Orang Yang Kuat Ialah Yang Mampu Menahan Amarah

JALSATUL ISTNAIN MAJELIS RASULULLAH SAW

22 FEBRUARI 2016

Habib Alwi Bin Abdurahman Al Habsyi

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

 

الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

لاحول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم

وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ ۚ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ

حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

نعم المولى ونعم النصير

Hadits Quthuful Falihin min Riyadhus Sholihin, Ke-5

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ أنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَسَلَّم قَالَ (لَيْسَ الشَدِيْدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الغَضَبِ) متفق عليه

 

Artinya : Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda “Bukanlah orang yang kuat yang menang dalam pergulatan akan tetapi orang yang kuat ialah yang mampu menahan hawa nafsunya saat marah” (Muttafaqun ‘Aleih)

Hadirin – hadirot Rahimakumullah yang kita hormati, para guru-guru kita, para habaib orang tua kita, diantaranya Alhabib Nabiel bin Fuad AlMusawa, Alhabib Hud bin Bagir Alathos, guru kita bersama yang kita hormati dan kita cintai bersama Alhabib Ja’far bin Bagir Alathos, kita doakan para habaib kita semuanya panjang umur sehat wal afiyat, juga kepada habib Muhammad Alaydrus dan para guru lainnya.

Para hadirin – hadirot rahimakumullah, malam ini kita akan mempelajari daripada hadits Qutuful Falihin min Riyadhus Sholihin yang dirangkum oleh Syayyidil Habib Umar Bin Muhammad Bin Salim Bin Hafidh, bertepatan hadits yang ke-5, yang diriwayatkan oleh Imam Abu Hurairah Abdurrahman Bin Sakhr RA, semoga Allah meridhoinya dan kita mendapatkan barokahnya (Aamiin ya Robbal ‘alamiin).

أنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَسَلَّم قَالَ لَيْسَ الشَدِيْدُ بِالصُّرَعَةِ

Bahwasannya Rasulullah SAW telah bersabda : Bukanlah orang yang kuat yang menang dalam pergulatan (bukanlah orang yang kuat, orang yang hebat dalam bertikai ia menang, kalau bergulat ia menang) kalimat Asyur’ah yaitu orang yang bergulat ia banting lawannya sehingga menang, sehingga dikatakan oleh Rasul SAW bukanlah orang yang hebat yang kuat yang menang dalam pertarungan.

إِنَّمَا الشَّدِيْدُ

Akan tetapi orang yang kuat, orang yang hebat itu adalah

 

الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الغَضَبِ

Yang bisa meredam emosinya ketika marah.

Jadi yang pertama dalam hadits ini orang yang kuat bukanlah orang yang badannya besar, kekar sehingga kalau ia bergulat pasti menang, itu bukanlah orang hebat, kata Nabi SAW orang yang hebat ialah orang yang menang dalam menahan hawa nafsunya ketika marah. Mudah-mudahan kita bisa memperaktekkan hadits ini (amiinn) karena yang namanya melawan hawa nafsu itu sangat sulit sebagaimana tadi kita dengar, apalagi menahan emosi, apalagi masih muda, jiwa muda semangatnya masih tinggi biasanya sulit menahan emosinya, kesinggung dikit marah, yang menyinggungnya masih sepadan sama dia diajak ribut, karna menurutnya yang kuat yang menang. Tetapi kata Nabi SAW, Nabi SAW kasih batesan “Orang yang hebat ialah orang yang bisa menahan amarahnya” (mudah-mudahan kita diberikan kekuatan oleh Allah SWT. Amiinn).

Dalam riwayat

Sahabat Sulaiman bin Surd RA : saya pernah duduk bareng Rasulullah SAW , saya lagi duduk bersama Rasul SAW, lagi ngaji tiba-tiba ada orang satu dengan lainnya saling cela mencela, lagi ribut dengan omongannya, sehingga salah satu wajahnya sudah merah, urat-uratnya sudah kealihatan nih orang mau berantem.

إِني لأ علمُ كٓلِمٓةً لٓوْ قالَهَا لذهبَ عَنْهُ ما عنهُ ما يجدُ، لَوْ قالَ: أعوذُ بالله مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجيمِ، ذهب عنهُ ما يجدُ.

Sungguh aku mengetahui jika dibaca orang ini maka marahnya akan hilang.  Jika membaca ta’awudz “‘audzuubillahi minassyaithonir rojim” marahnya akan hilang (HR. Bukhari dan Muslim)

Nabi SAW bersabda : “ ini orang yang mau ribut ini satu dengan yang lainnya mukanya sudah merah mau pukul pukulan, sesungguhnya saya mengetahui ada kalimat yang jika diucapkan maka ia tidak akan ribut, ada kalimat yang jika ia ingat, ia baca, ia tidak akan pukul pukulan. Andai kata ia baca selagi ribut selagi main cela-celaan buru-buru baca “Audzubillahi minassyaitonnirrojim” (wahai Allah aku berlindung kepada mu dari pada godaan syaitan yang terkutuk). Apa bila ia baca itu maka akan pergi godaan iblis dari mereka berdua, maka sahabat yang lagi duduk bersama Nabi SAW beberapa orang lari langsung memberi tahu, kata Nabi SAW “buru-buru kalian baca Audzubillahi minnas syaitonnir rojim” maka ia baca, akhirnya reda.

Jadi Saudara-Saudari perlu kita pahami disini ketika orang tidak bisa mengerem hawa nafsunya berarti dia ikut memenangkan hawa nafsu syaitan dan iblis, setiap kita marah diluar haknya Allah SWT berarti kemarahan kita, kita sedang mengangkat bendera kemenangan buat iblis (Naudzubillahi mindzalik).

 kenapa dengan emosi itu urusan kita berantakan? laa dinn wala dunya “baik urusan dunia kita kalau emosi batal urusannya, demikian urusan agama kita ga ada guna ketika emosi diluar haknya Allah SWT” oleh karena itu Saudara-Saudari buru-buru kita lepaskan belenggu syaitan ketika emosi dengan bacaan “Audzubillahi minassyaitonnirrojim” karna kita lagi dibisikin.

الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ

Artinya: “yang membisikkan (kejahatah) kedalam dada manusia” (Q.S An-Nas ayat 5)

 

 

مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ

Artinya : “Dari golongan Jin dan Manusia” (Q.S An-Nas ayat 6)

boleh jadi temen kita bilang : “pukul aja, ente pukul sekali juga jatoh” itu syaitan manusia kelihatan, ada lagi syaitan iblis dia tidak kelihatan, dia bisik-bisikin “pukul aja” sehingga bertikai, sehingga ribut.

Maka buru- buru baca (Audzubillahi minassyaitonnir rrojim) kita tahan nih berkat bacaan “Audzubillahi minassyaitonir rojim” mudah-mudahan Allah SWT jauhkan kita dari bisikan-bisikan syaitan , kita tahan.

من كظم غيظاً وهو قادر على أن ينفذه ، دعاه الله عز وجل على رؤوس الخلائق يوم القيامة حتى يخيره من الحور العين ماشاء
(رواه أبو داود)

“Barangsiapa yang dapat menahan kemarahan, padahal dia mampu untuk melakukannya. Maka Allah SWT akan memanggilnya dihadapan orang-orang di hari kiamat. Sehingga dia disuruh memilih bidadari yang dia sukai.” (HR. Abu Dawud)

Kata Nabi SAW : “Siapa orang bisa mengerem hawa nasfunya dia tahan, sementara ia mampu kalau ia keluarkan ia akan menang, jika ia tahan nanti dihari kiamat dihadapan seluruh makhluk Allah SWT panggil namanya Si fulan bin fulan, Allah SWT kasih anugerah boleh memilih bidadari syurga mana saja yang dia mau silahkan. Didepan seluruh manusia orang yang bisa menahan hawa nafsunya agar tidak marah, karna orang tersebut ialah orang yang jago, orang yang hebat, orang yang imannya kuat, dia tidak kasih sela sedikitpun untuk syaitan”.

Dalam hadits riwayat Abu Hurairah

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَوْصِنِيْ ، قَالَ : (( لَا تَغْضَبْ )). فَرَدَّدَ مِرَارًا ؛ قَالَ : (( لَا تَغْضَبْ )). رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Berilah aku wasiat”. Beliau menjawab, “Engkau jangan marah!” Orang itu mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Engkau jangan marah!” [HR al-Bukhari]

Ada orang datang kepada Nabi SAW dan berkata “wahai Rasul tolong kasih wasiat untuk saya (kalau wasiat dari guru itu kebaikan dunia wal akhirat akan datang kepada kita, apalagi yang kasih wasiat sayyidina Rasulillah SAW) jadi sahabat pada datang kepada Nabi SAW minta di wasiati.

Maka Rasulullah SAW berkata “laa taghdob”

Kata Nabi SAW : “Saya kasih wasiat satu saja yaitu Jangan Marah, jangan terpancing emosi”, lalu kaget orang tersebut, mengapa wasiatnya jangan marah ? Maka ia ulangi lagi permintaanya“coba kasih wasiat lagi yang lain yaa Rasulullah SAW mungkin ada yang lebih agung, mungkin ada yang lebih bijak, mungkin ada yang lebih bagus, mungkin ada yang lebih utama, mungkin ada yang lebih bermanfaat”.

Rasulullah Berkata “laa taghdob”

Nabi SAW ulangi lagi, sudah wasiatnya hanya satu yaitu “Jangan Marah” (subhanallah).

Orang tersebut ulangi lagi, yang lain yaa Rasulullah SAW, maka Rasulullah berkata “Laa Taghdob” tetep kata Nabi SAW “Jangan Marah”.

Karna orang gara-gara marah urusannya berantakan, dia ikuti hawa nafsu syaitan. Nabi Saw tidak pernah marah seumur hidupnya. Kalau urusan pribadi Nabi SAW tidak pernah marah (mau dicaci maki, mau dipukuli Nabi SAW tidak pernah membalasnya). Kata Nabi : “yaa Ali bin Abii Tholib kita jangan terpancing, mau di caci maki mau di apain biarin, andaikata dia cincang keluarga kita, keluarga mereka jangan kita cincang wahai Ali”.

Sampai malaikat-malaikat gunung berkata

يا محمدُ ! إنَّ اللهَ قد سمِع قولَ قومِك لكَ . وأنا ملَكُ الجبالِ . وقد بعثَني ربُّك إليك لتأمرَني بأمرِك . فما شئتَ ؟ إن شئتَ أن أُطبقَ عليهم الأخشبَينِ

“Wahai Muhammad! Allah telah mendengar tanggapan dan ucapan kaummu kepadamu, sedangkan aku adalah Malaikat yang ditugasi mengurusi gunung. Aku diutus untuk engkau perintahkan apa saja yang engkau suka. Bila engkau suka, niscaya aku akan timpakan dua gunung Akhsyabain kepada mereka”

Tidak pernah Nabi SAW marah karena urusan pribadinya. Sampai malaikat-malaikat gunung di thoif bingung “mengapa ada orang sesabar itu?” darah sudah mengalir, malaikat gunung semuanya turun, meminta izin untuk menimpakan kepada musuh-musuh Allah SWT agar hangus, agar binasa, agar jadi rata semuanya.

Apa kata Nabi SAW ? Nabi SAW menjawab :

بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللهُ مِنْ أَصْلَابِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللهَ وَحْدَهُ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا

“Jangan wahai malaikat gunung, bahkan Aku sangat berharap semoga Allah melahirkan dari mereka orang-orang yang akan beribadah hanya kepada Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun”
(HR. Bukhari – Muslim)

Apa kata Nabi SAW “Jangan wahai malakul jibal (jangan dihancurkan mereka wahai malaikat-malaikat pemegang gunung, saya berharap kepada mereka atau anak cucu keturunan mereka beribadah sujud kepada Allah SWT. Itu Rasulullah SAW, akhirnya gunung-gunung berbicara“sungguh betul kata Allah SWT kamu ini manusia yang memiliki kasih sayang yang sangat agung kelembutan yang sangat luar biasa (Sholu ala Rasulullah SAW)”.  Jadi Nabi SAW tidak pernah marah dalam urusan pribadinya, beliau marah kalau haknya Allah SWT, jikalau Haknya Allah SWT tidak ada yang bisa mereda kemarahan Baginda kita Nabi Muhammad SAW.

Oleh karena itu Saudara-Saudari kalau kita belajar tentang menahan emosi, jangan marah, kita jangan lupa sebab-sebab agar kita bisa menguatkan diri kita agar tidak marah. Kata ulama yang pertama alhidzm, yang kedua attawadu, yang ketiga alhayya, yang keempat kafhul adha, yang kelima al basyasya fil wajah, agar kita itu bisa belajar menahan emosi, gak marah, milikilah :

1.       Al Hidzm yaitu sifat santun kepada semua orang, mau tua mau muda santun terhadap siapapun

2.       Attawadu yaitu Merendah diri

3.       Alhayya yaitu Mempunyai sifat malu

4.       Memaafkan semua orang

5.       Dan selalu senyum di muka/wajah

Ini belajar ilmu supaya tidak emosi. Kata ulama lain meredakan daripada emosi ada 2 yaitu

1.  Mani’ yaitu mencegah. Ada dua dari mencegah tersebut yang pertama anda ingat jika anda emosi akan mendatangkan mala petaka lebih banyak darpada mendatangkan keuntungan, yang kedua anda ingat tentang akhlaknya Rasulullah SAW.

2.  Rafi’ yaitu mengangkat penyakit tersebut saat itu juga dengan cara ia berpindah buru-buru dari tempat itu, dan baca audzubillahi minassyaiton nirrojim, lalu pindah dari tempat dia marah, jikalau ia berdia maka ia duduk, jikalau ia tidak punya wudhu maka buru-buru wudhu.

cara yang paling hebat yang paling kuat mengangkat sifat pemarah yaitu Satu Tauhiddul haqiqi ialah ia meyakini bahwa Allah SWT yang menakdirkan segala sesuatu (tidak ada yang ngasih manfaat, mudhorot, yang memberi, yang menahan kecuali Allah SWT, yakinkan maka Akan tenang. (mudah-mudahan kita jadi orang yang bisa menahan emosi, Aamiinn).

Dalam suatu hadits Baginda kita Nabi Muhammad SAW :

Nanti dihari kiamat, akan datang suatu suara yaitu seruan siapa orang-orang yang beriman yang pahalanya disimpan oleh Allah SWT, yang hanya Allah SWT yang tau “silahkan masuk syurga”, lalu semuanya diam, semuanya bingung “siapa nih yang pahalanya hanya Allah SWT yang tau? Siapa sih orang yang beriman yang pahalanya hanya Allah yang tau?” yaitu orang-orang yang selagi masih hidup didunia kerjaannya memaafkan kesalahan orang, maka mereka masuk syurga tanpa hisab (mudah-mudahan kita ada disitu, aamiinn).

Imam Fudhel Bin ‘Iyadh kalau dapat berita dari temannya “Imam Fudhel kata orang itu ente perampok, kata orang itu ente pendosa, kata orang itu ente tukang maksiat” maka beliau berkata “sungguh aku akan mereda emosi ku, aku tidak akan mengikuti bisikan iblis, yaa Allah jikalau ucapannya itu betul saya ini pendosa maka Faghfirli (ampuni dosa saya), jikalau ucapannya si fulan itu bohong, mengarang –ngarang maka ampunilah dosanya Yaa Allah. Tetapi maaf ente ucapin apapun ke ana, ana ga bakal marah, biarin dia mau ucapin apaan aja”. Itu imam Fudhel Bin ‘Iyadh.

Jadi saudara-saudari segala sesuatu harus dipelajari, mudah-mudahan kita menjadi orang yang bisa menahan emosi kita berkat duduk di mejelis ta’lim , duduk dimajelis Rasulullah SAW dan semoga Allah SWT ridho kepada kita semua, aamiinn Allahumma aamiinnn

Faquluuu jami’aaannn Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah…..  Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah….. Yaa Allah…..

Wal afwu minku

وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ