Cahaya itu Adalah Nabi Muhammad Saw

Jaltsatul istnain Majelis Rasulullah

Senin, 16 November 2020

Al-Habib Ahmad Mujtaba bin Syihab

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

نَوَيْتُ التَّعَلُّمَ وَالتَّعْلِيْمَ، وَالنَّفْعَ وَالاِنْتِفَاعَ، وَالْمُذَاكِرَةَ وَالتَّذْكِيْرَ،
وَالإِفَادَةَ وَالاِسْتِفَادَةَ، وِالْحِثُّ عَلَى تَمَسُّكِ بِكِتَابِ الله،
وَبِسُنَّةِ رَسُوْلِ الله صلى الله عليه وسلَّم،
وَالدُّعَاءَ إِلَى الْهُدَى، وَالدِّلالَةَ عَلَى الْخَيْرِ،
اِبْتِغَاءَ وَجْهِ الله وَمَرْضَاتِهِ وَقُرْبِهِ وَثَوَابِهِ

الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
لاحول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم
وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ ۚ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
نعم المولى ونعم النصير

Alhamdulillah senantiasa puja dan puji syukur ke hadirat Allah Swt atas limpahan karunia nikmat, hidayah dan taufiq pada kita semua hingga Allah Swt izinkan lisan ini untuk menyebutnya dan Allah Swt izinkan tubuh ini untuk hadir di rumahnya dan Allah Swt izinkan hati ini untuk bergetar cinta kepada kekasih kita Sayyidina Muhammad Saw. Semoga dengan limpahan dan karunia nya Allah Swt memberikan kita kebersamaan, kebersamaan bersama baginda di dunia kita dan ketika kita sakaratul maut dan di barzakh kita dan di sirothol mustaqim dan di padang mahsyar dan di surge kelak Insya Allah Amin Ya Rabbal Alamin.

Sesungguhnya inti dari perkara yang kita dengarkan dan yang akan kita dengarkan adalah masalah kebersamaan. Kita menuju tempat yang mulia ini demi menggapai kebersamaan, kebersamaan dengan ilmu Rasulullah Saw, kebersamaan dengan warisan Rasulullah Saw, yang mana baginda Saw telah memesankan kepada sahabatnya akan datang suatu zaman nanti sekelompok orang yang mencari ilmu ini dan jika kalian melihat golongan itu maka katakanlah kepada mereka marhaban ahlan wasahlan dengan kaum yang kami di pesankan oleh Rasulullah untuk memperhatikan kalian. Rasulullah Saw telah mewasiatkan para penerusnya untuk memperhatikan mereka para pecinta ilmu, untuk memperhatikan mereka yang mau datang dari jauh datang dari rumahnya demi minmba ilmu Rasulullah Saw. Dan Nabi Saw memerintahkan kepada sahabat itu dan sampaikan lah ilmu ini kepada mereka.

Dengan jalan nya kaki antum ketempat ini demi  menuntut illmu Rasulullah Saw, demi mendengarkan ajaran-ajaran Rasulullah Saw, sungguh Nabi Saw telah memesankan orang-orang yang berdiri di mimbar ini untuk memperhatikan kepada kalian.

Alhamdulillah itu adalah suatu makna dari pada makna yang luhur dari pada arti kebersamaan dengan Allah Swt dan Allah Swt berfirman

فَاذۡكُرُوۡنِىۡٓ اَذۡكُرۡكُمۡ وَاشۡکُرُوۡا لِىۡ وَلَا تَكۡفُرُوۡنِ

Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.

Dan Allah Swt berfirman di dalam Hadist Qudsi “aku adalah temen duduk nya orang yang berzikir kepadaku” . ketika engkau kepada Allah Swt berarti engkau duduk dengan Allah Swt. Oleh karena itu dikatakan di dalam manaqib Al-Habib Ahmad bin Muhammad Al-Muhdhor shohibul quweryh yang mana beliau itu di antara manaqib nya sebelum beliau meninggal beberapa tahun beliau menggali terlebih dahulu kuburannya atau mempersiapkan kuburuannya lalu beliau kholwat di dalam kuburan yang telah di persiapkan dan di dalam kuburannya itu beliau menghatamkan Al-Qur’an 7000 kali dan setiap beliau mau bersedekah, sebelum bersedekah sedekahnya itu terlebih dahulu di bawa ke dalam kubur yang telah beliau persiapkan lalu setelah di bawa ke dalam kuburnya  baru beliau berikan kepada Fakir dan Miskin sebagai saksi dan tidak heran ketika beliau meninggal itu kuburan sudah menjadi cahaya terlebih dahulu.

Dan satu lagi di antara Manaqib Al-Imam Ahmad bin Muhammad Al-Muhdhor, ketika beliau mengirim surat untuk muridnya yaitu Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi Shohibul Maulid Simtuddhuror, itu beliau menuliskan ini surat datang nya dari seorang yang bernama Ahmad bin Muhammad Al-Muhdhor yang mana dia itu adalah teman duduk nya Allah Swt yang maha pengasih. Ini sifat beliau sifatkan sendiri karena memang beliau sudah tenggelam dengan zikir kepada Allah Swt.

Syekh Syihabuddin berkata Alhamdulillah aku sudah mengetahui siapa diriku, bagaimana konsep nya wahai imam? Hatiku senantiasa berdetak kencang dengan rahasia zikir kepada Allah Swt. Setelah berzikir apa yang terjadi? Aku tenggelam dalam lautan tafakkur. Dan sering kita dengar yang namanya tafakkur adalah ibadah yang luar biasa. Di katakana: sesaat tafakkur itu lebih afdhol dari pada engkau beribadah satu tahun. Bahkan diriwayat yang lain 70 tahun. Tapi tafakkur yang bagaimana? Tafakkur yang di maksud di sini adalah tafakkur yang datang setelah tenggelam nya seseorang dalam lautan zikir.

Allah Swt senantiasa di dalam Al-Qur’an menyertakan yang namanya tafakkur dengen berzikir

ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi

Setelah itu aku masuk di dalam lautan tafakkur setelah aku tenggelam ke dalam lautan zikir. Lalu beliau menceritakan dahulu nya aku orang biasa dahulu nya aku hamba sahayanya hawa nafsuku. Akan tetapi hari ini aku menjadi rajanya bagi hawa nafsuku dan ketika aku menjadi raja bagi hawa nafsuku maka aku menjadi raja bagi jagad raya dan inilah raja yang sebenarnya.

Berkata Syekh Abu Bakar bin Salim kamilah raja-raja yang sejati sebenarnya yang mana kerajaan mereka itu tidak bisa di gulingkan, tidak bisa di gonta ganti, jika menjadi raja  menjadi rajalah untuk selamanya. Kerajaan apa? Yaitu kerjaan nya Rasulullah Saw. Carilah kerajaan yang seperti itu. Jangan engkau cari dan jangan berpaling kekerajaan yang fana yang bisa di gulingkan, yang tiada artinya yang sangatlah tidak ada artinya dan tidaklah berarti dan tidaklah harganya itu menyamai dari pada sehelai sayap ekor nyamuk. Kalau mau mencari cari lah kerajaan akhirat.

Dengan apa menggapai itu? Yang pertama engkau harus menjadi raja atas hawa nafsumu. Jangan di perbudak oleh hawa nafsu, jangan di perbudak oleh syetan, jangan di perbudak oleh cinta dunia, jadilah raja atas hawa nafsumu dan ketika itu engkau akan menjadi raja sejagad raya.

Kembali ke pembahasan yang pertama, ini lah lautan zikir yang indah, yang mana lautan zikir ini menyebabkan kebersamaan bersama Allah Swt dan begitu pula jika seseorang senantiasa selalu mengingat Rasulullah Saw senantiasa bersholawat kepada Rasulullah Saw dan duduk di Majelis nya Rasulullah Saw yang seperti Majelis ini tanpa kita sadari sudah berapa kali kita bersholawat? Dikit-dikit shollallahu’alaih dan inilah Majelis Rasulullah sejati. Ini lah yang nama nya Majelis Rasulullah Saw. Di sini di lantunkan sholawat kepada baginda Saw dan tidak sebutkan juga selain Baginda Saw yang mana itu nanti nya akan membuahkan kebersamaan bersama Baginda Saw. Kalau kita melihat perihal para ulama mereka menceritakan tentang kebersamaan.

Al-Imam Abdul Hadi Assudi menceritakan dalam qosidah yang indah yang semua mungkin hafal

ﻟـِﻐـَـﻴْـﺮِ ﺟَـــﻤَـﺎ ﻟـِـﻜُـــﻢْ ﻧَــﻈَـﺮِ ﻱْ ﺣَـــﺮَ ﺍﻡُ
ﻭَ ﻏَــﻴْـﺮِ ﻛَــﻼ َ ﻣِــﻜُـﻢْ ﻋِــــﻨـْﺪِ ﻱْ ﻛَــﻼ َﻡِ

ﻭَ ﻋُــﻤْﺮٌ ﺗَـﺴْـﺮِ ﻱْ ﻣِـﻨْـﻜُــﻢْ ﺑـَـﻌْــﺾَ ﻳـَـــﻮْ ﻡٍ
ﻭَ ﺳَـــﺎ ﻋَـﺔُ ﻏَــــﻴْﺮِ ﻛُـــﻢْ ﻋَــﺎﻡٌ ﻓَــﻌَـﺎﻡُ

Beliau berkata ketika beliau menginginkan kebersamaan dengan guru-guru nya. Menginginkan kebersamaan dengan Baginda Rasulullah Saw. Beliau berkata sungguh mata ini haram untuk memandang keindahan selain kalian.

Ada cerita seorang sahabat yang ketika baginda Saw berpulang ke rahmatullah beliau berdoa Ya Allah sungguh tidak sanggup lagi mata ini memandang selain Nabi mu Ya Allah maka cabutlah mata ini, maka langsug di butakan oleh Allah Swt matanya. Tidak mau lagi memandang selain Rasulullah Saw. Ini lah yang di ceritakan oleh Imam Abdul Hadi Assudi.

ﻭَ ﻏَــﻴْـﺮِ ﻛَــﻼ َ ﻣِــﻜُـﻢْ ﻋِــــﻨـْﺪِ ﻱْ ﻛَــﻼ َﻡِ

Selain dari pada kata-kata mu bagiku itu adalah luka jika aku mendengarkan perkataan selain perkataan kalian.

Itulah perihal seorang pecinta. Itulah perihal orang yang menginginkan kebersamaan. Senantiasa yang mau di dengar hanya perkataan Nabi nya. Yang hanya di dengerkan hanya perkataan guru nya, tidak mau mendengarkan perkataan yang lain. Justru perkataan yang lain itu melukai hatinya.

Ada salah satu Imam menceritakan perbedaan antara 3 kalimat kalam,kilam dan kulam. Selain kalam kalian bagiku adalah sakit luka bagiku jika mendengrkan perkataan selain perkataan kalian. Di bait kedua beliau berkata:

 

 ﻭَ ﻋُــﻤْﺮٌ ﺗَـﺴْـﺮِ ﻱْ ﻣِـﻨْـﻜُــﻢْ ﺑـَـﻌْــﺾَ ﻳـَـــﻮْ ﻡٍ

Dan kalau seandainya aku punya umur seperti umurnya burung elang akan ku habiskan umurku dengan kebersamaan bersama kalian. Itu bagiku bagaikan setengah hari. Walaupun aku 20 tahun bersama kalian, walaupun aku 100 tahun bersama kalian, itu sekan-akan cepat berlangsung, cepat habisnya.itulah hakikat kebersamaan yang tidak memandang waktu dan tidak memandang tempat tapi

ﻭَ ﺳَـــﺎ ﻋَـﺔُ ﻏَــــﻴْﺮِ ﻛُـــﻢْ ﻋَــﺎﻡٌ ﻓَــﻌَـﺎﻡُ

Akan tetapi jika kau duduk dengan selain kalian walaupun itu sekejap, walaupun itu satu jam itu bagaikan tahun demi tahun. Tidak betah aku duduk dengan selain kalian. Ini lah seorang pecinta, ini lah seseorang yang menginginkan kebersamaan. Mau dengan kekasih nya saja, yang mau di dengar hanya perkataan ke kasihnya saja, yang hanya di pandang hanya wajah kekasih nya saja, dia tidak mau memandang yang lain, tidak mau mendengar perkataan yang lain, dan tidak mau duduk dengan yang lain dan tidak mau bukan situs yang lain, tidak mau buka medsos nya yang lain, tidak mau membuka situs-situs yang melukai hati kekasihnya. Itulah perihal orang yang menginginkan kebersamaan. Semoga Allah Swt memberikan kita perihal itu.

Kebersamaan ini bukan hanya di hasilkan dengan kedekatan jasmani. Sempit sekali orang yang memandang bahwasannya kebersamaan adalah dekat dengan jasmani. Kebersamaan tidak bisa di ukur dengan dekatnya jarak dan waktu. Kebersamaan tidak memandang waktu dan tidak memandang tempat. Kebersamaan yang haqiqi engkau sekarang bisa bersama Rasulullah Saw dan engkau bisa senantiasa bersama Rasulullah Saw.

Sebagaimana kita mendengar kalimat Al-Imam Umar bin Abdurrahman Al-Atthos yang beliau berkata Rasulullah senantiasa bersama ku dan tidak mungkin bayangan Rasulullah Saw menghilang dariku karena beliau adalah sumber dari pada keberadaanku.

Inilah yang kita baca doanya sebelum sholat subuh dan semua Insya Allah membaca doa itu

اللَّهُمَّ اجْعَلْ فِي قَلْبِي نُورًا وَفِي لِسَانِي نُورًا وَاجْعَلْ فِي سَمْعِي نُورًا وَاجْعَلْ فِي بَصَرِي نُورًا وَاجْعَلْ مِنْ خَلْفِي نُورًا وَمِنْ أَمَامِي نُورًا وَاجْعَلْ مِنْ فَوْقِي نُورًا وَمِنْ تَحْتِي نُورًا اللَّهُمَّ أَعْطِنِي نُورًا

Ya Allah, jadikanlah di dalam hatiku cahaya dan di dalam lisanku (juga) cahaya. Jadikanlah di dalam pendengaranku cahaya dan di dalam penglihatanku (juga) cahaya. Jadikanlah dari belakangku cahaya dan dari depanku (juga) cahaya. Jadikanlan dari atasku cahaya dan dari bawahku (juga) cahaya. Ya Allah, berilah aku cahaya.”

Apa cahaya itu? Cahaya itu adalah Nabi Muhammad Saw. Ketika kita berdoa Ya Allah jadikan lah cahaya di hatiku namun pada hakekatnya Ya Allah jadikanlah Nabi Muhammad di hatiku. Ya Allah jadikanlah cahaya di darahku namun pada hakekatny adalah Ya Allah jadikanlah Rasulullah di darahku. Yang di akhir doa itu kita berdoa Ya Allah tambahkanlah aku cahaya , berikan lah aku cahaya yang pada hakekatnya berikanlah aku Nabi Muhammad Saw dan jadikanlah aku ini sebagai Muhammad Saw.

Inilah perihal kebersamaan. Jika sudah terjalin kebersamaan antara orang yang di cintai dan orang yang mencintainya mereka akan berkata aku adalah orang yang aku cintai dan orang yang aku cintai adalah aku. Jika engkau melihat mereka maka engkau melihat aku dan jika engkau melihat aku maka engkau melihat mereka. Hakekat kebersamaan adalah jika menyatu yang di cintai dan mencintai.

Perihal kebersamaan ini kadang-kadang ketika seseorang yang sudah senantiasa bersama dengan gurunya, bersama dengan baginda, bersama dengan orang yang dia cintai. Ketika Allah Swt cabut sebentar nikmat itu dia akan merasakan kegelisahan yang luar biasa sedih dan tidak bisa hidup. Karena dia kehilangan nikmat yang sangatlah luar biasa. Nikmat apa itu? Yaitu adalah nikmat kebersamaan.

Lihat bagaimana perihalnya keledainya Rasulullah Saw di antaranya ada yang nama nya dul-dul, ketika baginda pulang ke rahmatullah apa yang terjadi? Keledai itu tidak bisa hidup akhirnya bunuh diri nyemplung ke sumur.

Begitu juga perihal para sahabat ketika mereka di tinggal oleh baginda Rasaulullah Saw yang nangis, yang pingsan, yang tidak bisa berbicara, yang syok, yang minta di butakan, dan bagaimana perihal nya Sayyidina Bilal bin Rabbah, dalam cerita yang di nukil oleh Al-Imam Ibnu Assyakir. Sayyidina Bilal bin Rabbah beliau adalah Khodim nya Rasulullah Saw, Muadzin nya Rasulullah Saw, yang senantiasa membawakan sandal nya Rasulullah Saw, yang senantiasa keluar masuk Rasulullah Saw, sampai-sampai kalau seandainya ada orang asing yang masuk ke Madinah akan mengira bahwasannya Bilal ini adalah keluarganya Rasulullah Saw saking sering keluar masuknya di rumah Rasulullah Saw. Apa yang terjadi dengan hatinya tatkala baginda berpulan ke Rahmatullah. Beliau berkata tidaklah aku lewat di depan mimbar Rasulullah Saw melainkan aku terbayang sosok Rasulullah Saw. Tidaklah aku lewat di mihrab nya Rasulullah Saw melainkan aku membayangkan sosok Rasulullah Saw, ini perihal menyakiti, ini perihal menyiksaku. Akhirnya beliau mengadu ke Sayyidina Abu Bakar Shddiq sebagai Kholifah, wahai Abu Bakar demi Allah aku tersiksa sekarang. Tatkala aku melewati mimbar nya Rasulullah tersiksa aku, tatkala aku lewat di mihrab tersiksa aku, tatkala aku lewat di depan rumah Rasulullah Saw tersiksa aku, lalu bagaimana wahai Bilal? Izinkanlah aku wahai Khalifah Rasulullah untuk berjihad di luar dan biarkanlah aku meninggalkan Madinah agar aku jauh dari siksa ini. Mau kemana wahai Bilal? Aku mau berjihad ke Syam. Engkau mau meninggalkan kami wahai Bilal? Apakah engkau merasa hanya engkau yang merasa demikian? Kita juga wahai Bilal, lalu tidak di berikan izin oleh Sayyidina Abu Bakar Shiddiq, jangan kalian berjihad kesana di sinilah bersama kami. Bersama-sama kita menderita. Dan beliau taat. Demi perintah Khalifah Rasulullah Saw akhirnya beliau menahan sakit demi sakit di hati nya itu.

Setelah meninggal nya Sayyidina Abu Bakar Shiddiq dan di gantikan oleh Sayyidina Umar bin Khottob. Datang lah Bilal untuk minta izin kembali. Wahai Amirul Mukminin sungguh aku telah minta izin kepada Abu Bakar tapi beliau tidak mengizinkanku namun sekarang aku ingin minta izin kepadamu izinkan lah aku untuk hijrah, untuk jihad ke Syam. Kenaoa wahai Bilal? Aku tidak sanggup wahai Umar , tidak sanggup aku di Madinah ini, tidak sanggup aku berpisah dengan Rasulullah Saw. Bukan hanya engkau wahai Bilal kami juga demikian, selagi Abu Bakar tidak mengizinkanmu maka aku juga tidak bisa mengizinkan engkau wahai Bilal. Lalu Bilal bilang wahai Umar kalau seandainya itu Abu Bakar maka aku akan taat tapi ini adalah engkau wahai Umar maka aku tidak akan taat. Maaf wahai Umar aku tidak bisa mentaatimu karena aku tidak sanggup. Mau engkau izinkan atau tidak tetap aku hijrah dan tetap aku jihad ke Syam. Akhirnya beliau pindah dan keluar dari Madinah dan beliau pindah ke Negeri Syam dan berjihad lah di sana.

Hari demi hari  di laluinya, bulan demi bulan sampai-sampai beliau di suatu malam di Negri Syam Sayyidina Bilal bin Rabbah tidur dan bermimpi Rasulullah Saw. Dalam mimpi itu baginda berkata: wahai Bilal kenapa engkau meninggalkan kami? Kenapa engkau tega? Setelah mimpi Bilal terbangun dan langsung bergegas kembali ke Madinah dengan tangisan yang luar biasa. Ketika beliau balik melihat kuburan Rasulullah Saw langsung Bilal bin Rabbah terjatuh dan memeluk kuburan Rasulullah Saw dan beliau berkata: bukan lah aku tega wahai Rasulullah namun aku tidak sanggup.

Para sahabat ketika melihat bilal datang mereka kaget dan kesempatan itu tidak di sia-siakan oleh para sahabat. Datang lah Umar bin Khottob dan mengatakan wahai Bilal selamat datang kembali dan kami meminta engkau azan kembal sebagaimana engkau azan di zaman Rasulullah Saw. Ketika Sayyidina Bilal melihat Sayyidina Umar demi Allah wahai Umar sungguh azanku ini hanya untuk Rasulullah saja. Mundur lah Sayyidina Umar bin Khottob, akhirnya Sayyidina Umar minta washilah ke Sayyidina Usman. Wahai Usman coba engkau memerintahkan Bilal untuk azan, maju lah Sayyidina Usman, wahai Bilal azan lah engkau sebagaimana engkau azan di saat ada Rasulullah. Di lihat sama Sayyidina Bilal ternyata Usman, maaf wahai Usman azanku hanya untuk Rasulullah, lalu Sayyidina Usman mundur. Akhirnya Sayyidina Umar minta perantara kepada Sayyidina Ali. Wahai Ali perintahkan Umar untuk azan, majulah Sayyidina Ali untuk memerintahkan Bilal Azan, pas di lihat oleh Bilal ternyata Sayyidina Ali menantunya Rasulullah dan saudara nya Rasulullah, maaf wahai Ali sungguh demi Allah azanku hanya untuk Rasulullah, sungguh telah meminta kepada ku Umar dan Ustman namun  kedua nya aku tolak, mundur lah Sayyidina Ali. Semua bingung dan semua ingin mendengarkan Bilal kembali azan dan semua ingin mengenang zaman-zaman Rasulullah dengan azan nya Bilal. Akhirnya ketika itu lewatlah Sayyidina Hasan bin Ali yang mana mukanya ini meyerupai wajah Rasulullah Saw.

Kalau Sayyidina Hasan menyerupai Rasulullah di bagian atasnya kalau Sayyidina Husein di bagian bawahnya. Cara berjalannya Sayyidina Husein persis seperti cara jalannya Rasulullah Saw. Oleh karena itu ketika Sayyidina Hasan lahir dan di lihat oleh Sayyidina Abu Bakar Shddiq sambil berkata demi Allah ini mirip sekali sama Rasulullah bukan mirip sama Ali.

Ketika lewat Sayyidina Hasan langsung di panggil oleh Sayyidina Umar, wahai Hasan bisakan engkau perintah Bilal untuk azan kembali seperti dulu saat masih ada kakekmu? Sungguh aku telah minta dan Utsman telah minta dan Ayahmu telah minta namun kita semua di tolak. Semoga ketika engkau meminta tidak di tolak. Majulah seorang pemuda ini dan mengampirinya seraya berkata wahai Bilal dan Bilal pun menoleh, wahai Bilal azanlah sebagaimana engkau azan di zaman kakekku, pas di lihat sama Sayyidina Bilal ternyata Sayyidina Hasan, Sayyidina Bilal berkata demi Allah wahai Hasan sungguh telah meminta kepadaku yaitu Umar,Usman dan Ayahmu, namun aku tolak semua permintaan mereka, akan tetapi kalau aku menolak perintahmu maka apa yang akan aku katakana kepada datukmu di hari kiamat? Demi kehormatanmu wahai Hasan aku akan azan, lalu bangun lah Bilal dan naik kemenara dan sahabat sedang menantikan saat-saat Bilal azan dengan suara yang sangat luar biasa dan mengingatkan mereka ke zaman Rasulullah. Mulai lah Bilal dengan azan yang merdunya.

Ibnu Assyakir menceritakan ketika mereka mendengar azan Bilal bukannya orang Masjid saja yang menangis namun seluruh orang Madinah menangis. Lalu Bilal meneruskan azan nya tambah menangis lagi seluruh orang Madinah. Hingga di katakan sampai-sampai orang-orang keluar dari rumahnya menuju Masjid dan mereka berkata apakah Rasulullah hidup kembali? Lalu Bilal meneruskan azan nya tambah rame lagi yang menuju Masjid. Ketika Sayyidina Bilal meneruskan azan nya baru sampai kalimat Asyhadu anna Muhammad Rasulullah, ketika kalimat Muhammad Bilal tidak bisa lagi meneruskan azan nya dan terjatuh pingsan. Tidak lah terlihat di kota Madinah penuh dengan isak tangis setelah wafat nya Rasulullah seperti di hari itu di katakana. Semua menangis dan berbondong-bondong ke Masjid Nabawi dan semua mengira bahwasannya Rasulullah telah hidup kembali. Semua itu karena mereka mengharapkan kebersamaan bersama baginda Saw. Yang mana kebersamaan itu adalah inti dari segala-galanya, inti dari semua ibadah kita.

Semoga dengan hadir nya kita di Majelis ini Allah Swt memberikan kita kebersamaan. Sehingga kita senantiasa meminta kepada Allah Swt. Ya Allah berikan lah kami kebersamaan bersamamu. Kebersamaan bersama Nabi mu. Sehingga tidak lah hilang dari bayangan kami bayangan Nabimu. Sehingga tidaklah lepas dari kami Nabi mu. Senantiasa kami bersama Nabimu di hati kami, di tubuh kami di keluarga kami bersama Nabimu. Di dunia bersama Nabimu, ketika sakaratul maut bersama Nabimu, di Mahsyar bersama Nabimu, di Shirothol Mustaqim bersama Nabimu dan bersama Nabimu juga ketika masuk Surga .

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh.