Syarat sah dan Jenis Jenis jual beli

Jalsatul itsnain Majelis Rasulullah Saw

Senin, 7 Februari 2022

Al-Habib Ahmad Mujtaba bin Syihab

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Yang sama-sama kita hormati khusus nya dewan guru Majelis Rasulillah, para tokoh dan para hadirin dan para pemirsa dan para pendengar yang Insya Allah senantiasa semua berada dalam naungan rahmat Allah Swt dan Inayah Allah Swt Amin Ya Rabbal ‘alamin.

Alhamdulillah senantiasa puja dan puji syukur kita haturkan ke hadirat Allah Swt atas karunia nya atas limpahan nikmat nya yaitu nikmat Islam dan Iman nikmat Hidayah dan Taufiq nikmat Allah Swt panjangkan umur kita hingga kita bersama memasuki bulan yang mulia ini bulan yang penuh keberkahan yaitu bulan Rajab. Sampai-sampai bulan Rajab itu di juluki dengan bulan Al-Ashob. Yang mana bulan tersebut banyak di limpahkan karunia Allah Swt

Sampai-sampai ulama kita mereka mengarang kitab khusus dalam perihal keutamaan bulan Rajab ini. Seperti Al-Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani mengarang kitab” Tabinul ‘Ajab Bima Warodafi Syahri Rajab”. Dan juga Al-Hafidz Ibnu Khollal mengarang” Fadhoil Syahri Rajab” atau mereka yang menyebutkan bab khusus di kitab mereka seperti Ibnu Rajab Hambali dalam kitab nya “ Lathoiful Ma’arif “ . keutamaan bulan Rajab sangat luar biasa. Di katakana sampai-sampai Rajab adalah bulan kita menanam bibit kemudian Sya’ban adalah bulan kita menyirami apa yang telah kita tanam sehingga di bulan Ramadhan kita akan menuai hasil kita akan panen apa-apa yang kita tanam. “ barang siapa yang menanam di bulan Rajab bunga yang harum maka dia akan panen di Ramadhan nanti bunga-bunga itu. Ataupun buah-buahan yang enak yang lezat maka dia akan panen di Ramadhan nanti buah-buahan yang dia tanamkan. Namun barang siapa yang tidak menanam di bulan Rajab atau yang dia tanam tidak di siram di bulan Sya’ban nanti maka yang dia akan dapatkan di bulan Ramadhan adalah rumput. Setiap yang masuk Ramadhan pasti mendapatkan karunia Allah Swt. Namun jauh berbeda yang dapat rumput dengan yang mendapat buah-buahan atau bunga yang indah. Oleh karena itu mari angkat Himmah kita sehingga kita bisa menuai nanti di Ramadhan karunia-karunia Allah Swt yang tinggi yang luhur yang semestinya sudah kita tanam di bulan Rajab ini. Rajab adalah bulan yang penuh ke agungan. Di anjurkan kita banyak-banyak beristighfar di bulan Rajab. Karena di katakan bulan Rajab adalah bulan nya Allah Swt

Saudaraku, Al-Faqir di amanatkan oleh guru kita bersama yaitu Al-Habib Jakfar bin Muhammad Bagir Al-Atthos untuk mengkaji ilmu Fiqih dalam bab Mua’malat. Bab Mu’amalat ini adalah bab yang sangat penting. Walaupun memang jarang sekali kita dapati di majelis taklim pembahasan tentang Mu’amalat. Terutama perihal tentang jual-beli. Sampai-sampai di katakan Sayyidina Umar bin Khottob berkata: sebagaimana di riwayatkan oleh Al-Imam At-Turmudzi : barang siapa yang belum memahami ilmu Fiqih kami dalam hal jual beli maka di larang dia memasuki pasar kami. Jadi orang yang boleh masuk pasar dan orang yang boleh jual beli hanyalah orang yang sudah memahami hukum-hukum syariat dalam permasalahan jual beli. Berkata Sayyidina Ali bin Abi Thalib, sebagaimana di katakan oleh Al-Imam Khotib Assyarbini dalam kitab nya: barang siapa yang tijaroh tapi tidak memahami ilmu Fiqih, tidak memahami hukum nya Allah Swt maka pasti dia akan jatuh di Riba. Oleh karena itu belajar ilmu Fiqih dalam perihal jual beli bagi mereka orang-orang yang mau melakukan jual-beli itu hukum nya wajib Fardhu ‘ain. Sebagaimana kita ketahui ilmu Fiqih itu ada banyak derajat nya.

Ada ilmu Fiqih yang menjadi wajib Fardhu ‘ain kepada setiap individu. Ada ilmu Fiqih yang menjadi Fardhu Kifayah, cukup ada beberapa orang yang mengetahui nya maka jatuh lah dosa atas semua nya. Ada juga ilmu Fiqih yang kategori Sunnah hanya penyempurna. Ketika Al-Imam Ibnu Ruslan berkata dalam Zubad nya beliau mengatakan bahwasannya betul memang ilmu itu adalah tanda suatu kemuliaan dan ia adalah tanda kebaikan yang Allah Swt ingin kan kepada seorang hamba. Lalu apa ilmu yang di wajibkan? Ilmu yang perihal kita lakukan sehari-hari yaitu mulai dari ibadah. Setiap hari kita sholat maka wajib kita mengetahui ilmu sholat. Setiap hari kita melakukan wudhu maka wajib kita mengetahui ilmu wudhu dan juga kita puasa Ramadhan maka wajib kita mengetahui perihal ilmu puasa Ramadhan dan juga zakat. Bagi mereka yang mau naik Haji tidak boleh naik Haji melainkan belajar dulu   ilmu Haji. Juga ilmu jual-beli itu hukum nya wajib Fardhu ‘ain tapi atas mereka yang mau melangsungkan jual-beli. Kalau orang mau berdagang dimanapun, di rumah nya, atau berdagang dengan online kah atau mau kepasar buka toko dengan pola perdagangan apapun jual beli biasa atau property, sewa-sewan, wajib di pelajari dulu ilmu Fiqih nya. Mana dagang yang di boleh kan dengan syariat dan mana perdagangan yang tidak di perbolehkan oleh syariat.

Ini ilmu yang wajib sebenarnya namun sangatlah jarang di bahas. Oleh karena itu kita berusaha di sini membahas bersama ilmu Fiqih dalam kitab Matan Ghoyah Wattqrib Matan Abi Suja’. Sebagaimana yang sudah di bahas dalam Majelis Rasulillah ini perihal ibadah nya yang di syarahkan oleh guru kita bersama yaitu Al-Habib Jakfar bin Muhammad Bagir Al-Atthos  dan di sini insya Allah kita akan mulai pembahasan ilmu Mu’amalat. Ilmu Mua’malat ini bukan hanya saja perihal tentang jual beli. Ilmu Mu’amalat dalam Fiqih itu sangat lah luas. Bukan sekedar ilmu jual beli selesai bukan. Paling minimal ada 10 bab yang memang di bahas oleh Fuqoha setelah bab ibadat. Jadi Fiqih itu terbagi menjadi dua ibadat dan Mu’amalat, kalau bahasa kita hubungan dengan Allah Swt dan hubungan dengan manusia. Hubungan antara kita sama Allah itu di bahas di dalam bab ibadat, seperti puasa, haji, sholat, zakat, bersuci, wudhu, itu semua ibadat. Karena memang itu sering kita dengar di mana-mana. Tapi hubungan dengan manusia itu di bahas di setengah yang ke dua dalam ilmu Fiqih dan di mulai itu dengan ilmu Mu’amalat. Ada 10 bab yang biasa di bahas:

  • Perihal tentang jual beli, pesanan, pinjaman, penyewaan, itu semua masuk dalam kategori Mu’amalat. Ilmu wakaf pun masuk di sini, ilmu hibah atau menghadiahkan pun masuk di sini itu masuk ke dalam kategori kitabul Buyu’.
  • Kemudian ada juga setelah itu perihal tentang penghitungan warisan dan wasiat. Wasiat mana yang bisa kita langsungkan dan wasiat mana yang bisa kita tunda. Itu di bahas oleh Fuqoha
  • Kemudian ada nama nya kitab pernikahan atau permasalahan pernikahan. Ini penting sekali, banyak orang menikah langsung menikah, padahal sebenar nya dia harus belajar dulu ilmu nya. Ilmu nikah dari segi fiqih nya. Dalam kitab nikah itu di bahas perihal tentang pernikahan, rukun-rukun nikah, syarat-syarat nikah. Perihal tentang Talaq atau perceraian kemudian perihal tentang nafaqah. Berapa kadar nafakah yang wajib di berikan kepada istri dan siapakah yang wajib di nafkahi. Kemudian perihal tentang iddah, yang mana si perempuan di cerai oleh suaminya ataupun meninggal suami nya itu ada perihal nama nya iddah. Berapa masa iddah itu dan apa yang tidak boleh bagi perempuan yang menjalankan iddah. Ada yang namanya Bab Ruju’. Jika cerai mau rujukan kembali itu semua ada pembahasan nya di Fiqih kita dan itu semua masuk dalam ketegori kitabun nikah.
  • Setelah itu di bahas juga kitab Jinayat. Fuqoha membahas kitab jinayat atau jenis-jenis criminal contoh nya:pembunuhan dan perihal tentang kisas. Kapan di wajibkan kisas dan kapan tidak boleh kisas, perihal tentang denda pengganti kisas di bahas juga oleh fuqoha dalam ilmu Fiqih
  • Kemudian kitabul hudud atau hukuman atas criminal seperti hukuman nya orang yang mencuri, hukuman orang yang meminum Khamar, itu di bahas juga dalam kitab-kitab Fiqih kita
  • Kemudian kitabul Jihad di bahas di dalam Fiqih kita. Apa pengertian jihad yang sebenar nya yang banyak akhir-akhir ini penyelewengan yang mengatas nama kan jihad. Karena itu timbul dari tidak mengerti nya dalam bab jihad, syarat dan aturan berjihad. Sebagian bilang menyerukan jihad tanpa di dasari ilmu Fiqih maka yang timbul bukan jihad tapi jahat
  • Kemudian ada pembahasan tentang penyembelihan atau syarat-syarat menyembelih dan bagaimana kalau kita mau memburu dan juga perihal makanan halal, makanan apa yang di perbolehkan dan makanan apa yang tidak di perbolehkan
  • Adalagi pembahasan tentang sumpah dan nazar. Mana sumpah yang sah dan mana sumpah yang tidak sah
  • Kitab perihal tentang penghakiman dan perihal tentang penyaksian dan apa syarat nya menjadi saksi, itu di bahas juga oleh Fuqoha
  • Pembebasan tentang hamba sahaya

 

Dan 10 bab ini itu di namakan bab Mu’amalat dan yang biasa kita dengar di Majelis itu adalah setengah pertama dari ilmu Fiqih, seperti Wudhu, sholat, puasa dan haji dan ini penting, namun setengah yang kedua dari ilmu Fiqih juga penting, yang kebanyakan ini menjadi Fardhu ‘ain bagi mereka orang-orang yang mau melanjutkan dan yang mau melaksanakan itu. Bagi yang mau menikah wajib belajar ilmu tentang nikah, yang mau berdagang wajib belajar Ilmu tentang berdagang. Sekarang kalau kita mau bertanya ada berapa pedagang di depan kita sekarang ini? Hampir semua nya pedagang. Baik berdagang di pasar mau berdagang di online. Kalau pun tidak berdagang paling membeli.

Mungkin semua dari kita ada yang pernah membeli paling tidak di online. Ilmu jual beli harus di pelajari sebelum kita melaksanakan akad jual beli. Lanjut, dan kita disini akan membahas kitab jual beli. Ada 2 tema yang pertama masalah definisi jual beli dan rukun-rukun jual beli. Bab jual beli dalam kitab Abi Suja’ itu mempunyai 4 pembahasan

  • Pembahasan tentang defines jual beli
  • Rukun jual beli

Dua permasalahan ini Insya Allah akan kita bahas pada malam ini

  • Syarat sah jual beli
  • Jenis-jenis jual beli.

Dua yang terkahir ini Insya Allah kita akan bahas di pertemuan yang akan datang. Kita masuk paragraph pertama yang membahas tentang definisi nya jual beli. Sebelum kita masuk, perihal definisi ini sangat lah penting. Ulama logic berkata: bahwasannya memvonis  hukum atas sesuatu itu tergantung bagaimana engkau mendefinisikan nya. Berapa banyak hukum yang salah karena definisi yang salah. Karena hukum itu adalah cabang dari pada gambaran dan penggambaran itu bisa di hasilkan dengan banyak perihal di antara nya adalah Definisi. Sampai-sampai dalam ilmu logic atau ilmu mantik di bagi 2.

Setengah pertama adalah perihal tentang definisi dan setengah yang ke dua adalah perihal tentang hukum. Jadi ini adalah memakan setengah dari pada ilmu logic. Maka penting sekali sebelum kita membahasa apapun ayo kita definisikan dan apa yang mau kita bahas? Oleh karena itu kita bahas di alenia pertama masalah definisi jual beli. Definisi yang kita angkat di sini dari 2 segi:

  • Dari segi bahasa
  • Dari segi syariat

Karena memang syariat kita Al-Qur’an itu berbahasa arab. Oleh karena itu harus mengetahui versi bahasa arab nya apa? Kemudian hubungan antara  definisi bahasa arab itu ke definisi syariat nya. Di sini di katakan jual beli itu secara bahasa pertukaran sesuatu dengan sesuatu yang lain. Contoh nya ane kasih ente rida ane, ente kasih ane sandal ente, itu nama nya pertukaran secara bahasa atau barter. Setiap tukar menukar di nama kan jual beli dari segi bahasa. Sekarang ane datang kerumah ente dan habis itu ente datang kerumah ane membalas ziarah yang terdahulu itu juga nama nya pertukaran dari segi bahasa. Bahkan sebagian Fuqoha bilang salam pun di namakan pertukaran dari segi bahasa. Ane kasih ente Assalamu’alaikum kemudian ente balas dengan Wa’alaikum salam. Selagi ada pembalasan itu nama nya pertukaran dari segi bahasa.

Setiap ada timbal balik itu nama nya pertukaran, apapun itu, tidak harus bertukara barang, bisa juga tukaran ziarah, tukaran hadiah. Sebagian ulama berkata dalam syair nya: sungguh aku tidak menjual ruhku melainkan dengan persatuan, rasa cinta dan rindu. Aku akan berikan ruhku ini tapi apa balasan nya? Balasan nya adalah rasa cinta darimu. Timbal balik dalam rasa cinta itu juga sama dengan pertukaran namun dari segi bahasa. Tapi pembahasan kita di sini adalah bukan dari segi bahasa namun kita akan membahasa dari segi syariat. Bagaimana syariat kita mendefinisikan pertukaran? Apa sih yang namanya jual beli? Dalam kaca mata syariat kita di katakan di sini jual beli adalah akad pertukaran harta, yang menyebabkan kepemilikan sesuatu atau kepemilikan nilai manfaat bersifat tetap.

Definisi ini panjang lebar dan insya Allah bisa kita ringkas menjadi 5 point yang ada di bawah ini. Antum kan ada paragrap antum, nanti bisa kasih nomor. Insya Allah pertemuan-pertemuan di bulan-bulan depan kalau bisa bawa pulpen dan bawa buku jadi benar-benar kita belajar. Harapan kami apa yang antum dapatkan sekarang dari lembaran, jangan di buang sembarangan, nanti kasian yang bersih-bersih. Walaupun sengaja saya tidak munculkan nama Allah Swt dan Rasulullah Saw tapi itu adalah ilmu yang wajib kita hormati. Kalau bisa bikin arsip. Beberapa ikhwan kita dulu waktu masih belajar di Tarim mereka buat arsip untuk ringkasan-ringkasan seperti ini dan lama-lama bisa jadi kitab. Hari ini kita belajar 2 tema, definisi sama rukun. Bulan depan kita akan belajar syarat, kumpulin tuh lembaran-lembaran nya dan sekian pekan kemudian bisa jadi kitab. Karena keberkahan ilmu itu ada pada penghormatan pada ilmu itu. Sampai-sampai ulama kita terdahulu tidak mau membawa kitab di bawah namun bawa kitab di depan dada nya. Itu baru kitab, apalagi Qur’an harus lebih-lebih dari itu. Dan mereka tidak mau belajar kitab namun kitab nya di taruh lantai, karena itu bentuk dari suatu penghinaan. Kalau kitab saja tidak boleh di taruh di lantai apalagi Qur’an?. Hormatilah ilmu. Kembali ke dalam pembahasan. Secara syariat jual beli itu adalah harus berupa akad, kita akan bahas nanti apa arti akad, harus ada ijab qobul nya

Ijab qobul itu bukan hanya di nikah namun di jual beli pun harus ada ijab qobul. Apakah sekarang ada jual beli pakai ijab qobul? Jarang, namun bagaimana definisi di sini? Definisi di sini di sebutkan harus akad, kalau tidak ada akad nya bagaimana? Pembahasan ini akan kita bahas nanti namun ringkas nya jangan mudah menyalahkan dan jangan mudah membatalkan karena Allah Swt sudah menghalalkan. Berkata Imam Syafii: berarti asal dari pada jual beli adalah halal dan tidaklah jual beli menjadi haram atau tidak sah kecuali dengan pengecualian. Memang dari segi mazhab kita jual beli itu harus mempunyai akad dan yang tidak berakad berarti tidak sah, itu secara Mu’tamad. Tapi disini pendapat yang banyak yang di anut oleh ulama kita mereka mensahkan jual beli tanpa akad dan itu dalam bahasa mereka nama nya saling beri memberi. Namun dengan syarat harus ridho dan bukan dengan paksaan. Dalil nya di dalam Hadist Nabi adalah: jual beli itu harus saling ridho. Imam Syafii berkata: perihal ridho itu perihal di hati yang tidak akan muncul dengan bukti dan bukti nya harus dengan akad. Tapi ulama-ulama setelah nya berpendapat bisa saja kita  dapat keridhoan itu tidak dengan akad, yang penting sama-sama mengetahui dan jujur maka timbul lah keridhoan dan itu nama nya Mu’atho.

Akad dari mu’atho ini  dari kalangan Fuqoha kita membolehkan nya di antara nya  Imam Nawawi, Imam Ghozali. Akad ini bisa dengan lafadz dan banyak juga akad yang di langsungkan dengan nulis. Biasa nya kalau kita beli mobil atau rumah. Perihal Mu’atho tadi sebagian ulama memutlakan halal semua yang penting saling meridhoi. Tapi sebagian Fuqoha kalau kita beli sesuatu yang besar harus dengan akad, namun kalau sekedar beli permen atau beli baju tidak apa-apa tidak pakai akad.

Point ke 2): pertukaran.

Contoh pertukaran : ana kasih dia baju lalu dia memberi ada uang seharga baju itu. Kalau seandai nya ada akad yang hanya memberi dari satu pihak yang satu hanya menerima itu bukan pertukaran nama nya  tapi itu nama nya hadiah atau juga bisa nama nya sedekah, bisa juga nama nya waqaf

Pemberian dari satu pihak namun tidak di balas itu nama nya bukan Mu’awadho. Kalau Bai’ harus ada balasan. Ana kasih dia baju dia ngasih ke ane duit itu baru nama nya Bai’. Point ke 3) maliyah atau harta. Perihal itu yang di tukarkan itu dua-dua nya adalah harta, ane ngasih dia baju dan baju adalah harta. Ane ngasih dia rumah kemudian dia ngasih ane duit dan duti juga harta dan itu baru nama nya Bai’(jual beli). Harus harta, lain hal nya kalau seandainya ada akad dan ada pertukaran tapi yang di tukarkan bukan nya harta, maka bukan lah jual beli. Fuqoho memberi contoh: seperti pernikahan, kalau menikah ada ijab qobul  dan dalam pernikahan ada pertukaran, kalau suami memberi mahar dan dapat istri tapi itu bukan jual beli karena jual beli di syaratkan berupa harta dan wanita itu bukan nya harta maka nya tidak masuk di dalam pembahasan jual beli namun ada di bab nikah. Kemudian jual beli itu akad pertukaran harta. Jika terlangsung akad ini apa faedah yang akan timbul? Maka faedah nya adalah yang menyebabkan kepemilikan sesuatu. Pindah kepemilikan nya. Contoh nya rida punya ane dan duit punya ente, setelah terlaksana nya jual beli maka terbalik akhir nya. Syal ini yang tadi nya punya ane menjadi pindah ke punya ente dan duit itu yang tadi nya punya ente jadi pindah kea ne. itu adalah faedah dari pada jual beli perpindahan kepemilikan.

Pembahasan seperti ini sangatlah penting. Namun ini masih mudah tapi nanti engkau tidak akan bisa meng analisa ataupun memberikan hukuman atas Mu’amalat yang susah terkecuali engkau sudah kuat landasan asas dari pada pengetahuan jual beli yang di pelajari seperti ini. Jangan bahas dulu masalah jual beli online, nanti itu semua di bahas oleh Fuqoha tapi sebelum membahas itu semua hendak nya kita membahas asas nya terlebih dahulu. Apa definisi nya? Apa rukun nya? Syarat-syarat nya apa?. Yang kebanyakan 80% dari Mu’malat-Mu’amalat itu ada semua jawaban nya dalam asas-asas ini. Hanya 80% butuh penelitian khusus. Yang lain nya sudah ada jawaban nya ketika kita meneliti asas-asas ini. Ada point yang terakhir, terkadang jual beli itu bukan nya kita membeli barang nya tapi terkadang kita membeli manfaat nya.

Pembahasan nya seperti ini , contoh nya: ada rumah, lalu ane bayar sama yang punya rumah itu, ane mau tinggal di situ, berapa ente mau tinggal di situ? Setahun dan itu adalah nama nya sewa bukan pembelian. Rumah itu bukan menjadi milikmu dan rumah itu tetap menjadi milik yang punya tapi dalam tempo setahun ini engkau memiliki manfaat rumah itu.

Pembelian manfaat itu atau kepemilikan manfaat itu jika berjangka waktu seperti setahun, atau 2 tahun atau 100 tahun tetap di namakan nyewa. Hukum nya hukum ijaroh bukan hukum jual beli. Syarat-syarat nya syarat-syarat iajroh bukan syarat jual beli. Ada bab khusus nama nya bab penyewaan atau kepemilikan manfaat tapi yang bertempo. Tapi kalau seandai nya ente nyewa untuk selama-lama nya di bahas nya bukan di bab penyewaan namun dibahas di bab jual beli. Jadi kita ini bukan beli tempat nya, namun kita membeli manfaat tempat itu. Persis sama kaya sewa, namun beda nya kalau sewa harus bertempo itu nama nya sewaan tapi kalau tidak bertempo dan selama-lama nya itu masuk dalam kategori pembelian. Fuqoha kasih contoh begini dan ini sering terjadi. Kita punya rumah di belakang dan di depan ada jalan utama dan pinggir jalan ada rumah orang dan rumah kita di belakang nya dan biasa nya kalau ane mau keluar rumah ane atau ke jalan raya melewati gang dan gang ini punya orang yang rumah depan dan bisa saja dia bangun dan ane tidak bisa lewat. Bagaimana cara nya? Ane bilang ke yang punya tanah, ane tidak punya uang banyak untuk membeli tanah ente namun bagaimana kalau ane sewa tanah ente, tapi ane sewa bukan setahun 2 tahun namun ane mau sewa selama-lama nya, berapa harga nya? Ane tidak beli tanah nya namun yang ane beli kemanfaatannya agar ane bisa lewat dan itu juga dalam bahasa fiqih dalam kategori jual beli dan bukan sewaan. Jual beli itu ada 2. Yang pertama jual beli kepemindahan hak kepemilikan tapi kadang-kadang ada jual beli dia tidak memindahkan kepemilikan tapi hanya saja membeli kemanfaatan tapi lihat kalau seandai nya manfaat nya itu di batas kan dengan tempo itu nama nya hukum sewa tapi kalau seandainya kalau kemanfaatan nya untuk selama-lama nya itu di namakan Bab jual beli.

Ini lah yang di bahas dalam perkataan akad pertukaran harta yang menyebabkan kepemilikan sesuatu atau kepemilikan nilai manfaat bersifat tetap. Itu point yang ke 2 nya. Dua-dua nya adalah jual beli. Jadi 3 kata pertama itu unsur asas nya

  • Akad
  • Pertukaran
  • Harta

Tiga tersebut unsur asas. Kemudian apabila terjadi 3 itu maka akan menimbulkan salah satu dari pada dua.

  • Yang menyebabkan kepemilikan sesuatu
  • Atau kepemilikan manfaat tetap

Itu adalah definisi jual beli. Definisi ini sangat lah muda. Sedikit kita bahas rukun-rukun jual beli. Kapan sih bisa tergambar terjadi nya jual beli? Jual beli itu harus minimal ada 3

  • Pelaksana akad( penjual dan pembeli)
  • Ma’qud ‘alaih ( barang dan harga)
  • Sighoh ( ijab dan qobul)

Telah tergambar jika perihal jual beli jika ada

  • Penjual
  • Pembeli

Kemudian ada barang yang mau di jual kemudian ada harga barang itu kemudian ada iijab qobul. Dengan ini baru tergambar nama nya jual beli. Bisa atau tidak kita menggambarkan jual beli tapi tidak ada nama nya penjual di situ. Atau ada penjual, ada barang ada harga nya tapi tidak ada pembeli nya. Jual beli itu harus ada penjual yang jelas dan juga ada pembeli yang jelas yang ke dua nama nya yang melaksanakan akad kemudian ada barang yang mau di jual dan juga ada harga barang itu

Di sini biasa nya di bahas dan kita mengakhiri suatu masalah dengan suatu masalah. Akad itu kan harus ada penjual dan pembeli dan nanti kita akan bahas syarat-syarat penjual. Terkadang kita dapatkan di airport  atau di stasiun itu ada minuman yang di taro kulkas lalu kita masukan uang 5000 maka keluar lah minuman itu. Pertanyaan nya, apakah itu jual beli? Apakah sah jual beli seperti itu? Kalau merujuk kepada hukum ada atau tidak pembeli nya? Ada atau tidak barang nya? Ada atau tidak harga nya? Pertanyaan nya adakah penjual nya? Insya allah akan kita bahas di pertemuan yang akan datang

Wassalamu’alaikum Warahamatullahi Wabarakatuh