Makna Kalimat سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Senin, 22 April 2013
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
فَحَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Bercahaya, Yang Maha menerangi jiwa, Yang Maha menuntun sanubari hamba untuk menuju pada keluhuran, sehingga perlahan-lahan ia berpaling dari perbuatan hina untuk mencapai ridha Allah subhanahu wata’ala, untuk mencapai cinta Allah subhanahu wata’ala, untuk mencapai kasih sayang Allah subhanahu wata’ala, untuk mencapai pengampunan Allah subhanahu wata’ala, yang kesemua itu telah Allah subhanahu wata’ala rangkumkan pada sang pembawa rahmat bagi segenap alam semesta, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, makhluk yang paling bercahaya, yang cahayanya mengungguli seluruh makhluk Allah di alam semesta. Hadirin yang dimuliakan Allah Beberapa hadits yang telah kita baca dimana ketiga hadits tersebut berkaitan dengan pembahasan dalam kitab Ar Risaalah Al Jaami’ah. Diantara hadits tersebut menjelaskan bahwa ketika para kuffar quraisy memusuhi dan membenci Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka mereka tidak lagi menyebut nama beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dengan nama “Muhammad” namun menggantinya dengan nama “Mudzammam”, yang berarti orang yang tercela atau terhina, maka ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat kesedihan para sahabat akan hal tersebut, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
أَلَا تَعْجَبُونَ كَيْفَ يَصْرِفُ اللَّهُ عَنِّي شَتْمَ قُرَيْشٍ وَلَعْنَهُمْ يَشْتُمُوْنَ مُذَمَّمًا وَيَلْعَنُوْنَ مُذَمَّمًا وَأَنَا مُحَمَّدٌ “
Tidakkah kalian takjub bagaimana Allah menjauhkan dariku dari cacian Quraisy dan laknat dan cacian mereka, mereka mencaci dan melaknat Mudzammam (orang yang dicela), sedangkan aku adalah Muhammad (yang dipuji)”. Adapun hadits yang lain menjelaskan tentang kun-yah (julukan) beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dimana ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang berjalan di pasar tiba-tiba ada seseorang yang memanggil : “Wahai Aba Al Qasim”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun menoleh karena julukan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Abu Al Qasim, namun ternyata orang tersebut memanggil orang lain yang juga dijuluki Abyu Al Qasim karena mempunyai anak yang bernama Qasim dan bukan memanggil Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
سَمُّوْا باِسْمِي وَلاَ تَكْتَنُوْا بِكُنْيَتِي “
Berilah nama dengan namaku, tetapi janganlah kalian menggunakan kunyah (gelar) dengan gelarku”
Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani menjelaskan di dalam Fathul Bari Syarh Shahih Al Bukhari bahwa julukan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam (Abu Al Qasim) tidak boleh digunakan oleh orang lain, sebagaimana sebagian dari ulama’ berpendapat bahwa larangan tersebut hanya berlaku di masa hidup nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, namun setelah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam wafat maka boleh hukumnya seseorang bergelar dengan gelar Abu Al Qasim, dan sebagian ulama’ berpendapat bahwa larangan tersebut berlaku selamanya baik di masa hidup Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam atau setelah beliau wafat. Akan tetapi untuk pemberian nama maka sunnah hukumnya memberi nama dengan nama nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana perintah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, adapun nama beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sangat banyak jumlahnya dimana dalam setiap huruf hijaiyyah terdapat nama nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Disebutkan bahwa salah satu dari mukjizat nama nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa barangsiapa yang sulit untuk memiliki keturunan dan telah bertahun-tahun tidak juga memiliki keturunan dan ia ingin memiliki keturunan, maka ia bernadzar (berjanji) kepada Allah yaitu dengan nadzar jika ia memiliki keturunan anak lelaki maka anak itu akan diberi nama Muhammad, namun jika yang lahir wanita tentunya tidak diberi nama Muhammad, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda jika rahim wanita tersebut kering sekalipun, maka Allah subhanahu wata’ala akan menjadikannya subur hingga ia hamil, yang kemudian akan melahirkan bayi lelaki atau perempuan sesuai dengan kehendak Allah subhanahu wata’ala, dan jika yang lahir adalah lelaki maka berilah nama dengan nama Muhammad. Adapun yang meriwayatkan hadits tersebut adalah sayyidina Ali bin Abi Thalib, dan seorang yang meriwayatkan dari sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw adalah seorang yang juga belum memiliki keturunan dan ia sangat menginginkan keturunan, yang kemudian ia pun bernadzar jika ia memilki keturunan anak laki-laki maka ia akan dinamai dengan nama Muhammad, dan tidak lama kemudian istri nya pun hamil, setelah bayi itu lahir diberinya nama Muhammad. Hingga 7 anak laki-laki setelahnya ia beri nama dengan nama Muhammad. Juga disebutkan dalam riwayat yang masyhur bahwa orang yang mempunyai nama Muhammad akan disyafaati oleh nabi Muhamnmad shallallahu ‘alaihi wasallam selama ia beriman dan berada dalam Islam sehingga ia tidak akan mendapatkan siksa api neraka. Dan hal ini merupakan tanggung jawab berat bagi yang mengemban nama nabi pada dirinya, yaitu untuk membenahi dirinya menuju keluhuran. Padahal tidak seorang pun yang layak diberi nama dengan nama nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, namun karena keindahan budi pekerti sang nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memperbolehkan dan menganjurkan untuk menggunakan nama beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
Adapun hadits terakhir yang kita baca menjelaskan bahwa perumpamaan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan nabi-nabi sebelum beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah bagaika sebuah bangunan yang mewah dan indah, namun terdapat dinding dari bangunan tersebut yang belum dipasangi sebuah batu bata, sehingga orang-orang pun heran dan takjub seraya mengelilingi rumah tersebut dan mereka berkata alangkah sayangnya bangunan tersebut karena bagian dinding I tu belum disempurnakan, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa beliaulah yang menjadi penyempurna bangunan tersebut, yang disaat itu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam belum dibangkitkan dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah nabi yang terakhir.
Demikian indahnya rahasia kemuliaan budi pekerti sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang sebenarnya tidak seorang pun yang layak untuk memiliki nama Muhammad, karena nama ini adalah nama yang sangat mulia, namun beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan ummatnya untuk menggunakan nama dengan nama beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga hal itu menjadi sunnah hukumnya. Kemudian kita lanjutkan pembahasan tentang nama nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu huruf mim (م) adapun nama yang paling agung adalah محمد : Muhammad ( yang terpuji), saya berusaha untuk mencari dan mengetahui makna Muhammad secara mendalam hingga saya tanyakan hal tersebut kepada guru mulia Al Musnid Al Habib Umar bin Hafizh dan beliau berkata bahwa tidak ada seorang pun yang dapat merangkum rahasia keluasan samudera makna nama “Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam”, kecuali Allah subhanahu wata’ala.
Kemudian huruf Nun (ن), adapun ن adalah merupakan nama nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
ن وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ ، مَا أَنْتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِمَجْنُونٍ ( القلم : 1-2 )
“Nun, demi pena dan apa yang mereka tulis, berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukanlah orang gila”. (QS. Al Qalam : 1-2 )
Dimana menurut pendapat sebagian ulama’ mengatakan bahwa (ن) adalah nama nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, setelah memperhatikan ayat-ayat setelahnya. Begitu juga diantara nama nabi yang diawali dengan huruf Nun adalah نور : Nur (Cahaya), sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa Allah subhanahu wata’ala menciptakan alam semesta dari cahaya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan dalam firman Allah subhanahu wata’ala: نُورٌ عَلَى نُورٍ ( النور : 35 ) “Cahaya di atas cahaya”. ( QS. An Nuur: 35 )
Dalam tafsir Al Imam Thabari, Al Imam Qurthubi dan tafsir lainnya disebutkan bahwa cahaya tersebut adalah cahaya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang mengungguli cahaya para nabi dan rasul yang lainnya. Maka makhluk yang paling bercahaya adalah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana cahaya wajah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tidak hanya menerangi pandangan mata namun juga menerangi jiwa dengan munculnya tuntunan keinginan untuk berbuat luhur, sebagaimana ucapan sayyidina Abu Hurairah RA dalam beberapa riwayat , beliau berkata: يارسول الله إذا رأيناك رقت قلوبنا “ Wahai Rasulullah, jika kami memandang wajahmu…..
Sungguh beruntung mereka para sahabat yang menyaksikan keindahan wajah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat seorang sahabat dari kalangan Anshar berdoa : “Wahai Allah butakanlah mataku, aku tidak lagi ingin melihat setelah wafatnya nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam”, yang akhirnya ia pun buta, kemudian para sahabat radiyallahu ‘anhum mendatanginya dan ditanya mengapa ia menjadi buta, dan ia menjawab bahwa ia tidak ingin lagi melihat setelah wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, karena semua keindahan yang ada di dunia tidak menyamai keindahan wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana riwayat Shahih Al Bukhari bahwa sayyidina Anas bin Malik Ra berkata :
مَا رَأَيْنَا مَنْظَرًا كَانَ أَعْجَبَ إِلَيْنَا مِنْ وَجْهِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“ Kami tidak melihat pemandangan yang lebih menakjubkan bagi kami dari wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam” Diriwayatkan juga dalam Shahih Al Bukhari bahwa wajah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bagaikan bulan purnama, kemudian sayyidina Jabir bin Samurah berkata :
رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي لَيْلَةٍ إِضْحِيَانٍ وَعَلَيْهِ حُلَّةٌ حَمْرَاءُ ، قَالَ : فَجَعَلْتُ أَنْظُرُ إِلَيْهِ وَإِلَى الْقَمَرِ فَلَهُوَ أَحْسَنُ فِي عَيْنِي مِنَ الْقَمَرِ
“ Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di suatu malam yang terang dengan bulan purnama, dan nabi mengenakan pakaian berwarna merah, ia berkata : “ maka aku mulai memandang beliau dan memandang bulan purnama, maka sungguh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam lebih indah di mataku daripada bulan” Disebutkan dalam kitab Muhammad Insaan Kamil oleh As Sayyid Muhammad bin Alwy Al Maliki Ar, yang menjawab pertanyaan tentang keindahan wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam adalah makhluk yang paling indah, namun tidak seindah wajah nabi Yusuf As, karena dari keindahan wajah nabi Yusuf As kaum wanita mengiris jari-jari mereka ketika melihat ketampanan sayyidina Yusuf As, namun hal tersebut tidak pernah terjadi di masa nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka salah seorang sahabat berkata bahwa Allah subhanahu wata’ala menciptakan 10 keindahan pada diri sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, namun 9 bagian dari keindahan wajah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut belum ditampakkan dan hanya satu bagian yang ditampakkan, sebab jika kesemua ditampakkan maka orang yang memandang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak hanya akan mengiris jari-jarinya namun ia akan mengiris jantung tanpa ia sadari. Namun keindahan wajah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam akan berpijar dengan rupa yang sebenarnya kelak di hari kiamat, maka beruntunglah orang yang memandang wajah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam kelak di akhirat dan celakalah bagi yang tidak memandang beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam kepada sayyidah Aisyah Ra:
ياَ عَائِشَة اَلْوَيْلُ لِمَنْ لاَ يَرَانِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“ Wahai Aisyah, celaka bagi orang yang tidak melihatku di hari kiamat” Mereka adalah orang yang tidak mau bershalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian sayyidina Jibril As berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam riwayat Shahih Muslim:
ياَ رَسُوْلَ اللهِ شَقِيٌّ مِنْ أُمَّتِكَ مَنْ إِذَا ذُكِرْتَ عِنْدَهُ وَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ، قُلْ آمِيْنَ، فَقَالَ آمين
“ Wahai Rasulullah, celaka diantara ummatmu seseorang yang ketika engkau disebut disisinya, dan ia tidak bershalawat kepadamu, (Jibrl berkata) : ucapkanlah Amin, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan amin”. Terdapat dua golongan orang yang tidak bershalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu orang yang lupa bershalawat ketika mendengar nama nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam disebut, dan yang kedua adalah orang yang enggan dan tidak mau bershalawat ketika mendengar nama nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam disebut, dan golongan yang kedua inilah yang termasuk dalam ucapan malaikat Jibril yang kemudian diamini oleh sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Selanjutnya nam nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang diawali dengan huruf waw (و) diantaranya adalah واسط : Waashit (yang menjadi penengah), karena beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang yang selalu menjadi penengah, dan diantara maknanya adalah bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang diberi kekuasaan sebagai pemimpin di barat dan timur di dunia dan akhirat. Kemudian huruf Ha’ (هـ) yang diantara nama nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Haibah هيبة : Haibah ( Kewibawaan) dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling memiliki kewibawaan dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah makhluk Allah yang paling berwibawa, sehingga para sahabat ketika diantara mereka diminta untuk menggambarkan wajah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka berkata : “kami tidak dapat menggambarkan wajah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam karena kami tidak pernah menatap wajah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebab kami selalu menundukkan kepala ketika berada dihadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”.
Diriwayatkan di dalam Shahih Muslim, bahwa sayyidina Abu Hurairah berkata : “Tidak seorang pun dari kami yang mampu melihat wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika ayat turun kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam”. Dengan keberkahan dan kebangkitan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka saat ini tiada lagi perbudakan. Suatu ketika seorang hamba sahaya menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan ia pun gemetar ketika berhadapan dengan sayyidina Muhamad shallallahu ‘alaihi wasallam maka berkata : “janganlah engkau merasa takut dan bergetar ketika berada di hadapanku, dan jika engkau membutuhkanku maka panggillah akau maka akun akan mendatangimu”, demikian luhurnya budi pekerti nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang tidak ingin mengecewakan siapa pun, sehingga suatu waktu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dipanggil oleh orang yang fakir maka beliau segera memenuhi panggilan tersebut, dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
أَجِيبُوا الدَّاعِيَ، وَلا تَرُدُّوا الْهَدِيَّةَ، وَلا تَضْرِبُوا النَّاسَ أَوِ الْمُسْلِمِينَ
“ Penuhilah (datangi) undangan, dan janganlah menolak hadiah, dan janganlah memukul (menyakiti) manusia atau orang-orang muslim” Maka perkumpulan para pecinta nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan hati yang rindu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka hal itu adalah undangan perkumpulan oleh para pecinta sang nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersama beliau shallalahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana dikatakan oleh As Sayyid Al Maghfurlah Al Habib Abdul Qadir As Saqqaf bahwa maulid nabi adalah merupakan salah satu undangan perkumpulan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan kita ketahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memenuhi undangan orang yahudi dan nasrani, terlebih lagi jika undangan tersebut berasal dari orang-orang yang merindukan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Meskipun hal itu tidak terlihat oleh mata, namun beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab salam yang disampaikan kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga shalawat kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah merupakan rukun shalat dalam tasyahhud.
Selanjutnya huruf لا diantara nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah لامع : Laami’ (Yang berpijar). Sebagaimana ketika beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dilahirkan, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam langsung bersujud dan ibu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sayyidah Aminah melihat cahaya berpijar dari rahim beliau sehingga dengan cahaya tersebut beliau dapat melihat istana-istana Romawi yang disaat itu jarak dari Makkah adalah 3 bulan perjalanan lamanya. Cahaya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam membuat yang jauh menjadi dekat, dan cahaya tuntunan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mendekatkan hamba kepada Allah subhanahu wata’ala, Allah subhanahu wata’ala berfirman :
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ (البقرة : 186)
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. ( QS. Al Baqarah : 186)
Ketika seorang hamba memannggil atau menyeru Allah subahanahu wata’ala (berdoa), maka Allah menjawab panggilan tersebut namun jawaban Allah subhanahu wata’ala bukan dengan suara namun dengan limpahan anugerah yang diberikan kepada hamba yang menyeruNya. Dan Allah subhanahu wata’ala menjadikan magnet pendekat untuk mendekatkan hamba kepada Allah subhanahu wata’ala, agar mencintai Allah subhanahu wata’ala dengan setiggi-tingginya, beliau adalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian huruf hamzah (أ) diantaranya adalah أ حمد : Ahmad (Saya memuji), sebagaimana disebutkan dalam hadits bahwa nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Muhammad di alam dunia dan Ahmad di akhirat Selanjutnya nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang berawal dengan huruf Ya’ (ي), yang diantara nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah يس : Yaasin .
Hadirin yang dimulikan Allah Kita telah selesai dari pembahasan nama-nama nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, insyallah pembahasan kitab Ar Risaalah Al Jaami’ah akan kita lanjutkan pada majelis yang akan datang. Kemudian hal ingin saya sampaikan adalah tentang sebuah kisah antara Syekh Ibrahim bin Adham dan seorang pemuda yang sedang dalam kegundahan, maka ketika ia melihat pemuda yang dalam kegundahan dan kesedihan, maka ia berkata kepada pemuda tersebut : “Wahai anak muda, aku ingin bertanya kepadamu akan 3 hal, jika engkau menjawabnya semoga hal ini dapat meringankan kegundahanmu, maka Syaikh Ibrahim berkata : “Apakah kegundahanmu ini menambah rizkimu?” pemuda tersebut menjawab : “Tidak”, lalu Ibrahim bin Adham bertanya : “Apakah kegundahan ini akan menambah usiamu?”, pemuda itu menjawab : “Tidak”, Ibrahim bin Adham kembali bertanya : “Apakah kegundahanmu ini dapat merubah ketentuan Allah subhnahu wata’ala?”, ia menjawab : “Tidak”, kemudian Ibrahim bin Adham berkata : “Lalu untuk apa kegundahanmu ini?”. Saya mohon doa karena selesai majelis ini saya akan menuju ke bandara untuk berangkat ke Yaman dan menghadap guru mulia Al Habib Umar bin Hafizh.
Selanjutnya kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala, semoga kita diluaskan rizki zhahir dan bathin di dunia dan akhirat, dan semoga dipanjangkan usia kita dalam keluhuran dan dalam limpahan rahmat dan ‘afiyah, seomoga Allah subhanahu wata’ala merubah kesediahan dan kegundahan menjadi ketenangan dan kesejahteraan, menggantikan musibah menjadi anugerah, merubah segala kesulitan menjadi kemudahan, amin allahumma amin.
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا …
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله…يَا الله… ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم …لاَإلهَ إلَّاالله…لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ…لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ…لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ…مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ