Makna Kalimat Rukun dalam Rukun Islam
Senin, 3 Juni 2013
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : بُنِيَ الإسلامُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةِ أنْ لاَ إله إلاَّ اللهُ ، وأنَّ مُحَمَّداً رَسُولُ اللهِ ، وإقَامِ الصَّلاةِ ، وإيتَاءِ الزَّكَاةِ ، وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ ( صحيح البخاري )
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
فَحَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.,
Ketahuilah bahwa cahaya limpahan hidayah tiada akan pernah berhenti berpijar dari zaman ke zaman hingga zaman berakhir, yang dibawa oleh para nabi dan rasul sampai kepada akhir para nabi dan rasul untuk disebarkan di segala penjuru barat dan timur, sayyidina Muhamamd shallallahu ‘alaihi wasallam, petunjuk terluhur untuk mendapatkan mutiara kebahagiaan hidup di dunia yang fana dan di akhirat yang kekal dan abadi, yang hal itu tersimpan di dalam tuntunan luhur sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang diizinkan oleh Allah subahanahu wata’ala untuk menyeru jiwa hamba-hamba agar tergerak untuk menuju keluhuran, tergerak untuk menuju kemuliaan, tergerak untuk meninggalkan kehinaan, tergerak untuk meninggalkan dosa dan kesedihan, serta bergembira dan bersyukur atas kenikmatan yang telah dilimpahkan oleh Allah kepadanya, yang dengan hal itu Allah subhanahu wata’ala akan melipatgandakan kenikmatan yang lebih lagi kepadanya, dan meninggikan derajat mereka untuk terus menaiki tangga-tangga keluhuran Ilahi, menuju cinta Allah, menuju ridha Allah, dengan diberi musibah dan dilimpahi kenikmatan, dimana Allah subhanahu wata’ala ingin menguji kadar keimanan mereka disaat dilimpahi kenikmatan dan di saat diberi musibah, yang kesemua itu senantiasa terjadi dalam setiap detik kehidupan manusia, dan setiap lintasan pemikiran manusia tidak akan dilupakan atau terlewatkan dari pengetahuan Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana firmanNya:
اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ( البقرة : 255 )
“ Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur”. ( QS. Al Baqarah : 255 )
Allah subhanahu wata’ala Maha mengetahui apa yang manusia fikirkan, apa yang sedang diniatkan dan yang diinginkan atau yang tidak diinginkan, Maha mengetahui hal-hal yang membuat mereka risau dan gembira, sungguh kesemua itu dilihat oleh Allah subhanahu wata’ala dalam setiap waktu, dan tidak ada sesuatu apa pun yang terlepas dari pengetahuan dan penglihatan Allah subhnahu wata’ala. Allah Maha Melihat, tidak hanya sesuatu yang tampak dalam diri manusia, namun penglihatan Allah subhanahu wata’ala menembus bathin dan pemikiran manusia yang tidak terlihat oleh mata. Allah subhanahu wata’ala Maha melihat namun tidak membutuhkan mata, Allah Maha mendengar namun tidak membutuhkan telinga, Allah Maha mampu melakukan segala sesuatu namun tanpa membutuhkan jasad, dan Allah Maha berkuasa namun tidak membutuhkan tempat atau singgasana.
Allah subhanahu wata’ala telah menghamparkan alam semesta dari tiada, yang kemudian terciptalah begitu banyak planet-planet yang beredar sesuai dengan peraturannya masing-masing, yang kesemuanya diatur oleh Sang Maha Tunggal dan Maha Abadi, Yang akan mengakhiri alam semesta ini dengan hari kiamat, dimana ketika itu tiada lagi dari umat ini yang menyebut nama Allah subhanahu wata’ala. Sungguh nama “Allah” yang keluar dari lisan seseorang jauh lebih dihargai oleh Allah subhanahu wata’ala daripada seluruh alam semesta, sehingga ketika nama itu tiada lagi disebut oleh umat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka diterbitkanlah matahari dari arah barat sehingga hancurlah seluruh alam semesta. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى لَايُقَالَ فِى الْأَرْضِ الله الله
“ Tidak akan terjadi hari kiamat hingga tidak lagi diucapkan di muka bumi “Allah Allah”
Dan dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ عَلَى رَجُلٍ يَقُوْلُ لَا إِلهَ إِلَّا الله
“ Kiamat tidak akan terjadi / menimpa seseorang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah ” Maka sungguh beruntung seseorang yang hadir di mejelis-majelis dzikir yang didalamnya disebut nama Allah subhanahu wata’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إِنَّ للّهِ تِسْعَةَ وِتِسْعِينَ اسْمًا مَنْ حَفِظَها دَخَلَ الجَنَّةَ
“ Sesungguhnya Allah mempunyai 99 nama, barangsiapa yang menghafalnya ia akan masuk surga”.
Begitu mudah untuk masuk surga yaitu hanya dengan menghafal nama Allah subhanahu wata’ala. Karena seseorang yang menghafal nama-nama Allah subhanahu wata’ala maka jiwa dan sanubarinya disinari oleh cahaya nama-nama Allah subhanahu wata’ala yang ada dalam diri dan ingatannya, hingga ia senantiasa berfikir tentang kemuliaan dan selalu ingin menjauh dari perbuatan hina dan senantiasa ingin melakukan perbuatan yang mulia, dimana ia akan merasa mudah untuk melakukan hal-hal yang mulia dan merasa bosan dan kesal dalam berbuat kehinaan karena jiwanya telah dipenuhi dengan cahaya hidayah, yang demikian itu terbit dalam jutaan sanubari yang bersumber dari satu makhluk mulia yang telah menyeru manusia ke jalan Allah subhanahu wata’ala, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang telah difirmankan Allah subhanahu wata’ala :
وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا ( الأحزاب : 46 )
“Dan untuk menjadi penyeru kepada (Agama) Allah dengan izinNya dan untuk menjadi cahaya yang menerangi”. ( QS. Al Ahzab : 46 )
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Shahib Al Isra’ dan Al Mi’raj, Shahib Al Haramain, Shahih Al Aqsha, pemimpin para makhluk terdahulu dan pemimpin para makhluk yang terakhir, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Hadirin yang dimuliakan Allah Kita telah membaca hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Shahih Al Bukhari, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits tersebut menjelaskan tentang hal-hal yang menjadikan tegaknya Islam yaitu terdapat 5 hal, yang dikenal dengan Rukun Islam. Dimana terdapat lebih dari 13 riwayat Shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim yang menjelaskan tentang Rukun Islam, namun diantara riwayat-riwayat tersebut berbeda redaksi, sebagian mendahulukan puasa ramadhan daripada ibadah haji, dan sebagian yang lain sebaliknya. Dan hadits ini berkaitan dengan pembahasan kita dalam kitab Ar Risalah Al Jami’ah yaitu tentang Rukun Islam.
Sebelum kita memahami makna Rukun Islam, maka selayaknya kita memahami arti dari kata “Rukun” dan arti dari kata “Islam”. Kata “Islam” secara bahasa berarti “Al Istislam” yaitu pasrah diri, adapun secara istilah bermakna pasrah diri terhadap hukum syariat Islam yang telah dibawa dan dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam serta mengamalkannya. Maka tidak cukup hanya dengan mengakui atau mengimani saja, namun harus diamalkan.
Jika seseorang mengakui hukum-hukum syariat seperti wajibnya melakukan shalat, puasa, zakat dan lainnya namun ia tidak mengamalkannya maka ia bukanlah seorang muslim yang sejati dan bukan berarti ia seorang kafir, akan tetapi orang yang demikian dapat dihukumi murtad atau seorang yang telah melakukan dosa-dosa besar. Sedangkan kata “Rukun” secara bahasa berarti suatu sisi yang kuat untuk dijadikan sebagai pegangan, adapun secara istilah yaitu bagian dari sesuatu yang mana suatu perbuatan tidak akan sempurna kecuali dengan hal tersebut. Sehingga tidak sempurna islam seseorang kecuali dengan ia melakukan shalat, tidak sempurna islam seseorang kecuali dengan melakukan puasa Ramadhan, tidak sempurna islam seseorang kecuali dengan menunaikan zakat, dan tidak sempurna islam seseorang kecuali dengan menunaikan ibadah haji bagi yang mampu. Adapun permulaan islam adalah syahadah yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bersaksi bahwa nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah utusan Allah subhanahu wata’ala.
Kemudian yang kedua adalah shalat, dan ketiga adalah zakat, dan keempat adalah puasa bulan Ramadhan dan yang kelima adalah menunaikan ibadah haji bagi yang mampu, demikian urutan rukun Islam yang terdapat dalam banyak riwayat shahih, yaitu mendahulukan puasa Ramadhan daripada haji, karena ibadah haji adalah ibadah yang paling berat diantara semua rukun Islam, dan yang paling ringan adalah syahadat. Adapun syahadat jika tidak dilafadzkan maka sah keislaman seseorang di sisi Allah subhanahu wata’ala, namun belum sah di hadapan muslimin yang lainnya. Maka seseorang non muslim yang ingin dikatakan sebagai seorang muslim hendaklah ia mengucapkan syahadat dengan secara lisan dan tidak cukup hanya dengan hati saja. Namun banyak orang yang wafat dalam keadaan Islam namun ia dimakamkan dengan cara non muslim, dimana hatinya telah beriman bahwa tiada tuhan selain Allah subhanahu wata’ala dan beriman bahwa nabi Muhammad utusan Allah subhanahu wata’ala, namun ia belum mengucapkan syahadat secara lisan sehingga dalam pandangan orang lain ia wafat dalam keadaan bukan muslim, namun hakikatnya ia digolongkan ke dalam kelompok kaum muslimin. Dan sebaliknya banyak orang yang mengucapkan syahadat dengan lisan mereka namun hatinya megingkari makna syahadat, maka mereka tidaklah termasuk ke dalam kelompok orang-orang kafir akan tetapi mereka termasuk orang-orang yang munafik, wal ‘iyadzubillah. Pembahasan berikutnya insyaallah akan kita lanjutkan di majelis yang akan datang.
Kemudian saya menghimbau bagi para jamaah yang ingin mendapatkan pahala agung di bulan Ramadhan untuk mengambil jadwal majelis karena di bulan Ramadhan majelis akan tetap berlangsung hingga di malam hari takbiran Idul Fitri, maka bagi yang berkesempatan dan bisa hadir supaya hadir, daripada waktu sehabis shalat tarawih terlewatkan begitu saja maka alangkah baiknya jika kita jadikan untuk menghadiri majelis. Karena jadwal majelis luar kota akan saya alihkan ke bulan Ramadhan jika jadwal majelis di Jakarta banyak yang kosong. Kemudian dalam beberapa hari lagi kita akan sampai pada acara akbar Isra’ Mi’raj nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka saya harap para jamaah lebih bersemangat untuk membantu kesuksesan acara tersebut, sebagaimana yang saya sampaikan bahwa kali ini insyallah kita tidak akan meminta bantuan dari para pejabat atau para elite politik, namun kita akan berusaha mandiri dengan dana dari diri kita sendiri untuk event-event akbar seperti Isra’ Mi’raj, Nisf Sya’ban dan Haul Ahlul Badr insyallah, namun demikian kita tetap menghargai dan menghormati para pejabat dan para elite politik.
Semoga Allah subhanahu wata’ala melimpahkan anugerah seluas-luasnya bagi kita, dan Allah subhanahu wata’ala tidak akan merubah keadaan suatu kaum jika mereka tidak merubah diri mereka sendiri, jika kita muali berubah dari diri kita maka Allah subhanahu wata’ala yang akan melimpahkan anugerahNya seluas-luasnya kepada kita, demikian yang ingin saya sampaikan. Selanjutnya kita akan bersalam kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian kita akan melakukan shalat ghaib bagi yang telah wafat yang akan dipimpin oleh Al Habib Hud bin Bagir Al Atthas sekaligus pengucapan kalimat talqin, yatafaddhal masykura.