Home › Forums › Forum Masalah Umum › Perayaan Maulid dalam sorotan
- This topic has 1 reply, 2 voices, and was last updated 17 years, 2 months ago by Munzir Almusawa.
-
AuthorPosts
-
July 12, 2007 at 7:07 pm #77651626Iqbal_Nur_ImanParticipant
Asalamualaikum Wr Wb
Semoga Habibana dalam lindungan Allah SWT
Bib saya kirimkan artikel lagi dari web yang sama sebelumnya, mungkin sebagian sudah pernah dijelaskan oleh Habib didalam artikel Bid\’ah.
inilah artikel tersebut :
Perayaan Maulid Nabi dalam Sorotan
Hari itu istri-istri Nabi Shallallahu \’alaihi wasallam kedatangan tiga shahabat menanyakan perihal ibadah Rasulullah Shallallahu \’Alaihi Wasallam. Sesampainya mereka disana diceritakanlah kepada mereka seperti apa ibadah Rasulullah Shallallahu \’Alaihi Wasallam, selesai mereka menyimak keterangan para pendamping Rasulullah Shallallahu \’Alaihi Wasallam seolah-olah mereka masih menganggapnya belum seberapa. Maka berkatalah salah seorang dari mereka; \"Saya akan shalat malam selama-lamanya\". Kata yang kedua; \"Kalau saya, saya akan berpuasa dan tidak berbuka\". Yang terakhir menyela; \"Dan saya, saya akan menjauhi wanita-wanita dan tidak akan menikah\".Tidak lama, sampailah kepada beliau laporan ucapan-ucapan ketiga shahabatnya tadi. Maka beliau pun berkata lantang dihadapan mereka; \"Kenapa masih ada orang-orang yang mengatakan ini dan itu, sungguh demi Allah, ketahuilah; saya adalah orang yang paling bertakwa dan paling takut kepada Allah dari pada kalian, tapi saya shalat malam dan saya juga tidur, saya puasa dan saya juga berbuka dan saya menikahi wanita-wanita…barangsiapa yang tidak suka dengan ajaranku maka dia bukan dari golonganku\".
Demikianlah makna hadist Anas radiyallahu \’anhu yang diriwayatkan oleh Al Imam Muslim dalam Shahihnya. Hadits ini seolah-olah terus menegur dan mengingatkan kita, bahwa ada satu hal dari sunnah nabi Shallallahu \’Alaihi Wasallam yang sering kali luput dari pengamatan yaitu yang dinamakan para ulama dengan sunnah tarkiyyah. Sunnah Tarkiyyah adalah semua yang tidak pernah dikerjakan oleh Rasulllah Shallallahu \’Alaihi Wasallam semasa hidupnya, maka Sunnah bagi kita untuk meninggalkannya.
Karena sunnah ada dua; sunnah fi\’liyyah dan sunnah tarkiyyah. Yang pertama; setiap yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu \’Alaihi Wasallam dimasa hidupnya adalah sunnah bagi kita untuk melakukannya. Dan yang kedua; setiap yang tidak dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu \’Alaihi Wasallam dimasa hidupnya adalah sunnah bagi kita untuk tidak melakukannya.
Diantara contoh sunnah tarkiyah adalah hadist Anas radiyallahu \’anhu diatas. Karena itu Al Hafidz Ibnu Rajab berkata; \"…adapun hal-hal yang telah disepakati oleh Salaf untuk ditinggalkan, maka tidak boleh mengamalkannya, karena mereka meninggalkannya atas dasar ilmu bahwa hal tersebut tidak disyariatkan\".
Di hari-hari ini, di bulan Rabi\’ul Awal, umumnya kaum muslimin merayakan perayaan ritual tahunan yang biasa dikenal dengan Maulid Nabi Shallallahu \’Alaihi Wasallam atau Mauludan (di Jogja dikenal dengan perayaan Sekaten, red). Tidak sedikit harta yang dinafkahkan pada perayaan ini, sampai-sampai dibeberapa tempat dana yang dihabiskan untuk mensukseskannya terkadang mencapai puluhan juta. Tapi harus kita akui bersama, hanya sedikit –dari sekian besar dana yang dibelanjakan untuk acara ini- yang manfaatnya kembali kepada kaum muslimin apabila ditinjau dari perbaikan akhlak dan sikap beragama mereka, kalau tidak boleh mengatakan; \"Tidak ada manfaatnya\". Bukti akan hal ini terlalu banyak untuk disebutkan. Dan setiap kita cukup sebagai saksi dari gagalnya seremonial tahunan ini dalam mengangkat moral ummat dan mengembalikan kesadaran beragama mereka.
Apa yang salah dari perayaan maulid Nabi, bukankah acara tersebut merupakan ungkapan kegembiraan kita dengan Nabi kita sendiri?! Dengannya kita bisa melakukan napak tilas sejarah kehidupan beliau Shallallahu \’Alaihi Wasallam?! Mempelajari sunnah-sunnah Rasulullah Shallallahu \’Alaihi Wasallam?! Semua ini adalah niatan baik yang melatar belakangi perayaan tersebut, tapi seperti yang dikatakan oleh Ibnu Mas\’ud radiyallahu \’anhu kepada orang-orang yang didapatinya di masjid Kufah, ketika itu mereka terbagi-bagi dalam kelompok-kelompok majlis dzikir, majlis memuji dan mengingat Allah Ta\’ala, kata Ibnu Mas\’ud radiyallahu \’anhu , \"Berapa banyak orang yang menginginkan kebaikan tapi tidak mendapatkannya\". Hal ini karena mereka melakukan suatu yang tidak pernah dikerjakan Nabi Shallallahu \’Alaihi Wasallam semasa hidupnya, ini juga yang hampir dilakukan oleh tiga orang shahabat nabi dalam kisah di atas.
Ungkapan kegembiraan yang tepat, yakni napak tilas kehidupan Rasulullah Shallallahu \’Alaihi Wasallam dan mempelajari sunnah-sunnah beliau caranya dengan menerapkan ajarannya dalam kehidupan kita, dengan belajar ilmu agama diantaranya sirah Rasulullah shallallahu \’alaihi wasallam, bukan dengan cara-cara yang baru yang hanya dikenal setelah berlalunya tiga generasi yang mulia, shahabat, tabi\’in dan tabi\’it tabi\’in.
Adapun perayaan Maulid ini tidak dikenal di masa Rasulullah Shallallahu \’Alaihi Wasallam, generasi pertama ummat ini dan tidak dikenal dalam mazhab yang empat, Hanafiah, Malikiyah, Syafi\’iyah dan Hambaliyah. Lantas siapa orang yang menanggung dosa pertama dari bid\’ah maulid ini? Orang yang pertama kali mengadakan perayaan ini adalah kelompok Fatimiyyun disebut juga Ubaidiyyun ajaran mereka adalah kebatinan. Adapun perkataan bahwa yang pertama kali mengadakan perayaan tersebut adalah seorang raja yang adil yang alim yaitu Raja Mudhofir, penguasa Ibril adalah pernyataan yang salah. Abu Syamah menjelaskan bahwa Raja Al Mudhofir (hanya) mengikuti jejak Asy-Syaikh Umar bin Muhammad Al Mulaa tokoh kebatinan dan dialah orang yang pertama kali mengadakan perayaan tersebut.
Kelompok yang membolehkan Maulid Nabi beralasan;
1- Perayaan Maulid merupakan ekspresi kebahagiaan dan kegembiraan dengan diutusnya Nabi Shallallahu \’Alaihi Wasallam dan hal ini termasuk perkara yang diharuskan karena Al-Qur’an memerintahkannya sebagaimana yang terdapat di dalam firman Allah Ta’ala :
\"Katakanlah, dengan karunia Allah dan rahmat-Nya hendaklah dengan itu mereka bergembira\" (Qs. Yunus; 58).
Ayat ini memerintahkan kita untuk bergembira disebabkan rahmat-Nya, sedangkan Nabi Muhammad Shallallahu \’Alaihi Wasallam adalah rahmat Allah yang paling agung, Allah Ta’ala berfirman :
\"Dan tidaklah kami utus kamu melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam\" (Qs. Al Anbiya\’; 107)Sanggahannya :
Bergembira dengan beliau Shallallahu \’Alaihi Wasallam, kelahirannya, syariat-syariatnya pada umumnya adalah wajib. Dan penerapannya di setiap situasi, waktu dan tempat, bukan pada malam-malam tertentu.
Kedua, pengambilan dalil surat Yunus ayat ke 58 untuk melegalkan acara Maulid nyata sangat dipaksakan. Karena para ahli tafsir seperti Ibnu Jarir, Ibnu Katsir, Al Baghawi, Al Qurthubi dan Ibnul Arabi serta yang lainnya tidak seorangpun dari mereka yang menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan kata rahmat pada ayat tersebut adalah Rasulullah Shallallahu \’Alaihi Wasallam, namun yang dimaksud dengan rahmat adalah Al Qur’an. Seperti yang diterangkan dalam ayat sebelumnya.
\"Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabb kalian dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman\". (Qs. Yunus; 57).Ibnu Katsir menerangkan; \"Firman Allah Ta’ala \"rahmat dan petunjuk bagi orang-orang yang beriman\" maksudnya dengan Al-Qur’an, petunjuk dan rahmat bisa didapatkan dari Allah Ta’ala. Ini hanya dapat dicapai oleh orang-orang yang beriman dengan Al-Qur\’an dan membenarkannya serta meyakini kandungannya. Hal ini senada dengan firman Allah Ta’ala;
\"Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman\" (Qs. Al Israa\’; 82).2- Syubhat kedua, Rasulullah Shallallahu \’Alaihi Wasallam sendiri mengagungkan hari kelahirannya, beliau mengekspresikan hal itu dengan berpuasa, seperti diriwayatkan dari Abu Qatadahradiyallahu \’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu \’Alaihi Wasallam ditanya tentang puasa hari senin, beliau menjawab; \"Pada hari itu aku dilahirkan, aku diutus atau diwahyukan kepadaku\".
Sanggahannya :
Hadist Abu Qatadah radiyallahu \’anha di atas adalah hadits yang shahih, tapi menjadikannya sebagai dalil bahwa Rasulullah Shallallahu \’Alaihi Wasallam merayakan sendiri kelahirannya, ini yang salah. Kesimpulannya dalilnya shahih, pendalilannya salah. Dikarenakan beberapa alasan;
1- Diriwayatkan dalam hadits yang lain, bahwa puasa beliau Shallallahu \’Alaihi Wasallam di hari Senin, karena amalan di hari itu diperlihatkan kepada Allah Ta\’ala.
2- Kalau ucapan mereka benar, kenapa tidak ada seorang pun dari shahabat Rasulullah Shallallahu \’Alaihi Wasallam yang memahami sabda diatas dengan pemahaman demikian. Kemudian datang orang-orang belakangan yang memahami puasa beliau di hari Senin sebagai ekspresi pengagungan terhadap hari kelahirannya, lalu dari situ mereka mengadakan acara yang dinamakan Maulid!! Apakah mereka lebih mengetahui kebenaran dari para shahabat yang mulia?! Dan kebenaran itu luput dari mereka dan hanya diketahui oleh orang yang datang belakangan?! Sungguh ajaib logika orang-orang pintar akhir zaman, hasbunallahu wani\’mal wakiil.3- Syubhat ketiga, perkataan mereka : Perayaan Maulid memang bid\’ah, tapi bid\’ah hasanah (baik).\"
Sanggahannya :
Cukup dengan sabda Nabi Shallallahu \’Alaihi Wasallam, \"Setiap bid\’ah adalah sesat\". Dan seperti itu pulalah yang disampaikan Ibnu Umar radiyallahu \’anhuma kepada orang-orang yang memiliki anggapan salah ini, kata beliau; \"Setiap bid\’ah adalah sesat walaupun orang menganggapnya baik\".Al Imam Malik rahimahullah berkata; \"Barangsiapa yang membuat bid\’ah di dalam Islam yang dianggapnya baik, ia telah menuduh Muhammad Shallallahu \’Alaihi Wasallam khianat dalam menyampaikan risalah. Karena Allah Ta\’ala berfirman;
\"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”. (Qs. Al Maidah; 3), maka segala sesuatu yang bukan agama dihari itu, bukan pula agama di hari ini.Apabila ajaran maulid adalah petunjuk dan kebenaran, kenapa Rasululah SAW dan para shahabatnya, tidak pernah menganjurkannya?! Apakah mereka tidak tahu?! Kemungkinan yang lain, mereka tahu tapi menyembunyikan kebenaran. Dua kemungkinan ini sama batilnya!! Alangkah dzalim apa yang mereka perbuat kepada nabinya dengan alasan cinta kepadanya?!
Dikirim via email oleh Al Akh Fajar Wuryanto, Jakarta
July 13, 2007 at 9:07 pm #77651651Munzir AlmusawaParticipantAlaikumsalam warahmatullah wabaraktuh,
Kebahagiaan dan Kesejukan rohani semoga selalu menghiasi hari hari anda,
Saudaraku yg kumuliakan,
penjelasan mengenai maulid telah saya jelaskan dg gamblang di artikel maulid di web ini, juga ada artikel Bid’ah, dan di Buku yg saya terbitkan : “Kenalilah akidahmu”.Sebagaimana ketika seorang Imam di masjid Quba selalu menggandengkan surat Al Ikhlas dengan fatihah, ia selalu membaca surat Al ikhlas setelah alfatihah, baru ia membaca surat lain, maka orang2 mengadukannya pada Nabi saw, dan Nabi saw bertanya sebabnya maka Imam itu menjawab tanpa dalil hadits atau Alqur’an, ia menjawab dg singkat : “Inniy uhibbuhaa” (aku mencintai surat Al Ikhlas..) maka Nabi saw menjawab : “Hubbuka Iyyaha adkhalakal Jannah” (cintamu pada surat Al Ikhlas membuatmu masuk sorga) (Shahih Bukhari).
Jelaslah bahwa Imam Masjid Quba itu menambah nambah bacaan shalat, karena tak pernah ada sunnah nabi saw memerintahkan al ikhlas dibaca setiap habis fatihah sebelum surat lainnya, namun orang ini melakukannnya dan membuat buatnya sendiri atas dasar cintanya pada surat Al Ikhlas..
Jelaslah sudah bahwa hal yg baik itu disambut baik oleh Rasul saw.
Mengenai mubazir dlsb itu hanya mereka saja mengada ada, zaman Nabi saw masjid itu dibuat dari tanah, lalu dizaman Khalifah Utsman bin Affan ra menambahinya dengan ukiran ukiran dan tiang tiang, tembok batu dan atap,
Masa kini boleh saja orang memakai masjid dg karpet termahal, marmar, dan ukiran, hal itu lumrah saja,
Lalu secara umum setiap orang boleh saja membangun rumahnya dg Ac disetiap kamarnya, marmar, ukiran jepara, pintu seharga 80 juta, sofa harga belasan juta, toiletnya puluhan juta, kenapa wahabi wahabi itu tidak protes?, tapi masalah maulid mereka protes..?
Anda lihat bagaimana perbuatan para Muhaddits kita terdahulu :
Kita bisa melihat bagaimana para Huffadh dan para Imam imam mengirim hadiah pd Rasul saw :
Berkata Imam Alhafidh Al Muhaddits Ali bin Almuwaffiq rahimahullah : “aku 60 kali melaksanakan haji dengan berjalan kaki, dan kuhadiahkan pahala dari itu 30 haji untuk Rasulullah saw”. Beliau ini hidup di masa Imam SyafiiBerkata Al Imam Alhafidh Al Muhaddits Abul Abbas Muhammad bin Ishaq Atssaqafiy Assiraaj : “aku mengikuti Ali bin Almuwaffiq, aku lakukan 7X haji yg pahalanya untuk Rasulullah saw dan aku menyembelih Qurban 12.000 ekor untuk Rasulullah saw, dan aku khatamkan 12.000 kali khatam Alqur’an untuk Rasulullah saw, dan kujadikan seluruh amalku untuk Rasulullah saw, ia adalah murid dari Imam Bukhari rahimahullah, dan ia memiliki 70 ribu masalah yg dijawab oleh Imam Malik, beliau lahir pada 218 H dan wafat pada 313H, beliau ini meriwayatkan lebih dari 5.000 hadits shahih, seorang Muhaddits besar di masa Imam Ahmad bin Hanbal
Berkata Al Imam Al Hafidh Abu Ishaq Almuzakkiy, aku mengikuti Abul Abbas dan aku haji pula 7X untuk rasulullah saw, dan aku mengkhatamkan Alqur’an 700 kali khatam untuk Rasulullah saw. (Tarikh Baghdad Juz 12 hal 111).
Al Hafidh : yang sudah hafal lebih dari seratus ribu hadits dg sanad dan hukum matannya, sedangkan satu hadits yg panjangnya sebaris itu bisa jadi dua halaman bila dengan sanad dan hukum matannya, lalu bagaimana dg hafal 100 ribu hadits dg sanad dan hukum matannya?,
Mereka menghadiahkan hal diatas untuk rasulullah saw, maka maulid inipun merupakan hadiah untuk Rasulullah saw, berapa ratus juta pun yg dikeluarkan,
1. Berkata Imam Al Hafidh Ibn Hajar Al Asqalaniy rahimahullah :
Telah jelas dan kuat riwayat yg sampai padaku dari shahihain bahwa Nabi saw datang ke Madinah dan bertemu dengan Yahudi yg berpuasa hari asyura (10 Muharram), maka Rasul saw bertanya maka mereka berkata : “hari ini hari ditenggelamkannya Fir’aun dan Allah menyelamatkan Musa, maka kami berpuasa sebagai tanda syukur pada Allah swt, maka bersabda Rasul saw : “kita lebih berhak atas Musa as dari kalian”, maka diambillah darinya perbuatan bersyukur atas anugerah yg diberikan pada suatu hari tertentu setiap tahunnya, dan syukur kepada Allah bisa didapatkan dg pelbagai cara, seperti sujud syukur, puasa, shadaqah, membaca Alqur’an, maka nikmat apalagi yg melebihi kebangkitan Nabi ini?, telah berfirman Allah swt “SUNGGUH ALLAH TELAH MEMBERIKAN ANUGERAH PADA ORANG ORANG MUKMININ KETIKA DIBANGKITKANNYA RASUL DARI MEREKA” (QS Al Imran 164)2. Pendapat Imam Al Hafidh Jalaluddin Assuyuthi rahimahullah :
Telah jelas padaku bahwa telah muncul riwayat Baihaqi bahwa Rasul saw ber akikah untuk dirinya setelah beliau saw menjadi Nabi (Ahaditsulmukhtarah hadis no.1832 dg sanad shahih dan Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 9 hal.300), dan telah diriwayatkan bahwa telah ber Akikah untuknya kakeknya Abdulmuttalib saat usia beliau saw 7 tahun, dan akikah tak mungkin diperbuat dua kali, maka jelaslah bahwa akikah beliau saw yg kedua atas dirinya adalah sebagai tanda syukur beliau saw kepada Allah swt yg telah membangkitkan beliau saw sebagai Rahmatan lil’aalamiin dan membawa Syariah utk ummatnya, maka sebaiknya bagi kita juga untuk menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid beliau saw dengan mengumpulkan teman teman dan saudara saudara, menjamu dg makanan makanan dan yg serupa itu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan kebahagiaan. bahkan Imam Assuyuthiy mengarang sebuah buku khusus mengenai perayaan maulid dengan nama : “Husnulmaqshad fii ‘amalilmaulid”.3. Pendapat Imam Al hafidh Abu Syaamah rahimahullah (Guru imam Nawawi) :
Merupakan Bid’ah hasanah yg mulia dizaman kita ini adalah perbuatan yg diperbuat setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul saw dengan banyak bersedekah, dan kegembiraan, menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal itu memuliakan Rasul saw dan membangkitkan rasa cinta pada beliau saw, dan bersyukur kepada Allah dg kelahiran Nabi saw.4. Pendapat Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljazriy rahimahullah dalam kitabnya ‘Urif bitta’rif Maulidissyariif :
Telah diriwayatkan Abu Lahab diperlihatkan dalam mimpi dan ditanya apa keadaanmu?, ia menjawab : “di neraka, tapi aku mendapat keringanan setiap malam senin, itu semua sebab aku membebaskan budakku Tsuwaibah demi kegembiraanku atas kelahiran Nabi (saw) dan karena Tsuwaibah menyusuinya (saw)” (shahih Bukhari). maka apabila Abu Lahab Kafir yg Alqur’an turun mengatakannya di neraka mendapat keringanan sebab ia gembira dengan kelahiran Nabi saw, maka bagaimana dg muslim ummat Muhammad saw yg gembira atas kelahiran Nabi saw?, maka demi usiaku, sungguh balasan dari Tuhan Yang Maha Pemurah sungguh sungguh ia akan dimasukkan ke sorga kenikmatan Nya dengan sebab anugerah Nya.5. Pendapat Imam Al Hafidh Syamsuddin bin Nashiruddin Addimasyqiy dalam kitabnya Mauridusshaadiy fii maulidil Haadiy :
Serupa dg ucapan Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljuzri, yaitu menukil hadits Abu Lahab6. Pendapat Imam Al Hafidh Assakhawiy dalam kitab Sirah Al Halabiyah
berkata ”tidak dilaksanakan maulid oleh salaf hingga abad ke tiga, tapi dilaksanakan setelahnya, dan tetap melaksanakannya umat islam di seluruh pelosok dunia dan bersedekah pd malamnya dg berbagai macam sedekah dan memperhatikan pembacaan maulid, dan berlimpah terhadap mereka keberkahan yg sangat besar”.7. Imam Al hafidh Ibn Abidin rahimahullah
dalam syarahnya maulid ibn hajar berkata : ”ketahuilah salah satu bid’ah hasanah adalah pelaksanaan maulid di bulan kelahiran nabi saw”8. Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahullah
dengan karangan maulidnya yg terkenal ”al aruus” juga beliau berkata tentang pembacaan maulid, ”Sesungguhnya membawa keselamatan tahun itu, dan berita gembira dg tercapai semua maksud dan keinginan bagi siapa yg membacanya serta merayakannya”.9. Imam Al Hafidh Al Qasthalaniy rahimahullah
dalam kitabnya Al Mawahibulladunniyyah juz 1 hal 148 cetakan al maktab al islami berkata: ”Maka Allah akan menurukan rahmat Nya kpd orang yg menjadikan hari kelahiran Nabi saw sebagai hari besar”.10. Imam Al hafidh Al Muhaddis Abulkhattab Umar bin Ali bin Muhammad yg terkenal dg Ibn Dihyah alkalbi
dg karangan maulidnya yg bernama ”Attanwir fi maulid basyir an nadzir”11. Imam Al Hafidh Al Muhaddits Syamsuddin Muhammad bin Abdullah Aljuzri
dg maulidnya ”urfu at ta’rif bi maulid assyarif”12. Imam al Hafidh Ibn Katsir
yg karangan kitab maulidnya dikenal dg nama : ”maulid ibn katsir”13. Imam Al Hafidh Al ’Iraqy
dg maulidnya ”maurid al hana fi maulid assana”14. Imam Al Hafidh Nasruddin Addimasyqiy
telah mengarang beberapa maulid : Jaami’ al astar fi maulid nabi al mukhtar 3 jilid, Al lafad arra’iq fi maulid khair al khalaiq, Maurud asshadi fi maulid al hadi.15. Imam assyakhawiy
dg maulidnya al fajr al ulwi fi maulid an nabawi16. Al allamah al faqih Ali zainal Abidin As syamhudi
dg maulidnya al mawarid al haniah fi maulid khairil bariyyah17. Al Imam Hafidz Wajihuddin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad As syaibaniy yg terkenal dg ibn diba’
dg maulidnya addiba’i18. Imam ibn hajar al haitsami
dg maulidnya itmam anni’mah alal alam bi maulid syayidi waladu adam19. Imam Ibrahim Baajuri
mengarang hasiah atas maulid ibn hajar dg nama tuhfa al basyar ala maulid ibn hajar20. Al Allamah Ali Al Qari’
dg maulidnya maurud arrowi fi maulid nabawi21. Al Allamah al Muhaddits Ja’far bin Hasan Al barzanji
dg maulidnya yg terkenal maulid barzanji23. Al Imam Al Muhaddis Muhammad bin Jakfar al Kattani
dg maulid Al yaman wal is’ad bi maulid khair al ibad24. Al Allamah Syeikh Yusuf bin ismail An Nabhaniy
dg maulid jawahir an nadmu al badi’ fi maulid as syafi’25. Imam Ibrahim Assyaibaniy
dg maulid al maulid mustofa adnaani26. Imam Abdulghaniy Annanablisiy
dg maulid Al Alam Al Ahmadi fi maulid muhammadi”27. Syihabuddin Al Halwani
dg maulid fath al latif fi syarah maulid assyarif28. Imam Ahmad bin Muhammad Addimyati
dg maulid Al Kaukab al azhar alal ‘iqdu al jauhar fi maulid nadi al azhar29. Asyeikh Ali Attanthowiy
dg maulid nur as shofa’ fi maulid al mustofa30. As syeikh Muhammad Al maghribi
dg maulid at tajaliat al khifiah fi maulid khoir al bariah.Tiada satupun para Muhadditsin dan para Imam yg menentang dan melarang hal ini, mengenai beberapa pernyataan pada Imam dan Muhadditsin yg menentang maulid sebagaimana disampaikan oleh kalangan anti maulid, maka mereka ternyata hanya menggunting dan memotong ucapan para Imam itu, dengan kelicikan yg jelas jelas meniru kelicikan para misionaris dalam menghancurkan Islam.
Mereka bicara Imam Ibn katsir?, Justru Imam Ibn katsir sendiri mengarang maulid sebagaimana saya cantumkan diatas,
Mengenai fatwa Imam Malik adalah untuk kaum Rawafidh, dari jabariyah dan Qadariyah, justru Imam malik sangat benci pada wahabi, mengapa?, karena Imam Malik seorang Muhaddist besar, ia adalah jauh sebelum Imam Bukhari, ia adalah guru Imam syafii, dan suatu hari Imam malik kedatangan orang yg menyoalkan masalah Allah ada di Arsy,
maka Berkata Al hafidh Almuhaddits Al Imam Malik rahimahullah ketika datang seseorang yg bertanya makna ayat : ”Arrahmaanu ’alal Arsyistawa”, Imam Malik menjawab : ”Majhul, Ma’qul, Imaan bihi wajib, wa su’al ’anhu bid’ah (tdk diketahui maknanya, dan tidak boleh mengatakannya mustahil, percaya akannya wajib, bertanya tentang ini adalah Bid’ah Munkarah), dan kulihat engkau ini orang jahat, keluarkan dia..!”,demikian ucapan Imam Malik pada penanya ini, hingga ia mengatakannya : ”kulihat engkau ini orang jahat”, lalu mengusirnya, tentunya seorang Imam Mulia yg menjadi Muhaddits Tertinggi di Madinah Almunawwarah di masanya yg beliau itu Guru Imam Syafii ini tak sembarang mengatakan ucapan seperti itu, kecuali menjadi dalil bagi kita bahwa hanya orang orang yg tidak baik yg mempermasalahkan masalah ini.
Tentunya para wahabi ini bila Imam Malik ada masa kini maka Imam Malik akan mengusir mereka dari majelisnya.
demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu,
wallahu a\’lam
-
AuthorPosts
- The forum ‘Forum Masalah Umum’ is closed to new topics and replies.