{mosimage}Kami Berangkat dari Jakarta senin malam pk 23.00 WIB 21 January 2002 dengan empat personil, Munzir Almusawa, Saeful Zahri, Syafi’I dan komarullah. Hujan deras melanda perjalanan menuju desa Curug Pangkah, Slawi Tegal, disana telah menunggu perintis da’wah dari daerah setempat sdr.Fakhrur Matlab, Hujan deras terus membasahi bumi slawi, Acara dimulai ba’da Isya di Musholla Baitul Muqoddas, Dukuh Kemlaten Desa Grobog Wetan, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Slawi, acara dihadiri sekitar enam puluh hadirin.
Betapa gembiranya hati kami menyaksikan penduduk setempat yang masih mau memperdulikan majelis ta’lim, tanpa memperdulikan rumah-rumah mereka yang mungkin kebanjiran, wajah-wajah polos dan ceria terbersit di air muka mereka, teriakan anak-anak kecil yang memecah kegelapan malam dan gerombolan ibu-ibu yang sudah tidak sabar menunggu acara dimulai, seakan-akan malam ini adalah malam idul fitri bagi mereka, kami memulai acara dengan pembacaan maulid Dhiyaa’ullami’ yang pertama kalinya dikumandangkan di daerah itu, kamipun sempat membagikan belasan naskah maulid tersebut yang disertai terjemahannya, sambutan penduduk sangat mengharukan, terutama ketika mereka menyimak penjelasan-penjelasan dan mutiara-mutiara ajaran Rasulullah saw, dan keindahan sunnah Muhammad saw, terlihat jelas perubahan total di wajah mereka, wajah-wajah yang memancarkan harapan-harapan baru untuk mendekatkan diri pada Al Khaliq, wajah-wajah yang sangat indah dan mulia di hadapan Allah swt, seakan-akan cahaya yang baru saja menerangi hati mereka berpijar dari pandangan mereka, Acarapun ditutup dengan pembacaan do’a, kamipun mohon diri untuk meneruskan perjalanan dengan diantar airmata perpisahan.
Kendaraanpun meluncur perlahan meninggalkan Musholla Baitulmuqaddas, dan seakan-akan matahari hidayah terbit dengan megahnya di Bumi Kemlaten, kami meneruskan perjalanan menuju kediaman sdr.Fakhrur untuk menghadiri majelis berikutnya, tepatnya di desa Curug pangkah, yang berjarak sekitar 5 km dari mushollah baitul muqaddas, sambutan hangatpun terlihat dengan jelas dari masyarakat setempat, walaupun ada dari sebagian kecil yang tampak ragu dengan kedatangan kami, kedatangan da’i asing dari jakarta, tanpa meminta bayaran membuat prasangka yang beraneka ragam dihati mereka, inilah kendala besar yang disebabkan banyaknya para da’i perusak yang masuk ke daerah-daerah untuk menipu, atau membawa ajaran-ajaran sesat, sehingga membawa semacam “alergi” dibeberapa wilayah pulau jawa dan sebagian daerah sumatra untuk menerima da’i dari luar, Acara selesai pk 22.00 WIB, kamipun di izinkan pergi dengan penuh rasa kekecewaan dihati mereka yang mengharapkan kami bisa duduk lebih lama lagi di wilayah mereka, Mereka berduyun-duyun mengantar kepergian kami, walaupun hujan masih deras, tetapi kami masih sempat menyaksikan mereka yang masih tegak mematung, ditengah derasnya hujan, kami terus memandangi sosok-sosok itu hingga hilang ditelan kejauhan.
Kami meneruskan perjalanan ke jawa bagian timur, untuk menyempatkan diri berziarah ke makam Al Habib Muhammad bin Ahmad Al Muhdhor dan Al Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi, orang-orang yang sangat berjasa dalam penyebaran da’wah di tanah jawa pada awal abad ke sembilan belas, ribuan manusia yang masuk islam ditangan mereka, puluhan ribu manusia yang menikmati keharuman ajaran Rasulullah saw dari bimbingan mereka, jutaan hati yang menjadi sejuk dan luruh dari kekerasannya sebab mengenal mereka, setelah keduanya wafat, keduanya dimakamkan bersama di kampung Ampel surabaya. Selanjutnya kami bersilaturahmi pada kyai Asrori di pesantren Al Fithrah, yang sekaligus kediaman beliau di desa Kedinding lor, Kecamatan Genjeran, sekitar 7 km dari kota Surabaya, beliau mempunyai pengikut puluhan ribu di jawa timur, jawa tengah, madura dll, Kami tidak bertemu beliau karena beliau sedang tidak ditempat.
Kamipun meneruskan perjalanan ke desa Tanggul, sekitar 350km dari surabaya kearah Banyuwangi, untuk berziarah ke makam Al Habib Shaleh bin Muhsin Al Hamid, seorang shalih yang hingga kini namanya masih terpahat menghiasi jutaan hati rakyat Indonesia, terutama penduduk jawa timur, makamnya tak pernah sepi dari para peziarah yang bagaikan tak henti-hentinya mengunjungi pusara beliau, Di masjid samping makam beliau diadakan majelis ta’lim pada malam jum’at setiap bulannya, dan kebetulan kedatangan kami bertepatan dengan pembukaan majelis tersebut yang baru dimulai malam itu setelah dihentikan di bulan Ramadhan, sambutan hangat dari cucu beliau, Al Habib Ahmad Al Hamid, dan para hadirin sangat mengesankan, acara selesai pk 24.00, walaupun hujan terus melanda dengan derasnya namun jumlah hadirin mencapai sekitar 400 orang yang memenuhi masjid makam, Pk 00.30 WIB kami meninggalkan desa Tanggul menuju Gresik, untuk berziarah ke makam Al Habib Abubakar Assegaf, seorang Wali Allah yang termasyhur hingga ke pelosok dunia, yang diantara murid murid beliau adalah Al Habib Salim bin Jindan, Alhabib Abdullah bin Abdulqadir Balfagih, dan puluhan Ulama tersohor lainnya, kami tiba di kota surabaya pk.04.00 dinihari, bersiap-siap untuk menuju Sukorejo, sekitar 45 km dari kota Surabaya, untuk menghadiri pembukaan pengajian bulanan di ma’had Taajul muslimin pimpinan Kyai Sa’dullah, beliau adalah pimpinan gerakan da’wah di seputar Sukorejo, Mojokerto, Krian, Tretes dan daerah-daerah lainnya, bahkan tempat pariwisata Tretes, telah semakin membaik, karena beliau banyak membuka majelis ta’lim dan menarik puluhan pemuda dari daerah tersebut,
beliau adalah seorang shalih yang rendah hati, walaupun pesantren beliau masih terbuat dari bambu beratap rumbia yang sangat sederhana, tetapi seakan akan bintang penerang bagi puluhan desa disekitarnya, beliau sangat mengharapkan kedatangan para da’I yang membawa kejelasan sehingga masyarakat dapat memahami ajaran Rasulullah saw yang sebenarnya.
Acara dimulai pk.08.00, hadirin berkisar antara seribu lima ratusan, dan banyak pula dihadiri para ulama dari daerah yang jauh, acara ditutup pk.11.15, sayapun pamit untuk langsung menuju Sukaluyu Bandung Jawa barat, Hujan turun sedemikian derasnya menghambat perjalanan kami, hingga ketika kami melewati daerah hutan jati Alas Roban di Jawa tengah, waktu sudah menunjukkan pk 22.00, sebuah lobang besar di jalan yang tertutup air tidak dapat dihindari, maka Velg ban depan sebelah kanan pecah, dan kami terpaksa menunda perjalanan hingga keesokan harinya, pukul 17.30 WIB kami masuk jakarta dengan selamat.
Setelah kami merenung, maka kami mendapat kesimpulan bahwa betapa banyak rumah-rumah yang kami lewati sepanjang perjalanan, gelap dari Cahaya kenabawiyan, wajah yang suram dari Cahaya Hidayah, tingkah laku yang jauh dari budi pekerti Muhammad saw, Yaa Allah betapa banyak jumlah mereka, betapa dunia ini dipenuhi oleh hamba-hamba yang terus menantang kemurkaan Mu, Rumah yang dipenuhi kemurkaan Mu, perbuatan yang menantang kemurkaan Mu, gerak gerik yang menantang siksa Mu, setiap detik gerak gerik hamba Mu terus mengetuk pintu Azab Mu, betapa banyak jumlah mereka, bertebaran memenuhi penjuru bumi, mereka yang di lembah dan yang dipegunungan, mereka yang di desa desa dan di kota kota, adakah di hati mereka Allah?, adakah di alam pikiran mereka Allah?, adakah dikeperdulian mereka Allah?, adakah diperbuatan mereka Allah?, semua pertanyaan ini hanya menunjuk pada pintu siksa Mu, seakan-akan Tumpahan siksaan Mu hanya menunggu waktu yang tepat untuk turun, Rasanya airmata kami tak akan mampu melepaskan kemurkaan Mu atas mereka, namun kami mempunyai harapan dari munajat yang telah keluar dari lidah kekasih Mu Muhammad saw, ????? ???? ???? ????? ?? ??????
“Wahai Allah beri petunjuk pada kaumku sesungguhnya mereka belum memahami…” (HR.Bukhari). Kami tak mampu yaa Allah menangani segala kekalutan yang menimpa ummat ini, Yaa Allah Limpahkan Cahaya Rahmat Mu pada kami sebagaimana telah Engkau limpahkan pada Pemuda Pemuda Nabawiy sebelum kami, Limpahkanlah pertolongan dan pengayoman Mu pada para Pemuda Nabawiy di semua belahan Bumi ini, gantikan keadaan ummat ini dengan seindah-indah keadaan, Amin Yaa Rabbal’alamin,