JALSATUL ITSNAIN MAJELIS RASULULLAH SAW
9 Oktober 2017
-HABIB JA’FAR BIN MUHAMMAD BAGIR AL-ATTHOS-
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Kita ucapkan selamat datang kepada dewan guru kita Al-Habib Muhammad Al-Bagir bin Alwi bin Yahya, semoga Allah panjangkan umur beliau, Allah sehatkan badan beliau, dan di berikan keberkahan oleh Allah Swt , keberkahan dunia sampai akhirat Amin Amin Amin Ya Rabbal Alamin. Di berikan Ilmu-Ilmu yang bermanfaat untuk kita semua Amin Ya Rabbal Alamin.
Guru kita bersama Al Habib Muhammad Al-Idrus, Habib Hasan Al-Hamid, dan para Habaib yang lainnya yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu , Kyai Abdussalam dan para Asatidzah yang lain para Hadirin-hadirat para pemirsa dari pada streaming Website dari pada Majelis Rasulullah Saw yang mudah-mudahan semuanya dalam limpahan Rahmat Allah Saw yang terbesar yang terindah untuk kita, anak-anak kita , keluarga kita, sanak Family kita, kerabat kita, tetangga kita, Ummat Nabi besar Muhammad Saw dimanapun berada Amin Amin Amin Ya Rabbal Alamin.
Kita doakan juga pada dewan guru kita Al-Habib Alwi bin Abdurrahman Al-Habsyi yang sedang berdakwah di luar kota. Mudah-mudahan Allah berikan keselamatan pulang dan perginya , di berikan keberkahan oleh Allah Swt, di terima dakwahnya oleh Allah Swt , di berikan kemudahan-kemudahan dan kelancaran Amin Ya Rabbal Alamin.
Untuk itu sebagaimana biasa kita akan memulai dengan kajian kitab Qutuful Falihin, tapi karena Al-Habib Alwi tidak hadir kita akan langsung ke dalam pembacaan dari pada kitab Mukhtasor Lathif dan nanti akan di sempurnakan di dalam Tausiyahnya Habib Muhammad Bagir dan zikir Jalalah yang Insya Allah karena waktu Isya nya kita maju Insya Allah jam 10 kita sudah tutup dari pada majelis kita, jadi tidak terlalu malam, karena kalau sudah setengah sebelas ibaratnya sudah jam 11 malam. Kita seperti di wasiatkan juga jam 10 sebenarnya sudah kemalaman, tapi mudah-mudahan Allah Swt memberikan amal-amal kita yang di terima oleh Allah Swt di berikan Taufiq dan Hidayah untuk kita semuanya Amin Amin Amin Ya Rabbal Alamin.
Kita mulai di dalam kajian dalam kitab Mukhtasor Latif
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْد
Kita baca bareng-bareng niat dari pada Al Habib Abdullah Al-Haddad
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
نَوَيْتُ التَّعَلُّمَ وَالتَّعْلِيْمَ، وَالنَّفْعَ وَالاِنْتِفَاعَ، وَالْمُذَاكِرَةَ وَالتَّذْكِيْرَ،
وَالإِفَادَةَ وَالاِسْتِفَادَةَ، وِالْحِثُّ عَلَى تَمَسُّكِ بِكِتَابِ الله،
وَبِسُنَّةِ رَسُوْلِ الله صلى الله عليه وسلَّم،
وَالدُّعَاءَ إِلَى الْهُدَى، وَالدِّلالَةَ عَلَى الْخَيْرِ،
اِبْتِغَاءَ وَجْهِ الله وَمَرْضَاتِهِ وَقُرْبِهِ وَثَوَابِهِ
الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
لاحول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم
وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ ۚ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
نعم المولى ونعم النصير
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي
أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي
Alhamdulillah Wa Syukrulillah di malam hari ini kita kembali dalam kajian kita di dalam kitab Mukhtasor Latif yang kemarin, 2 minggu yang lalu kita telah bahas didalam pembahasan بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Dan makna dari pada maknanya, hukum-hukum nya kemudian makna dari pada الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. Bagian-bagian nya dan hukum-hukumnya dan definisinya, kita masuk di dalam pembahasan ( أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ) dan aku bersaksi tiada tuhan yang di sembah dengan sebenar benarnya kecuali Allah. Makna kata dari pada Syahadah selalu di bawa di dalam setiap Khutbah. Dan juga dari Hadisr Rasulullah Saw di dalam riwayat Abu Daud juga Rasulullah Saw mengatakan setiap Khutbah yang tidak ada di dalam nya Tasyahud maka dia seperti tangan yang terkena penyakit kusta. Yang di maksud adalah tidak sempurna khutbahnya.
Makanya para ulama kita di dalam setiap khutbah, di dalam setiap karangan, mereka juga memasukannya dengan kalimat Tasyahud kepada Allah Swt dan kepada baginda Rasulullah Saw.
Makna dari pada kata syahadah hakekatnya memberitakan dari hak yang lainnya di dalam maknanya. Tapi yang di ambil oleh para ulama adalah memberitakan dengan ilmu dengan dasar yang banyak di kabarkan. Banyak beritanya, banyak kita mendapat Riwayatnya, sehingga kita benar-benar mantap di dalam menyampaikannya. Kalau dalam bahasa Indonesia kesaksian. Sudah banyak beritanya , sudah banyak yang kasih kabar , yang kasih berita, akhirnya kita berani bersaksi.
Di dalam bahasa Fiqihnya makna dari pada kata أَشْهَدُ aku berkeyakinan dan aku berani menjelaskannya dengan lisanku kepada yang lainnya. Dan ini merupakan syarat juga untuk masuk ke dalam Islam adalah bersaksi di dalam dua kalimat Syhadat.
Jadi orang-orang yang di luar kita, yang selain pemahamannya dengan kita kalau mereka berani mengeluarkan Syahadat Nabi Saw yang mereka katakan kita berlebihan, kita mengkultuskan Nabi Saw pisahkan coba syahadat dari Nabi Saw, apakah di terima oleh Allah Swt? Kalau ada seorang berani bersyahadat tanpa membawa syahadatnya Rasulullah Saw apakah di terima di dalam keimanannya? Tidak akan di terima oleh Allah Swt.
Musailamah Al Kadzab dia tau bahwa Nabi Saw adalah Rasul Allah Swt. Dan dia bertauhid kepada Allah Swt tapi ingin membagi kenabian Nabi Saw. Aku berkeyakinan engkau Nabi tapi engkau juga bagi kata Musailamah Al-Kadzab. Aku sebagai penerusmu. Tapi Allah Swt jadikan Syahadat buat Nabi Saw yang terakhir Nabi penutup dari pada para Nabi dan para Rasul-Rasul Allah Swt.
Makna إِلَهَ tidak ada tuhan yang di sembah dengan sebenar-benarnya. Kemarin makna dari kata (ilah) di ambil dari kata (walah) maknanya orang akan mendapatkan suatu kebingungan di dalam memahami seutuhnya tentang Allah Swt. Dan di situlah kita di anggap makrifat kepada Allah ketika kita mengerti bahwa kita tidak akan mampu untuk memahami Allah Swt zatnya, sifatnya, pekerjaan nya secara utuh. Maka di katakan oleh Sayyidina Abu Bakar Siddiq, di katakan juga oleh Imam Malik lemah di dalam memahami tentang Allah Swt itu sudah merupakan pemahaman dari Allah, pengenalan dari Allah, Makrifat dari Allah Swt.
Ilmu tentang Allah Swt terbagi 2:
- Iman
- Kemusyrikan
Makna Syahadah tidak ada yang di sembah dengan sebenar-benarnya . إِلَّا اللهُ kecuali Allah. Ada Nafi’ ada Itsbat. Di dalam diri kita selalu begitu yang ada hanya Allah Swt. Setiap apapun yang membisikan kedalam diri kita bahwa ada sesuatu selain Allah Swt yang lebih Indah, yang lebih mulia, yang lebih agung, yang lebih bisa memberikan kita manfaat yang Mudhorrot kita harus bilang tidak ada kecuali Allah Swt. Itu makna dari pada keyakinan kita kalau kita jaga kalau kita benar-benar nikmatin pemberiannya Allah Swt kepada kita secara gratis. Dan kita di dalam cahaya tapi cahaya ini harus di jaga penuh oleh Allah Swt. Perlu kita minta dengan Allah Swt agar diperkuat.
Firman Allah Swt: bukankah orang-orang ku lapangkan dadanya ? dengan ke Islaman dia berjalan di atas cahayaku, maka celaka orang-orang yang keras hati-hati mereka dari mengingatku,
Udah di kasih kita gratis, di kasih kita Mudah, di kasih kita kenikmatan, kita di kasih kita kenikmatan, di kasih kita kesehatan, untuk memupuk terus bertambah keimanan demi keimanan, dari Islam hanya zohir badan kita, hanya lisan kita naik ke badan, makna dari pada hal keimanan yang berada di dalam batin kita, hati kita naik kepada rohani kita.
Guru kita yang mulia Al-Habib Umar sampai menangis beliau mengatakan kita punya tujuan hanya ingin menghadapkan bathiniyyah kita, wajah kita yang bathil dengan Allah dalam keadaan bersih. Karena itu tempat pandangannya Allah Swt, ini yang merupakan tujuan dari kita dengan Allah Swt. Mengenal Allah secara Bathiniyyah kita.
Kemarin sudah saya katakan Nabi Muhammad Saw yang memuji Allah dan yang di puji oleh Allah Swt. Tidak ada orang yang paling hebat memuji Allah dan tidak orang yang hebat di puji oleh Allah Swt melainkan baginda Rasulullah Muhammad Saw.
Nabi Muhammad di berikan oleh Jibril kepada datuknya Abdul Muthollib dengan Ilham, kepada Sayyidina Abdul Muthollib kakeknya Rasulullah Saw. Ada yang mengatakan kepada ibunda nya Rasulullah Saw. Yang sering kita baca di dalam Barzanzi ( engkau telah hamil mengandung kepada pimpinan alam semesta, kalau engkau melahirkannya berilah nama Muhammad) .dulu nama tersebut belum ada yang di namain dari kalangan Quraisyh kafir yang menamakan namanya Muhammad. Tapi ketika dekat waktunya Rasulullah Saw, para rahib mereka sudah memberikan kriteria kelahirannya Rasulullah Saw banyak orang-orang yang hamil akhirnya menamakan nama anak-anaknya di katakan oleh para ulama sampai 15 orang. Menamakan anaknya dengan nama Muhammad mereka ingin anaknya itu yang terpilih jadi penutup dari pada kenabian dan Rasul yang di pilih oleh Allah Swt adalah anak dari pada Sayyid Abdullah bin Abdul Muthollib dan Sayyidatina Aminah binti Wahab. Mudah-mudahan Allah Swt berikan kita keberkahan untuk terus mengucapkan Sholawat kepada baginda Rasulullah Saw.
Wahdahula Syarikalah: maknanya sendiri tidak ada sekutu baginya.
Allah Swt saya katakan kemarin tidak ada di dalam aqidah kita As’Ariyyah bahwa Allah di nafikan dari pada bentuk yang bersambung atau bentuk dari pada makna yang tidak bersambung. Seperti Jasad, Allah tidak boleh berjasad, Allah tidak boleh berbentuk, di dalam pemahaman kita Ahlussunnah Wal Jam’ah menafikan dari pada paham-paham orang-orang yang mengkatagorikan Allah itu berbentuk. Allah Swt walaupun ayat-ayat nya banyak tapi di takwilkan oleh para ulama tapi mereka sepakat untuk tidak mengkatagorikan itu adalah bentuk Allah Swt dan Jasad untuk Allah Swt. Pemahamannnya ini perlu penjelasan dalam bab Aqidah yang cukup panjang. Allah tidak berbentuk secara bersambung jasad utuh atau Allah punya lawannya atau kawannya yang sama dengan Allah Swt yang dinamakan sekutu. Tidak ada yang menyerupai Allah
(Allah Swt tidak boleh mirip dengan makhluknya, atau semisalnya, dan Allah tidak boleh sama walaupun secara zatnya, di dalam sifatnya, di dalam kerjaanya Allah Swt)
Ilmu nya Allah beda dengan Ilmu nya makhluk, kekuatan Allah beda dengan kekuatan makhluknya, dan kerajaan nya Allah beda dengan kerajaan makhluknya.. tidak bisa di bandingkan Allah Swt setitik pun dengan makhluknya. Itulah Aqidah kita, Aqidah kita harus kita Nafikan Allah Swt dari bentuk Jasadiyyah.
وأشهد ان محمد رسول الله (aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad hambanya).
Rasulullah Saw di dalam satu Hadist mengatakan: jangan kalian sebut nama ku tapi panggil aku dengan hambanya dan Rasul nya.
Itu yang paling menggembirakan Nabi Saw ketika Nabi di gelar oleh Allah langsung dengan panggilan hamba. Karena tidak ada yang bisa menyaingi Allah Swt dalam kerajaannya. Kita semuanya hamba Allah Swt. Makanya sifat ini yang paling sempurna sebenarnya bagi seorang makhluk. Dan Rasulullah Saw paling tinggi di dalam makna ubudiyyahnya kepada Allah Swt.
Di dalam tarikat Ahlussunnah Wal Jamaah di namakan Ibadah,Ubudah, dan Ubudiyyah.
Ibadah: zhohir kita dengan badan
Ubudah: dengan rohani kita dan hati kita
Ubudiyyah: peletakan penghambaan secara murni kepada Allah Swt.
Itu kedudukan di sisi Allah Swt ketiganya ada di dalam dirinya Rasulullah Saw. Dalam tiga tingkatan di dalam ibadahnya paling sempurna di dalam Ubudahnya paling sempurna, di dalam Ubudiyyah nya paling sempurna Rasulullah Saw Dalam menghambakan dirinya dengan Allah Swt. Allah Swt sering kali di dalam ayat Al- Qur’an. Selalu Allah Swt panggil Nabi Saw dengan gelarnya, dan itu bergembira nya Rasulullah Saw selain yang tadi di katakan di dalam Hadistnya Rasulullah Saw jangan kalian menamakan aku dengan namaku tapi panggil aku dengan yang di berikan Allah hambanya dan Rasul nya.
Makna dari kata Rasul di katakan oleh para ulama Rasul adalah seorang hamba laki-laki yang di berikan oleh Allah Swt wahyu oleh Allah Swt dan di perintahkan untuk menyampaikannya. Di nafikan dari pada kerendahan orang tua, orang tuanya tidak mungkin orang-orang yang berperilaku maksiat. Jadi kalau ada yang bilang ke dua orang tua Nabi masuk Neraka itu lidah harus di benerin.. berani-beraninya dengan kedudukan Nubuwwah berbicara tentang orang tuanya, ulama-ulama tidak berani untuk berbicara walaupun banyak di kaitkan oleh para ulama tentang khilaf dari mereka tapi mereka sepakat untuk merendahkan diri mereka di hadapan nya Rasulullah Saw. Mereka tau diri bagaimana menempatkan pembicaraan di hadapan Rasulullah Saw. Apalagi kepada kedua orang tuanya Rasulullah Saw.
Nanti Insya Allah Minggu depan kita bahas masalah sholawat kepada Rasulullah Saw. Tadi kita bahas masalah syahadah. Insya Allah Minggu yang akan datang kita akan teruskan, mudah-mudahan Allah Swt memberikan keberkahan, memberikan Ilmu-ilmu yang bermanfaat untuk kita, di jaga diri kita, di jaga lisan kita, di jaga hati kita, di dalam mengritik Allah dan di dalam menkritik Nabi, kita bener-bener menjadi hamba yang bener-bener mengerti kedudukannya sebagai hamba. Bagaimana Rasulullah Saw bergembira apabila di gelar hamba nya Allah Swt. Amin Amin Amin Ya Rabbal Alamin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.