JALSATUL ITSNAIN MAJELIS RASULULLAH SAW
SENIN, 13 FEBRUARI 2017
-HABIB ALWI BIN ABDURRAHMAN AL-HABSYI
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
نَوَيْتُ التَّعَلُّمَ وَالتَّعْلِيْمَ، وَالنَّفْعَ وَالاِنْتِفَاعَ، وَالْمُذَاكِرَةَ وَالتَّذْكِيْرَ،
وَالإِفَادَةَ وَالاِسْتِفَادَةَ، وِالْحِثُّ عَلَى تَمَسُّكِ بِكِتَابِ الله،
وَبِسُنَّةِ رَسُوْلِ الله صلى الله عليه وسلَّم،
وَالدُّعَاءَ إِلَى الْهُدَى، وَالدِّلالَةَ عَلَى الْخَيْرِ،
اِبْتِغَاءَ وَجْهِ الله وَمَرْضَاتِهِ وَقُرْبِهِ وَثَوَابِهِ
سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي اَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِ
الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
لاحول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم
وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ ۚ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
نعم المولى ونعم النصير
Yang kita hormati dan kita cintai guru-guru kita Habibanal Mahbub Al-Habib Ja’far bin Muhammad Bagir Al-Atthos kita doakan mudah-mudahan beliau panjang umur sehat wal afiyah, dan ilmu-ilmu yang di berikan kepada kita menjadi ilmu yang berguna dan bermanfaat, dan tidak kalah penting nya juga yang sangat kita cintai dan kita banggakan guru kita Habibanal Mahbub Al-Habib Muhammad Bagir bin Alwi bin Yahya kita doakan mudah-mudahan panjang umur, sehat wal afiyah dan ilmu yang di berikan kepada kita menjadi ilmu yang bermanfaat dunia akhirat, Al-Habib Ahmad Al-Idrus , Habib Hasan bin Muhammad Al-Hamid, Ust. Abdussalam maupun guru lainnya hadirin wal Hadirot Rahimakumullah. Setelah kita bersyukur kepada Allah atas anugrah yang telah tercurah nikmat yang terlimpah sehingga malam ini kita di takdirkan untuk duduk di majelis yang mulia, majelis yang agung majelis nya Rasulullah Saw, semoga duduk nya kita di tempat mulia ini menjadi sebab turunnya rahmat Allah Swt, untuk kita, untuk keluarga kita , untuk negeri kita dan orang-orang yang kita cintai Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Lalu kemudian kita akan kembali melanjutkan pelajaran Hadist kita dalam kitab Qutuful Falihin, yang telah di rangkum oleh guru kita Sayyidil Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz. Semoga Allah panjangkan usia beliau, sehat badannya, luas rizkinya, di qobulkan hajatnya dan kita menjadi kesayangannya dunia akhirat.
Hadist yang ke 38 kita baca bersama,
عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه و آله و سلم يقول (من رأى منكم منكراً فليغيره بيده فإن لم يستطع فبلسانه فإن لم يستطع فبقلبه و ذلك أضعف الإيمان) رواه مسلم
Dari Abu Sa’id AlKhudri RA berkata aku mendengar Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa yang melihat kemungkaran di antara kalian maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya, dan apabila tidak mampu maka hendaklah diubahnya dengan lisannya dan jika ia tidak mampu maka hendaklah diubahnya dengan hatinya, tetapi itu adalah selemah-lemah iman ” (HR Muslim)
Hadist malam ini adalah hadist yang ke 38 yang di bawa oleh Imam Abi Said Al Khudry, seorang sahabat Rasul yang mendapat julukan dari nama putranya yang bernama Said, nama beliau adalah Saad bin Malik bin Sinan Al Khudry. Beliau adalah salah satu sahabat Rasul, anak dari seorang sahabat Rasul yang bernama Malik, pembawa hadist malam ini adalah Abi Said yang bernama Saad, seorang sahabat yang boleh sedikit kita kenali biografinya semoga Allah turunkan rahmat untuk kita. Beliau adalah salah seorang sahabat Rasul yang di kenali dengan keutamaan ilmunya. Beliau salah seorang sahabat yang di zaman beliau hidup menjadi ulama. Bahkan beliau banyak membawa hadist nya Rasul, lebih dari pada 1000 hadist nya Rasulullah Saw. Abi Said Saad bin Malik bin Sinan Al Khudry meriwayatkan hadist Rasul jumlahnya 1170 hadist. Beliau ini di kenali sahabat termasuk Ashabussuffa, yang tidurnya di masjidnya Rasul. Bukan orang kaya, tidak punya rumah jadi tidur dan bermalam nya di masjid Nabawi. Beliau ini umurnya panjang sampai 94 tahun. Pada tahun 74 Hijriyyah beliau meninggal dunia di kota Madinah dan di makamkan di Baqi.
Beliau ini punya ayah namanya Malik, yang ikut berjuang bersama Rasul di perang Uhud. Imam Malik bin Sinan ketika ikut berperang bersama Rasul di perang Uhud mendekat kepada Rasul, saat itu Rasul jidatnya terluka bercucuran darah dan bercampur dengan debu tanah, Malik bin Sinan mendekat kepada Rasul, wahai Rasul apakah saya di izinkan untuk membersihkan darah yang ada di dahimu? Maka di perkenankan oleh nabi, maka Malik bin Sinan ayah dari pembawa hadist ini dia mendekat kepada nabi, bukan di bersihkan dengan pakaiannya tapi di jilati wajah nya Rasulullah.
Sampai kata Rasul di dalam hadistnya, “muntahkan wahai Malik”, berkata Malik “tidak akan saya muntahkan wahai Rasulullah, saya sengaja ingin mengambil berkah dari darahmu wahai Rasulullah”.
Maka Rasul bersabda : “siapa orang ingin melihat ciri-ciri penghuni surga maka ciri-ciri itu ada pada Malik bin Sinan”. Tidak lama kemudian gugur sebagai Syahid. Setelah Nabi pulang dari perang Uhud, Nabi di sambut dengan orang Madinah. Ada bapak-bapak, ibu-ibu keluarga para pahlawan di antaranya ada anak kecil, dari kejauhan Nabi kenali, dia adalah Saad bin Malik. Kata Nabi “Saad bin Malik kemari”, lalu dia mendekat kepada Nabi dan memeluk dengkul nya nabi sambil menciumi, lalu Rasul mendoakan semoga Allah limpahkan pahala untuk ayahmu, karena ayahmu sudah gugur sebagai Syahid. Semenjak detik itu dia tidak bisa menjauh dari Rasul karena dia beranggapan Rasul adalah orang tuanya.
Lalu beliau berkata, Saya mendengar beliau bersabda : من رأى منكم منكراً barang siapa رأى dia melihat, baik melihat langsung atau mendengar dari orang yang melihat, baik dia melihat dari segi mata zohir, atau dari mata batin karena tinggi nya derajatnya di mata Allah. من رأى منكم barang siapa yang melihat منكم orang-orang muslim yang sudah balligh, yang mampu di antara kalian, barang siapa yang sudah melihat منكراً suatu kemungkaran, منكراً itu artinya apa-apa yang di larang oleh Allah, apa-apa yang di larang oleh Rasul, baik ucapan, atau perbuatan atau pemahaman, atau pemikiran atau aqidah, walaupun sedikit, walaupun kecil itu namanya munkar. Apa yang keluar dari jalur koridor Allah, koridor Rasul, koridor Qur’an, dari jalur koridor hadist berarti itu munkar. Barang siapa di antara kalian yang melihat kemunkaran kata nabi dalam hadist ini, فليغيره بيده maka hendaklah dia merubah itu dengan tangannya فإن لم يستطع kata nabi, kalau tidak mampu merubah dengan tangan فبلسانه maka dengan lisan فإن لم يستطع فبقلبه kalau tidak bisa maka dengan hati, walaupun dengan hati itu و ذلك أضعف الإيمان kadar iman yang paling lemah yang ada hati pada orang yang beriman.
Hadist ini sangat penting, bahkan di katakan kepada Imam Nawawi di dalam kitabnya aqidah Islam yang paling penting dan paling utama adalah hadist ini. Kata Imam Qodiiyat hadist ini berbicara cara merubah orang yang munkar menjadi benar, yang rusak menjadi Sholeh, Sehingga pentingnya hadist ini isinya adalah nasehat, kalau ada orang melakukan kemunkaran wajib untuk kita meluruskannya. Kalau berbicara amar ma’ruf nahi munkar berarti nasehat. Nasehat adalah bagian dari agama. Nasehat adalah tanggung jawab. Kalau ada orang menghilangkan dirinya dari tanggung jawab, maka dia mengilangkan diri dari pada amanat dan orang yang tidak amanat dia berdosa besar.
Kenapa demikian? Karena kita ini jadi orang mulia berkat jadi umatnya Rasulullah Saw. Umatnya Rasul banyak, tapi yang di maksud Allah di dalam Al-Qur’an yang paling mulia
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Mudah-mudahan kita bisa termasuk di dalamnya. Melalui hadist ini kita di ajarkan oleh Rasul ada kalanya kemunkaran itu bisa di atasi dengan tangan, tapi tidak semua kemunkaran bisa di bersihkan dengan tangan, bisa pakai lisan, ada juga tidak bisa dengan tangan dan lisan cukup dengan hati mengingkari. Kalau bahasa hadist ini menurut otak kita gampang. Nasehatin orang pukul terlebih dahulu, kalau tidak bisa pakai tangan baru pakai nasehat, kalau di nasehatin tidak bisa baru pakai hati, itu menurut pemikiran kita. Tapi berbeda dengan pemikiran orang-orang alim. As-Syeikh Al-Imam Ibrahim Al-Mathbuli pengarang kitab Tanbihul Mughtarrin, salah seorang wali Allah beliau memberikan pemahaman kepada kita tentang hadist ini, sesungguhnya yang di maksud mencegah kemunkaran dengan tangan itu, khusus miliknya para pemimpin, yang boleh nangkap, boleh nembak, boleh membunuh itu khusus para pemerintah yang di beri tugas oleh Negara. Kenapa? Karena kalau orang biasa mencegah kemunkaran dengan cara ini maka mudhorot yang dia bakal terima lebih besar.
Adapun mencegah kemunkaran dengan lisan itu khusus para ulama yang mengamalkan ilmu, jadi mencegah kemunkarannya bukan dengan pistol, bukan dengan golok, bukan dengan kampak, tapi dengan ceramah yang lembut. Karena nabi Musa pun ketika di perintahkan mendakwahi Fir’aun, Allah perintahkan dengan bahasa yang lembut, padahal Firaun itu adalah raja yang zolim.
Lalu yang ketiga kata Al-Imam Ibrahim Al-Mathbuli adapun mencegah kemunkaran dengan hati itu bukan bagian kita, tapi bagian para wali-wali Allah, yang bagi mereka itu cukup dengan hatinya ketika mereka berdoa.
Dahulu ada Imam Assyekh Ma’ruf Al-Karkhi, wali Allah. Beliau sedang duduk di depan rumahnya bersama muridnya, tiba-tiba ada rombongan lewat menunggangi kendaraan isinya anak muda dan perempuan isi nya sedang mabuk, melintas di depan Syekh Ma’ruf Al-Karkhi, kata murid-murid nya, “wahai Imam ini orang pada tidak sopan, di kampung ini semua orang hormat kepada anda tapi mereka sambil mabuk melewati depan rumah anda, sambil main perempuan, mereka hina anda, sekrang juga wahai guru doakan agar mereka terkena musibah”. Maka beliau mengangkat tangannya seraya berdoa “Ya Allah sebagaimana kau buat mereka itu di dunia senang-senang mudah-mudahan nanti mereka bersenang-senang juga di akhirat di dalam surgamu Ya Allah”. Ini murid bingung, “wahai guru kok malah di doakan? Bukan di sumpahin?” Jawab beliau , “kamu harus paham, kalau mereka semua di akhirat bersenang-senang seperti di dunia nya, artinya mereka orang-orang yang bertaubat kepada Allah”. Tidak lama kemudian satu persatu datang, salaman dengan beliau dan minta maaf, dan di sebut di dalam kitab, semua orang yang datang kepada beliau saat itu mereka semua menjadi orang yang sholeh berkat doa. Tidak semua dakwah ampuh dengan tangan. Tidak semua mencegah kemunkaran ampuh dengan kekuatan tangan. Adakala nya lebih ampuh dengan lisan. Kadangkalah juga sebaliknya, tidak semua dakwah mencegah kemunkaran paten dengan mulut, nah ini aturan main dari Rasul, Rasul sudah tahu bahwa dakwah itu ampuh dengan 3 cara. Kalau tidak ampuh dengan kekuatan maka dengan lisan. Kalau dengan lisan juga tidak ampuh maka dengan hati.
Sehingga kita kembali ke dasar hadist, Amar Ma’ruf Nahi Munkar itu penting. Sampai kata Nabi di dalam hadistnya beliau mengatakan “Sungguh kalian harus menjalankan Amar Ma’ruf, mencegah kemunkaran, kalau tidak kalian lakukan, Allah akan jadikan musuh-musuh kalian untuk menguasai kalian bahkan kalau kalian minta tolong dengan Allah dengan cara berdoa Allah tidak akan mengabulkan”.
Di dalam hadist lain Rasul memberikan nasehat kepada kita, “wahai sekalian manusia, ajak orang berbuat baik, cegah orang melakukan kemunkaran sebelum waktu dimana kalian berdoa tapi tidak di terima oleh Allah. Sebelum kalian meminta ampun tapi tidak terima taubat kalian”. Kenapa? Karena tidak peduli kemunkaran dimana-mana, jadi orang yang tidak punya sifat peduli di dalam Amar Ma’ruf Nahi Munkar, doanya tidak di terima oleh Allah. Istighfarnya tidak di terima, seandainya dia orang yang di kenali berilmu, tapi di tempat tinggalnya isinya orang maksiat semua dia tidak menyampaikan kewajiban Amar Ma’ruf Nahi Munkar maka kata Nabi, bala akan merata yang baik dan yang tidak baik semua terkena musibah gara-gara orang itu tidak peduli kepada Amar Ma’ruf Nahi Munkar.
Dahulu ada satu kampung yang di situ ada ulama yang di kenali dalam sekali ilmunya, tapi di kampung itu juga di kenal maksiat dimana-mana, ketika Allah Swt memerintahkan Malaikat Azab untuk menimpakan musibah agar di ratakan azab untuk mereka, malaikat ini bertanya terlebih dahulu kepada Allah, Ya Allah, di sana ada orang alim, bagaimana? Apakah harus tetap di hancurkan? Apa kata Allah, sebelum warga kampungnya terkena azab, orang alim itu terlebih dahulu timpakan azab dan musibah terlebih dahulu sebelum warganya.
Oleh karena itu Amar Ma’ruf Nahi Munkar itu bukan tugas para ulama saja. Semua orang punya tanggung jawab, seorang ayah punya tanggung jawab kepada keluarganya. Seorang guru punya tanggung jawab kepada murid- muridnya, itu semua wajib di tegakkan dan di laksanakan apa yang menjadi kewajibannya. sebelum Allah Swt menimpakan musibah kepada orang-orang yang tidak peduli kepada Amar Ma’ruf Nahi Munkar, pelajaran singkat ini mudah-mudahan ada manfaatnya buat kita semua.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh