{mosimage}Subuh hari senin 5 Februari 2007 Guru Mulia baru selesai melakukan subuh berjamaah dikediaman Alhabib Husein bin Ali Alattas, Gang Bulu, Condet Jakarta Timur, beliau memang bermalam disana, ketika kami selesai dari shalat subuh berjamaah dengan Guru Mulia Alhabib Umar bin hafidh kamipun pamit dan meninggalkan lokasi, kami melihat langit cerah, maka kami berdoa : “Rabbiy.. rabbiy.. acara kami malam ini adalah acara besar, izinkan muslimin hadir di majelis tanpa terhalang hujan, rabbiy.. rabbiy.. izinkan mereka berkumpul bersama guru mulia..”. Maha Suci Allah swt Yang Maha Mendengar rintihan sanubari hamba Nya yang hina, hujan tak setetespun turun di bumi Jakarta, hingga sore dan bahkan lewat isya, langit tetap cerah, ada kekuatan Besar yang menahan turunnya hujan dimasa dahsyatnya curah hujan sebagaimana dikabarkan oleh ramalan cuaca.
{mosimage}Ba?da Isya, Masjid Raya Almunawar mulai dipadati pengunjung, mereka datang dan datang dari pelbagai wilayah, jumlah mereka puluhan ribu, hingga 400 personil panitya seakan sangat tak berarti dihadapan puluhan ribu massa itu, dan Guru Mulia pun yang telah dikabari bahwa acara dimulia pk 21.00wib tampaknya tak sabar untuk segera tiba di lokasi, maka beliau telah sampai di lokasi pada pk 20.30wib, yaitu 30 menit sebelum waktu yang semestinya acara majelis dimulai setiap minggunya, bahkan habib munzir pun belum tiba lagi, kedatangan Guru Mulia disambut ratusan kembang api, dan beliau sangat gembira dengan majelis muridnya ini, beliau pun mengawali fatihah pembacaan maulid lalu diteruskan oleh yang lainnya, tak lama habib munzir tiba, maka acara diteruskan dan kini habib munzir yang biasanya berwibawa sebagai Imam Tunggal di majelisnya, kini tampak menundukkan kepala penuh pengagungan dihadapan Maha Guru ini, sesekali habib munzir mencuri pandang melihat wajah mulia itu dengan airmata yang terus mengalir, betul-betul bagaikan khadim hina dihadapan tuan besarnya, kita dapat melihat didikan akhlak mulia ini, umumnya seorang guru yang memiliki ribuan pengikut akan gengsi untuk rendah diri kepada orang lain walaupun gurunya sendiri, paling tidak dihadapan ribuan murid-muridnya ia akan jaga gengsi dan kehormatannya, namun habib kita ini malah sebaliknya, seakan akan ia tak melihat murid-muridnya, ia hanya fokus pada Gurunya semata, tanpa perduli dengan ribuan muridnya yang dibelakangnya, ia duduk menghadap sang guru sebagaimana jamaah hadirin umum lainnya, seakan-akan ia bukan pimpinan majelis tapi hadirin umum biasa, dihadapannya duduklah sang guru dan para tamu utama,{mosimage}
{mosimage}Acara berlanjut diiringi nasyid pujian atas Allah dan Rasul saw yang diteruskan dengan qiyam, demikian dahsyatnya kegembiraan malam itu memenuhi hadirin, dan tampak hadirin berkisar 30 ribu orang, masjid penuh sesak, lantai dua terisi, pelataran parkir yang memang sudah dikosongkan dari parkiran sudah saratpula dipenuhi hadirin, dan hadirin masih berdesakan diluar pagar bahkan memenuhi jalan raya pasar minggu, bahkan hadirin masih memenuhi seberang jalan, mereka berdesakan sambil berdiri menonton layar proyektor besar yang dipasang dilatar parkir masjid.
Guru mulia mengisyaratkan agar para tamu-tamu dari yaman yang bersama beliau dari kalangan murid-muridnya menyampaikan ceramah, namun merekapun hanya beberapa menit saja ceramah karena tak berani berbicara panjang dihadapan beliau, hingga kemudian beliau berdiri menyampaikan ceramah dengan langsung diterjemahkan perkalimat oleh habib munzir, mereka berdua berdiri, Guru Mulia menghadap hadirin dan habib munzir menghadap beliau disamping beliau, habib kita tak berani membelakangi beliau demi menghadap hadirin, kalimat demi kalimat diterjemahkan dan mulailah beliau merasuk pada pembicaraan yang menusuk kedasar sanubari, kalimat-kalimat mulia yang diucapkan dari dasar hati beliau yang mengguncang sanubari hadirin, dan mulailah beliau memimpin dzikir YAA ALLAH yang membuat menggelegarnya ribuan hadirin dengan tangis dan dzikir, betapa dahsyat kekuatan Magnet sanubari beliau yang jauh lebih kuat dari hipnotis yang terkuat sekalipun membuat sanubari hadirin berguncang.
Majelis ditutup dengan pembicara terakhir yaitu Assayyid Al Allamah Alhabib Ali bin Syahab yang juga dari kota Tarim hadramaut Yaman, ia adalah sepangkat ayah dari guru mulia ini, kedatangannya ke Indonesia kebetulan berbarengan dengan rombongan guru mulia, dan ia ke Indonesia adalah untuk menghadiri akad nikah salah satu cucunya, dan malam itu beliau hadir, barangkali ada panggilan ruh ke sanubari beliau untuk hadir pula di majelis ini, beliau berbicara cukup lama dan acara berakhir pk 23.45wib, puluhan ribu hadirin bubar kerumahnya masing-masing.. alangkah indahnya ribuan manusia yang telah bertobat kepada Allah itu kembali ke wilayahnya, semoga dengan berkat perkumpulan ini cuaca di Jakarta segera membaik, tersingkirnya segala musibah dan bencana dari kota Jakarta khususnya dan dari seluruh wilayah muslimin umumnya, amiin.
Simak ceramah dan terjemah nya di multi media di website ini, silahkan ?klik? tampilan ceramah terbaru di kanan halam depan web ini, nikmati keagungan acara itu, dan dapatkan vcd ceramah beliau di kios kami.