Berdusta Atas Nama Rasul SAW, Senin 11 April 2011


B
erdusta Atas Nama Rasul SAW
Senin, 11 April 2011

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
سَمُّوْا بِإِسْمِيِ، وَلَا تَكْنُوْا بِكُنْيَتِيْ، وَمَنْ رَأَنِي فِي الْمَنَامِ، فَقَدْ رَآنِي، فَإِنَّ الشَّيْطَان لَا يَتَمَثَّلُ صُوْرَتِي، وَمَنْ كَذِبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأُ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

(صحيح البخاري)

Sabda Rasulullah saw :
“Berilah nama dengan namaku, dan janganlah beri gelar dengan gelarku, barangsiapa yang melihatku dalam mimpi maka sungguh ia telah melihatku, dan sungguh syaitan tak mampu menyerupaiku, barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaknya ia mengambil (bersiap) tempatnya di neraka” (Shahih Bukhari)

{mosimage}Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha menciptakan alam semesta ini dan menjadikan setiap yang ada di alam semesta sebagai penuntun kepada keindahan-Nya, penuntun pada keagungan-Nya, sebagai penuntun bahwa Dia lah Yang Maha Ada dan Maha mengatur segala sesuatu. Semakin seorang hamba menghayati segala sesuatu yang ada di alam ini maka ia akan semakin memahami bahwa ia sangat tidak berdaya dibanding dengan Sang Maha Pencipta. Sungguh Sang Maha Raja alam semesta membukakan bagi kita hikmah-hikmah Ilahi dari waktu ke waktu dan dari zaman ke zaman, dan Allah subhanahu wata’ala telah menuntun hamba-hamba-Nya, hamba yang baik akan disiapkan baginya kebaikan, dan hamba yang jahat selalu dinanti untuk kembali kepada kelompok yang baik , Dialah ( Allah ) hakikat Yang Maha Baik dan mengawali kebaikan serta membagi-bagikan balasan-balasan luhur di dunia dan akhirah, sebagaimana firman-Nya subhanahu wata’ala :

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

( البقرة : 186 )

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” ( QS : Al Baqarah : 186 )

Jika seseorang bertanya kepadamu (sayyidina Muhammad) tentang Allah, bagaimana wujudnya, seperti apa sifatnya dan yang lainnya, maka pertanyaan-pertanyaan itu diringkas hanya dengan satu jawaban “Aku (Allah) dekat” dimana jawaban itu membuat seorang hamba dekat dengan Allah subhanahu wata’ala. Betapa indahnya jawaban Allah bagi yang bertanya tentang “Aku dekat”, namun dekatnya Allah bukan dekat dengan jarak , karena Allah subhanahu wata’ala Yang menciptakan jarak maka tidak bisa diukur dengan jarak, Allah itu dekat tanpa sentuhan dan jauh tanpa jarak, Allah Maha dekat bahkan lebih dekat dari urat leher kita bukan berarti DIA berada sangat dekat dengan kita, atau bahkan kedekatan-Nya lebih dari itu karena jarak bisa diukur dengan jauh atau dekat, mulai dari seorang hamba di alam ruh sampai masuk ke alam rahim kemudian lahir ke dunia, dan masuk ke alam kubur dan yang selalu bersama kita hanyalah Allah, maka hakikatnya Yang Maha Dekat hanyalah Allah subhanahu wata’ala namun tidak terlihat oleh mata kita, tetapi Dialah Yang Maha Dekat, terkadang secara logika hal ini sulit untuk diterima namun tidaklah mustahil, sebagaimana kita tidak melihat bulu mata kita padahal berada paling dekat dengan kita, dan kita tidak mendengar aliran darah yang mengalir di telinga padahal lebih dekat dari semua yang ada di telinga kita, namun Allah subahanahu wata’ala lebih dekat dari itu, dan makna “dekat” disini memiliki makna lebih, bukan dekat dengan jarak tapi yang dimaksud adalah dekat kasih sayang-Nya, dekat pengampunan-Nya, dekat kelembutan-Nya. Dia (Allah) menjawab seruan hamba jika ia memanggil-Nya. Namun jangan samakan dengan makhluk, karena jika makhluk memanggil maka dia akan menjawab dengan suara, namun Allah menjawab bukan dengan suara yang terdengar oelh telinga kita, tetapi menjawabnya dengan rahmat dan anugerah dan kasih sayang-Nya yang mana jawaban itu jauh lebih agung daripada sekedar jawaban suara. Maka memohonlah pengampunan doa kepada Allah karena Allah akan mengabulkannya dengan rahmat dan kasih sayang-Nya.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah

Hadits yang telah kita baca malam hari ini bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

سَمُّوا بِاسْمِي وَلَا تَكْتَنُوا بِكُنْيَتِي

“Berilah nama dengan namaku, namun janganlah memberi kuniyah (gelar) dengan kuniyah ku.” 

Merupakan hal yang sunnah bagi setiap muslim untuk memberikan nama dengan nama “ Muhammad” atau dengan nama-nama yang lainnya seperti Abdullah, Abdurrahman, dan lainnya boleh-boleh saja dengan nama-nama yang lain tetapi yang sunnah adalah memberi nama dengan menggunakan nama nabi kita “Muhammad“ shallallahu ‘alaihi wasallam, namun jangan menggunakan gelar Rasulullah yaitu “Abu Al Qasim”. Dalam hal ini ada perbedaan pendapat,, sebagian ulama’ ada yang mengatakan larangan itu hanya ketika di zaman nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam saja, karena di saat itu ada seseorang yang mempunyai putra yang bernama Qasim kemudian dipanggil juga dengan panggilan Abu Al Qasim maka orang itu pun menoleh dan Rasulullah juga menoleh, maka Rasulullah saw melarang untuk menggunakan gelar beliau shallallahu ‘alaihi wasallam di masa hidup beliau. Dan sebagian pendapat ulama’ mengatakan bahwa maksud hadits tadi gelar Rasulullah yang tidak boleh digunakan adalah sebutan “Rasulullah“ yang artinya utusan Allah, maka hal ini tidak diperbolehkan, adapun penggunaan nama majelis Rasulillah shallallahu ‘alaihi wasallam hal ini tidaklah masalah, atau dengan menggunakan nama Muhammad Habibullah yang artinya Muhammad kekasih Allah. Namun sebagian pendapat mengatakan bahwa larangan itu hanya ketika masa nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam saja, adapun setelah beliau wafat dan di masa sekarang hal itu diperbolehkan (gelar Abul qasim). Dan selayaknya jika kita memberi nama awali dengan nama nabi kita “Muhammad” kemudian disambung dengan nama yang kita inginkan. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

وَمَنْ رَآنِي فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَتَمَثَّلُ فِي صُورَتِي

“Barangsiapa melihatku di waktu tidur maka dia benar benar telah melihatku, karena syeitan tidak dapat menyerupaiku”

Betapa indahnya wajah beliau sehingga Allah melarang syaitan untuk menyerupainya. Jadi jika seseorang bermimpi nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam namun sangat jauh dengan sifat-sifat nabi, misalnya wajahnya gelap atau ada sesuatu yang kurang indah maka hal itu adalah cermin dari hati yang kurang baik. Maka semakin tinggi iman seseorang maka ia akan semakin sempurna dalam melihat wajah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam mimpinya, namun mimpi melihat Rasulullah atau tidak janganlah dibuat sebuah acuan akan cinta kita kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

“ Saya sudah membaca shalawat sekian banyak tapi kok tidak juga bermimpi bertemu Rasulullah ?!”,

yakinlah bahwa Rasulullah menjawab shalawat dan salam mu, mungkin saja kenikmatan itu akan dilimpahkan kelak saat kita dalam keadaan sakaratul maut, atau di hari-hari yang telah dekat dengan kematian kita, atau mungkin kelak di hari kiamat. Diriwayatkan dalam sebuah riwayat yang tsiqah bahwa ketika salah seorang shalih bermimpi bertemu Rasulullah, dimana dia adalah orang yang selalu rindu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yang tidak pernah tidur kecuali setelah air matanya mengalir karena ingin berjumpa dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka dia pun sering melihat Rasulullah di dalam mimpinya, lalu di dalam mimpi itu ketika di padang mahsyar ia melihat kumpulan manusia yang memenuhi padang mahsyar, mereka saling tindih satu sama lain, yang masing-masing ada yang berubah wajahnya, ada yang berbau busuk dan lain sebagainya, kesemuanya dalam keadaan yang sangat bingung, ketika itu tiba-tiba barisan para malaikat melintas dan lewatlah rombongan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersama para nabi, syuhada’, para awliyaa’ dan shalihin, maka orang shalih tadi hanya melihat dari kejauhan dan tidak bisa mendekat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena desakan para malaikat yang membatasi orang-orang yang mendekat, ketika barisan para malaikat itu melintas maka lewatlah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan orang shalih itu tidak bisa mendekat apalagi berbicara kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka ia di dalam mimpi itu dia berkata kepada orang yang berada di sebelahnya:

“jika kelak kamu bertemu dengan Rasulullah maka sampaikan salamku bahwa aku rindu kepadanya, dulu di masa hidupku di dunia aku selalu merindukan Rasulullah, jika aku masuk neraka sampaikan kepadanya bahwa aku telah berada di tempat yang layak untukku sebagai pendosa (yaitu neraka)”,

maka setelah ia berkata demikian barisan yang melintas tadi tiba-tiba berhenti karena Rasulullah berhenti, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berbalik dan berkata :

“ wahai Fulan, aku tidak melupakan orang yang merindukanku”,

lalu beliau membuka kedua tangannya kemudian orang itu berlari dan memeluk sang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan menciuminya. Semoga kita diberikan anugerah oleh Allah untuk bermimpi bertemu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, amin.

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

”Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaknya dia mengambil tempat duduknya di neraka”

Maka berhati-hatilah dari berdusta atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan mengatakan seseuatu dari beliau padahal tidak demikian. Oleh karena itu jika kita melihat riwayat Shahih Muslim di awal-awal nya adalah ucapan para sahabat yang sebenarnya berat untuk mengucapkan hadits-hadits nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Abu Hurairah RA berkata :

“ jika bukan karena aku telah mendengar hadits nabi بَلِّغُوْا عَنِّيْ وَلَوْ آيَةً (sampaikanlah (sesuatu) dariku meskipun satu ayat), maka tidak akan aku mengeluarkan 1hadits pun dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”,

karena takut dan khawatir jika ada kesalahan atau salah ucap dalam menyampaikan hadits-hadits tersebut. Maka banyak dari para sahabat yang diam dan tidak mau berbicara tentang hadits rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, banyak para sahabat yang tidak meriwayatkan satu hadits pun karena takut termasuk dalam hadits ini, diantaranya yg sangat sedikit meriwayatkan hadits adalah sayyidian Ali bin Abi Thalib Kw dimana jika beliau ingin menyampaikan maka yang beliau lebih banyak menyampaikan adalah ucapannya, beliau tidak berani mengucapka perkataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam padahal beliau tahu banyak tentang hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Hadirin hadirat, dan di saat ini kita dalam keadaan musim wabah penyakit aqidah yang banyak mendustakan hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, hadits yang shahih dikatakan dha’if, hadits yang dha’if diakatakan sebagai hadits mardud (tertolak atau palsu dll). Hadits dha’if tidak dapat digunakan sebagai dalil suatu hukum, namun selain dalil hokum, hadits dha’if boleh digunakan, dan banyak hadits dha’if yang digunakan untuk selain hukum, bahkan Al Imam Ibn Ahmad bin Hambal alaihi rahmatullah menggunakan hadits mulamasah (sentuhan pria dan wanita non muhrim tidak batal) sedangkan Al Imam Bukhari mendha’ifkan hadits itu, namun Al Imam Ibn Ahmad bin Hambal menggunakannya.

Jadi hadits dha’if pun jika dilihat oleh para imam dan para hujjatul islam bisa ada sandarannya dari Al qur’an atau hadits shahih maka mereka gunakan hadits dha’if tersebut, tidak seperti yang terjadi pada sebagian kelompok di zaman sekarang yang tidak mau menggunakan hadits dhai’f sehingga secara gampang menghukumi sesuatu dengan perbuatan bid’ah, syirik dan lainnya, hati-hatilah orang yang mendustakan ucapan Rasulullah saw itu bersiaplah untuk mengambil tempat di neraka jika hadits itu memang betul ucapan Rasulullah namun didustakan, mungkin dikarenakan masa kita sanagt jauh setelah Rasulullah 14 abad yang silam, mungkin karena perawi si fulan lupa sehingga terputus, maka dianggaplah dhai’if hadits tersebut karena hilang salah satu sanadnya. Maka para imam kita dan para ulama’ tidak langsung menghilangkan hadits-hadits dha’if, namun mereka tetap mengatakan bahwa hadits-hadits tersebut dha’if dan diperbolehkan beramal dengan hadits dha’if dalam fadhaail a’amal, (ibadah ibadah) demikian yang terdapat dalam madzhab Al Imam Al Syafi’i, maka jangan sembarangan membuang hadits dha’if, karena jika hadits itu memang betul ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan didustakan maka bersiaplah mengambil tempat di neraka, wal ‘iyadzubillah, semoga Allah melimpahkan hidayah kepada kita semua.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Selanjutnya saya ingin menyampaikan tentang program baru kita yang telah diinstruksikan oleh guru kita Al musnid Al Arif Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh yaitu halaqah (perkumpulan) Al qur’an, dan para jama’ah diharapkan untuk membuat halaqah ini, program ini mungkin sedikit aneh maka saya akan jelaskan agar para jamaah tidak kebingungan. Halaqah ini saya beri nama

HR (Halaqah Rasulillah shallallahu ‘alaihi wasallam)

dengan prosuder kalian membuat group yang beranggotakan minimal 3 orang atau 2 orang jika suami dan istri, namun tidak boleh lebih dari 5 orang, kecuali anak-anak maka tidak apa-apa jika lebih dari 5 orang, dan mendaftar terlebih dahulu dengan mengambil nomer dari Ust. Syukran atau Ust. Muhammad Qalby, emngambil nomer untuk kita adakan khatam setiap malam selasa, halaqah ini seperti MLM (Multi Level Marketing) maka ajak orang-orang yang kalian kenal, misalnya di sekolah ajak 3 sampai 5 orang temanmu dan buatlah halaqah, kemudian nanti di rumah ajak ayah dan ibumu, jika punya istri atau suami maka ajak mereka juga, maka setiap orang bisa mempunyai halaqah 4 atau 5 halaqah jika mampu, adapun prosudernya adalah salah satu orang membaca Al Qur’an dan anggota yang lain mendengarkan dan menyimaknya, misalnya dalam kelompok ada 3 anggota A,B dan C, ketika A membaca Al Qur’an maka B dan C diam dan menyimaknya dan jika bacaan si A ada yang salah maka harus dibetulkan, begitu juga dengan anggota yang lainnya, maka dengan cara seperti itu kalian akan menjadi pembaca, pendengar dan sekaligus pengajar Al Qur’an, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam riwayat Al Imam Ahmad :

أَهْلُ اْلقُرْآنِ هُمْ أَهْلُ اللهِ وَخَاصَّتُهُ

“Para Ahli Qur’an merekalah keluarga Allah dan pilihan – pilihanNya”

Al Imam Ibn Hanbal AR berkata bahwa cara yang terdekat untuk dicintai Allah adalah dengan Al Qur’an yaitu dengan membacanya baik dia memahaminya atau tidak maka dia akan semakin dekat kepada Allah subhanahu wata’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ قَرَأَ حَرْفاً مِنْ كِتابِ الله ِ فَلَهُ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْر ِأَمْثَالِهَا لَا أَقُوْلُ ، آلم حَرْفٌ ، وَلكِنْ ألِفٌ حَرْفٌ ، ولامٌ حَرْفٌ ، وَمِيمٌ حَرْفٌ

“ Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah (Alqur’an) maka baginya satu kebajikan dan setiap kebajikan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan Alif Laam Miim satu huruf tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf ” (HR Tirmidziy)

Maka dalam ayat الم itu tidak dihitung satu namun dihitung ا ، ل ، م yang mana dalam setiap huruf terdapat pahala, maka semakin dekat kita kepada kalam Allah ( Al qur’an Al Karim ), dimana Al qur’an adalah surat cinta Allah kepada kita, maka jangan biarkan surat cinta itu berdebu di rumah-rumah kita, maka mulai sekarang halaqah ini dibuka pendaftarannya silahkan nanti selesai majelis bisa menghubungi Ust. Muhammad Qalby atau Ust. Syukran dengan cara sms atau telepon. Mengapa harus dengan nomer? Supaya kita tahu berapa jumlah anggota di halaqah kita, sebagaimana instruksi guru mulia juga. Jadi harapan kita adalah untuk menghidupkan kembali generasi Al qur’an, Alqur’an bukan untuk dijadikan sebagai pajangan, dimana zaman sekarang di rumah-rumah setiap orang muslim harus ada Alqurannya, bukan untuk dibaca namun sebagai simbol saja, maka marilah kembali kita hidupkan generasi Alqur’an dengan membuat halaqah dan membacanya setiap hari meskipun satu atau tiga ayat per hari, 10 ayat atau 100 ayat lebih bagus lagi, dan Rasulullah bersabda bahwa sebaiknya seseorang membaca Alqur’an setiap harinya 100 ayat , dan dalam riwayat lain Rasulullah bersabda bahwa sebaiknya dalam setiap satu bulan khatam satu kali dan hal itu adalah tingkatan yang menengah, sayyidina Utsman bin Affan RA menghatamkan Al qur’an setiap malam satu kali dan beliau berkata :

لَوْ طَهُرَتْ القُلُوْبُ لَمَا شَبِعَتْ مِنْ قِرَاءَة ِالْقُرْآنِ

“Seandainya sanubari itu suci, niscaya  tidak akan pernah kenyang (puas) dari membaca Al Qur’an.”

Maka dengan cara ini kita bisa mengistiqamahkan untuk membaca Al qur’an, dan bertempat dimana saja boleh, di masjid, di rumah, di sekolah, di kantor atau dimana saja, namun dengan cara berkelompok. Adapun untuk khatamnya setelah 2 atau 3 tahun lagi tidak masalah yang terpenting Al qur’an itu dibaca. Jika ada yang sudah biasa baca sendiri maka lanjutkan bacaannya dan buat lagi bacaan bersama kelompok, namun dengan semampunya jika tidak bisa maka jangan dipaksakan. Alhamdulillah hingga saat ini telah mencapai 100 halaqah dan mudah-mudahan bisa mencapai ribuan halaqah dan bisa puluhan ribu khatam, amin. Setelah majelis shalawat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bangkit di wilayah kita, kita bangkitkan generasi Al qur’an dengan ribuan kali khatam insyaallah. Sebagaimana instruksi guru mulia untuk menghidupkan kembali generasi Alqur’an. Insyaallah malam selasa depan kita mulai ada khatam karena telah banyak jamaah yang sudah memulai membacanya, dan yang belum khatam maka lanjutkan saja bacaannya jangan mulai dari awal lagi. Jadi kembali kita menghidupkan generasi al qur’an, dengan kita memulainya dan halaqah ini terus berjalan hingga sampai pada keturunan kita kelak, maka kita mendapatkan pahala sebagai pembangkit Al qur’an Al Karim disaat Al qur’an hampir mati di rumah-rumah muslimin . Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

مَنْ تَمَسَّكَ بِسُنَّتِي عِنْدَ فَسَادِ أُمَّتِي فَلَهُ أَجْرُ مِئَةِ شَهِيْدٍ

“Barangsiapa yang berpegang dengan sunnahku ketika kerosakan ummatku baginya pahala seratus orang yang mati syahid”

Maka jika menginginkan pahala 100 orang syahid maka tidak perlu kita pergi ke medan perang. Dan dahulu di zaman para sahabat mereka membaca Al qur’an bersama-sama. Demikian yang ingin saya sampaikan, jika ada yang kurang jelas maka bisa ditanyakan kepada crew Majelis Rasulullah, selanjutnya yang kedua Majelis Akbar malam Senin yang akan datang di Jakarta Utara di masjid walikota, Alhamdulillah sekarang di wilayah Jakarta di setiap walikota kebagian jadwal maulid dan dzikir Jalalah setiap 5 minggu sekali, dengan harapan supaya Jakarta semakin makmur dan bersatu, kita semua merasa senang jika para masyarakat dan pemerintah bersatu dan sama-sama berdzikir. Selanjutnya kita berdzikir bersama agar Allah subhanahu wata’ala menenangkan kita, jiwa kita, kota kita, bangsa kita dan seluruh wilayah muslimin di barat dan timur. Dan semoga semua guru kita yang hadir dilimpahi rahmat dan keberkahan oleh Allah subhanahu wata’ala. Kita berdoa dengan kalimat yang terluhur dari semua kalimat, kalimat yang paling agung untuk diucapkan oleh setiap hamba, kalimat yang paling mulia untuk diucapkan setiap lisan..

فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا

Ucapkanlah bersama-sama

يَا الله…يَا الله… ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم …لاَإلهَ إلَّاالله…لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ…لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ…لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ…مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.