Toleransi Sesama Muslim

Jalsatul itsnain Majelis Rasulullah Saw

Senin, 29 mei 2017

-Habib Alwi bin Abdurrahman Al-Habsyi-

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

نَوَيْتُ التَّعَلُّمَ وَالتَّعْلِيْمَ، وَالنَّفْعَ وَالاِنْتِفَاعَ، وَالْمُذَاكِرَةَ وَالتَّذْكِيْرَ،
وَالإِفَادَةَ وَالاِسْتِفَادَةَ، وِالْحِثُّ عَلَى تَمَسُّكِ بِكِتَابِ الله،
وَبِسُنَّةِ رَسُوْلِ الله صلى الله عليه وسلَّم،
وَالدُّعَاءَ إِلَى الْهُدَى، وَالدِّلالَةَ عَلَى الْخَيْرِ،
اِبْتِغَاءَ وَجْهِ الله وَمَرْضَاتِهِ وَقُرْبِهِ وَثَوَابِهِ

الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
لاحول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم
وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ ۚ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
نعم المولى ونعم النصير

Yang kita hormati dan kita cintai guru-guru kita Al-Habib Ja’far bin Muhammad Bagir Al-Atthos kita doakan semoga panjang umur dan di murahkan rezkinya, kemudian juga Habibanal Mahbub Al-Habib Muhammad Al-Bagir bin Alwi bin Yahya kita doakan mudah-mudahan panjang umur sehat wal afiyat, juga kepada Habib Ahmad Al-Idrus kita doakan panjang umur dan sehat wal afiyat, Ust. Abdussalam maupun para guru lainnya.

Alhamdulillah setelah kita bersyukur ke hadirat Allah sholawat dan salam kita haturkan untuk baginda Nabi besar Muhammad Saw. Lalu kemudian kita akan melanjutkan pelajaran kita dalam kitab Qutuful Falihin yang di karang oleh guru kita Sayyidil Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz semoga Allah panjangkan usianya, Allah sehatkan badannya, Allah kabulkan segala hajatnya dan senantiasa di kumpulkan oleh kita semua di dunia maupun akhirat Amin Ya Rabbal Alamin.

Kita baca Hadist yang ke 47

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

  1. عن النعمان بن بشير رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه و آله و سلم (مثل المؤمنين في توادهم و تراحمهم و تعاطفهم مثل الجسد إذا اشتكى منه عضو تداعى له سائر الجسد بالسهر و الحمّى) متفق عليه

Dari Annu’man bin Basyir RA, Rasulullah SAW bersabda “Permisalan mukmin dalam saling mencintai mengasihi berlemah lembut seperti jasad jika salah satu anggota tubuhnya sakit maka seluruh tubuhnya akan mearsakannya sehingga tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaqun ‘Aleih)

Hadist ini adalah hadist yang berbicara keagungan sesama muslim. Di bawa hadist ini oleh imam sahabat Rasul Sayyiduna Nu’man bin Basyir. Semoga Allah meridhoinya dan kita mendapat barokahnya. Beliau salah satu sahabat yang pernah kita kupas sejarahnya di majelis ini, akan tetapi untuk mengingat sedikit siapa itu beliau Sayyiduna Nu’man bin Basyir yang membawa hadist ini beliau adalah salah satu sahabat Rasul yang merupakan bayi yang pertama lahir setelah hijrahnya Rasul dari Makkah sampai ke Madinah.

Setelah Rasul hijrah dari Makkah sampai ke Madinah, menetap di Madinah kurang lebih 14 bulan lahirlah bayi yang pertama yaitu Annu’man bin Basyir. Maka ketika beliau lahir buru-buru sang ibu membawa beliau ini kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad Saw. Lalu beliau langsung memberikan tahnik atau memasukan Kurma di dalam mulutnya, lalu kemudian Rasul mendoakan Nu’man bin Basyir yang masih bayi saat itu mudah-mudahan ini anak tumbuh menjadi seorang mulia dan terhormat.

Lalu Nabi doakan mudah-mudahan dia gugur sebagai seorang syahid dan mudah-mudahan anak ini tempatnya nanti surganya Allah Swt. Ini 3 dari pada doanya Nabi yang di berikan kepada Annu’man bin Basyir tumbuh lah Nu’man bin Basyir menjadi orang terhormat. Menjadi orang yang mulia, dan pada akhirnya sebagaimana apa yang di katakan oleh Rasul meninggal lah Annu’man bin Basyir di bunuh dalam keadaan Syahid dan semoga Allah tempatkan di dalam surganya Allah Swt.

Di dalam hadist ini Rasul meletakkan bukan orang muslim tapi orang mukmin. Orang mukmin itu orang Islam yang imannya tebal. Orang Islam yang sempurna namanya mukmin. Nabi letakkan perempamaan orang mukmin yang sempurna. في توادهم و تراحمهم و تعاطفهم ini tiga bahasa arab kalau kita amati secara cermat kalimatnya beda-beda tapi artinya melalui bahasa Indonesia bisa sama. Saling mencintai, saling mengasihi, saling memberi, saling berlemah lembut, dan saling mendukung, itu arti dari bahasa Indonesia. Tapi ulama kita mengartikan satu persatu hadistnya nabi yang menandakan nabi itu sangat alim pertama kalimatnya توادهم artinya tali penghubung yang menimbulkan rasa cinta dan kasih dengan berbagai macam cara di antaranya adalah 2: saling berkunjung, saling memberi hadiah itu makna توادهم.

Kita saling berkunjung satu dengan lainnya itu توادهم. Anda mengasih saya sesuatu, saya mengasih anda sesuatu hadiah itu maknanya توادهم. Yang kedua nabi memakai bahasa تراحمهم artinya saling mengasihi. Kalau mengasihi tidak pandang dia kakak kandung kita, adik kandung kita, atau orang lain. Yang penting satu bendera لا اله الا الله محمد رسول الله. Mau dia tetangga kita, mau dia putih, mau dia hitam, mau dia tua, mau dia muda selagi dia beriman saling mengasihi. Itu lah makna تراحمهم.

Yang ketiga nabi letakkan تعاطفهم. Artinya saling membantu, kalau dia susah di bantu, kalau dia sedih ikut sedih, kalau dia orang mukmin lagi senang kita juga ikut gembira. Saudara kita orang-orang di Palestina di bantai, mereka susah kita orang mukmin yang di sini merasakan susah juga. Mereka tersiksa kita merasa hancur. Saudara kita di Syria, saudara kita di Myanmar, saudara kita dimanapun yang dalam kondisi teraniaya kita orang yang berimana di Indonesia harus merasakan hancur juga kita punya hati dan mendoakan. Itu makna تعاطفهم.

Di jelasakan oleh baginda nabi besar Muhammad Saw yang menggambarkan syarat orang yang beriman itu terpatri kalau dia cinta satu dengan lainnnya. Ada orang rajin ibadah 5 waktu tidak pernah tinggal kalau malam dia tahajud siang dia puasa sunnah sampai badannya seperti lidi, tapi dalam hatinya kejam tidak memiliki kasih sayang sesama muslim dia bukan orang beriman.

Rasul pernah bersabda kalian tidak akan bisa masuk surga sampai kalian betul-betul beriman. Dan kalian tidak akan bisa menjadi orang yang beriman sesungguhnya sampai kalian itu memiliki rasa saling mencintai walaupun bukan saudara, bukan family, bukan sepupuh, selagi masih beriman kepada Allah berarti dia saudara kita. Kalau dia senang kita ikut senang, sampai Nabi beri cara: maukah kalian saya beri cara kalau kalian kerjakan muncul rasa ciinta dan kasih di antara kalian.

Apa itu ya Rasul? Hidupkanlah tebarkanlah salam di antara kalian. Ada lagi cara saling memberi hadiah muncul rasa cinta, dalam hadist yang shohih ada orang datang kepada Rasul, ya Rasul izinkan saya berzinah, ini orang tanpa sopan santun datang kepada Nabi minta izin berbuat zinah, itu sahabat yang ada di sekeliling Nabi semua marah ingin memukul. Jangan di apa-apain, jangan di pukul, lalu nabi berkata kemari engkau mendekat kepada saya, kamu datang kepada saya minta izin untuk berbuat zinah? Saya mau bertanya bagaimana kalau kakak mu yang perempuan di zinahi orang? Jangan ya Rasul saya tidak rela. Kalau gitu jangan kau berzinah.

Sekarang bagaimana caranya supaya kita tidak menyakiti orang? Sebagaimana kita sayang kepada diri kita, semua orang mukmin bersaudara, satu sakit semuanya sakit. Makanya baginda nabi kita Muhammad Saw memberikan pelajaran ini kepada semua sahabatnya. Mereka terapkan, mereka lebih mengutamakan saudaranya yang muslim dari pada dirinya sendiri padahal dirinya sendiri itu sangat membutuhkan tapi dia mementingkan orang lain kenapa? Seperti satu tubuh

Bahkan di dalam riwayat yang shohih ada satu sahabat di beri kepala kambing. Lalu apa jawabannya, maaf saya ucapkan terima kasih, tapi saya punya tetangga dan dia dan keluarganya lebih membutuhkan makanan ini dari pada saya. Lalu di bawa ke tetangganya, tetangganya jawabnnya sama, engkau beri ke tetangga saya saja saya masih ada makanan dari siang mungkin tetangga samping saya masih lebih butuh dari pada saya. Begitu terus sampai muter 7 rumah balik lagi kerumah yang pertama.

Kita lihat bagaimana rasa yang begitu mulia yang ada pada hati-hati sahabat-sahabat baginda nabi kita Muhammad Saw. Kalau Nabi kenyang semua harus kenyang, berbeda kalau sahabat ada yang kenyang Nabi lapar tidak apa-apa, yang penting kalian kenyang itu sifatnya Rasul. Makanya Rasul paling tidak bisa kalau ada orang Mukmin kesusahan.

Dalam hadist yang shohih datang pada malam hari kerumahnya Nabi dia berkata saya ini sudah sangat kelaparan ya Rasulullah, pengen makan tapi berhari-hari tidak ada makanan. Tolong kasih saya makanan, tunggu saya masuk kedalam, Tanya sama istrinya ada makanan atau tidak? Kata Nabi tidak ada makanan, kamu pergi kerumah istri saya yang disana, setelah sampai di sana kata istrinya demi orang yang mengutusmu dengan kebenaran di rumah ini tidak ada apa-apa. Cuma air saja, balik lagi ke Rasulullah, bukannya nya Nabi cuci tangan, tutup pintu, kunci pintu tidak. Apa kata nabi? wahai sahabat kumpul, siapa yang mau menjamu orang ini yang sedang kelaparan? Ada orang Amshor yang menjawab, saya ya Rasulullah, saya yang menjamunya. Padahal orang Anshor ini orang susah, di bawa kerumahnya, di sambut dengan istrinya. Dia bilang hai istriku tolong hormati dan layani, ini tamunya Rasulullah Saw, kasih makanan, lalu apa jawaban istrinya, kata istrinya wahai suamiku kita tidak punya makanan kecuali makanan bayi. Apa kata sang suami, sudah ajak main saja sampai dia capek dan dia tertidur kalau dia sudah tidur suguhilah makanan, mati kan lampu, tunjukan sama tamu itu seakan-akan kita makan bareng bersama mereka, karena makanan nya cuman sedikit di makan sama tamu itu besok paginya Rasul datang kerumah dia dapat wahyu dari Allah dan Allah puji ini suami istri yang merasakan bagaimana penghormatan kepada orang yang beriman kepada Allah Swt.

Saudara hadirin-hadirat yang di rahmati oleh Allah oleh karena itu hadist ini memancing dan mengajarkan kepada kita toleransi sesama muslim.

Dulu Imam Hudzaifah Al-Adawy salah seorang sahabat ketika selesai perang Yarmuk dia bawa air, lari buru-buru ke medan perang yarmuk, dan setelah bubar perang dia mau kasih minum dia punya sepupu, mungkin masih hidup sedang kehausan ketemu dalam keadaan sakaratul maut masih ada sisa-sisa kehidupan, ketika dia melihat di tawari air, bagaimana kamu mau saya kasih air? Kasih saya air, baru mau di minum itu air ada yang teriak haus-haus saya kehausan berikan saya air, apa kata sahabat yang pertama mengatakan, jangaan, jangan saya, berikan ke dia saja, lari kepada orang yang kedua ternyata Hisyam seorang sahabat Rasul. Mau di beri air dia bilang mau, ketika mau di tuangkan itu air  mendengar lagi dari suara sahabat yang ketiga dengan kondisi yang sama dan teriak-teriak minta air, lalu dia tolak, jangan kasih saya kasih saja dia itu lebih butuh. Di bawa air kepada sahabat yang ke tiga telat keburu meninggal dunia. Buru-buru dia lari kepada Al Assh  Hisyam, yang kedua mau di kasih sudah meninggal dunia juga. Kembali kepada sahabat yang pertama sepupuh nya dia dan ternyata sudah meninggal dunia juga.

Di akhir hayatnya lebih mementingkan orang lain, kenapa? Karena jiwa toleransi yang tinggi yang di ajarkan oleh baginda Nabi besar kita Muhammad Saw. Mudah-mudahan sifat mulia ini tumbuh di dalam hati sanubari kita. Sehingga kita merasakan kepedihan yang orang muslim rasakan,  merasakan kegembiraan yang sedang di rasakan juga oleh kaum muslimin yang sedang merasakan kegembiraan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.