Doa Dijauhkan Dari Syaitan, Senin 26 Desember 2011


D
oa Dijauhkan Dari Syaitan
Senin,26 Desember 2011

قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا أَتَى أَهْلَهُ قَالَ بِاسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبْ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا فَقُضِيَ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ لَمْ يَضُرُّهُ

(صحيح البخاري)

Sabda Rasulullah SAW :
“Jika diantara kalian bersetubuh dengan istrinya (atau istri dengan suaminya), seraya berdoa wahai Allah jauhkanlah syaitan dari kami, wahai Allah jauhkanlah syaitan dari anugerah yang akan Kau berikan pada kami. Maka jika ditentukan bagi mereka anak, tak akan di perangkap syaitan, ” (Shahih Bukhari)

{mosimage}Assalamu’alaikum warahamatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha membuka matahari-matahari kebahagiaan bagi hamba-Nya, dimana di alam dhahir matahari hanya dikenal sekedar penerang bumi, namun matahari sanubari dicipta oleh Allah subhanahu wata’ala untuk menerangi jiwa, karena jiwa adalah ikatan antara hati dengan jasad, yang akan berpisah dengan jasad dan menuju ke hadirat Yang Maha memiliki jasad, Dialah Allah subhanahu wata’ala. Adapun tabir yang menghalangi antara makhluk dengan pencipta, sebagaimana yang telah teriwayatkan bahwa tabir itu sebanyak 70.000 tabir. Dan ketika nabiyullah Musa AS meminta untuk melihat Allah, maka Allah subhanahu wata’ala menjawab dalam firman-Nya:

وَلَمَّا جَاءَ مُوسَى لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَنْ تَرَانِي وَلَكِنِ انْظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي فَلَمَّا تَجَلَّى رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَى صَعِقًا فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ

( الأعراف : 143 )

“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Rabb telah berfirman (langsung kepadanya), berkatalah Musa: “Ya Rabbku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Rabb berfirman: “Kamu sekali-kali tak sanggup untuk melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap ditempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku”. Tatkala Rabbnya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musapun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang pertama-tama beriman”. ( QS. Al A’raf : 143 )

Akan tetapi nabi Musa AS diperlihatkan kekuatan tentara Allah subhanahu wata’ala yang ada di bumi, diperdengarkan gemuruh gelombang lautan yang paling dahsyat di bumi, diperdengarkan suara halilintar yang begitu dahsyat mengitari nabi Musa AS, diperlihatkan juga kepadanya alam yang gelap gulita dan sangat menakutkan, diperlihatkan tentara-tentara Allah subhanahu wata’ala dari para malaikat yang ada di bumi, begitu juga para malaikat yang ada di langit pertama yang kesemuanya bergemuruh memuji dan mensucikan nama Allah subhanahu wata’ala. Allah subhanahu wata’ala Maha Suci tanpa butuh disucikan, namun hamba yang mensucikan nama Allah dialah yang akan disucikan oleh Allah. Maka ketika itu nabi Musa AS termenung melihat dahsyatnya gemuruh para malaikat di langit pertama yang bertasbih dan menyebut nama Allah subhanahu wata’ala, kemudian malaikat Jibril membukakan langit yang kedua sebagaimana dalam tafsir Al Imam At Thabari bahwa di langit yang kedua itu terlihat para malaikat yang lebih besar dan gemuruh tasbih serta seruan para malaikat yang memuji Allah subhanahu wata’ala di langit kedua itu lebih dahsyat dari yang sebelumnya, kemudian malaikat Jibril membuka langit yang ketiga dan terlihatlah para malaikat yang lebih besar dan berwibawa dan gemuruh tasbih mereka pun lebih dahsyat dari yang sebelumnya, hingga nabi Musa pun roboh dan tidak mampu untuk berdiri karena dahsyatnya kewibawaan para tentara Allah subhanahu wata’ala. Maka ketika itu malaikat Jibril berkata : “berdirilah wahai Musa, dan engkau akan melihat sesuatu yang lebih dahsyat dari semua ini”, kemudian setelah langit keempat dibuka terlihatlah hal yang lebih dahsyat dari sebelumnya, sehingga nabi Musa AS menggigil melihat keadaan tersebut dan merasa menyesal karena meminta kepada Allah subhanahu wata’ala untuk melihat-Nya, dan hanya sekedar melihat para tentara Allah ia telah gemetar dari kewibawaan mereka. Kemudian malaikat Jibril membuka langit keenam dan ketujuh sehingga terlihatlah tabir, yang disebutkan dalam tafsir Al Imam Ibn Katsir bahwa tabir tersebut berupa 70000 cahaya, yang mana tabir tersebut adalah paduan antara cahaya, kegelapan dan air, dan ketika dibuka satu tabir dari sekian banyak tabir tersebut kemudian diperlihatkan kepada gunung, maka gunung itu terpendam ke dalam bumi dan tidak lagi terlihat bahkan tidak akan pernah muncul hingga hari kiamat kelak, karena rasa takutnya kepada Allah. Maka siapkanlah hati kita untuk menerima kewibawaan Ilahi, dimana hati kita bagaikan kaset, alat perekam atau kamera yang siap untuk merekam cahaya Rabbul ‘alamin, adapun telinga dan penglihatan adalah alat untuk mendengar dan menyampaikan pada sanubari, oleh sebab itu Allah subhanahu wata’ala berfirman :

إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

(الإسراء : 36 )

“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya”. (QS. Al Israa: 36)

Hal ini menunjukkan bahwa penglihatan dan pendengaran memiliki ikatan yang kuat sehingga berpadu di dalam hati untuk menuntun kepada hal-hal luhur atau sebaliknya yang selanjutnya akan dipertanyakan oleh Allah subhanahu wata’ala kelak di akhirat. Mereka pun memiliki perjanjian kepada Allah subhanahu wata’ala sebelum terlahir ke muka bumi, namun hal itu terlupakan dari kita. Hanya disebabkan satu penyebab yaitu tipuan iblis terhadap nabi Adam AS, yang mana Allah subhanahu wata’ala telah melarangnya untuk memakan buah khuldi, namun nabi Adam AS tertipu oleh iblis, dimana ketika itu Iblis menangis sedih dari luar surga dan berkata kepada nabi Adam AS : “Aku mencintai dan menyayangimu wahai Adam, akan tetapi aku merasa sedih karena engkau akan meninggal dan berpisah dengan Allah subhanahu wata’ala”, mendengar hal itu nabi Adam terhentak kaget, bukan karena ingin tetap berada di surga akan tetapi nabi Adam AS risau dan tidak ingin berpisah dengan Allah, namun ketika mendengar kabar dari iblis bahwa ia akan meninggal, maka perasaan takut pun menghampiri nabi Adam AS, kemudian iblis melanjutkan ucapannya : “wahai Adam akan tetapi ada penawar agar engkau tidak meninggal”, nabi Adam bertanya : “apa itu wahai iblis”, kemudian Iblis menjawab : “makanlah buah khuldi itu”, namun nabi Adam menolak hal itu dan berkata bahwa Allah subhanahu wata’ala melarangnya untuk memakan buah tersebut, namun iblis terus mendesaknya dan berkata : “iya betul Allah melarang hal itu, akan tetapi jika engkau memakannya maka engkau tidak akan berpisah dengan Allah dan akan selalu bersamaNya”, akhirnya dengan rayuan dan godaan iblis tersebut, nabi Adam AS pun akhirnya tertipu dan memakan buah tersebut. Maka hanya karena kedustaan Iblis tersebut yang semestinya kita hidup di surga penuh kenikmatan, tanpa ada kesusahan, tanpa ada kesedihan atau musibah, tanpa ada penyakit atau masalah, namun harus melewati kehidupan dunia yang penuh kesulitan dan permasalahan. Sehingga kita harus hidup bersama hewan dan tumbuhan, hidup dengan tanah yang kemudian akan kembali ke tanah, dan semua yang kita bangun pun akan kembali ke tanah, sebagaimana ucapan salah seorang salafusshalih :

فَكُلُّ مَا فَوْقَ التُّرَابِ تُرَابٌ

“ Segala sesuatu yang di atas tanah adalah tanah (akan kembali ke tanah) “

Namun semua yang ada di dunia ini adalah modal usaha dari Allah subhanahu wata’ala untuk kita mencapai kekayaan yang kekal, dimana surga adalah kekayaan, kejayaan, kebahagiaan dan kesempurnaan yang kekal, namun tentunya masih terbatas kesempurnaan makhluk yang mana tidak akan pernah mencapai kesempurnaan Sang Khaliq (Pencipta).

Hadirin hadirat yang dimulikan Allah
Maka rahasia kemuliaan kalimat tasbih (سبحان الله ), merupakan samudera cahaya yang ditawarkan kepada kita, sebagaimana yang terdapat dalam riwayat Shahih Al Bukhari :

مَنْ قاَلَ سُبْحَانَ الله وَبِحَمْدِهِ مِائة مَرَّة غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلُ زَبَد الْبًحْرِ

“ Barangsiapa yang mengucapkan “Subhanallah Wabihamdihi” sebanyak 100 kali maka diampuni kesalahan-kesalahannya meskipun sebanyak buih di lautan”

Terdapat juga riwayat dalam Shahih Al Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

كَلِمَتَانِ خَفِيْفَتانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيْلَتَانِ فِي الْمِيْزَانِ حَبِيْبَتَانِ إِلَى الرَّحْمنِ سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ اْلعَظِيْمِ

“ Dua kalimat yang ringan di lisan (diucapkan), dan berat di timbangan serta disukai oleh Allah yaitu Subhanallah wabihamdihi, subhanallahil’azhiim”

Allah subhanahu wata’ala tidak membutuhkan pujian, namun Allah subhanahu wata’ala Maha Mengetahui bahwa jika seorang hamba memujiNya maka pujian itu muncul dari kecintaan, jika bukan karena cinta maka tidak akan muncul pujian, maka apabila seseorang memuji Allah berarti ia mencintai Allah dan jika ia mencintai Allah sungguh agung balasan dari Allah subhanahu wata’ala, sehingga ucapan yang sangat pendek seperti ucapan ( سبحان الله وبحمده ) jika dibaca sebanyak 100 kali maka akan dihapus dosa-dosanya oleh Allah subhanahu wata’ala meskipun sebanyak buih di lautan. Dan diriwayatkan di dalam Shahih Muslim bahwa kalimat yang paling dicintai oleh Allah adalah kalimat : سبحان الله وبحمده . Maka tidak inginkah bibir kita ini terhiasi dengan kalimat yang paling dicintai Allah subhanahu wata’ala?!, karena kelak di hari kiamat sungguh beruntung hamba-hamba yang bibirnya bercahaya bukan karena pewarna bibir namun karena cahaya cinta Allah subhanahu wata’ala yaitu dengan bacaan kalimat : سبحان الله وبحمده .
Diriwayatkan oleh Al Imam Bukhari dalam kitab Adab Al Mufrad bahwa nabiyullah Nuh AS berwasiat kepada putranya, dengan berkata : “Wahai putraku, kuwasiatkan dua dzikir untukmu yaitu kalimat : لاإله إلا الله dan سبحان الله وبحمده ”, yang mana hal tersebut diceritakan oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena beliau shallallahu ‘alaihi wasallam ingin membuka rahasia kemuliaan kalimat tersebut kepada ummatnya agar mereka mengetahui hal ini dan mendapatkan bagian keberkahannya. Kemudian putra nabi Nuh AS berkata : “ Wahai ayah, ada apa dengan kalimat لاإله إلاالله?”, maka nabi Nuh menjawab bahwa kalimat لاإله إلاالله jika ditimbang dengan seluruh alam semesta dan semua ciptaan Allah subhanahu wata’ala, maka kalimat tersebut lebih berat dari kesemua itu, karena dalam kalimat tersebut terdapat nama Allah subhanahu wata’ala Yang Mencipta segala sesuatu, maka maka nabi Nuh mewasiatkan kepada anaknya untuk memperbanyak mengucapkan kalimat tersebut. Kemudian putra nabi Nuh bertanya lagi : “wahai ayah dan apa keutamaan kalimat سبحان الله وبحمده ?”, maka nabi Nuh berkata bahwa Allah subhanahu wata’ala menjadikan rizki seluruh hamba-Nya dari kalimat سبحان الله وبحمده , dan kalimat tersebut merupakan shalatnya seluruh makhluk Allah subhanahu wata’ala selain jin dan manusia, yaitu semua hewan dan tumbuhan, gunung dan bebatuan, planet-planet dan semua yang ada di alam semesta ini. Maka hanya dari kalimat Subhanallah tersebut, cahaya Allah subhanahu wata’ala telah terpancarkan demikian luas, sehingga mampu menerangi jiwa-jiwa yang gelap menjadi jiwa rabbani, pemikiran-pemikiran yang licik berubah menjadi pemikiran yang jujur serta meruntuhkan kelicikan yang lain, jiwa yang busuk dan penuh dengan niat-niat buruk berubah menjadi jiwa yang suci karena merasa asyik mensucikan nama Allah, maka Allah pun asyik untuk mensucikan jiwanya, semakin banyak seseorang mensucikan nama Allah maka Allah akan semakin mensucikan hatinya, sehingga Allah menjadikan hari-hari dalam kehidupannya cerah, Allah jadikan kehidupannya di dunia dan kehidupan di akhiratnya pun cerah, karena ia menyukai kalimat atau ucapan yang disukai Allah subhanahu wata’ala. Begitu juga kemuliaan kalimat “ الحمدلله ” yang juga merupakan kalimat yang sangat pendek, namun telah disabdakan oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam :

اَلْحَمْدُللهِ تَمْلأُ اْلمِيْزَانَ

“ Kalimat “Al Hamdulillah” memenuhi timbangan”

Mengapa demikian?, karena makna yang begitu dalam dimana kalimat “ الحمدلله” adalah pujian untuk Allah, dan pujian itu muncul dari rasa cinta, maka jika cinta kepada Allah telah bergemuruh di dalam hati seorang hamba, maka hal itu akan memenuhi timbangan amal baik seseorang. Maksud dari penuhnya timbangan tersebut adalah bahwa Allah subhanahu wata’ala telah mencintainya, dan jika Allah telah mencintainya maka seluruh dosa-dosanya bisa berupa menjadi pahala, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :

إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

( الفرقان : 70 )

“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka mereka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. ( QS. Al Furqan: 70 )

Sebagaimana ketika seorang sahabat dalam shalatnya selalu membaca surah Al Ikhlas, kemudian sahabat yang lain menceritakan hal itu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, setelah ditanya sahabat itu berkata bahwa ia menyukai surat tersebut, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda sebagaimana yang teriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari :

حُبُّك إيَّاهَا أَدْخَلَك الْجَنَّةَ

“ Cintamu terhadap surat Al Ikhlas membuatmu masuk ke surga”

Seseorang yang mencintai Allah subhanahu wata’ala tidak akan dihinakan, karena seseorang tidak mungkin mencintai Allah subhanahu wata’ala kecuali dengan izinNya. Orang yang mencintai Allah akan mendapatkan banyak cobaan atau musibah, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :

إِذَا أَحَبَّ اللهُ عَبْدًا اِبْتَلاَهُ

“ Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Dia akan memberinya musibah/cobaan ”

Namun ketahuilah bahwa cobaan yang diberikan kepada orang yang mencintai Allah, kenikmatannya lebih besar daripada cobaan atau musibah tersebut. Dan orang yang paling dicintai Allah adalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana beliaulah orang yang paling banyak mendapatkan cobaan atau musibah dari Allah subhanahu wata’ala namun kenikmatannya jauh lebih banyak. Kita ketahui diantara cobaan yang beliau hadapi sangat banyak diantarnya adalah ketika beliau dalam keadaan menahan lapar namun masih bisa mengeluarkan mukjizat dengan izin Allah subahanahu wata’ala yaitu dengan mengalirnya air dari jari-jari tangannya, dan di saat ada makanan di tangan beliau yangmana semestinya makanan itu hanya cukup untuk 5 orang saja namun bisa mencukupi untuk 1.500 orang, ketika beliau memerintah bulan untuk terbelah maka bulan itu terbelah, kemudian Rasulullah memerintahkan untuk bersatu kembali seperti semula maka bulan itu mengikuti perintah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, begitu pula ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memanggil bebatuan kemudian batu-batu itu pun bersujud kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masuk ke Makkah di saat itu tidak ada satu pun pepohonan dan bebatuan kecuali ia bersujud kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, dan ketika beliau shallallahu ‘alaihi wasallam masuk ke kota Madinah maka hewan-hewan bersujud kepada beliau, sehingga sayyidina Abu Bakr As Shiddiq pun ingin sujud kepada beliau, namun Rasulullah menahannya dan berkata : “ wahai Abu Bakr jangan engkau bersujud kepadaku karena hal itu hanyalah untuk selain manusia”, maka sayyidina Abu Bakr As Shiddiq berkata: “ wahai Rasulullah, kami lebih berhak untuk sujud kepadamu daripada hewan, karena kami adalah ummatmu sedangkan hewan-hewan itu bukanlah ummatmu”, namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tetap menolak jika manusia bersujud kepadanya. Dan sungguh cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membuka tabir jasadiah antara kita dengan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mana tabir jasadiyah itu tertutup dengan waktu namun tabir ruhaniyah tidak bisa ditutup dengan waktu. Oleh sebab itu hamba yang mencintai Allah subhanahu wata’ala akan mendapatkan kenikmatan yang paling besar, dan orang yang mendapatkan kenikmatan yang paling besar dari Allah subhanahu wata’ala adalah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Maka kalimat-kalimat dzikir yaitu kalimat tahmid, tasbih dan tahlil begitu mulia, dan juga kalimat “ الله أكبر”, dimana ketika kita mnegucapkan “ الله أكبر ” yang ketika itu hati kita penuh dengan perasaan gundah, maka kita besarkan hati kita dengan kebesaran nama Allah subhanahu wata’ala, bahwa Allah Maha Besar dari kesulitan yang sedang kita hadapi, Allah Maha Besar dari kekuatan musuh yang kita hadapi, Allah Maha melihat dari semua yang tidak melihat kita saat ini, dimana orang lain hanya melihat wajah kita namun Allah subhanahu wata’ala melihat apa yang terdalam dalam jiwa kita dan melihat apa yang akan terjadi di masa depan kita, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:

وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

( لقمان : 34 )

“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Luqman : 34 )

Manusia tidak mengetahui apa yang akan terjadi padanya di esok hari, bahkan manusia tidak juga mnegetahui dimana dia akan wafat. Kita semua seperti manusia yang buta, tidak mampu melihat apa yang ada di depan kita, yaitu masa depan kita yang mana hanya dituntun oleh Allah subhanahu wata’ala dan kita hanya bertumpuh pada sebatang tongkat atau dengan meraba dan hal itulah yang disebut dengan usaha. Jika kita melihat orang buta kita akan menemukan betapa lemahnya orang itu, yang hanya meraba-raba di jalan dengan tongkat agar tidak terperosok ke jurang dan terkadang sering terjatuh, namun ia dengan segala kelemahannya terus meraba, selangkah demi selangkah, sungguh dalam hal ini sangatlah jauh perbedaannya dengan orang yang dapat melihat. Dan Allah subhanahu wata’ala Maha melihat semua kehidupan hambaNya dan Maha Mampu merubah kehidupan hamba-Nya dimana perbuatan Allah itu lebih cepat dari kilat. Seorang hamba yang akan celaka atau mendapatkan musibah dalam satu detik yang akan datang, maka sebelum satu detik itu tiba, Allah Mampu menginstruksikan untuk tidak sampai bencana kepada orang tersebut, dan hal itu sangat mungkin terjadi. Misalkan seseorang akan terkena musibah dalam sedetik yang akan datang, mungkin berupa penyakit yang dibawa oleh virus yang berasal dari serangga, lalat atau yang lainnya, maka saat hewan itu belum sampai dan Allah subhanahu wata’ala tidak menghendaki musibah terhadap orang tersebut maka dengan menghembuskan angin terhembus dan menjauhlah serangga tersebut, kita tidak mengetahui hal itu dan jika kita mengetahui berapa banyaknya perlindungan Allah terhadap kita dalam kehidupan kita, maka kita tidak akan pernah memilih cinta kepada selain-Nya. Semua manusia baik dia muslim atau kafir, ia orang baik atau jahat mereka semua dalam perlindungan Allah subhanahu wata’ala. Dan jika Allah subhanahu wata’ala tidak melindunginya maka berapa banyak penyakit atau virus yang ada dihadapan kita dan membahayakan kita akan masuk ke dalam tubuh kita, berapa banyak jebakan-jebakan kehidupan yang berupa fitnah, salah faham, dan yang lainnya yang dapat membuat kehidupan kita hancur dan berantakan namun kesemua itu dijaga oleh Allah hanya dimunculkan sedikit sebagai peringatan dan juga sebagai penghapus dosa-dosa kita. Oleh sebab itu kekuatan tabir ruhiyah antara kita dengan para shalihin hingga semua para nabi dan rasul merupakan hubungan yang bisa kita jalin tanpa harus ada pertemuan dengan jasad, sebagaimana teriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari :

 الْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ

“Ruh-ruh manusia itu seperti prajurit yang berkelompok-kelompok, jika saling mengenal mereka akan menjadi akrab, dan jika saling bermusuhan maka mereka akan saling berselisih.”

Jadi jika seseorang mencintai gurunya maka ruhnya bersama ruh gurunya, meskipun jasadnya terpisah namun ada hubungan ruh antara keduanya, seperti rantai atau kabel telepon yang mengikat dengan ruh gurumya dan sangat beruntung seseorang yang mempunyai guru yang memiliki sanad, karena terus tersambung dan tidak akan terputus, karena sang guru memiliki rantai sanad kepada gurunya yang lebih shalih darinya, terus bersambung hingga sampai ke Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana contoh sanad mahabbah, dn kita mempunyai ijazah sanad mahabbah dari guru mulia kita, yang mana sanad mahabbah itu adalah dzikir yang dibaca setiap selesai shalat, yang bersambung kepada Rasulullah shallallahu ‘alaiahi wasallam, dimana ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam duduk bersama sayyidina Mu’adz bin Jabal RA, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada beliau :

 يَا مُعَاذُ ! وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ ، فَقَالَ : أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ : لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ : اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

“ Wahai Mu’adz, demi Allah aku mencintaimu, demi Allah aku mencintaimu, kemudian Rasulullah berkata : “ Kuwasiatkan kepadamu wahai Mu’adz : “janganlah engkau tinggalkan setiap selesai shalat untuk mengatakan : “Ya Allah bantulah aku untuk selalu berdzikir mengingatMu, dan bersyukur kepadaMu, serta beribadah yang baik kepadaMu”

Dan murid sayyidina Mu’adz ketika mendengar hal itu ia pun meminta ijazah sanad mahabbah kepada beliau, kemudian sayyidina Mu’adz bin Jabal berkata seperti yang dikatakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi kepadanya, begitu juga murid dari murid sayyidina Mu’adz melakukan hal yang sama meminta ijazah sanad mahabbah tersebut yang bersumber dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, hingga rantai sanad tersebut sampai ke zaman kita saat ini.
Maka saya mewakili segenap guru-guru yang hadir saat ini mengijazahkan sanad mahabbah, yaitu rantai cinta yang bersambung kepada guru mulia dari guru beliau dan dari guru guru beliau hingga bersambung kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Seseorang yang mendapatkan sanad mahabbah dan berpegang padanya maka hal ini berarti bahwa ia bersambung dengan cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, meskipun seseorang tidak atau belum mengamalkan amalannya, namun ia telah memiliki rantai itu dan rantai itu tetap berada ditangannya ia genggam tangannya, dan jika dilepas genggamannya maka rantai pun bisa terlepas dari tangannya, namun jika rantai itu tidak bergerak maka rantai akan tetap di tangannya. Sebagaimana Al Imam Abdullah bin ‘Alwy Al Haddad berkata : “Jika mereka (guru/murid) mengecewakanku, maka aku tidak akan mengecewakan mereka dengan memutus hubungan dengan mereka”. Demikian perbuatan Al Imam Al Haddad maka terlebih lagi pekerti sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka saya ijazahkan sanad mahabbah dari guru mulia yang bersambung kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “Aku menyayangi kalian semua, maka ucapkanlah setiap selesai shalat “ :

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

“Ya Allah bantulah aku untuk selalu berdzikir mengingatMu, dan bersyukur kepadaMu, serta beribadah yang baik kepadaMu”

(Katakanlah : (Kami menerima ijazah).

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Maka berhati-hatilah dalam mencari guru, bergurulah kepada guru yang memiliki sanad. Alhamdulillah mayoritas para kyai dan ulama’ ahlu sunnah waljamaah sudah memiliki sanad, namun zaman sekarang ada orang yang tidak memiliki sanad atau arah sanadnya tidak jelas mengarah kemana akan tetapi dibai’at sebagai sulthan al awliyaa di New York University, maka berhati-hatilah mencari guru, jika menginginkan ilmu dunia maka carilah ke negara-negara barat, namun jika menginginkan ilmu akhirat maka negara-negara di timur tengah lah tempatnya, sedemikian banyak hal-hal luhur yang perlu kita ketahui. Dan jagalah dirimu dan keluargamu serta anak-anakmu dari perbuatan –perbuatan hina, seperti miras, narkotika dan lainnya. Di zaman sekarang telah banyak terjadi dimana anak-anak kecil yang belajar di TK diberi kue yang dicampuri dengan narkotika, begitu juga sesuatu yang sangat berbahaya dan banyak terjadi yaitu perbuatan sodomi atau homoseksual maka waspadalah terhadap anak-anak atau adik-adik kita, perhatikan kepada siapa ia belajar dan dengan siapa ia berteman, karena perbuatan ini saat ini telah banyak terjadi, dan dosa dari perbuatan homoseksual itu lebih besar daripada zina. Oleh sebab itu kaum nabi Luth diberi peringatan oleh Allah melewati nabi Luth namun mereka tidak menghiraukan nabi mereka, maka Allah memerintahkan nabi Luth untuk pergi dan meninggalkan ummatnya karena Allah akan menimpakan bala’ kepada mereka, dan ketika nabi Luth pergi jauh dari mereka maka Allah memerintahkan kepada malaikat Jibril untuk mengangkat gunung ke langit kemudian dilemparkan kembali ke bumi. Seluruh perbuatan jahat yang pernah ada sejak zaman nabi Adam AS, di zaman ini kembali muncul kejahatan-kejahatan tersebut, namun Alhamdulillah dengan keberadaan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang mana sambungan sanad ruhiyah tidak bisa terputus. Berdoalah kepada Allah agar Allah melindungi kita, keluarga dan kerabat kita di setiap waktu dalam kehidupan kita, amin.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Yang terakhir akan saya sampaikan adalah wasiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di saat beliau dalam keadaan sakaratul maut, dimana beliau mengatakan :

اَلصَّلاَةُ اَلصَّلاَة

ُ

“ (Kerjakanlah/ Jagalah) shalat, shalat ”

Maka jagalah wasiat yang terakhir dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena shalat adalah tiang agama, dan janganlah sampai meninggalkan shalat dan jika tertinggalkan shalatnya karena terlupa atau uzur yang lainnya, maka segeralah mengqadha’ / menggantinya.
Selanjutnya kita berdoa dan bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala, semoga Allah mengabulkan seluruh doa-doa kita yang baik, dan semoga Allah memberikan kepada kita pemimpin yang baik dan shalih, amin allahumma amin.

فَقُوْلُوْاجَمِيْعًا

Ucapkanlah bersama-sama

يَا الله…يَا الله… ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم …لاَإلهَ إلَّاالله
لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ…لاَ إِلهَ إِلَّا اللهُ رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ…لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ
مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ