Forum Replies Created

Viewing 5 posts - 1 through 5 (of 5 total)
  • Author
    Posts
  • in reply to: Mabuk Kepayang #75731687
    ahadi
    Participant

    Imam Ahmad bin Hambal, Siapa Tidak Kenal??

    Setiap kali membaca biografi Ahmad bin Hambal, kita akan bertemu dengan sosok yang gigih dalam membela sifat-sifat Allah yang haq, meskipun beliau disiksa bertahun -tahun lamanya. Tidak gentar, tidak berpaling, dan tidak mengerahkan murid-muridnya untuk melawan penguasa, tetapi malah selalu mendoakan pemimpin (meski mereka amat sangat zalim sekali), sebagaimana beliau pernah berkata, \"Sekiranya saya memiliki doa yang pasti terkabul, tentu doa itu kutujukan untuk pemimpin\".
    Nasab dan Kelahirannya

    Beliau adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hambal. Nasab beliau bertemu dengan nasab RasuluLlah sholaLlahu a\’laihi wasallam pada diri Nizar bin Ma\’d bin \’Adnan. Yang berarti bertemu nasab pula dengan nabi Ibrahim \’alaihissalam.
    Ketika beliau masih dalam kandungan, orang tua beliau pindah dari kota Marwa-tempat tinggal sang ayah-, ke kota Baghdad. Di kota itulah beliau dilahirkan, tepatnya pada bulan Rabi\’ul Awwal 164H. Ayah beliau, Muhammad, meninggal dalam usia muda, 30 tahun, ketika beliau baru berumur 3 tahun.

    Masa Menuntut Ilmu

    Imam Ahmad tumbuh dewasa sebagai seorang anak yatim. Ibunya, Shafiyyah binti Maimunah, berperan penuh dalam mendidik dan membesarkan beliau. Untungnya, sang ayah meninggalkan dua rumah untuk mereka: satu ditempati sendiri, dan satunya disewakan dengan harga sangat murah. Dalam hal ini, keadaan beliau sama dengan keadaan syaikhnya, Imam Syafi\’i, yang yatim dan miskin, tetapi tetap mempunyai semangat yang tinggi. Keduanya juga memiliki ibu yang mampu mengantar mereka kepada kemajuan dan kemuliaan.

    Beliau mendapatkan pendidikan pertamanya di Baghdad.Setamatnya menghafal AlQuran dan mempelajari ilmu-ilmu bahasa Arab di al-Kuttan saat berusia 14 tahun, beliau melanjutkan pendidikannya ke ad-Diwan. Perhatian beliau saat itu tengah tertuju pada keinginan mengambil hadits dari para perawinya. Orang pertama tempat mengambil hadits adalah Al-Qadhi Abu Yusuf, murid/rekan Imam Abu Hanifah. Pada usia 16 tahun, Imam Ahmad mulai tertarik untuk menulis hadits. Beliau melakukan mulazamah kepada syaikhnya, Hasyim bin Basyir bin Abu Hazim Al-Wasithy hingga syaikhnya wafat, dan telah belajar lebih dari 300.000 hadits.

    Pada umur 23 tahun, beliau mulai mencari hadits ke Bashrah, Hijaz, Yaman, dan kota lain. Selama di Hijaz, beliau banyak mengambil hadits dan faidah dari Imam Syafi\’i, bahkan Imam Syafi\’i sendiri amat memuliakan Imam Ahmad dan menjadikan beliau sebagai rujukan dalam mengenal keshahihan sebuah hadits. Demikianlah ketekunan beliau, sampai-sampai beliau baru menikah di usia 40 tahun. Seseorang pernah berkata kepada beliau, \"Wahai Abu Abdillah, Anda telah menjadi imam kaum muslimin\". Beliau menjawab, \"Bersama mahbarah (tempat tinta) hingga ke maqbarah(kubur). Aku akan tetap menuntut ilmu sampai aku masuk liang kubur\". Beliau senantiasa seperti itu: menekuni hadits, memberi fatwa, dsb. Banyak ulama yang pernah belajar kepada beliau, semisal kedua putranya, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Abu Zur\’ah, dan lain- lain.

    Kitab-kitab beliau

    Kitabnya yang terkenal, al-Musnad, beliau susun dalam waktu 60 tahun sejak beliau pertama kali tertarik menulis hadits. Beliau juga menyusun kitab Al-Manasik ash- Shaghir dan Al-Kabir, kitab Az-Zuhud, Ar-Radd \’ala Jahmiyyah wa az-Zindiqiyyah, kitab as-Sholah, as-Sunnah, al-Wara\’ wa al-Iman, al-\’Ilal wa ar-Rijal,Fadhail ash- Shahabah, dan lain-lain.

    Penghormatan Ulama lain kepada Beliau

    Imam Syafi\’i pernah mengusulkan ekpada Khalifah Harun Ar-rasyid pada hari-hari akhir hidup khalifah, agar mengangkat Imam Ahmad menjadi qadhi di Yaman, tetapi Imam Ahmad menolaknya, dan berkata kepada Imam Syafi\’i, \"Saya datang kepada Anda untk mengambil ilmu, tetapi Anda malah menyuruh saya menjadi qodhi untuk mereka\". Pada masa khalifah setelahnya, Imam Syafi\’i juga mengusulkan hal yang sama, lagi-lagi Imam Ahmad menolaknya.

    Abdul Wahhab al-Warraq berkata, \"Aku tidak pernah melihat orang seperti Ahmad bin Hambal\". Orang-orang bertanya, \"Dalam hal apakah dari ilmu dan keutamaannya yang engkau pandang dia melebihi yang lain?\" Al-Warraq menjawab, \"Dia seorang yang jika ditanya tentang 60.000 masalah, dia akan menjawabnya dengan berkata, \’Telah dikabarkan kepada kami\’, atau \’Telah disampaikan hadits kepada kami\’\"

    Keteguhan di Masa Penuh Cobaan

    Telah menjadi keniscayaan bahwa kehidupan seorang mukmin tidak akan lepas dari ujian dan cobaan, terlebih lagi seorang alim yang berjalan di atas jejak para nabi dan rasul. Dan Imam Ahmad termasuk di antaranya. Beliau mendapat cobaan dari tiga orang khalifah Bani Abbasiyah 16 tahun lamanya.

    Di masa kekhalifahan Al-Makmun, ahlul-bid\’ah dari golongan Mu\’tazilah yang dipimpin Ibnu Abi Duad mendapat angin segar. Mereka leluasa menyebarkan pemahaman sesatnya (semisal pengingkaran terhadap sifat-sifat Allah, termasuk sifat kalam), sehingga khalifah Al-Makmun kemudian memaksa kaum muslimin, khususnya ulama mereka, untuk meyakini bahwa Alquran adalah makhluk. Padahal, pada masa khalifah sebelumnya, Harun ar-Rasyid dan Al-Amin, pendapat tentang kemakhlukan AlQuran telah ditindak tegas.

    Untuk memaksa kaum muslimin tersebut, Al-Makmun sampai mengadakan ujian. Dan selama itu, tidak terhitung orang yang telah dipenjara, disiksa, dan bahkan dibunuhnya. Meski begitu, tidak terhitung pula jumlah ulama yang menolak pendapat bahwa AlQuran adalah makhluq, termasuk di antaranya Imam Ahmad. Beliau tetap konsisten bahwa AlQuran itu kalamullah, bukan makhluk.

    Al-Makmun bahkan sempat memerintahkan bawahannya agar membawa Imam Ahmad dan Muhammad bin Nuh ke hadapannya di kota Thursus. Kedua ulama itu pun akhirnya digiring ke Thursus dalam keadaan terbelenggu. Muhammad bin Nuh meninggal dalam perjalanan sebelum sampai ke Thursus, sedangkan Imam Ahmad dibawa kembali ke Baghdad dan dipenjara disana karena telah sampai kabar tentang kematian Al-Makmun (tahun 218). Disebutkan bahwa Imam Ahmad tetap mendoakan kebaikan untuk Al-Makmun.

    Sepeninggal Al-Makmun, kekhalifahan berpindah ke tangan putranya, Al-Mu\’tashim. Khalifah ini tetap berpegang pada kemakhlukan AlQuran. Imam Ahmad dikeluarkannya dari penjara dan dipertemukan dengan Ibnu Abi Duad dkk. Mereka mendebat beliau tentang kemakhlukan AlQuran, tetapi beliau mampu membantahnya dengan bantahan yang tidak dapat mereka bantah. Akhirnya beliau dicambuk sampai tidak sadarkan diri lalu dimasukkan kembali ke dalam penjara dan mendekam disana selama sekitar 28 bulan. Selama itu beliau sholat dan tidur dalam keadaan kaki terbelenggu.

    Selama itu pula, setiap harinya Al-Mu\’tashim mengutus orang untuk mendebat beliau, tetapi jawaban beliau tetap sama, tidak berubah. Akhirnya, bertambah kemarahan Al- Mu\’tashim. Dia mengancam dan memaki-maki beliau, dan menyuruh bawahannya mencambuk lebih keras dan menambah belenggu di kaki beliau. Semua itu diterima Imam Ahmad dengan penuh kesabaran dan keteguhan bak gunung yang kokoh menjulang.

    Pada akhirnya, beliau dibebaskan dari penjara. Beliau dikembalikan ke rumah dalam keadaan tidak mampu berjalan. Setelah luka-lukanya sembuh dan badannya telah kuat, beliau kembali menyampaikan pelajaran-pelajarannya di masjid sampai Al-Mu\’tashim wafat.

    Selanjutnya, Al-Watsiq diangkat menjadi khalifah. Al-Watsiq melarang Imam Ahmad keluar berkumpul bersama orang-orang. Akhirnya, Imam Ahmad terpaksa selalu berada di rumah, tidak keluar darinya, bahkan untuk keluar mengajar atau menghadiri sholat berjama\’ah. Dan itu dijalani kurang lebih lima tahun, yakni sampai Al-Watsiq wafat tahun 232.

    Sesudah Al-Watsiq wafat, Al-Mutawakkil menggantikannya. Selama dua tahun masa pemerintahannya, ujian tentang kemakhlukan AlQuran masih dilangsungkan. Tetapi, pada tahun 234, khalifah menghentikan ujian tersebut. Khalifah mengumumkan ke seluruh wilayah tentang larangan atas pendapat kemakhlukan AlQuran dan ancaman hukuman mati bagi yang melibatkan diri dalam hal itu. Khalifah juga memerintahkan kepada para ahli hadits untuk menyampaikan hadits-hadits tentang sifat Allah. Maka, bergembiralah orang-orang. Mereka memuji-muji khalifah atas keputusannya tersebut dan melupakan kejelekan-kejelekannya.

    Demikianlah gambaran ringkas ujian yang dilalui oleh Imam Ahmad. Terlihat bagaimana sikap agung beliau yang tidak akan diambil kecuali oleh orang-orang yang penuh keteguhan lagi ikhlas. Beliau bersikap seperti itu jusrtu ketika sebagian ulama berpaling dari kebenaran. Dan dengan keteguhannya, maka madzhab Ahlussunnah pun dinisbatkan kepadanya karena beliau sabar dan teguh dalam membela kebenaran. Ali bin Al Madiniy berkata dalam menggambarkan keteguhan Imam Ahmad, \"Allah telah mengokohkan agama ini lewat dua orang laki-laki, tidak ada ketiganya. Yaitu, Abu Bakar Ash-Shiddiq pada yaumur Riddah (saat banyak orang murtad pada awal-awal pemerintahannya) dan Ahmad bin Hambal pada Yaumul Mihnah.\"

    Sakit dan Wafatnya

    Menjelang wafatnya, beliau jatuh sakit selama sembilan hari. Mendengar sakitnya, orang-orang pun berdatangan ingin menjenguk. Mereka berdesak-desakan di depan pintu rumahnya, sampai-sampai sultan menempatkan orang untuk berjaga di depan pintu. Akhirnya, pada permulaan hari Jumat, tanggal 12 Rabiul Awwal 241H, beliau menghadap Rabbnya. Sekitar 700-800 ribu orang mengantar jenazah beliau (bahkan ada yang mengatakan sejuta). Semuanya menunjukkan bahwa sangat banyaknya mereka yang hadir pada saat itu demi menunjukkan penghormatan dan kecintaan mereka kepada beliau. Beliau pernah berkata ketika masih sehat, \"Katakan kepada ahlu bid\’ah, bahwa perbedaan antara kami dan kalian adalah (tampak pada) hari kematian kami\"

    Diringkas dari majalah Fatawa, vol 05/I/Muharram-Safar 1424H-2003 M

    in reply to: The Amazing Child #75360680
    ahadi
    Participant

    Kecemburuan Istri Rasulullah
    Senin, 14 Mei 2007
    Cemburu merupakan tanda adanya cinta, mustahil orang yang mengakui mencintai kekasihnya (suaminya/istrinya) tidak memiliki rasa cemburu. Cemburu merupakan tanda kesempurnaan cinta, akan tetapi cemburu bisa tercela apabila terlalu berlebihan dan melampui batas. Aisyah radhiyallahu anha adalah seorang wanita pencemburu hal ini terjadi karena begitu besar rasa cintanya kepada kekasihnya yaitu Rasulullah shalallahu alaihi wassalam.Nah, marilah kita simak kisah beliau

    Dari Aisyah, bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam keluar dari rumahnya pada suatu malam.Aisyah menuturkan, \"Maka akupun menjadi cemburu kepada beliau sekiranya beliau mendatangi istri yang lain. Kemudian beliau kembali lagi dan melihat apa yang terjadi pada diriku.

    \"apakah engkau sedang cemburu?\" tanya beliau.

    \"Apakah orang semacam aku ini tidak layak cemburu terhadap orang seperti engkau ?\"

    \"Rupanya syetan telah datang kepadamu\", sabda beliau

    \"Apakah ada syetan besertaku?\’ tanyaku

    \"Tak seorangpun melainkan bersamanya ada syetan\" jawab beliau.

    \"Besertamu pula?\" tanyaku.

    \"Ya, hanya saja Allah menolongku untuk mengalahkannya sehingga aku selamat\", jawab beliau. (ditakrij Muslim dan Nasa\’i)

    Dari Aisyah, dia berkata, \"Aku tidak pernah melihat orang yang pandai masak seperti halnya Shafiyah. Suatu hari dia membuatkan makanan bagi Rasulullah shalallahu alaihi wassalam, yang ketika itu beliau di rumahku.Seketika itu badanku gemetar karena rasa cemburu yang menggelegak. Lalu aku memecahkan bejana Shafiyah. Akupun menjadi menyesal sendiri. Aku berkata,\"Wahai Rasulullah, apa tebusan atas apa yang aku lakukan ini?\" Beliau menjawab, \"bejana harus diganti dengan bejana yang sama, makanan harus diganti dengan makanan yang sama\" (ditakrij Abu Daud dan An-Nasa\’i)

    Sedangkan dalam riwayat lain dari Anas bin Malikk radhiyallahu anhu, dia menceritakann, Nabi shalallahu alaihi wassalam pernah berada disisi salah seorang istrinya. Kemudian seorang dari ummul mukminin mengirimkan satu mangkuk makanan. Lalu istri Nabi yang berada dirumahnya memukul tangan Rasulullah sehingga mangkuk itu jatuh dan pecah. Maka Nabi pun mengambil dan mengumpulkan makanan di dalamnya. Beliau berkata:\"Ibumu cemburu, makanlah.\" Maka merekapun segera memakannya. Sehingga beliau memberikan mangkuk yang masih utuh dari istri dimana beliau berada, dan meninggalkan mangkuk yang telah pecah tersebut di rumah istri yang memecahkannya.(HR.Bukhari, Ahmad, Nasai dan Ibnu Majah)

    Hadits senada diatas dengan beberapa tambahan, yaitu di dalam Ash-Shahih, dari hadits Humaid dari Anas Radhiyallahu anhu, dia berkata,\" Ada diantara istri Nabi shalallahu alaihi wassalam yang menghadiahkan semangkuk roti dicampur kuah kepada beliau, selagi beliau berada di rumah istri beliau yang lain (Aisyah). Aisyah menepis tangan pembantu yang membawa mangkuk, sehingga mangkuk itu pun jatuh dan pecah. Nabi Shalallahu alaihi wassalam langsung memunguti roti itu dan meletakkan kembali diatas mangkuk, seraya berkata, \"makanlah. Ibu kalian sedang cemburu.\" setelah itu beliau menunggu mangkuk pengganti dan memberikan mangkuk yang pecah itu kepada Aisyah\".(diriwayatkan oleh Bukhari, Tirmidzi, Ahmad, Abu Daud dan Nasa\’i)

    Begitupula kecemburuan Aisyah terhadap Shafiyah. Tatkala Rasulullah tiba di Madinah bersama Shafiyah yang telah dinikahinya, dan beliau berbulan madu bersamanya ditengah jalan, maka Aisyah berkata,\"Aku menyamar lalu keluar untukmelihat. Namun beliau mengenaliku. Beliau hendak menghampiriku, namun aku berbalik dan mempercepat langkah kaki. Namun beliau dapat menyusul lalu merengkuhku, seraya bertanya,\"Bagaimana pendapatmu tentang dia?\" Aku menjawab, \"Dia adalah wanita Yahudi di tengah para wanita yang menjadi tawanan\" (ditakrij Ibnu Majah).

    Aisyah Radhiyallahu anha pernah berkata, \"Aku tidak pernah cemburu terhadap wanita seperti kecemburuanku terhadap Khadijah, karena Nabi Shalallahu alaihi wassalam seringkali menyebut namanya. Suatu hari beliau juga menyebut namanya, lalu aku berkata, \"Apa yang engkau lakukan terhadap wanita tua yang merah kedua sudut mulutnya? Padahal Allah telah memberikan ganti yang lebih baik darinya kepadamu\". Beliau bersabda, \"Demi Allah, Allah tidak memberikan ganti yang lebih baik darinya kepadaku\" (Diriwayatkan Bukhari)

    Aduhai, kecemburuan yang sangat mendalam hanya karena kekasihnya menyebut wanita lain padahal wanita yang disebutnya telah kembali kepada Zat Yang Mulia tetap membuatnya cemburu. Akan tetapi bisa engkau lihat ya ukhti,…betapa mulianya akhlak Rasulullah terhadap istrinya yang cemburu . Tidaklah beliau mengeluarkan perkataan yang kasar melainkan kata-kata yang haq.Semoga para suami kita bisa meneladani sikap dan akhlak beliau, shalallahu alaihi wassalam.Karena hanya beliaulah sebaik-baik sosok teladan yang patut untuk ditiru dan di contoh oleh semua umatnya.Sebagaimana dalam firman-Nya:

    \"Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah\" (Al-Ahzab:21).

    Semoga shalawat dan salam tercurah kepada beliau, istri-istrinya, keluarganya, dan sahabatnya. Wallahu\’alam bish-shawwab.

    Rujukan:

    1. Al-Qur\’anul karim dan terjemah dalam bahasa Indonesia, Departemen Agama.

    2. Fiqh Wanita, Syaikh Kamil Uwaidah, Pustaka Al-Kautsar.

    3. Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu, Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah, Darul Falah

    4. Al-Qur\’an dan As-Sunnah bicara Tentang Wanita,Muhammad Shiddiq Khan. Darul Falah.

    in reply to: The Amazing Child #75360663
    ahadi
    Participant

    [[size=4]color=#FF0000]Devoted Christian to Devoted Muslim [/color[/size]]
    Written by tami
    Kamis, 03 Mei 2007
    Aku tumbuh dalam keluarga Kristen yang taat. Pada saat itu, orang-orang Amerika lebih taat dari pada mereka yang sekarang -sebagai contoh, kebanyakan keluarga pada saat itu pergi ke gereja tiap Minggu. Orang tuaku aktif dalam komunitas gereja. Kami sering mengundang pendeta ke rumah. Ibuku mengajar di sekolah Minggu, dan aku membantunya. Aku mungkin terlihat lebih taat daripada anak-anak lainnya. Pada salah satu ulang tahun, bibiku memberikanku sebuah Bible dan memberikan saudariku sebuah boneka. Pada saat yang lain, aku minta buku doa kepada orang tuaku, dan aku membacanya setiap hari selama bertahun-tahun.
    Ketika aku di middle school (setara SMP -pent), aku menghadiri program studi Bible selama dua tahun. Ketika itu, aku telah membaca sebagian dari Bible, tetapi tidak terlalu mengerti dengan baik. Saat itu adalah kesempatanku untuk belajar.

    Kami mempelajari banyak ayat-ayat di Kitab perjanjian lama & baru yang menurutku tidak dapat dijelaskan dan ganjil. Sebagai contoh, Bible mengajarkan ide \"Original Sin\", yang berarti manusia semua lahir dalam keadaan berdosa. Aku mempunyai adik bayi, dan aku tahu bahwa bayi-bayi itu tidak berdosa.

    Bible memiliki cerita-cerita tentang Nabi Abraham (Ibrahim -pent) dan David (Dawud -pent) yang sangat aneh. Aku tidak dapat mengerti bagaimana Nabi-nabi dapat bertindak sebagaimana Bible ceritakan.

    Ada sangat banyak hal lain yang membingunganku tentang Bible, tetapi aku tidak bertanya. Aku takut untuk bertanya -aku mau dikenal sebagai \"anak baik\". Alhamdulillah, ada seorang anak laki-laki yang bertanya, dan terus bertanya.

    Masalah paling kritis adalah tentang ide Trinitas. Aku tidak dapat mengerti. Bagaimana bisa Tuhan memiliki tiga bagian, yang salah satunya manusia? Karena aku pernah mempelajari mitos Yunani dan Roma di sekolah, aku berpikir bahwa ide Trinitas dan orang suci yang sakti sangat similar dengan ide Yunani dan Roma yang memiliki banyak -yang mereka sebut- dewa yang bertanggung jawab atas aspek-aspek berbeda dalam hidup. (Astaghfirullah!)

    Anak laki-laki tadi bertanya banyak pertanyaan tentang Trinitas, menerima banyak jawaban, namun tidak pernah puas. Begitu pula aku. Pada akhirnya, guru kami, seorang Profesor Theology dari Universitas Michigan, menyuruhnya berdoa untuk diberikan keimanan (akan Trinitas -pent).

    Aku pun berdoa.

    Ketika aku di high school (setara SMU -pent), diam-diam aku berkeinginan menjadi biarawati. Aku tertarik kepada pola ibadah beberapa kali perhari, kepada hidup yang seluruhnya terabdikan kepada Tuhan, dan kepada cara berpakaian yang menunjukkan gaya hidup agamaku.

    Namun, hambatan untuk keinginan ini adalah bahwa aku bukan Katolik. Aku tinggal di kota di mana orang-orang Katolik adalah kaum minoritas, tidak popular dan berbeda!

    Di kampus, aku terus berpikir dan berdoa. Mahasiswa-mahasiswa sering bicara tentang agama, dan aku mendengar banyak ide-ide berbeda. Seperti layaknya Yusuf Islam, aku belajar -yang mereka sebut- agama dari Timur: Buddha, Confucianism (Kong Hu Cu), dan Hindu. Tidak membantu.

    Aku bertemu seorang muslim dari Libya, yang memberitahuku sedikit tentang Islam dan Kitab Suci Al Qur\’an. Dia berkata padaku bahwa Islam adalah agama modern, paling up-to-date yang telah diturunkan. Karena dalam pikiranku saat itu Afrika dan Timur Tengah adalah tempat yang terbelakang, aku tidak dapat melihat Islam sebagai agama yang modern.

    Keluargaku membawa muslim Libya ini ke sebuah misa Natal. Misa tersebut sangat indah, tetapi di akhir acara, dia bertanya, \"Siapa yang telah membuat prosedur-prosedur ini? Siapa yang mengajarkanmu kapan harus berdiri, menunduk, dan berlutut? Siapa yang mengajarkanmu cara berdoa?\"

    Aku menceritakan kepadanya tentang awal sejarah gereja, namun pertanyaannya membuatku marah di awal, dan kemudian membuatku berpikir.

    Apakah orang-orang yang telah membentuk misa benar-benar berkualifikasi untuk melakukannya? Bagaimana mereka tahu ibadah itu harus seperti apa? Apakah mereka memiliki instruksi dari Tuhan?

    Aku sadar kalau aku tidak percaya kepada banyak ajaran-ajaran Kristen, tetapi terus menghadiri gereja. Ketika jemaat membaca ayat-ayat yang aku percaya sebagai hinaan kepada Tuhan, seperti Nicene Creed, aku diam -Aku tidak membacanya. Aku merasa seperti alien di gereja, seperti orang asing.

    Sebuah sensasi! Seseorang yang sangat dekat denganku, karena memiliki masalah rumah tangga ia mendatangi gereja untuk mencari jalan keluar. Mengambil kesempatan dari kesedihannya, ia dibawa ke sebuah motel lalu diperkosa.

    Hingga saat itu, aku belum pernah berpikir secara mendalam peran dari seorang pendeta dalam kehidupan seorang Kristen. Sejak saat itu aku harus. Kebanyakan pemeluk Kristen percaya bahwa pengampunan datang melalui layanan \"Komunitas Suci\", dan layanan tersebut harus dilaksanakan oleh rahib atau pendeta terpilih. Tanpa pendeta, tidak ada pengampunan.

    Aku pergi ke gereja lagi, lalu duduk dan melihat pendeta-pendeta di depan. Mereka tidak lebih baik daripada jemaat-beberapa di antara mereka bahkan lebih buruk. Bagaimana mungkin perantaraan seseorang, yang manusia biasa, diperlukan untuk berhubungan dengaan Tuhan? Kenapa aku tidak bisa berhubungan dengan Tuhan secara langsung, dan menerima pengampunanNya tanpa perantara?

    Tidak berapa lama kemudian, aku menemukan terjemah Qur\’an di sebuah toko buku, membelinya dan mulai membacanya. Aku membacanya selama delapan tahun. Dalam masa itu pula aku meneliti agama-agama lain.

    Semakin dewasa aku semakin menyadari dan takut akan dosa-dosaku. Bagaimana aku tahu bahwa Tuhan akan memaafkanku? Aku sudah tidak percaya lagi jalan Kristen untuk memperoleh pengampunan akan berhasil. Dosa-dosaku terasa sangat berat, dan aku tidak tahu bagaimana cara terlepas dari beban tersebut. Aku mencari pengampunan.

    Aku baca di dalam Qur\’an,

    \"..Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: \’Sesungguhnya kami ini orang Nasrani\’. Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri.
    Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Qur\’an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri). seraya berkata: \’Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur\’an dan kenabian Muhammad Shallallaahu \’alaihi wa Sallam.) Mengapa kami tidak akan beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada kami, padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang saleh ?\"

    (Al Maaidah: 82-84)

    Aku mulai berharap bahwa Islam punya jawabannya. Bagaimana supaya aku bisa tahu dengan yakin?

    Aku melihat muslim-muslim beribadah di berita TV, dan aku tahu mereka memiliki cara khusus untuk itu. Aku menemukan sebuah buku (ditulis oleh non-muslim) yang menjabarkannya, lalu aku mencoba melakukannya sendiri.. (saat itu aku tidak tahu Thaharah -bersuci, pent- dan tidak sholat dengan benar). Begitulah aku sholat, sembunyi-sembunyi dan sendiri, selama beberapa tahun.

    Pada akhirnya, delapan tahun setelah aku membeli Qur\’anku yang pertama, aku baca:
    \"..Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni\’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu..\" (Al Maaidah: 3)

    Aku menangis bahagia, karena aku tahu bahwa, sejak dahulu kala, sebelum Bumi diciptakan, Allah telah menulis Qur\’an ini untukku. Allah telah tahu bahwa Anne Collins, di Cheektogawa, NY, USA, akan membaca ayat Qur\’an ini pada bulan May tahun 1986, dan akan terselamatkan.

    Saat itu aku tahu bahwa banyak hal yang harus aku pelajari, misalnya bagaimana cara sholat dengan benar, yang mana Qur\’an tidak menjelaskannya dengan detail. Masalahnya adalah aku tidak kenal dengan seorang muslim pun.

    Muslim lebih banyak terlihat di US sekarang dibanding saat itu. Aku tidak tahu di mana bisa bertemu mereka. Aku menemukan nomor telepon Islamic Society dan menghubunginya, namun ketika seseorang mengangkatnya, aku panik dan menutup teleponku. Apa yang harus kukatakan? Bagaimana mereka akan menjawabku? apa mereka akan curiga? Bagaimana mereka mau menerimaku, sementara mereka saling telah memiliki satu sama lain dan telah memiliki Islam?

    Dalam beberapa bulan selanjutnya, aku mencoba menelepon masjid beberapa kali, dan setiap kalinya aku menjadi panik dan menutup teleponku.

    Pada akhirnya, aku melakukan tindakan pengecut: Aku menulis surat untuk meminta diberikan informasi. Seorang pria muslim yang baik dan sabar menelponku, dan mulai mengirimiku pamflet tentang Islam. Aku katakan padanya bahwa aku ingin menjadi seorang Muslim, tetapi ia berkata padaku, \"Tunggu sampai kamu yakin\". Aku merasa sedih ketika ia menyuruhku untuk menunggu, tetapi aku tahu dia benar bahwa aku harus yakin, karena sekali aku telah menerima Islam, semuanya tidak akan sama lagi.

    Aku menjadi terobsesi dengan Islam. Aku memikirkannya siang dan malam. Aku menyetir mobilku ke masjid (pada saat itu, di dalam sebuah rumah tua) dan berputar berkali-kali, berharap melihat seorang muslim, dan bertanya-tanya dalam diriku sendiri seperti apa di dalam masjid itu.

    Pada akhirnya, suatu hari di awal November 1986, ketika aku sibuk di dapur, tiba-tiba aku sadar bahwa aku adalah seorang muslim. Masih bertindak pengecut, aku mengirim surat ke masjid. Isinya, \"I believe in Allah, the One True God, I believe that Muhammad was his Messenger, and I want to be counted among the witnesses (Aku percaya kepada Allah, Tuhan Yang Satu dan Benar, aku percaya bahwa Muhammad adalah utusanNya, dan aku ingin dimasukkan ke dalam orang-orang yang menjadi saksi)\"

    Keesokkan harinya, pria muslim itu meneleponku lalu aku mengucapkan syahadahku di telepon kepadanya. Ia mengatakan bahwa saat itu Allah telah mengampuni semua dosaku, dan bahwa aku suci seperti bayi yang baru lahir.

    Aku merasa beban dosa jatuh dari bahuku, dan aku menangis bahagia. Aku tidur sedikit malam itu, dan mengulang-ulang nama Allah. Ampunan telah diberikan. Alhamdulillah.

    [color=#FF0000][/color]

    in reply to: Nasyim #75260940
    ahadi
    Participant

    Gadis Itu Tewas dalam Posisi Menari
    Written by Ummu Raihanah
    Selasa, 12 Desember 2006
    Sebagai pemandi mayat selama 13 tahun di Saudi Arabia ia belum pernah melihat pemandangan seperti ini. Ketika ia membuka selimut yang menutupi mayat tersebut ia seketika pingsan. Beberapa wanita datang berusaha menyadarkannya, setelah ia sadar Fulanah segera menemui ibu si mayat tersebut dan bertanya, wahai ukhti seumur hidupku aku belum pernah melihat kondisi jasad yang demikian, aku melihat jasad putrimu dalam keadaan menari (berjoget) apa yang dilakukan putrimu di masa hidupnya??
    Sang ibu dengan terisak menceritakan, bahwa putrinya semasa hidupnya menggandrungi musik dan nyanyian. Ia terobsesi dengan musik, terlebih usianya yang baru menginjak remaja (ABG) sulit bagi sang ibu untuk menasehatinya. Ia senang menonton lagu-lagu favorit yang sedang hit dalam video klips, menyukai penyanyi-penyanyi tersebut dengan penuh cinta. Hidupnya hanya di isi dengan nyanyian dan musik.

    Suatu hari gadis belasan tahun itu datang dalam sebuah pesta, karena memang ia diundang oleh kawannya. Dalam sebuah pesta tentu saja didalamnya ada nyannyian dan musik. Maka ketika lagu kesayangannya dinyanyikan ia tidak dapat menahan dirinya.Mulailah ia menari (berjoget) dan bernyanyi dengan riangnya. Dalam keadaan yang sangat bersemangat itu tiba-tiba ia terjatuh dan tubuhnya membentur meja di depannya. Ia tak sadarkan diri, orang-orang di sekitarnya berusaha menolongnya dan mereka mendapati gadis itu telah tiada. Dan, tubuhnya kaku (benar-benar kaku dan keras)tidak dapat digerakkan. Dengan posisi tangan meliuk di atas kepala (sebagaimana layaknya orang berjoget).

    Setelah mendengar penjelasan sang ibu, Fulanah berusaha memandikan mayat gadis malang itu ia pun berusaha memposisikan jasad sang gadis sebagaimana layaknya mayat yang akan dikafankan. Tapi, subhanallah jasad itu benar-benar kaku seperti batu, ia tidak dapat menekukkan tangan sang mayat, akhirnya ia pasrah membungkus mayat dalam keadaan sebagaimana adanya.

    Jika akhir hidup manusia yang menggemari para penyanyi seperti diatas mendapatkan hukuman seperti itu, bisakah kita membayangkan bagaimana keadaan para penyanyi (artis) itu sendiri bila mereka tidak segera bertaubat kepada Allah ?

    Tidakkah kita mengambil ibrah ini wahai hamba Allah?? Tidak menjadi jaminan usia yang muda tidak akan diburu ajal? Tidakkah kita takut ketika kita melakukan maksiat tiba-tiba Allah mencabut nyawa kita dengan mendadak? Berapa banyak generasi salaf takut akan kondisi diatas, mati dalam keadaan suul khatimah (akhir yang buruk).Ada diantara mereka yang senantiasa berdoa agar Allah mewafatkan mereka ketika mereka sedang sujud sehingga Allah pun mengabulkan doanya. Semoga Allah menjadikan kita senatiasa istiqamah dalam ketaatan dan mengakhiri hidup kita dengan husnul khatimah.amin.

    Sumber: Daurah Syar’iyah Muslimah Mahad Darul Hidayah, Rabwa, Riyadh

    in reply to: Cerita Teladan: Panggilan kemenangan #75241161
    ahadi
    Participant

    Gadis Itu Tewas dalam Posisi Menari
    Written by Ummu Raihanah
    Selasa, 12 Desember 2006
    Sebagai pemandi mayat selama 13 tahun di Saudi Arabia ia belum pernah melihat pemandangan seperti ini. Ketika ia membuka selimut yang menutupi mayat tersebut ia seketika pingsan. Beberapa wanita datang berusaha menyadarkannya, setelah ia sadar Fulanah segera menemui ibu si mayat tersebut dan bertanya, wahai ukhti seumur hidupku aku belum pernah melihat kondisi jasad yang demikian, aku melihat jasad putrimu dalam keadaan menari (berjoget) apa yang dilakukan putrimu di masa hidupnya??
    Sang ibu dengan terisak menceritakan, bahwa putrinya semasa hidupnya menggandrungi musik dan nyanyian. Ia terobsesi dengan musik, terlebih usianya yang baru menginjak remaja (ABG) sulit bagi sang ibu untuk menasehatinya. Ia senang menonton lagu-lagu favorit yang sedang hit dalam video klips, menyukai penyanyi-penyanyi tersebut dengan penuh cinta. Hidupnya hanya di isi dengan nyanyian dan musik.

    Suatu hari gadis belasan tahun itu datang dalam sebuah pesta, karena memang ia diundang oleh kawannya. Dalam sebuah pesta tentu saja didalamnya ada nyannyian dan musik. Maka ketika lagu kesayangannya dinyanyikan ia tidak dapat menahan dirinya.Mulailah ia menari (berjoget) dan bernyanyi dengan riangnya. Dalam keadaan yang sangat bersemangat itu tiba-tiba ia terjatuh dan tubuhnya membentur meja di depannya. Ia tak sadarkan diri, orang-orang di sekitarnya berusaha menolongnya dan mereka mendapati gadis itu telah tiada. Dan, tubuhnya kaku (benar-benar kaku dan keras)tidak dapat digerakkan. Dengan posisi tangan meliuk di atas kepala (sebagaimana layaknya orang berjoget).

    Setelah mendengar penjelasan sang ibu, Fulanah berusaha memandikan mayat gadis malang itu ia pun berusaha memposisikan jasad sang gadis sebagaimana layaknya mayat yang akan dikafankan. Tapi, subhanallah jasad itu benar-benar kaku seperti batu, ia tidak dapat menekukkan tangan sang mayat, akhirnya ia pasrah membungkus mayat dalam keadaan sebagaimana adanya.

    Jika akhir hidup manusia yang menggemari para penyanyi seperti diatas mendapatkan hukuman seperti itu, bisakah kita membayangkan bagaimana keadaan para penyanyi (artis) itu sendiri bila mereka tidak segera bertaubat kepada Allah ?

    Tidakkah kita mengambil ibrah ini wahai hamba Allah?? Tidak menjadi jaminan usia yang muda tidak akan diburu ajal? Tidakkah kita takut ketika kita melakukan maksiat tiba-tiba Allah mencabut nyawa kita dengan mendadak? Berapa banyak generasi salaf takut akan kondisi diatas, mati dalam keadaan suul khatimah (akhir yang buruk).Ada diantara mereka yang senantiasa berdoa agar Allah mewafatkan mereka ketika mereka sedang sujud sehingga Allah pun mengabulkan doanya. Semoga Allah menjadikan kita senatiasa istiqamah dalam ketaatan dan mengakhiri hidup kita dengan husnul khatimah.amin.

    Sumber: Daurah Syar’iyah Muslimah Mahad Darul Hidayah, Rabwa, Riyadh

Viewing 5 posts - 1 through 5 (of 5 total)