Makna Mendahulukan Makan Sebelum Shalat
Senin, 16 Januari 2012
قال رسول اللَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا وُضِعَ الْعَشَاءُ وَأُقِيمَتْ الصَّلَاةُ فَابْدَءُوا بِالْعَشَاءِ
صحيح البخاري
“Sabda Rasulullah SAW: “Jika sudah dihidangkan makan malam, lalu Iqamat shalat, maka mulailah dengan makan malam dahulu ” (Shahih Bukhari)
{mosimage}Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha membuka gerbang rahmatNya sepanjang waktu dan zaman, seluruh pintu rahmat itu terbuka bagi jiwa yang ingin memasukinya, bagi mereka yang mendambakannya, bagi mereka yang ingin tinggal di dalam istana rahmat Ilahi dalam kehidupannya, yang mana alam sanubarinya senantiasa berada dalam rahmat Allah subhanahu wata’ala, hingga kelak mereka akan tinggal di dalam istana yang abadi di surga, yang hal itu juga merupakan salah satu bentuk rahmat Allah subhanahu wata’ala. Mutiara-mutiara kebahagiaan yang tiada pernah berhenti berlimpah, sejak kebangkitan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam hingga saat ini, yaitu Al qur’anul Karim yang menuntun kita kepada keluhuran, dimana setiap huruf dari ayat-ayat tersebut adalah firman-firman Allah dan merupakan kewibawaan Ilahi, setiap hurufnya adalah kasih sayang Ilahi yang menuntun kita kepada cintaNya, meskipun dalam ayat-ayat tersebut terdapat ayat kemurkaan Allah yang diantaranya menjelaskan tentang neraka dan lainnya, namun semua itu bahkan akan menuntun kita untuk menuju cintaNya, dan itulah rahmat dan kemuliaan Allah yang ditunjukkan dalam Al qur’anul Karim, yang kesemua itu hakikatnya adalah surat cinta Allah untuk hamba-hambaNya. Tiada akan pernah ditemui seseorang yang akan menulis surat cinta sebanyak lebih dari 6000 ayat, namun Allah subhanahu wata’ala menulisnya untuk kita, karena kita terpilih sebagai ummat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana Al qur’an tidak diturunkan untuk pepohonan, matahari, bulan dan yang lainnya, akan tetapi diturunkan untuk manusia. Maka setelah datang lebih dari 6000 kalimat cinta dari Allah subhanahau wata’ala yang menuntun kita dan melamar kita untuk menerima cinta Allah subhanahu wata’ala, dan jika kita menolaknya maka sepantasnya apabila kita mendapatkan kemurkaan Allah subhanahu wata’ala, wal’iyadzubillah.
Hadirin hadirat yang dimulikan Allah
Allah subhanahu wata’ala tidak akan mempersulit hamba-hambaNya, dimana Allah memerintahkan kita untuk mengerjakan hal-hal yang wajib maka kita kerjakan semampu kita, dan jika kita terjebak ke dalam perbuatan hina atau dosa maka segeralah memohon pengampunan kepada Allah, karena secepat apa kita memohon pengampunan kepada Allah, maka pengampunan Allah subhanahu wata’ala secepat itu pula datang kepada kita bahkan lebih. Pengampunan Allah subhanahu wata’ala sangat cepat datangnya terlebih lagi kepada hamba yang bersegera memohon pengampunan Allah. Begitu juga semakin seseorang memperlambat permohonan ampunannya kepada Allah, maka semakin lambat pula Allah menurunkan pengampunan untuknya, meskipun Allah subhanahu wata’ala senantiasa menanti permohonan maaf atau tobat hamba-hambaNya, namun janganlah menunggu hingga datangnya utusan pencerai ruh dengan jasad.
Hadirin hadirat yang dimulikan Allah
Dalam hadits yang telah kita baca, dimana sekilas hadits ini terlihat sangat ringkas namun maknanya sangat luas, dimana ketika makan malam telah dihidangkan dan ketika itu juga akan dilaksanakan shalat isya’, maka dahulukanlah makan daripada shalat, mengapa demikian, padahal dalam hadits yang lain disebutkan bahwa diantara sebaik-baik perbuatan adalah melakukan shalat pada waktunya. Namun dalam hadits tadi kita diperintahkan untuk mendahulukan makan, maka dalam hal ini kita ingin memberi pemahaman kepada sebagian saudara-saudara kita yang mengatakan bahwa jika telah dikumandangkan iqamah untuk melakukan shalat maka diharamkan melakukan sesuatu yang lain selain shalat, padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk makan terlebih dahulu jika makanan telah siap dihidangkan, mengapa demikian? karena jika melakukan shalat terlebih dahulu maka syaithan akan lebih mudah membisiki untuk segera mempercepat shalat karena makanan telah siap. Adapun orang-orang yang shalih, mereka akan makan secukupnya saja, karena mereka mengetahui bahwa jika mereka makan yang banyak maka mereka akan menghadapi shalat isya’ dalam keadaan yang berat dan payah, demikian indahnya didikan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam .
Dan diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa seseorang akan masih terhitung berada dalam shalat (pahala) selama ia menunggu waktu shalat berikutnya, karena menunggu suatu kebaikan adalah suatu kebaikan pula, oleh karena itu ketika makanan telah dihidangkan dan ketika itu akan dilaksanakan shalat, dan ketika makanan didahulukan maka termasuk dalam keadaan menunggu shalat, sehingga selama waktu makan pun hal itu terhitung dalam pahala melakukan shalat, karena menunggu sesuatu yang baik mendapatkan pahala kebaikan, sebagai contoh jika telah masuk waktu shalat namun belum juga dikumandangkan iqamah, maka waktu ketika menunggu iqamah untuk melakukan shalat hal itu terhitung dalam pahala shalat, jika seseorang menunggu dalam waktu 30 menit hingga shalat dilakukan maka dalam waktu itu pula terhitung mendapatkan pahala melakukan shalat, demikian indahnya sunnah-sunnah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Kita berusaha untuk selalu menguatkan iman kita semampunya, sebagaimana kita ketahui para nabi dan ummat terdahulu mereka mendapatkan cobaan yang sangat berat, seperti halnya nabi Musa As yang begitu berat mendapatkan cobaan dari Allah subhnahu wata’ala, dimana beliau dibesarkan dalam istana Fir’aun dan justru beliaulah yang akan menjadi penakluk kerjaan Fir’aun. Dijelaskan dalam surat Al A’raf, secara ringkasnya dimana ketika nabi Musa As melarikan diri dari Fir’aun karena memukul salah seorang yang berkelahi hingga meninggal, padahal nabi Musa memukulnya bukan dengan niat untuk membunuh namun orang tersebut meninggal, sehingga tersebar kabar bahwa Fir’aun dan prajuritnya sedang mencarinya dan ingin membunuhnya, maka nabi Musa pun pergi dan menjauh dari tempat itu, yang kemudian Allah subhanahu wata’ala berfirman kepada nabi Musa AS :
اذْهَبْ أَنْتَ وَأَخُوكَ بِآَيَاتِي وَلَا تَنِيَا فِي ذِكْرِي ، اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى ، فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى ، قَالَا رَبَّنَا إِنَّنَا نَخَافُ أَنْ يَفْرُطَ عَلَيْنَا أَوْ أَنْ يَطْغَى ، قَالَ لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى ، فَأْتِيَاهُ فَقُولَا إِنَّا رَسُولَا رَبِّكَ فَأَرْسِلْ مَعَنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَا تُعَذِّبْهُمْ قَدْ جِئْنَاكَ بِآَيَةٍ مِنْ رَبِّكَ وَالسَّلَامُ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى
( طه : 42-47 )
“Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku; Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah malampaui batas, maka berbicalah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut mudah-mudahan ia ingat atau takut”. Berkatalah mereka berdua: “Ya Rabb kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas, Allah berfirman: “Jangan kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat”. Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dan katakanlah: “Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Rabbmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan Kami) dari Rabbmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk”. (QS.Thaha : 42-47)
Dalam ayat ini disebutkan bahwa Allah memerintah nabi Musa dan nabi Harun untuk berucap lemah lembut terhadap Fir’aun dan pengikutnya akan bertaubat, meskipun Allah subhanahu wata’ala Maha Mengetahui bahwa Fir’aun tidak akan bertaubat, namun Allah ingin menunjukkan akan cara berdakwah dengan lemah lembut. Dan kisah ini Allah sebutkan dalam Al qur’an agar kita memahami cara yang benar dalam berdakwah, yang itu adalah tuntunan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian nabi Musa As datang kepada Fir’aun dan menyampaikan kepadanya bahwa ia membawa risalah dari Tuhannya, maka Fir’aun berkata siapa tuhannya, lantas nabi Musa berkata bahwa tuhannya adalah Yang menghidupkan dan mematikan manusia, maka Fir’aun berkata bahwa dia mampu menghidupkan dan mematikan, dimana dia bisa memerintah seseorang untuk membunuh atau tidak membunuh, kemudian nabi Musa As berkata bahwa Tuhannya mampu menerbitkan matahari dari timur, lantas beliau meminta Fir’aun untuk menerbitkan matahari dari barat, mendengar hal itu Fir’aun pun terdiam. Kemudian nabi Musa As menunjukkan mu’jizatnya, dimana tongkat nabi Musa berubah menjadi ular, maka Fir’aun mengumpulkan semua tukang sihir untuk melawan nabi Musa, yang mereka anggap bahwa hal yang dilakukan nabi Musa As adalah sihir seperti yang mereka perbuat. Maka semua penyihir mengelilingi nabi Musa, dimana perbuatan mereka hanyalah sihir yang hanya menipu mata dan pandangan orang, maka ketika itu mereka melemparkan tali-tali yang kemudian terlihat seperti ular, akan tetapi tongkat nabi Musa berubah menjadi ular yang sangat besar sehingga semua tali yang mereka lemparkan ditelan oleh tongkat nabi Musa As yang menjadi ular, melihat hal tersebut maka para penyihir itu tersungkur sujud dan beriman kepada Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
فَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سُجَّدًا قَالُوا آَمَنَّا بِرَبِّ هَارُونَ وَمُوسَى
(طه : 70 )
“Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata: “Kami telah percaya kepada Rabb Harun dan Musa”. (QS. Thaha: 70 )
Setelah para penyihir itu beriman kepada Allah, maka Fir’aun berkata kepada mereka, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
قَالَ آَمَنْتُمْ لَهُ قَبْلَ أَنْ آَذَنَ لَكُمْ إِنَّهُ لَكَبِيرُكُمُ الَّذِي عَلَّمَكُمُ السِّحْرَ فَلَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ مِنْ خِلَافٍ وَلَأُصَلِّبَنَّكُمْ فِي جُذُوعِ النَّخْلِ وَلَتَعْلَمُنَّ أَيُّنَا أَشَدُّ عَذَابًا وَأَبْقَى
(طه : 71 )
“ Berkata Fir’aun: “Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku beri izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara bertimbal balik , dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya”. (QS. Thaha : 71 )
Kemudian para penyihir itu menjawab ucapan, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:
قَالُوا لَنْ نُؤْثِرَكَ عَلَى مَا جَاءَنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالَّذِي فَطَرَنَا فَاقْضِ مَا أَنْتَ قَاضٍ إِنَّمَا تَقْضِي هَذِهِ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا، إِنَّا آَمَنَّا بِرَبِّنَا لِيَغْفِرَ لَنَا خَطَايَانَا وَمَا أَكْرَهْتَنَا عَلَيْهِ مِنَ السِّحْرِ وَاللَّهُ خَيْرٌ وَأَبْقَى
(طه : 72-73 )
“Mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mu’jizat), yang telah datang kepada kami dan daripada Rabb yang menciptakan Kami; maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja. Sesungguhnya kami telah beriman kepada Rabb kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami melakukannya. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya)”. (QS. Thaha: 72-73)
Padahal mereka adalah orang-orang yang baru beriman, namun keimanan mereka sangat kuat sehingga ancaman atau bahaya apapun yang akan menimpa mereka tidak mereka pedulikan, dan mereka akan tetap beriman dengan apa yang disampaikan oleh nabi Musa As.