Malam Lailatul Qadr, Senin 13 Agustus 2012


M
alam Lailatul Qadr
Senin, 13 Agustus 2012

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي تَاسِعَةٍ تَبْقَى فِي سَابِعَةٍ تَبْقَى فِي خَامِسَةٍ تَبْقَى

(صحيح البخاري)

Sungguh Rasulullah SAW berkata: Temukanlah Lailatul Qadr di sepuluh malam terakhir di bulan ramadhan, dan di sisa 9 malam masih ada harapan, di sisa 7 malam , bahkan masih diharapkan di sisa 5 malam (Shahih Bukhari)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

فَحَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala
Di malam-malam yang tersisa ini merupakan puncak kemuliaan Ramadhan, dimana rahasia kemuliaan malam Lailatul Qadr muncul di malam-malam ini, meskipun bisa jadi malam Lailatul Qadr itu muncul pada malam 1 Ramadhan, 2 Ramadhan atau malam-malam lainnya di bulan Ramadhan. Namun para Ulama mengatakan dengan berlandaskan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang disebut di atas, yaitu untuk menemui atau mencari Lailatul Qadr di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan pada malam-malam yang ganjil. Dimana rahasia kemuliaan Lailatul Qadr yaitu jika seseorang melakukan ibadah di malam tersebut maka seperti beribadah 1000 bulan bahkan lebih baik dari 1000 bulan, adapun mengenai waktu Lailatul Qadr bukanlah sesaat, satu atau dua detik sebagaimana pemahaman kebanyakan orang, akan tetapi hal demikian (waktu tertentu satu atau dua detik ini) ada di setiap hari Jum’at yang disebut dengan saa’ah al ijaabah (waktu dikabulkannya doa), dimana seseorang yang berdoa di waktu tersebut maka akan dikabulkan oleh Allah, itulah yang disebut dengan saa’ah alijabah. Adapun mengenai waktu malam Lailatul Qadr, sebagaimana yang difirmankan Allah subhanahu wata’ala :

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ، وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ، لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ، سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

(القدر : 1-5 )

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?, Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”. ( QS. Al Qadr : 1-5 )

Maka waktu Lailatul Qadr bukan hanya satu atau dua detik, akan tetapi mulai dari terbenamnya matahari hingga waktu Fajar di hari hari tersebut. Dimana orang yang beribadah di malam tersebut seperti melakukan shalat tarawih, maka berarti ia mendapatkan pahala shalat tarawih 1000 bulan, begitu juga ibadah yang lainnya jika dilakukan di malam tersebut, seperti seseorang yang membaca “Subhanallah wabihamdihi” maka pahalanya seperti ia membaca kalimat tersebut selama 1000 bulan, begitu pula dengan ibadah-ibadah yang lainnya. Disebutkan di dalam kitab As Syifaa oleh Al Imam Qadhi ‘Iyadh Ar beliau mengatakan bahwa hal tersebut (Lailatul Qadr) adalah permintaan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Allah subhanahu wata’ala di malam Isra’ Mi’raj, sebagaimana umat-umat lainnya yang terdahulu mereka hidup mencapai ribuan tahun sehingga dapat melakukan ibadah yang banyak, sedangkan umat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah ummat yang paling pendek usia kehidupannya di dunia sehingga tidak bisa melakukan ibadah yang banyak sebagaimana umat-umat nabi yang lainnya, padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menginginkan umat-umatnya adalah orang-orang yang pertama memasuki surga, namun masa kehidupan yang singkat di dunia tidak memungkinkan mereka untuk melakukan ibadah sebanyak mungkin, maka Allah subhanahu wata’ala memberikan dua hal yang pertama yaitu dengan melipatgandakan pahala ibadah untuk umat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjadi 10 hingga 700 kali lipat bahkan lebih, dan yang kedua yaitu dengan memberikan untuk ummatnya malam Lailatul Qadr. Seseorang yang di setiap malamnya di bulan Ramadhan selalu melakukan ibadah maka tidak menutup kemungkinan bahkan sudah pasti dalam waktu itu ia akan menemui malam Lailatul Qadr, dimana ibadah di malam tersebut sebanding bahkan lebih baik daripada ibadah 1000 bulan yang setara dengan 83 tahun, maka orang yang melakukan tarawih di malam tersebut sebanyak 20 rakaat sama halnya dengan melakukan shalat tarawih selama 20.000 bulan, itulah kedermawanan Allah subhanahu wata’ala untuk ummat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan itulah permintaan indah dari sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk kita ummatnya, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang meminta dan Allah subhanahu wata’ala yang memberi.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Allah subhanahu wata’ala berfirman :

وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ جَاءُوكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللَّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللَّهَ تَوَّابًا رَحِيمًا

(النساء : 64 )

“Sesungguhnya jika mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang”. ( QS. An Nisaa : 64 )

Mereka adalah para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, mungkin yang telah mereka anggap perbuatan dosa hanyalah sekedar lintasan dalam fikiran akan hal-hal yang makruh atau hal mubah yang tidak mendatangkan kebaikan untuk agamanya, jangankan para sahabat Rasululullah shallallahu ‘alaihi wasallam, para ulama’ dan wali-wali Allah yang berada di Tarim Hadramaut dalam fikiran mereka tidak pernah terlintas sama sekali dalam benak mereka untuk melakukan hal yang makruh, terlebih lagi para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga dalam ayat diatas disebutkan, jika di saat itu para sahabat datang kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dan mengadukan atas dosa-dosa mereka, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memohonkan ampun untuk mereka maka niscaya Allah mengampuni mereka dan menyayangi mereka, karena taubat mereka disaksikan oleh sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan hal ini tidak hanya berlaku di masa hidup beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana disebutkan dalam tafsir Al Imam Ibn Katsir dan menukil riwayat Al Imam Qurthubi Ar, dimana suatu ketika Al Imam Qurthubi berziarah ke makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau mendapati seorang baduwi (orang dusun) datang ke makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata : “Wahai Rasulullah, di zaman dahulu para sahabat datang menghadapmu dan mengadukan dosa-dosa mereka kepadamu, dan sekarang aku datang kepadamu dan kuadukan dosa-dosaku, Ya Allah jika Engkau mengampuni dosa-dosaku sungguh pemilik makam ini (shallallahu ‘alaihi wasallam) akan gembira, dan jika Engkau tidak mengampuni dosa-dosaku wahai Allah maka Engkau telah membuat sedih beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, karena permohonan ampun atas dosa-dosa tamu yang telah datang kepadanya tidak Engkau terima”, kemudian orang baduwi itupun pergi, setelah beberapa saat Al Imam Qurthubi pun tertidur dan beliau bermimpi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang berkata : “Wahai Qurthubi, kejarlah dan temui orang baduwi tadi dan katakana kepadanya bahwa Allah subhanahu wata’ala telah mengampuni dosa-dosanya”. Hal itu menunjukkan bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wasallam hidup di dalam kuburnya, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ

(آل عمران : 169 )

“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki”. ( QS. Alu ‘Imran : 169 )

Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga telah bersabda, ketika para sahabat bertanya kepada beliau bagaimana salam mereka kelak akan dijawab apabila beliau shallallahu ‘alaihi wasallam telah wafat dan jasad telah hancur, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam besabda : “Allah subhanahu wata’ala telah memerintahkan kepada bumi untuk tidak memakan jasad para nabi dan para shalihin”. Dan terlebih lagi pimpinan para nabi dan shalihin, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Kita akan mengadakan acara Takbir Akbar malam 1 Syawal 1433 bersama Majelis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di BKT Buaran jam 20.30 Wib, untuk tanggal Masehi kita masih menunggu keputusan pemerintah, menunggu keputusan Bapak Suryadharma Ali dimana beliau juga sebagai Dewan Penasihat Majelis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Hal penting yang ingin saya sampaikan bahwa Jakarta telah diancam oleh aqidah-aqidah di luar Islam, Jakarta diancam oleh perjudian dan protistuti, maka waspadalah dalam memilih pemimpin, bukan maksud saya untuk berkampanye namun yang saya sampaikan adalah masalah menyelamatkan aqidah di daerah Jakarta ini, sebagaimana cita-cita kita untuk menjadikan kota ini sebagai kota yang aman dan penuh kedamaian dan cinta kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka apakah akan kita biarkan begitu saja terbawa arus?!. Hal ini telah saya sampaikan kepada guru mulia Al Musnid Al Arif billah Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh, dan beliau mengatakan semoga pemimpin yang terpilih adalah pemimpin yang lebih bermanfaat bagi muslimin, amin allahumma amin. Selanjutnya kita bershalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian doa penutup oleh guru kita Al Habib Hud bin Baqir Al ‘Atthas, tafaddhal masykuraa..