Tidak diwajibkan untuk mencintai secara mutlak kecuali Allah dengan DzatNya

JALSATUL ISTANAIN MAJELIS RASULULLLAH SAW

RISALATUL JAMIAH

SENIN, 07 MARET 2016  

HABIB JA’FAR BIN BAGHIR ALATHOS

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Kita ucapkan selamat datang kepada dewan syuro’ kita AlHabibil Mahbub AlFadhil AlHabib Muchsin Bin Idrus AlHamid mata’anallahi wa iyyakum bitulih hayati wa nafa’anallah wa iiyakum bii ulumih fiddarain mudah-mudahan Allah Angkat derajat beliau, sehatkan badan beliau, murahkan rezeqi beliau diberkahkan oleh Allah SWT dunia dan akhiratnya (aamiinnnn yaa Robbal ‘alamiinnn), guru-guru kita AlHabib Alwi Bin Abdurahman AlHabsyi, juga Habib Muhammad Albaghir Bin Alwi Bin Yahya, wal Habib Ramzi Bin Fuad Bin Abdurahman Bin Ali AlMusawa, wal Habib Muhammad Alaydrus, dan lain-lainnya yang kita tidak sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa ta’dzim dan hormat kita kepada beliau-beliau semuanya, dan mudah-mudahan kita semua yang hadir yang laki maupun yang perempuan, yang tua maupun yang muda juga anak-anak, semuanya yang datang yang kita hadirkan dalam hati kita yang kita niatkan didalam sanubari kita dari kelurga kita, kerabat kita, tetangga kita, ummat Nabi Besar Muhammad SAW dimanapun berada dan para hadirin yang menonton dari streaming website Majelis Rasulullah SAW (www.majelisrasulullah.org) dimanapun berada mudah-mudahan Allah selalu berikan curahan terbesar yang turun didalam majelis kita ini dari rahmatnya, dari maghfirahnya, dari hidayahnya, dari taufiqnya (aamiinn aamiinnn aamiinn yaa Robbal’alamiinn).

Sebagaimana biasa untuk mempersingkat waktu kita baca pengajian kita didalam kitab Risalatul Jami’ah yang dikarang oleh AlHabib AlImam Ahmad Bin Zain AlHabsyi. Sebelumnya kita baca do’a daripada AlHabib Abdullah Bin Alwi Alhaddad:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

نَوَيْتُ التَّعَلُّمَ وَالتَّعْلِيْمَ، وَالنَّفْعَ وَالاِنْتِفَاعَ، وَالْمُذَاكِرَةَ وَالتَّذْكِيْرَ،
وَالإِفَادَةَ وَالاِسْتِفَادَةَ، وِالْحِثُّ عَلَى تَمَسُّكِ بِكِتَابِ الله،
وَبِسُنَّةِ رَسُوْلِ الله صلى الله عليه وسلَّم،
وَالدُّعَاءَ إِلَى الْهُدَى، وَالدِّلالَةَ عَلَى الْخَيْرِ،
اِبْتِغَاءَ وَجْهِ الله وَمَرْضَاتِهِ وَقُرْبِهِ وَثَوَابِهِ
سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي اَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِ

 

وَالرِّضا عَنِ اللهِ وَالتَّوَ كُّلُ عَلَيْهِ ، وَغيرُ ذَلِكَ مِنَ الْوَا جِبَاتِ الْقَلْبِيَّةِ الْمُجِيَةِ

Ridho terhadap Allah dan Tawakkal kepadaNya, dan selain itu semua dari kewajiban-kewajiban hati yang merupakan penyelamat.

 

Hadirin-hadirat Rahimakumullah, beberapa minggu yang lalu kita telah membahas didalam makna cinta kepada Allah SWT yang merupakan satu-satunya secara mutlak yang wajib dengan DzatNya kita Cintai, tidak ada satpun selainNya yang diwajibkan untuk kita mencintainya secara mutlak, adapun kepada makhlukNya, maknanya Majas, adapun untuk Allah SWT adalah cinta yang mutlak, yang dikatakan oleh Imam AlGhozali :

“Tidak diwajibkan untuk mencintai secara mutlak kecuali Allah dengan DzatNya”

Kemudian kita ketahui bahwa yang paling mudah yang paling ringan yang paling gampang jalan menuju Allah SWT melalui pintu-pintunya Allah yang besar adalah baginda Rasulullah SAW, tidak ada makhluk yang dapet cinta kepada Allah SWT melainkan melalui pintunya Rasulullah SAW, sebagaimana Sayyidina Ka’ab Bin Ashrash ketika beliau masuk Islam beliau mengatakan “Nahnu Assyadukum hubban Lillah” (kami orang-orang yang paling cinta sama Allah SWT), kemudian Allah turunkan kepada Rasulullah SAW ayat yang sering kita dengar :

 

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS : Al Imran Ayat 31)

 Yang dikatakan oleh Habib Ahmad bin Umar Bin Smith “yudrik mahabbahkallahi bii tho’atih, waa mahabbahka bii Rasullih bii mutaba’atih wa mahabbatah auliyaih bii khidmatih” (kalian akan dapatkan, gapai cinta Allah Dengan ta’at kepada Allah SWT) yang kemarin sudah kita bahas “man arakallahu aththo’ah, waa man arakallahu ahabbah, wa man ahabbahu atho’ah” (buah daripada cinta adalah ketaatan kepada Allah SWT dan cinta itu dasarnya dari ma’rifah, dari pengenalan terhadap Allah SWT, dan pengenalan terhadap Allah SWT didasari dengan tau diri kita sendiri dulu “laa ya’rifillah waa lam yan thasifh bii nafhshih” (tidak akan mengenal Allah SWT orang-orang yang belum sadar dengan dirinya sendiri), kalau kita belum sadar dengan kenikmatan Allah begitu besar didalam diri kita, kita tidak pernah berfikir apa yang Allah berikan didalam diri kita , kita tidak mau tau tentang keadaan diri kita, maka jauh kita dari mengenal Allah SWT (mudah-mudahan Allah berikan pengenalanNya didalam diri kita semuanya, bersandar lagi kepada hidayah dan taufiq dari Allah SWT, apabila Allah SWT inginkan hambanya diberikan hidayah oleh Allah SWT “man yuriddillahu khoiron yahdi ghalbah” (siapa orang yang Allah inginkan kebaikan kepadanya Allah akan berikan hidayah kedalam hatinya).

أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِنْ رَبِّهِ ۚ فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

Artinya : “Maka apakah orang-orang yang dibukakan oleh Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Rabb-nya (sama dengan orang yang hatinya keras)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang hatinya keras untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata (QS : Az-Zumar Ayat 22)

 (orang-orang yang Allah lapangkan dadanya dalam keislaman mereka akan berjalan diatas cahaya Allah SWT).

Kemarin kita sudah katakan bahwa jalan untuk menuju yang paling mudah dengan cinta kepada Allah SWT, cinta dengan jalan yang paling cepet sampaikan kita kepada Allah dengan orang-orangnya. Makanya didalam Do’a Nabi SAW yang kemarin kita utarakan :

اَللَّهُمَّ اِنِّي أَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ، وَحُبَّ كُلِّ عَمَلٍ يُوْصِلُنِي اِلَى قُرْبِكَ

Artinya : “Yaa Allah berikanlah Aku cinta-Mu dan cinta orang-orang yang mencintai-MU dan cinta amal yang membawaku ke samping-Mu”

Lebih gampang masuk kedalam mahabbatullah dengan orang-orang yang dicintai oleh Allah SWT, kemarin sudah kita katakan Syech Imam Muhammad Al Harits mengatakan “kalian akan capek didalam beribadah, patah-patah mungkin puluhan tahun, mungkin ratusan tahun untuk mengejar cinta Allah SWT, tidak bisa didapatkan, sulit untuk mendapatkannya, tetapi dengan cinta kepada orang-orang yang cinta Allah SWT, sesaat engkau akan sampai kepada Allah SWT”, sesaat ! yang kemarin kita katakan cinta Habib Umar bin Abdurahman Alathos kepada Syech Ali Barrash “yaa Ali Barash launadzraa ahlul amt, bimaa nadzartu ilain, ilaina la ‘ausholtuhum ilallahi fii lahdhoh” (wahai Ali Barrash kalau seandainya penduduk Amt ini (penduduk wadi’ Amt, negeri di Hadromaut dinamakan wadi’ Amt) mereka memandang diriku sebagaimana engkau memandang kepadaku, niscaya aku akan sampaikan mereka kepada Allah SWT dengan sesaat), pandangan Ali Barrash cinta hebat kepada Sayyidina Umar Bin Abdurahman Alathos, begitu juga kepada Auliya Sholihin, para muqarrabin disisi Allah SWT mereka Ahlul Amanah kepada Allah SWT mereka akan berikan cintanya kepada orang-orang yang benar-benar mencintainya karena Allah SWT. (mudah-mudahan kita termasuk orang –orang yang mencintai para sholihin, para muqarrabin, para orang-orang yang besar disisi Allah SWT) amiinn yaa Robbal’alamiinn.

Sayyidina Imam Syafi’i mengatakan:

أحب الصالحين و لست منهم * لعل أن أنال بهم شفاعة

و أكره من تجارتهم معاصى * و إن كنا سويا في البضاعة

 

Aku cinta orang-orang shaleh, sedangkan aku bukanlah bagian dari mereka, namun semoga dengan orang-orang shaleh tersebut aku mendapatkan syafa’at, dan aku benci orang-orang yang kerjaannya maksiat walaupun sama itu kerjaan dengan apa yang aku kerjakan

 

Sayyidina Ahmad bin Hambal ketika mendengar hal tersebut, di jawab oleh beliau :

تحب الصالحين وانت منـهم * ومنكم سوف يلقون الشفاعة

 

Aduhai engkau (wahai Imam al-Syafi’i) cinta orang-orang shalih sedangkan engkau bagian dari orang-orang shaleh, dan dari kalian semua akan di peroleh syafa’at

 

وتكره من تجارته المعاصي * وقــاك الله من شر البضاعة

 

dan kau benci kepada orang-orang yang kerjaannya maksiat, Allah telah menjaga mu daripada kerjaan tersebut.

 Mudah-mudahan kita juga sama dengan orang-orang yang mencintai orang-orang sholeh (amiinn).

Paling disenengin kata Sayyidina Annas Ibn Malik para sahabat dan abu Hurairah mengatakan “tidak ada hadits yang paling kami senang, yang paling kami suka melaikan perkataan Rasulullah SAW kepada Baduwi أنت مع من أحببت(engkau bersama dengan orang yang engkau cintai).

عن أنس بن مالك : أن أعرابيا قال لرسول الله صلى الله عليه و سلم متى الساعة ؟ قال له رسول الله صلى الله عليه و سلم ما أعددت لها ؟ قال حب الله ورسوله قال أنت مع من أحببت

Artinya : “Dari Anas bin Malik : bahwa seorang arab baduwi bertanya kepada Rosulullah -sholallahu ‘alaihi wasallam- tentang kapan kiamat terjadi? berkata kepadanya Rosulullah -sholallahu ‘alaihi wasallam- : apakah yang telah engkau siapkan untuknya ? baduwi itu berkata : cinta Allah dan RosulNya. beliau bersabda : engkau bersama yang engkau cintai.” (HR Muslim)

ketika dia bertanya kepada Rasul SAW  متى الساعة ؟  (kapan kiamat wahai Rasulullah SAW), kata Rasulullah SAW kepadanya, beliau menjawab ما أعددت لها ؟ (apa yang kau persiapkan untuk hari kiamat tersebut?). “wahai Rasulullah SAW, aku tidak mempersiapkannya dengan banyak puasa, dengan banyak sholat, حب الله ورسوله (akan tetapi aku cinta kepada Allah SWT dan RasulNya), kata Rasulullah SAW أنت مع من أحببت (engkau bersama dengan orang yang engkau cintai). Mudah-mudahan kita bersama orang-orang yang kita cintai, didunia, di alam barzakh, di alam mahsyar bersama dengan mereka masuk kedalam syurganya Allah SWT, aamiinnn aamiinnn aamiinnn yaa Robbal ‘alamiinn

وَالرِّضا عَنِ اللهِ وَالتَّوَ كُّلُ عَلَيْهِ

Ridho terhadap Allah dan Tawakkal kepadaNya

Ridho dari Allah SWT dengan takbirnya, dengan ketetapannya Allah SWT baik dan buruknya, kita ridho dengan Allah SWT, kaya tadi kita dengerin dari qasidahnya AlHabib Abdullah Bin Alwi Alhaddad.

Waa in tardho bil maghshum ishta muna aman, wa illam takun tardho ishta fii hadzan

kalau engkau ridho dengan yang dibagikan oleh Allah SWT, engkau akan hidup dengan penuh kenikmatan,  kalau engkau tidak ridho engkau akan hidup dengan keadaan sedih dan sulit .

Makanya didalam hadits Qudsi Allah SWT :

“Aku mengatur segalanya, aku mengukur dengan takdirku semuanya dan aku mengindahkan semua ciptaanku, maka bagi yang ridho dia akan dapatkan keridhoan dari aku sampai dia berjumpa kepada Ku, siapa yang dia tidak suka kepada takdir dan segala yang ku berikan, maka baginya kebencianku sampai dia bertemu dengan Aku”

Dalam Riwayat Imam Tirmidzi juga dikatakan :

إنَّ عِظم الجزاء من عظم البلاء ، وإنَّ الله عز وجل إذا أحب قوماً ابتلاهم ، فمن رضي فله الرضا ، ومن سخط فله السخط ” رواه الترمذي 2396 وابن ماجه  4031

“Sesungguh agungnya balasan dari besarnya ujian dari Allah SWT. Dan sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla ketika mencintai suatu kaum, maka Dia akan diujinya. Barangsiapa yang Ridho, maka dia mendapatkan keRidhoan Dari Allah SWT. Barangsiapa yang benci/murka, maka dia baginyalah kebencian/kemurkaan dari Allah SWT. HR. Tirmizi, 2396 dan Ibnu Majah, 4031 dan dishohehkan oleh Al-Albany.

Dalam hadits riwayat lain :

مَنْ لَمْ يَرْضَ بِقَضَائِي ، وَلَمْ يَصْبِرْ عَلَى بَلائِي ، فَلْيَلْتَمِسْ رَبًّا سِوَاي .

Siapa saja yang tidak rela menerima ketetapan-Ku (takdir-Ku) dan tidak sabar menghadapi ujian-ujian-Ku kepada dirinya, silahkan dia mencari Tuhan selain Aku. [HR. Ath-Thabrani dan Ibnu ‘Asakir]

 

Siapa orang yang tidak merasa syukur dengan yang Ku berikan, dia tidak sabar dengan segala ujian yang ku berikan, dan dia tidak ridho dengan ketetapan yang aku berikan, maka silahkan dia mencari Tuhan selain diriku. (Nauzdubillahi min dzalik)

Makanya ridho ini tingkatan tertinggi dari magamatul yakin, dikatakan oleh imam albushairi ada 10 tingkatan yang dikenal dengan ahlu maghamil ashril kedudukam orang-orang yang punya kedudukan 10 tingkat didalam keyakinan kepada Allah SWT, yang diawali dengan taubah yang di akhiri dengan ridho, nah ridho ini terakhir magham yang tertinggu dari keyakinan kepada Allah SWT, kita mau bicara taubah tertingginya ridho, kita mau bicara syukur tertingginya ridho, kita mau bicara sabar tertingginya ridho, kita mau bicara wara’ tertingginya ridho, kita mau bicara zuhud tertingginya ridho, kita mau bicara ikhlas tertingginya ridho, kita mau bicara mahabbah tertingginya ridho, kita mau bicara tawakkal tertingginya ridho, ridho yang terakhir daripada tingkatan keyakinan kepada Allah SWT, kemarin yang dikatakan tingkatan tertinggi dari cinta, dia akan rasakan manisnya iman ketikan dia ridho, dikatakan dalam definisi tidak adanya kegelisahan dan kebimbangan, orang yang ridho tidak ada gelisah dan bimbang, dengan segala apapun yang terjadi didalam dirinya, didalam kehidupannya, didalam ilmu tasawwuf dikatakan yaitu senangnya hati ketika pahit keputusan Allah SWT untuknya (laa ilahailallah) dia jalaninnya dengan kesenangan. (sulit ini untuk kita nih, kita bisa berontak-berontak kita, jangankan yang ujian yang berat-berat, sakit  sedikit aja bukan sakit yang besar-besar bukan jantung bukan apa-apa tetapi hanya bisul, sakit gigi aja bisa berubah-berubah kita itu, pikiran kita kemana aja, hati kita kemana –kemana sudah tidak bisa seimbang, itu baru sedikit saja dengan pahitnya dari ujian yang Allah berikan untuk kita.

Dikatakan dalam kitab :

“kebersihan hati menerima apa segala musibah yang dia dapatkan, dan yang hilang darinya, tanpa ada perubahan dirinya, sikapnya, kebiasannya, ibadahnya, mu’amallahnya, begituuu saja tidak berubah sama sekali dengan apapun yang terjadi pada dirinya, dari musibah yang Allah letakkin kepada dirinya, apapun yang hilang dari dirinya, baik itu anak, baik itu harta, baik itu jabatan, baik itu segalanya kenikmatan ketika hilang dia tidak berubah sama sekali kepada Allah SWT, itu Ridho” (kita bisa ngucapin doang nih, mudah-mudahan Allah berikan hidayah untuk kita semuanya, diberikan taufiq oleh Allah SWT untuk sampai kepada tingkatan-tingkatan yang diberikan oleh Allah SWT kepada hamba-hambanya yang khusus dalam hadratnya Allah SWT min ahlil Ridho. amiinn yaa Rabbal ‘alamiinn).

Waa tawakkul

“dan bertawakkal”

Allah katakan “hendaklah orang-orang yang beriman bertawakkal kepada Allah SWT, bersandar kepada Allah SWT, percaya kepada Allah SWT, menyerahkan segala urusannya kepada Allah SWT, tidak melakukan segala sesuatu kecuali dia sudah istikharah dengan Allah SWT, dia minta pentunjuk dari Allah SWT, dia minta isyarah dari Allah SWT”. itu orang-orang dekat dengan Allah SWT, tidak mengerjakan sesuatu kecuali dengan isyarah dari Allah SWT dan izin dari Allah SWT yang didapatkan dari bisyarah-bisyarah mereka didalam alam mimpinya diberikan oleh Allah SWT melalui kekasih-kekasihnya, atau melalui Rasulullah SAW. Kata Rasululah SAW “tidak ada lagi namanya kenabian kecuali kabar-kabar gembira yang diberikan oleh Allah SWT kepada hamba-hambanya yang beriman, dan bertawakkal kepada Allah SWT”. Dalam pendapatnya imam Nawawi juga mengatakan “yakin dengan Allah tidak terlalu pusingin dengan apa yang ada di tangan manusia”. Itu makna tawakkal kepada Allah SWT, berat. Kata Sayyidina Imam Sulaiman Addarani, Abdrurahman bin Ahmad Addarani mengatakan kepada Imam Ahmad Ibn Abil Hawari mengatakan “aku disemua kedudukan aku yakin dapatin bagiannya, kecuali ini sifat tawakkal nih, sifat tawakkal ini aku belum cium baunya belum cium aromanya tawakkal kepada Allah SWT” (apa lagi kita ? laa ila hailallah).

Imam Ahmad bin Zein Alhabsyi dikatakan dalam kitab Syar’ul Aini:

“Menyandarkan segala urusan kita dengan Allah SWT, mengantungkannya dalam segala posisi kita, keadaan kita kepada Allah SWT , dengan menjalankan apa yang Allah wajibakan kepada kita dengan adabnya, dan menjalankan mengikuti Nabi SAW dengan segala sunnah-sunnahnya, dan menjalankan hukum yang diwajibkan oleh Allah SWT”. Itu berat.

Maka beliau mengatakan Imam Junaid:

“ilmu tentang pembahasan tawakkal ini dan posisi orang-orangnya keadaan orang-orangnya, seperti posisi lautan yang saling menampar gelombangnya”. Berat sekali.

“Awalnya itu benar-benar yakin dengan ke Esaan Allah SWT, puncaknya mengosongkan diri dari segala keinginan dalam ke Esaan Allah SWT, penunggalan Allah SWT”, sulit untuk diterjemahkan. (mudah-mudahan Allah beri kemudahannya dengan kemudahan dari Allah SWT) “tentu mudah bagi Allah yang Mudahkan”, “surga berat, Allah ciptakan orang-orangnya dan dia di mudahkan oleh Allah SWT, tergantung ciptaannya Allah SWT” (mudah-mudahan kita dimudahin dalam surganya Allah SWT, dalam ridhonya Allah SWT, dalam sifat tawakkalnya kita kepada Allah SWT). Allah katakan “siapa orang yang bertawakkal kepada Allah SWT, maka Allah yang akan mencukupinya”. Ingat ! tawakkal tidak memupuskan ikhtiar kita, tidak menghapuskan makna ikhtiar kita, makanya Allah katakan “diawalai dengan niat yang baik dan pengaturan yang beres yang baik, kemudian ngaturnya dengan benar”. Mau ngerjainnya diatur dengan rapih, ketika Rasulullah SAW melihat sahabatnya untanya tidak diikat, Beliau Bilang “tawakkaltu alallah” (aku bertawakkal kepada Allah SWT), “ikat dulu, jangan bilang ente tawakkal tapi ente ga iket tuh onta lari, kabur, ente bilang tawakkal sama Allah SWT ente nyalahin Allah SWT nantinya”.

Kata Rasul SAW “kalau kalian seandainya benar-benar bertawakkal kepada Allah SWT, sebenar-benar tawakkal niscaya Allah akan berikan rizqi kepada kalian, sebagaimana rizqinya burung (dia terbang diwaktu pagi dalam keadaan lapar, lalu pulagn sorenya dengan keadaan kenyang)”. lihat burung suruh pergi dulu ngepakkin sayapnya dul keluar pagi-pagi dulu, mau tawakkal dirumah tidak ngapa-ngapain, ga wirid, ga baca qur’an, ga baca kitab, kalo kita orang-orang tholibul ilm kata habib salim kerajaannya baca kitab, baca wirid, itu kerjaannya orang-orang tholibul ilm, kalo orang-orang yang ikhtiarnya lain dagang yaa dagangannya diurusin, yang bertani ya taninya yang diurusin, yang lain-lainnya kerjaannya diurusin, kerjaaannya tholibul ilm dirumahnya muthola’ah, ngulang-ngulang pelajaran, baca qur’an baca dzikir, itu dia kerjaannya, rezqinya sama dia dari Allah SWT. Ini riqki kerjaannya dari Allah SWT, yang ini rizqinya dari bisnisnya dari dagangannya, urusannya segalanya dapet dari Allah SWT. (mudah-mudahan kita diberikan oleh Allah SWT dilebihin dari rizqi burung, jangan rizqki burung minta rizqi lebih dari burung, minta diberikan oleh Allah SWT pemberian yang diberikan kepada orang-orang yang sempurna didalam beribadah kepada Allah SWT, amiinn yaa Rabbal ‘alamiin)

Dan selainnya dari kewajiban-kewajiban itu kewajiban hakiki yang menyelamatkan kita, selesai sudah. Ini semua pembahasan tentang hati kita, mudah-mudahan hati kita diberikan hidayahnya oleh Allah SWT, diberikan cahayanya Allah SWT untuk kita ta’at kepada Allah SWT dengan baik, disembuhkan dari pada penyakit-penyakitnya, disembuhkan daripada najis-najisnya diangkat oleh Allah SWT, disembuhkan oleh Allah SWT aamiinn amiinnn yaa rabbal’alamiinnn.

Adha nallah wa iyyakum ajmai’n tsumma

 

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ