Kunci Kesuksesan Dakwah di Muka Bumi
Senin, 29 November 2010
قَالَ رَسُولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
أُعْطِيْتُ مَفَاتِيْحَ اْلكَلِمِ وَنُصِرْتُ بِالرُّعْبِ وَبْيَنمَا أَناَ نَائِمٌ اَلْباَرِحَةَ إِذْ أُتِيْتُ بِمَفَاتِيْحِ خَزَائِنِ اْلأَرْضِ حَتَّى وُضِعَتْ فِيْ يَدِيْ، قَالَ أَبُوْ هُرَيْرَةَ فَذَهَبَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَأَنْتُمْ تَنْتَثِلُوْنَهَا
(صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah saw : “Aku telah diberi kunci-kunci pembuka semua kalimat (Al Qur’an) dan aku diberi pertolongan dengan gentarnya musuh, dan antara aku tidur semalam, maka kulihat seluruh kunci kesuksesan dakwah di bumim hingga ditaruhkan ditanganku”. Berkata Abu Hurairah ra: “Serelah Rasulullah saw wafat maka kalian yang mendapatkannya dan memunculkannya”. (Shahih Bukhari)
{mosimage}Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ الحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الْجَمْعِ اْلعَظِيْمِ .
Limpahan puji kehadirat Allah Yang berhak dipuji, yang dengan memuji-Nya terangkatlah hamba-Nya kepada cahaya keterpujian di dunia dan akhirah. Allah subhanahu wata’ala tidak membutuhkan pujian namun Allah mencintai hamba yang memuji-Nya, karena pujian muncul dari cinta, semakin banyak seseorang memuji Allah maka itu merupakan bukti bahwa ia semakin banyak mencintai Allah, dan jika ia mencintai Allah maka itu adalah bukti bahwa Allah mencintai-Nya, jika ia rindu kepada Allah maka itu adalah bukti bahwa Allah juga rindu kepadanya, sebagaimana sabda pemimpin dan idola kita sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, manusia yang paling sopan dan ramah, makhluk yang paling indah, manusia yang paling banyak tersenyum, yang selalu menghibur tamu-tamu dan semua orang dengan senyumannya, dan senyumnya meruntuhkan kesedihan orang yang melihatnya, sehingga dikatakan oleh sayyidina Anas bin Malik RA di dalam Shahih Al Bukhari :
مَا رَأَيْنَا مَنْظَرًا أَعْجَبَ مِنْ وَجْهِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Tidak pernah kami melihat suatu pemandangan yang lebih menakjubkan dari wajah sang nabi (Muhammad Saw)”
Semoga Allah memuliakan penglihatan kita dengan memandang indahnya wajah sang nabi di dunia, di barzakh dan di akhirah, wahai Yang Maha Mendengar dan Yang selalu bersama kami di dunia, di barzakh, dan di akhirah, Yang Maha dekat kepada setiap hamba-Nya, dan telah mengirimkan kabar kepada sang nabi bahwa Dialah Yang Maha Dekat kepada setiap hamba-Nya, dengan firman-Nya:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
(البقرة: 186 )
“ Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran ” ( QS. Al Baqarah: 186 )
Jika hamba-hamba Allah menyeru-Nya maka dijawab oleh Allah, namun jawabannya bukan dengan suara tetapi dengan pahala. Kita hanya bisa mengeluarkan suara, keinginan, harapan dan cita-cita, dan Allah membalasnya paling sedikit dengan pahala, namun bisa ditambah pula dengan pengabulan doa bahkan bisa ditambah lebih dari yang kita minta, karena Allah telah memberi sebelum kita meminta. Berjuta-juta hajat yang tidak kita ketahui telah Allah berikan sebelum kita memintanya. Bukankah bergerak adalah hajatmu?, bukankah melirik ke kanan atau ke kiri itu juga hajatmu? kesemua itu adalah hajat kita namun kita tidak perlu meminta izin kepada Allah untuk melakukannya dan kita tidak menciptanya sendiri, Allah Yang telah menciptakan kita dari seekor sel menjadi tubuh ini bisa melihat dan bisa mendengar, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala berfirman :
قُلْ هُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ
(الملك: 23 )
“ Katakanlah, “Dialah yang menciptakanmu dan menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati nurani untukmu, (tetapi) sedikit sekali yang bersyukur ” (QS. Al Mulk: 23)
Namun ada juga manusia yang terlahir tidak bisa melihat, akan tetapi hatinya tetap diberi penglihatan oleh Allah subhanahu wata’la. Bahkan ada orang yang matanya bisa melihat namun hatinya tertutup, atau ia menutup dirinya dari melihat keluhuran Allah, padahal Allah Maha Dekat kepada yang buta hatinya atau yang buta matanya, Allah Maha Dekat kepada semua hamba-hambaNya. Tidak ada yang lebih dekat denganmu selain tuhanmu, namun kedekatan-Nya tanpa jarak, Allah subhanahu wata’ala jauh tanpa jarak dan dekat tanpa sentuhan bahkan lebih dekat daripada sentuhan. Allah “dekat” berarti Allah menawarkan kelembutan dan kedekatan-Nya, dan bukan lagi ditawarkan bahkan dikenalkan bagi siapa yang menginginkan dekat dengan Allah, maka Allah telah mengatakan “Aku Dekat” , siapa yang ingin mengatakan kepada Allah : “wahai Allah, aku dekat kepada-Mu dengan doa, amal dan istighfar namun kesemua itu mustahil bisa membuatku dekat kepada-Mu kecuali dengan kehendak-Mu, namun ketika aku telah mendengar firman-Mu bahwa Engkau Maha Dekat, maka karena itulah aku berani memohon kepada-Mu kedekatan”, karena Engkau telah berfirman kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam :
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
( البقرة: 186 )
“ Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran ” ( QS. Al Baqarah: 186 )
Maka dengan firman-Mu itulah kami memohon kedekatan kepada-Mu, yang telah Engkau janjikan kepada kami kedekatan berupa pengampunan-Mu, kasih sayang-Mu, dan kelembutan-Mu. Wahai Allah berikan kepada kami kedekatan yang hakiki kepada-Mu.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Ketika seseorang mendekat dengan Allah maka ia akan semakin asyik dengan Allah, ia semakin tidak terganggu dan risau dengan musibah, tidak pula terganggu dengan kenikmatan karena telah merasakan hakikat kenikmatan yang lebih dari kenikmatan surga, hal itu ia rasakan di dunia sebelum di surga. Ia akan merasakan kelezatan dzikir jauh lebih nikmat daripada surga beserta isinya. Getaran jiwa yang rindu kepada Allah sungguh sangat indah bahkan lebih indah dari surga, karena rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ أَحَبَّ اللهُ لِقَاءَهُ
“ Barangsiapa yang rindu bertemu dengan Allah maka Allah juga rindu bertemu dengannya ”
Jika seseorang telah dirindukan perjumpaannya oleh Allah subhanahu wata’ala maka surga dan segala isinya sangatlah pasti ia dapatkan. Seseorang yang telah dirindukan oleh Allah maka siang dan malamnya penuh dengan keindahan bahkan selalu diperindah oleh Allah subhanahu wata’ala. Sangat berbeda antara orang yang melewati hari-harinya dengan kerinduan kepada Allah dan orang yang melewati hari-harinya dengan pemikiran yang kosong, Allah Maha Melihat pada sanubari kita yang terdalam, maka hari-hari dan malam-malamnya berbeda, detak nafasnya berbeda, karena orang-orang yang merindukan Allah subhanahu wata’ala itu nafasnya jauh lebih luhur daripada ibadah orang lain. Dalam riwayat yang tsiqah dijelaskan bahwa ketika seseorang sedang melakukan shalat maka syaitan mendekat kepadanya, dan disebelah orang yang shalat ada orang yang sedang tidur, dan syaitan tidak bisa mendekat kepada orang yang shalat tadi, ketika ditanya mengapa engkau (syaitan) tidak bisa dekat kepada orang yang sedang shalat itu, maka syaitan itu menjawab: “aku tidak bisa mendekat kepada orang yang shalat untuk mengganggunya karena nafas orang yang tidur itu membakarku”, karena orang yang tidur itu adalah orang yang rindu kepada Allah subhanahu wata’ala, sehingga cahaya rabbul ‘alamin berpijar di dalam jiwanya. Hadirin hadirat, sebelum kita masuk ke alam sanubari yang rindu kepada Allah, nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
مَنْ اغْبرَّتْ قَدمَاهُ فِي سَبِيْلِ اللَّهِ حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ
“ Barangsiapa yang kakinya berdebu (karena berjalan) di jalan Allah maka Allah haramkan darinya api neraka ”
Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani menjelaskan bahwa hal itu bukan hanya untuk orang yang berjihad saja, tetapi untuk semua orang yang melangkah menuju jalan yang diridhai Allah, termasuk berjalan ke majelis dzikir, ke majelis ta’lim, ke majelis shalawat atau ke masjid, karena hadits ini diriwayatkan ketika nabi Muhammad pergi untuk shalat Jum’at, maka hal ini menunjukkan bahwa hadits ini bukan dikhususkan untuk yang berjihad saja tetapi untuk semua orang yang melangkah menuju jalan yang diridhai Allah, jika hanya kaki yang melangkah ke jalan yang diridhai Allah terkena debu maka Allah haramkan dia dari api neraka, maka bagaimana dengan jiwa yang rindu kepada Allah subhanahu wata’ala. Oleh sebab itu dijelaskan di dalam kitab Qabas An Nuur Al Mubin ringkasan dari kitab Ihya’ Ulumuddin oleh Al Musnid Al Arif billah Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim Al Hafizh, bahwa ketika seseorang mengucapkan kalimat :
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
(الفاتحة:
(6
“ Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus ” ( QS. Al Fatihah: 6 )
Dan ia memahami serta mendalami maknanya, sungguh rahasia kemuliaan ; derajat, anugerah, pahala dan lainnya tersimpan dalam kalimat itu. Kalimat “Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus”, maka ia telah mendoakan dan meminta petunjuk kepada Allah untuk semua kaum muslimin. Disebutkan pula dalam riwayat Shahih Muslim ketika seseorang membaca kalimat:
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ، صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
(الفاتحة: 6-7 )
“ Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus,(yaitu) jalan orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat ” (QS. Al Fatihah: 6-7)
Allah menjawab:
هَذَا لِعَبْدِيْ وَلِعَبْدِيْ مَا سَأَلَ
“ Ini untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta ”
Maka hadirkan hati kita saat mengucapkan kalimat itu, oleh karena itu diperintahkan kepada kita untuk diucapkan minimal 17 kali sehari, untuk apa? untuk memperbaiki derajat kita agar semakin tinggi menuju keluhuran, karena ketika kita sendiri yang berjuang menuju keluhuran maka akan kita temui banyak hambatan, namun jika Allah yang menuntun kita, meskipun kita tidak mau maka kita akan tertuntun menuju keluhuran, misalnya seseorang tidak berniat untuk berbuat baik namun Allah anugerahi kepada kebaikan, ia tidak berniat untuk berbuat yang luhur namun Allah memberinya keluhuran karena Allah menghendakinya. Sebagaimana yang hadir di mejelis dzikir ketika Allah berkata kepada malaikat: “wahai malaikat-Ku, saksikanlah Aku telah mengampuni semua mereka yang hadir di majelis dzikir itu”, maka malaikat berkata: “wahai Allah, diantara mereka ada yang hadir bukan dengan niat ikhlas ibadah namun hanya ingin mendengarkan saja dan sekedar ingin duduk bersama”, maka Allah menjawab:
هُمُ الْجُلَسَاءُ لَا يَشْقَى بِهِمْ جَلِيْسُهُمْ
“ Orang yang duduk bersama mereka (yang berdzikir) tidak akan dihinakan ”
Hal ini menunjukkan bahwa niat berbuat baik tidak ada namun Allah muliakan dia karena Allah telah memberikan kepadanya keinginan untuk duduk bersama orang yang berdzikir padahal hatinya tidak ikut berdzikir, apalagi yang datang dengan niat berdzikir dan hatinya ikut berdzikir . Maka renungkanlah makna kesucian kalimat ini:
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ، صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
(الفاتحة: 6-7 )
“ Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus,(yaitu) jalan orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat ” (QS. Al Fatihah: 6-7)
Kenikmatan dunia dan akhirah yang diridhai Allah subhanahu wata’ala sungguh sangat banyak, yang semua itu kita minta dalam doa kita, kita telah meminta kepada Allah agar kita selalu dibimbing Allah untuk selalu berbuat baik, selalu enggan untuk berbuat dosa, jika terjebak dalam dosa ingin segera bertaubat , jika berbuat ibadah ingin selalu lebih baik lagi dari yang telah diperbuat, serta memohon agar selalu dilimpahi kenikmatan, maka cita-cita apalagi dalam kehidupan kita selain hal-hal itu?!, karena itu adalah kehidupan yang terluhur dan tersimpan dalam makna surat Al Fatihah, yang telah Allah firmankan:
هَذَا لِعَبْدِيْ وَلِعَبْدِيْ مَا سَأَلَ
“ Ini untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta ”
Hanya bagi yang memintanya, maka hadirkan hati kita ketika membaca surah Al Fatihah dalam shalat. Insyaallah yang hadir disini semuanya mengerjakan shalat, jika masih ada yang belum mengerjakannya semoga esok Subuh sudah mulai mengerjakannya, amin allahumma amin.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Kehidupan luhur itu milik Allah, kenikmatan milik Allah dan petunjuk ke jalan kemuliaan juga milik Allah, maka mintalah kepada-Nya. Kita tidak bisa hanya mengandalkan kemampuan kita semata tanpa berdoa kepada Allah, karena manusia diciptakan dalam keadaan lemah, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَعْجَزُ النَّاسِ أَعْجَزُهُمْ عَنِ الدُّعَاءِ
“Orang yang paling lemah adalah orang yang paling lemah dari berdoa”
Semakin seseorang enggan berdoa maka dia semakin lemah dalam kehidupan, cepat terkena musibah, cepat terkena masalah, cepat terkena kesedihan, cepat terjebak dalam kekufuran, dan lainnya karena sedikit sekali berdoa. Sebaliknya semakin banyak seseorang berdoa maka hatinya akan semakin erat hubungannya dengan Allah subhanahu wata’ala dan akan semakin dijaga oleh Allah, dan juga tidak yang bisa menghalangi ketentuan Allah kecuali doa.
Sampailah kita kepada hadits luhur yang diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari bahwa rasulullah shallallahu melakukan shalat untuk para syuhada’ Uhud, para syuhada’ tidak dishalatkan namun rasulullah memberikan kekhususan kepada syuhada’ Uhud yang wafat untuk dishalati, terdapat dalam salah satu riwayat bahwa shalat yang dikhususkan untuk syuhada’ Uhud itu dilakukan dengan 40 kali takbir dan ada yang mengatakan dengan 70 kali takbir, jika kita hanya dengan 4 kali takbir. Dan dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar di dalam Fathul Bari bahwa takbir itu merupakan doa untuk para syuhada’ Uhud atas kemuliaan wafat mereka dalam perang Uhud, dan setelah melakukan shalat, rasulullah naik ke mimbar seraya bersabda:
أُعْطِيْتُ مَفَاتِيْحَ اْلكَلِمِ وَنُصِرْتُ بِالرُّعْبِ وَبْيَنمَا أَناَ نَائِمٌ اَلْباَرِحَةَ إِذْ أُتِيْتُ بِمَفَاتِيْحِ خَزَائِنِ اْلأَرْضِ حَتَّى وُضِعَتْ فِيْ يَدِيْ
“Aku diberi kunci-kunci al kalam, dan aku diberi pertolongan dengan ketakutan (yang ada dalam dada musuh-musuhku), ketika aku tadi malam tertidur tiba-tiba aku diberi kunci-kunci perbendaharaan bumi hingga diletakkan di tanganku”
Al Imam Ibn Hajar menjelaskan di dalam Fathul Bari bahwa makna kunci yang paling kuat dari seluruh pendapat para ulama’ adalah Al Qur’an Al Karim, dan ada pendapat lain yang dikatakan oleh Al Imam Ibn Hajar bahwa kunci atau rahasia segala perkataan ada pada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan diwariskan kepada ummatnya. Misalkan, seseorang berkata “lukisan”, maka jika diberikan kunci rahasia maknanya maka kata itu akan membuka keluhuran yang sangat besar bagi orang-orang yang mendengarnya, jika seseorang berkata “lampu” maka ketika dibuka rahasia kemuliaannya maka orang-orang akan menjerit menangis karena mendengar rahasia keluhuran, inilah yang dimaksud dengan “mafatiih alkalim (kunci-kunci perkataan)” pendapat yang kedua, namun pendapat yang terkuat adalah Al Qur’an Al Karim. Dan juga rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditolong dengan ketakutan yang ada di hati para musuhnya, hal ini juga terwariskan untuk ummat beliau. Para musuh-musuh rasulullah takut kepada beliau, jadi sebelum mereka para musuh bertemu untuk berperang maka mereka merasa takut terlebih dahulu, dan hal itu telah Allah berikan kepada semua orang yang memusuhi nabi Muhammad dan dakwah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan orang-orang yang meneruskan dakwah rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka orang yang memusuhinya pun akan ketakutan sebelum bertemu dengan mereka . Maka warisilah kemuliaan dakwah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan akan engkau lihat orang-orang yang memusuhimu akan gentar sebelum berhadapan denganmu, karena engkau membawa rantai warisan dari sabda rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
بَلِّغُوْا عَنِّيْ وَلَوْ آيَةً
“ Sampaikankanlah dariku meskipun satu ayat ”
Tugas telah sampai kepadamu, engkau telah diangkat oleh rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menjadi pewaris beliau, untuk menjadi wakil beliau, menjadi utusan beliau agar kita menyampaikan apa yang datang darinya walaupun satu ayat. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani mengatakan bahwa maknanya bukanlah satu ayat akan tetapi satu kalimat, demikian perkataan jumhur muhadditsin. Maka sampaikan walau satu kata pun dari nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, satu kata apapun dari kebaikan maka termasuk dalam hadits ini, itu adalah tugas untuk kita dari pimpinan terbesar di dunia dan akhirah, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan Rasulullah berkata ketika beliau sedang tertidur, ingat bahwa rasulullah matanya tertidur namun hatinya tidak tidur, sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:
إِنََّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي
“Sesungguhnya kedua mataku memang tidur namun hatiku tidak tidur”
Ketika beliau tidur dan dibangunkan oleh sayyidah Aisyah sebelum waktu fajar maka beliau bangun dan langsung melakukan shalat witir, maka sayyidah Aisyah berkata: “ wahai rasulullah, apakah engkau shalat tanpa wudhu?” maka rasulullah berkata:
يَا عَائِشَةُ إِنََّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي
“Wahai Aisyah, sesungguhnya kedua mataku memang tidur namun hatiku tidak tidur”
Kelanjutan hadits tadi, Rasulullah berkata: “Ketika tadi malam aku tertidur , aku dibawakan kunci perbendaharaan bumi sehingga diletakkan di tanganku”, kunci kesuksesan dan keberhasilan itu diberikan kepada rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berupa harta, kekuatan, kedamaian dan lainnya, itulah makna kalimat “Khazaain al ardh”. Diriwayatkan oleh Al Imam Ibn Hajar bahwa makna Khazaain al ardh (pendaman-pendaman bumi) bisa bermakna harta, kesuksesan, kemudahan, atau kemenangan dan yang pasti adalah berupa bantuan yang besar yang membuat kita sukses, yang telah diserahkan kepada rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sampai kesemua itu diletakkan di telapak tangan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Semua kesuksesan telah diberikan kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, bagaimana cara mendapatkannya?. Maka Abu Hurairah berkata melanjutkan hadits ini bahwa Rasulullah telah wafat dan kalian (ummat rasulullah) yang akan mendapatkannya. Kesemuanya akan ditumpahruahkan bagi mereka yang mau berjuang untuk sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mau membantu dakwah sayyidina Muhammad, maka Allah menyiapkan kemakmuran dan seluruh kemakmuran telah Allah letakkan di tangan rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka kesuksesan itu ada pada baktimu kepada nabimu Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dimana pun engkau berada dan amal apapun yang engkau perbuat seperti belajar, mengajar, bekerja, berdagang, menjadi suami, menjadi istri, menjadi tetangga, menjadi rakyat atau pemimpin, maka kesuksesan siap menantimu selama niatmu dipadu dengan cinta dan bakti kepada nabi kita Muhamma rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, karena semua kesuksesan ada di tangan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
Rahasia keluhuran ini terwariskan dan sampai kepada kita hadits luhur ini di malam hari ini dengan izin Allah subhanahu wata’ala, yang berarti semoga kita semua telah disiapkan oleh Allah untuk mewarisi kemakmuran dan kesuksesan yang telah diberikan ke telapak tangan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak tersisa satupun dari kita yang hadir kecuali telah diberikan oleh Allah semua itu, allahumma amin. Tunggulah waktunya akan segera tiba, janji nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam akan segera muncul dalam hari-harimu. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling mulia, yang paling menyayangi, yang paling berterima kasih dan membalas jasa lebih dari perbuatan baik kepada beliau, kita lihat para pewarisnya diantaranya Al Imam Fakhrul wujud Abu Bakr bin Salim Ar , ketika datang kepada beliau seorang ibu yang telah lanjut usia membawakan semangkok bubur daging. Di rumah Al Imam Fakhrul wujud ini mungkin ratusan atau bahkan ribuan tamu yang datang, maka ibu itu datang ke rumah Al Imam kemudian ia bertemu dengan salah seorang murid yang menunggu tamu di pintu, maka ia bertanya : “wahai ibu, ada keperluan apa?” maka ibu itu menjawab: “tidak ada apa-apa hanya saya ingin memberikan semangkok bubur daging ini yang semalaman saya membuatnya khusus untuk Al Imam Abu Bakr bin Salim”, maka murid itu berkata: “wahai ibu kalau hanya bubur semangkok ini lebih baik ibu shadaqahkan ke fuqara’ karena di dapur banyak sekali makanan dan Al Imam setiap harinya menyembelih puluhan ekor kambing untuk menjamu para tamunya”. Maka si ibu itu merasa kecewa karena telah semalaman dia membuatnya untuk Syaikh Abu Bakr bin Salim, kemudian ia pulang dan berkata dalam hatinya bahwa memang betul semangkok bubur itu tidak ada artinya karena setiap harinya dapur Al Imam Abu Bakr bin Salim dipenuhi puluhan ekor kambing untuk para tamunya. Maka bergetar firasat Syaikh Abu Bakr bin Salim dengan kejadian itu, sebagaimana sabda rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
اتّقُوْا فِرَاسَةَ الْمُؤْمِنِ فَإنّهُ يَنْظُرُ بِنُوْرِ اللهِ
“ Takutilah firasat seorang mukmin, karena ia melihat dengan cahaya dari Allah ”
Hati-hati dengan firasat orang mu’min dan orang-orang yang shalih karena dia memandang dengan cahaya Allah. Maka Al Imam Abu Bakr bin Salim yang saat itu sedang duduk dengan para tamunya tiba-tiba berdiri dan keluar dengan berlari, belum pernah orang-orang melihat beliau berlari, beliau keluar mengejar ibu itu dan berkata : “wahai ibu apa yang engkau bawa ?”, maka ibu itu berbalik dan berkata : “bukan apa-apa wahai imam, aku hanya membawa semangkok bubur yang kubuat semalaman untukmu, namun aku merasa malu ketika muridmu berkata bahwa di dapurmu setiap harinya dipenuhi dengan puluhan kilo beras dan puluhan ekor kambing, maka apalah artinya semangkok bubur ini yang seharusnya aku berikan kepada fuqara’ saja”, maka Al Imam Abu Bakr bin Salim berkata: “jazakillah khair, tidak ada hadiah yang lebih berharga dan lebih kusenangi dari ini”, maka bubur itu diterima oleh beliau kemudian beliau memberi ibu itu 1000 dinar . Dinar (kepingan emas) itu diberikan kepada ibu itu untuk membalas kebaikannya yang telah memberi beliau semangkok bubur daging. Maka Al Imam Fakhrul wujud berbalik kepada muridnya dan berkata: “wahai fulan, mengapa kalian ucapkan kata-kata itu?”, murid itu berkata: “wahai imam, para fuqara’ di luar banyak sedangkan di dapur makanan sangat banyak dan ibu itu hanya membawa semangkok bubur, dan bagaimana kita akan membawakannya kehadapanmu sedangkan engkau sedang mengajar di dalam”, maka Al Imam berkata: “Ibu itu membuatnya semalaman dengan ikhlas untuk memberikannya kepadaku, hal ini seperti keadaanku dihadapan Allah, yang beribadah siang dan malam namun tidak ada artinya dihadapan Allah , dan jika kalian menolak dia maka bisa jadi Allah akan menolak semua amal-amalku karena telah membuat kecewa ibu itu, oleh karena itu aku keluar untuk menyambutnya karena aku juga ungin disambut oleh Allah dengan amal-amalku yang tidak berarti”, seperti itulah balasan terima kasih dari Al Imam Fakhrul wujud Abu Bakr bin Salim Ar, maka terlebih lagi datuk beliau sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Saya tidak berpanjang lebar menyampaikan tausiah, ada beberapa hal yang perlu saya sampaikan diantaranya hari Minggu yang akan datang kita mengadakan acara siaran langsung di TV One, dan kita gembira dengan hal ini karena dakwah di media itu sangat penting, sebagaimana yang telah saya sampaikan di waktu-waktu yang lalu bahwa kita sudah menegur media-media yang terus menampilkan sesuatu yang bersifat tidak mendidik, dan saya sampaikan bahwa mereka yang menampilkan hal-hal itu ikut terlibat dosa di dalamnya, dua stasiun televisi yang saya sampaikan seperti itu, namun jawaban mereka sama : “kami hanya mengikuti kemauan pemirsa bib, jika di bulan ramadhan pemirsa menghendaki tayangan-tayangan islami maka kami ikut menayangkannya, pemirsa menghendaki yang lain pun kami ikut menyangkan yang lain”. Nah, jadi hal itu tergantung kemauan pemirsa, jika sekarang Allah telah bukakan pintu hidayah kepada media untuk berdakwah maka berapa banyak yang akan hadir di majelis ta’lim dari 200 juta penduduk yang ada di Indonesia ini, karena hampir semua rumah ada televisi. Bukannya kita mau riya’ dengan tampilnya kita di televisi, tetapi dakwah kita di televisi itu bukan hanya di majelis ta’lim lagi, tetapi masuk ke semua rumah-rumah, dan juga dzikir jalalah “Ya Allah” justru itu yang membuat mereka tertarik yang belum pernah dikumandangkan dan jarang didengar di Indonesia ini, terlebih lagi di media belum pernah didengar, maka mereka tertarik. Maka hal itu membuat tersebarnya dzikir “Ya Allah” dan masuk hampir ke setiap rumah di Indonesia. Hal itu tampaknya kecil dan ramah namun hakikatnya hal itu sangat agung karena dakwah bisa masuk hampir ke setiap rumah, dan ajaran dzikir terluhur masuk ke hampir setiap rumah disebabkan media, maka kerusakan dan pendidikan luhur pun bisa disebabkan media. Kemudian hari Selasa 7 Desember bertepatan dengan 1 Muharram 1432 H, dzikir akbar bersama TV One dan KH. Zainuddin MZ yang bertempat di Masjid At Tin Insyaallah. Dan Alhamdulillah dengan izin Allah subhanahu wata’al pihak TV One telah menyetujui untuk menyiarkan langsung acara dzikir akbar di Monas bersama guru mulia Al Musnid Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh pada 27 Desember 2010, dan malam tahun baru. Stasiun TV yang lain menyiarkan tayangan-tayangan yang lain, namun TV One siap menyiarkan acara kita di Monas bersama guru mulia tanggal 27 Desember 2010 dan malam 1 Januari, semoga dakwah ini semakin dibantu oleh Allah subhanahu wata’ala, amin. Kita tidak mampu untuk memasuki media namun Allah yang mengaturnya dan memberi mereka hidayah, ini adalah sebagai bukti bahwa kunci-kunci kesuksesan dunia dan akhirah telah Allah berikan kepada rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan insyaallah akan semakin dekat bangkitnya Jakarta menjadi kota Pengidola sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, kota yang mempelopori tersohornya dan termuliakannya dzikir “Ya Allah”, kita hanya bisa melakukannya di majelis-majelis saja, namun ternyata Allah tidak puas dengan hal itu, Allah menginginkan dzikir memanggil nama-Nya sampai ke seluruh wilayah di Indonesia agar disaksikan oleh seluruh penduduk Indonesia, demikian rahasia keluhuran, kita ingin berbuat seperti itu namun tidak akan mampu jika kita masuk ke setiap rumah-rumah untuk mengajarkan dzikir “Ya Allah”, namun Allah yang sampaikan. Demikian agung dan luhurnya rahasia anugerah Ilahi, kita berharap yang hadir di tabligh akbar bisa mencapai 5 juta muslimin muslimat, amin. Dan yang lain bisa menonton di televisi memilih siaran dzikir akbar dan melihat wajah guru mulia yang sedang bermunajat dalam doa. Beberapa yang lalu saya menghubungi guru mulia Al Musnid Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh karena ada beberapa kendala dengan dzikir malam tahun baru yang akan kita adakan, dan saya memohon doa kepada beliau maka beliau menjawab: “qabul wanafa’, qabul wa nafa’, qabul wa nafa’ (dikabulkan dan manafaat besar)”, dan saya juga sampaikan bahwa kita saat ini setiap malam membaca dzikir jalalah “Ya Allah” sebanyak 500 kali, lalu beliau bertanya kenapa, saya menjawab: “untuk dijauhkan dari bencana dan musibah dan juga untuk menyambut kedatangan antum wahai Habib”. Dengan dzikir jalalah semoga hati kita dan wilayah kita semakin makmur dan luhur, kita menyambut kedatangan guru mulia dengan dzikir “Ya Allah” dan kita selalu berdoa setiap malamnya untuk kesuksesan acara-acara kita dan wilayah kita terjauhkan dari bencana dan musibah, dan untuk kedamaian wilayah kita amin allahumma amin. Pengumuman selanjutnya malam Minggu yang akan datang tanggal 4 Desember 2010 adalah Haul ayahanda Al Habib Fuad bin Abdurrahman Al Musawwa, kita tetap adakan acara maulid seperti di jadwal dan setelah itu ziarah ke Luar Batang sekaligus haul ayahanda dan membacakan manaqib sekilas tentang ayahanda Almarhum almaghfurllah Al Habib Fuad bin Abdurrahman Al Musawwa, namun jamaah jangan langsung datang ke Luar Batang, hadir dahulu majelis maulid dan majelis dzikir, karena jika hadir ziarah tanpa hadir di majelis dzikir maka hal itu kurang sempurna. Maka kita hadir dulu di majelis dzikir kemudian kita konvoi untuk ziarah, dan jangan lupa pengendara motor untuk menggunakan helm, semakin hari kita harus semakin perbaiki diri dan perbaiki nama baik kita, karena semakin banyak yang tidak menggunakan helm maka akan semakin jelek nama majelis kita, dan ingat kita membawa nama baik manusia yang paling mulia rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bukan nama kita. Jika majelis ini bernama majelis Habib Munzir maka seluruh dunia yang menghina dan menjelek-jelekannya pun tidak masalah. Tetapi jika Majelis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jangan sampai dijelek-jelekkan oleh siapa pun kita usahakan hal itu, fitnah tidak akan bisa kita hindari namun kita selalu berusaha agar fitnah itu tidak timbul. Sebenarnya malam Minggu yang akan datang kita ingin langsung ziarah ke makam ayahanda almarhum tetapi tempatnya jauh di puncak Cipanas 90 Km siap tidak jika kita kesana?, yang tadi mengatakan siap maka dia mendapatkan pahalanya meskipun tidak pergi kesana, namun sangat repot karena kita konvoi dan jalannya pelan, berbeda jika kita jalan sendiri mungkin 2 atau 3 jam akan sampai, tetapi kalau konvoi bisa-bisa sampai pagi kesana. Jadi malam Minggu yang akan datang Haul ayahanda saya, semoga Allah subhanahu wata’ala memuliakan almarhum di alam barzakh, amin. Masyaallah beliau yang mendidik saya dan anak-anaknya dengan begitu tegas, beliau mengajarkan anak-anaknya membaca Al qur’an, menjauhi pergaulan yang tidak baik, dan beliau sendiri adalah orang yang selalu asyik membaca Al Qur’an dan jika membaca Al Qur’an beliau selalu menangis, ketika saya masih kecil kira-kira berumur 5 tahun, beliau selalu menaruh tikar di kebun beliau dan beliau membaca Al qur’an dan saya tidak boleh kemana-kemana, boleh bermain namun ketika beliau membaca Al qur’an maka saya tidak boleh jauh dari beliau. Beliau paling memanjakan saya yang selalu sakit-sakitan dan yang paling memalukan beliau, karena semua kakak saya telah wisuda sarjana dan hanya saya sendiri yang putus sekolah, beliau sendiri yang berkata kepada saya: “engkau ini jika ingin dunia maka betul-betul seriuslah, dan jika ingin akhirah seriuslah, kalau ingin belajar di sekolah umum maka belajar yang serius, jika ingin sekolah agama belajar yang serius, kamu ini putus di sekolah umum dan tidak pula di sekolah agama, hanya diam di rumah saja”, namun Allah subhanahu wata’ala menjawab doa beliau dengan suksesnya Majelis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau tidak bisa bangga dengan saya di masa hidupnya namun insyaallah beliau akan bangga di alam barzakh, amin. Dan hari Minggu tanggal 5 Desember jam 13.00 Wib sampai jam 15.00 acara bersama TV One di masjid Universitas Negeri Jakarta, sampaikan kepada teman-teman kita yang tidak ada udzur untuk hadir dan yang berhalangan hadir saksikan di televisi. Selanjutnya kita berdzikir bersama semoga Allah subhanahu wata’ala memuliakan seluruh niat kita, dan Allah memberi semua apa yang kita cita-citakan bahkan diberi lebih dari apa yang kita inginkan, dan Allah memberi apa yang kita minta lebih dari yang kita minta, hal itu tidaklah mustahil bagi Allah subhanahu wata’ala.
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله…يَا الله… ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم …لاَإلهَ إلَّاالله…لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ…لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ…لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ… مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Kita terus berdoa, dan kita juga telah mendengar guru mulia akan terus mendoakan kita ketika disampaikan kepada beliau bahwa para jama’ah setiap malamnya berdzikir dengan membaca “Ya Allah” diantaranya untuk menyambut kedatangan beliau dan kesuksesan acara bersama beliau, maka beliau menjawab: “ra’aahumullah (semoga Allah menjaga mereka)”. Kita berharap beliau tidak hanya datang setahun sekali atau setahun dua kali, namun kita berharap beliau pindah ke Jakarta, amin allahumma amin. Sebagaimana rasulullah hijrah dari Makkah ke Madinah, semoga Allah memberikan anugerah agar beliau pindah ke Jakarta. Kenapa saya berbicara seperti itu, itu adalah cita-cita dalam sanubari kan boleh-boleh saja, demikian yang saya sampaikan, insyaallah kita bertemu di majelis-majelis berikutnya. Selanjutnya kita dengarkan qasidah Ya Arhamarrahimin dari fadhilah as sayyid Al Habib Ibrahim Aidid, kemudian doa penutup oleh Al Habib Sofyan Basyaiban, tafaddhal masykuuraa.