kita semua (aamminn yaa Robba’alamiin).
Kemarin kita telah membuka pengajian kita didalam kitab Safinnatunnajah tentang biografi daripada Al Imam Syeikh Salim Bin Abdullah Bin Sa’id Bin Sumair, kemudian kita buka dengan awal daripada kitab yang dimulai dengan “بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ” mudah-mudahan rasa “بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ” sudah mulai terasa dalam hati kita, dalam lidah kita, dalam amaliyah kita (aamminn ammiinn ammiinn yaa Robbal’alammiinn). Didalam pendapat Imam Ahmad Asshowi siapa orang yang membaca 21x “بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ” Allah SWT amankan dia dari syaithon, Allah amankan rumahnya dari maling, Allah amankan dari mati mendadak dan hal-hal yang membahayakan lainnya. Ilmu yang tidak diamalkan tidak akan berbuah-buah, ini kita baru “بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ”. Mudah-mudahan Allah SWT kasih taufiqnya kembali untuk kita semuanya, hidayahnya kembali untuk kita semuanya, semangatin kita tadi diajak untuk benar-benar pasang niat kepada Allah SWT untuk mengambil semua keberkahan yang turun dimajelis kita ini, terutama yang kemarin juga kita minta sama Allah SWT keberkahan dari bulan rajab yang penuh dengan berkah yang diminta oleh Baginda Nabi SAW dan kita awalin dengan membaca “بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ”. Ingat yah ! 21x rasain “بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ,بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ,بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ” 21x jadi wirid-an itu. Dalam riwayat Ibn Mas’ud beliau mengatakan “aku melihat Rasulullah SAW dalam satu mejelis beliau membaca “بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ” 20x” dan jadikan juga kemarin wiridnya imam Ghozali, dalam setiap abis Sembahyang Fardhu dia baca “بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ” 20,20,20,20,20 Mudah-mudahan jadi wird-an kita juga yah, tapi kalau ijazahnya nanti urusan beliau saja yah, kita bagian menyampaikan saja, nanti kita minta kepada beliau untuk memberikan ijazah kepada kita.
Dan “بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ” termasuk akhlak dari Allah SWT yang memulai kitabnya Al-Qur’an dengan “بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ”. Maka Rasulullah SAW juga perintahkan kita, anjurkan kita untuk membaca “takhollabuu bii akhlakillah” berakhlaklah kalian dengan Akhlaknya Allah SWT. Allah SWT memulai kitabnya dengan “بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ” kita juga memulai dengan “بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ”.
Kemudian Imam Salim Bin Abdullah Bin Sa’id Bin Sumair menambahkan dengan “الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ” segala puji bagi Allah SWT Tuhan pencipta alam semesta. Ini juga diriwayatkan dalam hadits Rasulullah SAW didalam Riwayat Ibn Majah dan lainnya. Rasulullah SAW mengatakan :
“Quluu amrin zibaalin laa yudda’u bil hamdillahirabbil’alaminn” atau “bil hamdallah” didalam riwayat yang lain. Faa huwa abtho waa fii riwayatin abtar waa fii riwayatin aj’zam.
Ada dua riwayat yang saling bertautan makna dan lafadznya, yang kemarin Lafadznya dengan “Basmallah” yang sekarang dengan “Hamdallah” dalam riwayat abu Daud dan Tirmidzi. Dan ini riwayat Ibn Majah, yang pertama riwayatnya lebih shohih dari yang kedua, riwayatnya riwayat hasan. Tapi kata ulama bisa digabung yang pertama yang asal yang kedua ikutan/ tambahan. Yang pertama haqiqii yang ke dua idzofii, jadi kita boleh mulai dengan “Hamdallah” boleh juga kita memulai dengan “بِسْمِ اللهِ”. Tapi yang lebih utama dengan “بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ”. Kemudian “Hamdallah” ini adalah Alhamd Lughotan atsana dalam bahasa arab punya makna pujian, pujian ini ada 4 macam “Hamdull haditsi lil ghadim” yaitu pujian dari Makhluk kepda DzatNya Allah SWT atau suatu yang baharu kepada Dzat yang Ghadim yang tidak ada awalnya yaitu Allah SWT. Seperti kita mengucapkan “الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ”. Kemuadian “Hamdu Ghadimin lii Ghadimin” Pujian Allah SWT kepada Dzatnya sendiri, Allah SWT memuji dirinya sendiri “الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ” Allah SWT memuji dirinya sendiri. Ada pujian dari Allah kepada Hambanya dipanggilnya “Hamdu Ghadimin Li Hadits” seperti pujian Allah SWT kepada Sayyidina Daud “Ni’mal abu innahu awwah” sebaik-baik hamba yang selalu merintih kepada Allah SWT, kembali bertaubat kepada Allah SWT. Banyak pujian Allah kepada hamba-hambanya :
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Artinya : “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)
itu juga pujian Allah SWT kepada hamba-hambanya. Kemudian pujian “Hamdu hadits lii haditsin” atau madaah yaitu pujian dari makhluk kepada makhluk, contoh: si fulan baik, si fulan pintar,si fulan dermawan, si fulan pintar, itu namanya “Hamdu haditsin lii hadits”.
Kemudian rukunnya karna kita bicara fiqih inikita bicara definisi –definisi dan rukun-rukunnya saja, rukunnya kalau kemarin rukun “Basmallah” ada 5 dan sekarang ada 4, kenapa ada 4? Kata ulama asal sesuatu kalau dasarnya sunnah maka tidak ada diikutin lagi hukum boleh, hukum mubah. Hamdallah asal usulnya Sunnah Nabi SAW maka dia tidak ada kaitannya dengan hal yang dibolehkan. Kalau “Bismillah” dengan hal yang boleh, tidur baca “Bismillah” bagus, makan boleh, bagus. Bahkan kalau dia dianggap penting oleh agama jadi sunnah. Kalau hanya mindahin barang dari sini ke situ baca “بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ” itu boleh-boleh saja, tapi tidak di tekankan oleh syari’at kita tidak dianggap penting kerena hanya memindahkan barang saja. Tapi kalau hal-hal yang berkaitan walaupun dia boleh tapi dianggap penting oleh agama kita maka hukumnya menjadi Sunnah.
Yang pertama wajib “Hamdallah” kata ulama, wajibnya kapan? Ketika khutbah jum’at. Jadi kalau ada Khatib Khutbah jum’at tidak pakai “Hamdallah” suruh turun saja deh, harus diganti karna khutbahnya tidak sah, contoh: langsung “laa ilaa hailallah al malikul haqqul mubin” atau “Subhanallah” atau “Tabarakkallah” tidak pakai “Hamdallah” tidak sah dia punya khutbahnya. Kenapa? Karena rukun Khutbah itu yang pertama adalah mengucapkan “Hamdallah”. Yang ke dua Sunnah, Sunnah itu sama dengan “Basmallah” setiap urusan yang dianggap penting oleh agama kita kalau kita baca dengan “Hamdallah” maka itu Sunnah. Dan Afdholnya “Hamdallah” sebagian daripada ulamaussyafiiyah itu mengatakan:
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ حَمْدًا يُوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِىءُ مَزِيْدَهُ
itu yang terafhol, maka di Sunnahkan. Kata imam Nawawi Dianjurkan untuk orang yang mengajar, orang yang membaca kitab, membaca hadits, fiqih memulainya dengan “Hamdallah” dengan mengucapkan “Alhamdulillah”. Yang dianjurkan oleh imam Nawawi adalah “waa ahsanuhaa Alhamdulillahirabbil’alamin” yang paling baiknya yaitu “الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ” itu pendapat al Imam Nawawi yang dikutip oleh al Imam Nawawi Al Bantani dalam kitabnya Kaasyifatussaja.
Kemudian Nabi SAW, dalam riwayat ibn Majah Juga, dari Sayyidahtuna Aisyah, Rasul SAW bersabda ketika melihat yang indah-indah yang tenangin hati :
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ
“Segala puji bagi Allah SWT yang dengan kenikmatan-kenikmatannya sempurnalah segala kebaikan-kebaikan amal-amal sholeh”.
Dan apabila melihat yang tidak disukai, Nabi SAW mengatakan:
الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍوأَعُوْذُ بِهِ مِنْفِعْلِأَهْلِالنَّار
“Segala puji bagi Allah atas segala keadaan dan aku berlindung denganNya dari perbuatan penduduk ahli nerakanya Allah SWT”
Jadi kalau kita amalin, lihat yang indah-indah yang enak-enak baca :
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ
“Alhamdulillah alladziy bini’matihi tatimmush sholihaat”
Dan apabila melihat yang tidak enak tidak enak, yang pegelin hati baca:
الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍوأَعُوْذُ بِهِ مِنْفِعْلِأَهْلِالنَّار
“Alhamdulillah ala kulli hal wa’audzubilhi min fi’li ahlinnaar”
Mudah-mudahan Allah SWT kasih taufiqnya lagi sama kita semuanya (aamiin yaa Robbal’alamiiin). Ini Rasulullah SAW senang membacanya, membaca dari pada do’a tadi yang diajarkan beliau kepada Sayyidahtuna Aisyah RA.
Kemudian kita pahamin makna Alhamd, dikatakan oleh ulama “Alhamd atsana’u bilisan alal jamilil ikhtiari ma’a jihati ta’dzimi wa tabjil bii mughabalitin ni’matin aula” kata hamd ini didalam pengertian fiqihnya ialah pujian dengan lisan/ucapan kepada Dzatnya Allah SWT yang indah disertai pengagungan dalam hati dan penghormatan yang besar kepada Allah SWT, baik diberikan nikmat atau tidak sama Allah SWT. Terus kita ucapin kata Alhamd kepada Allah SWT, karena memang yang paling behak untuk pujian adalah Allah SWT. Tapi didalam istilah definisinya kerjaan yang didasari yang mengabarkan berita tersebut, yang memberitakan dari pengagungan kepada Dzat yang memberikan nikmat yaitu Allah SWT kepada orang yang memujianya dan yang lainnya juga. Yang tidak memuji juga dikasih sama Allah SWT nikmat. Baik itu pujian dengan lidah atau dengan hati atau dengan seluruh tubuh kita menyatakan kita sedang memuji Allah SWT dengan perbuatan tersebut. Jadi ini lebih luas lagi maknanya, lebih besar lagi pengaruhnya kalau kita melakukan semua aktivitas kita, kita merasakan mensyukiri nikmat Allah SWT yang diberikan kepada kita dengan kita ucapkan Hamdallah dengan lisan kita hati kita juga mentab bahwa kita yakin “tidak ada yang pantas dipuji kecuali Allah SWT” begitu juga dengan ketaatan kita mantabin dengan tubuh kita bahasa tubuh kita dengan Allah SWT untuk tidak memuji kecuali kepada Allah SWT.
“lillahii” Untuk Allah, segala puji untuk Allah SWT. “Rabbi” Rabb didalam Bughyah Almustarsidin mempunyai makna 13. Cuma disini kita pakai AlKhaliq saja yang umum diartikan didalam bahasa indonesia, ada maknanya AlKhaliq ada maknya AlMudabbir, ada maknanya AlMuttasarrif, ada maknanya Shohib, ada maknanya Maliq, dan lain-lainnya ada 13. Tapi yang umum diartikan didalam bahasa indonesia adalah AlKhaliq yaitu pencipta, “Al Amiin” jama’ dari kata alam ini dalam bahasa arab adalah jama’ yang lebih sedikit maknanya daripada kalau kita belajar bahasa arab kita akan dikasih teka teki ada satu kata didalam bahasa arab yang kata jama’ lebih luas maknanya kata tunggalnya lebih luas daripada kata jama’nya. Kata “Al Amiin” jama’ daripada kata Alam “Al Alam” maknanya masih Wallah, semua yang selain Allah SWT itu namanya “Alam” tapi “Al Amiin” dikatakan manusia, jin, dan malaikat 3 saja. Jadi pencipta alam semesta dengan makna mufradnya atau dengan makna khususnya adalah 3 jenis makhluk Allah yaitu manusia, jin, dan malaikat. Jadi yang wajib dipuji yaitu Allah SWT yaitu pencipta alam semesta hanyalah Allah SWT segala pujian yang kita berikan untuk Allah SWT saja, pantasnya adalah hanya milik Allah SWT saja.
Dan tadi insyaAllah apa yang kita dapatkan dari tausiyah-tausiyah dari guru-guru kita nanti juga itu anugerah dari Allah SWT untuk kita yang patut kita ucapin “Alhamdulillahirabbil’alamin”. Mudah-mudahan Allah SWT berikan keluasan ilmu kepada kita, nanti insyaAllah kita sambung lagi didalam minggu yang akan datang didalam makna sholawat dan salam kepada Rasulullah SAW sampai dari pada pembukaan kitab, mudah-mudahan Allah SWT berikan selalu ilmu yang bermanfaat untuk kita dan bisa kita amalkan, yang sedikit tadi kalau kita amalkan pasti hebat didalam diri kita faedahnya, pengaruhnya, keberkahannya, nurnya, sirrnya dari Allah SWT.
Mudah-mudahan Allah SWT bukakan pintu taufiq yang seluas-luasnya, hidayah yang seluas-luasnya, innayah yang seluas-luasnya, ri’ayyah dari Allah SWT (aammiinn ammiinn yaa Robbal’alamiin).
Adhanallahu waiyyakum ajma’in, tsumma