Senin, 10 Agustus 2009
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ :
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّي مَاتَتْ وَعَلَيْهَا صَوْمُ شَهْرٍ أَفَأَقْضِيهِ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ قَالَ فَدَيْنُ اللَّهِ أَحَقُّ أَنْ يُقْضَى
(صحيح البخاري)
Dari Ibn Abbas radhiyallahu ‘anhumaa :
Datang seseorang pada Nabi saw dan berkata : Wahai Rasulullah (saw), Sungguh ibuku wafat dan ia mempunyai hutang puasa satu bulan, apakah aku membayarnya untuknya?, sabda Rasulullah saw : “Betul, dan Hutang pada Allah (swt) lebih berhak untuk ditunaikan”
(Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Limpahan puji kehadirat Allah Swt Maha Penguasa jagat raya semesta, Maha Melihat kepada
semua makhluk-Nya yang terbesar dari planet – planet yang sangat luas dan besar hingga Arsy
-Nya dan Lauhul Mahfudz beserta 7 lapis langit sampai butiran sel terkecil, sampai makhluk-
Nya yang terkecil dan bahkan seruan dari doa hewan – hewan kecil bagaikan semut pun, doa
mereka didengar oleh Allah Swt. Maha Mengetahui gerak – gerik hamba-Nya yang terlihat dan
tidak terlihat, Maha Mengatur kehidupan mereka dengan pengaturan yang paling sempurna,
dengan pengaturan Ilahiyyah Yang Maha Mulia dan Maha Sempurna mengatur kehidupan alam
semesta.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Bagi keturunan Adam kehidupan dunia bukanlah akhir dari kehidupan, Kehidupan dunia adalah
pembuka menuju kehidupan setelah kehidupan, Kehidupan setelah kematian ini yang akan muncul
sebagai kehidupan yang kekal, Kehidupan yang diawali dengan perjumpaan dengan Rabbul Alamin,
Maka ketahuilah setiap nafas kita adalah satu langkah menuju perjumpaan kepada Allah, menuju
hari perjumpaan dengan Allah Swt. Hari dimana manusia harus berhadapan dengan Rabbul Alamin
dan saat itu semakin dekat dan tidak bisa diundur – undur terkecuali semakin dekat. “ya
ayyuhal insanu, innaka kaadihun ilaa rabbika kadhan famulaaqiih..” (QS Al Insyiqaq 6 ) Wahai
manusia kalian telah berusaha dengan susah payah kepada Tuhan-Mu dan kau akan berjumpa
dengan Allah. Hadits ini adalah “tahdziiran lil musrifiin waddholimin wattabsyiiran
lilmukminin wasshalihin” ayat ini merupakan teguran dan peringatan bagi orang – orang
yang dhalim bahwa apapun yang mereka perbuat di muka bumi ini, mereka akan sampai kehadirat
Allah Yang Maha Tidak Bisa Tersembunyi dari segala hal, yang semua perbuatan kita terlihat
oleh Allah sampai setiap getaran jiwa dan perasaan.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Namun ayat ini juga membawa kegembiraan bagi para mukminin dan shalihin yang rindu kepada
Allah. Melewati hari – harinya dalam musibah atau dalam kenikmatan. Tujuan utama kehidupan
telah mereka pahami bahwa tujuan utama seluruh kehidupan keturunan Adam ini adalah berujung
pada perjumpaan dengan pencipta.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Saksikan semua kejadian di muka bumi, berupa musibah, kenikmatan, kesedihan, kegembiraan,
siang malam, besar kecil, kaya miskin, apapun itu semuanya akan sirna dan fana, tetap
akhirnya adalah perjumpaan dengan Allah. Inilah yang masih dan yang akan datang kepada kita
dan tidak akan ada yang tidak terjadi dan pasti terjadi. Hadirin – hadirat, beruntunglah
mereka yang cita – citanya sampai kepada puncak cita – citanya. Inilah puncak dari cita –
cita dan inilah akhir dari semua kehidupan karena semua kehidupan apapun yang terjadi,
akhirnya perjumpaan dengan Allah. Maka ia memahami kehidupan setelah kehidupan ini akan
muncul kepadanya. Sebagaimana ia datang ke muka bumi sebelum ia tiada, ia tidak tahu
sebelumnya ketika ia belum lahir ia tidak ada perasaan bahwa ada di bumi dari mana
datangnya. Hadirin – hadirat, aku dan kalian ada di muka bumi yang sebelumnya tidak pernah
ada dan demikian pula kelak kita akan wafat dan berjumpa dengan Allah.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Dan Allah Swt berfirman didalam hadits qudsiy “man ahabba liqa’i ahbabtu liqa’ahu”
barangsiapa yang rindu berjumpa dengan-Ku, Aku pun rindu berjumpa dengannya. Maka ketika
seorang hamba melewati hari – harinya dengan kerinduan kepada Penciptanya Yang Maha Indah,
maka ketahuilah ia sudah dirindukan Allah. Maka Allah jadikan hari – harinya indah,
diperindah oleh Allah dengan Keridhoan dan Kasih Sayang-Nya, ia melewati kehidupan di muka
bumi dengan sedemikian banyak Rahmat dan akan mendapatkan lagi Rahmat yang sedemikian agung
dan abadi.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Sampailah kita ke dalam hadits mulia yang disampaikan oleh Sayyidina Abdullah Ibn Abbas
radhiyallahu anhuma yang melihat seseorang bertanya kepada Rasulullah Saw bahwa ibundanya
wafat, “ya Rasulullah, inna ummiy maatat wa alaiha shaumu syahrin afa-aqdhihi anha?”
wahai Rasulullah, ibuku wafat ia masih mempunyai hutang puasa 1 bulan, apakah aku
membayarnya untuk ibuku?, maka Rasul berkata “na’am, fadainullah ahaqqu an yuqdha”
betul, karena hutang kepada Allah itu lebih berhak untuk ditunaikan daripada hutang kepada
makhluk. Hadirin, pemahaman kita disini bahwa semua yang tertinggal daripada apa – apa
yang telah diperintahkan oleh Allah, jangan lupa membayarnya. Mereka yang barangkali tahun –
tahun yang lalu lepas dari beberapa hari puasa Ramadhan, inilah waktunya, mumpung masih
bulan Sya’ban maka tunaikanlah. Demikian pula yang meninggalkan shalat sekian lama dan itu
menjadi hutang baginya. Jika ia mampu maka jadikanlah pembayaran hutang – hutangnya kepada
Allah ia dahulukan daripada hutangnya kepada makhluk.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Muncul pertanyaan kepada saya, “bagaimana dengan orang yang lama tidak melakukan shalat,
apakah ia wajib membayar kesemuanya?”. Tentunya itu hutang kepada Allah, namun
membayarnya pun wajib, namunAllah Swt itu adalah semulia – mulia dan sebaik – baik dari
semua yang dihutangi. Semampu kita, ya kita penuhi. Jika kita tidak mampu, maka tentunya
Allah tidak memaksa kecuali sesuai kemampuan kita. Sebagaimana firman Allah Swt menjelaskan
ketika seseorang dihutangi oleh orang lain, maka Allah Swt berfirman “..” lihat sampai
orang yang berhutang itu mempunyai kemampuan.(QS Al Baqarah 288) Orang yang mampu bayar
tentunya boleh ditagih, kalau tidak mampu bayar jangan ditagih. Demikian hadirin – hadirat,
firman Allah Swt. Kalau itu sesama makhluk, lebih – lebih lagi Allah Swt. Hamba – hamba yang
tidak mampu membayar hutang – hutangnya, mustahil Allah akan menagihnya, tapi kalau Allah
melihat hamba-Nya sudah berusaha membayarnya, namun sampai ia wafat belum terselesaikan
hutang – hutang kepada Allah. Niscaya Allah-lah Yang Maha Memaafkan hutang lebih dari
semulia – mulia yang memiliki hutang dan yang dihutangi. Dialah Rabbul Alamin.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Oleh sebab itu mereka yang mempunyai hutang puasa di tahun – tahun yang lalu, masih ada
kesempatan untuk men-qadha-nya.Mengenai shalat, misalnya kita punya banyak hutang shalat
yang lalu – lalu, sekian banyak bisa diperhitungkan kira – kira berapa. Gabungkan dengan
shalat sunnah agar tidak menyulitkan. Boleh sendiri (terpisah dari shalat sunnah), tapi
kalau mau digabung shalat sunnah dengan qadha (pun bisa), sebagian ulama (Al Imam Syafi’i)
membolehkannya. Biasanya kita suka shalat sunnah apa? Sunnah qabliyah dhuhur 4 rakaat bisa
digabung dengan qadha dhuhur yang lalu. Biasanya qabliyah dhuhur 4 rakaat ba’diyah dhuhur 4
rakaat (misalnya) bisa qadha shalat dhuhur yang lalu – lalu. Bisa digabung asalkan rakaatnya
sama. Demikian hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, ini bisa mempermudah bagi kita.
Syari’ah ini mudah dan lebih mudah lagi bagi kita kalau memahaminya. Semakin kita
mendalaminya, semakin mudah. Semakin kita tidak memahaminya maka semakin sulit. Hadirin –
hadirat, demikian penyampaian dari Nabi kita Muhammad Saw.
“Fadainullah ahaqqu an yuqdha” hutang kepada Allah itu lebih berhak untuk ditunaikan
daripada hutang kepada makhluk.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Dan Allah Swt tidak pula mempermasalahkan sisa – sisa hutang hamba-Nya selama hamba-Nya
tidak mampu membayarnya. Sebagaimana diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, Rasul saw bersabda
“Ana awla bil mu’minina min anfusihim” aku (Nabi saw) lebih layak didahulukan bagi orang
mukmin dari diri mereka sendiri. Maka barangsiapa yang mempunyai harta waris, jika ia wafat
maka harta itu untuk ahli warisnya, kata Sang Nabi saw. Namun bila ia memiliki hutang dan
tidak mampu membayarnya, datang padaku dan aku ayang akan membayarnya. Demikian
indahnya,Nabi kita Muhammad Saw. Kalau setiap muslim, setiap mukmin, Rasul saw lebih berhak
dari diri mereka sendiri. Berarti harta warisnya sebelum ke ahli warisnya, mestinya ke Nabi
saw terlebih dulu, namun Nabi Saw berkata “kalau ada harta maka untuk ahli warisnya,
sedangkan jika ada hutangnya datang padaku maka aku yang akan membayarnya”. Demikian
indahnya Sayyidina Muhammad Saw.
Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani didalam Fathul Baari bisyarh Shahih Bukhari menjelaskan
bahwa kejadian ini adalah setelah Fatah Makkah. Sebelum Fatah Makkah, Rasul saw tidak
mengucapkan ini dan beliau saw berusaha agar para Sahabat tidak mendiamkan jenazah
dikuburkan sebelum hutangnya dibayarkan, dengan cara Rasul saw tidak mau menyolatkannya.
Rasul saw tidak mau menyolatkan orang yang masih mempunyai hutang, bukan karena dosanya,
tapi agar orang – orang disekitarnya sadar dan membayar hutangnya, baru bersegera
menyolatkannya. Demikian yang dimaksud.
Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani menjelaskan bahwa fattah setelah tidak adanya harta
ghanimah untuk muslimin. Kalau muslimin sudah tidak punya lagi kas harta untuk muslimin,
yang sering dipakai untuk orang yang meninggal, tidak punya uang untuk membayar hutangnya.
Tidak ada lagi kas muslimin (misalnya di masa sekarang). Tidak ada lagi yang namanya Baitul
Maal. Harta yang dikhususkan untuk muslimin yang tidak mampu, apakah ia wafat tidak terbayar
hutangnya. Apakah ia dihimpit bumi? Al Imam Ibn Hajar mengatakan “tidak”.
Karena dosa itu bagi orang yang mampu membayar hutangnya tapi tidak membayar hutangnya maka
dihimpit bumi. Bagi yang tidak mampu, tidak ada siksa bagi mereka. Itu muncul di masa Baitul
Maal. Seandainya Baitul Maal masih ada, orang susah hidupnya tenang. Jika ia wafat, tidak
bisa membayar hutangnya, Baitul Maal yang bayar hutangnya. Tentunya mustahil Allah akan
memaksa hamba – hambaNya lebih dari kemampuannya. Demikian hadirin – hadirat, indahnya
tuntunan Sayyidina Muhammad Saw. Dan itu beberapa hal yang perlu kita jelaskan. Oleh sebab
itu waktu – waktu sekarang ini, kita bisa merenungkan jawabannya. Hutang – hutang kita
kepada Allah berupa dosa, berupa kenikmatan, berupa kemuliaan dan anugerah yang Allah
berikan kepada kita.
Ketika Nabiyullah Yusuf alaihi salam, bertanya kepada Allah Swt “wahai Allah bagaimana
mengucap syukur kepada-Mu? setiap hari aku bersyukur kepada-Mu atas kenikmatan ini, aku
teringat lagi bahwa perbuatan syukurku harus disyukuri juga, Karena perbuatan syukurku itu
adalah hidayah dari-Mu, maka bagaimana cara aku bersyukur?”, maka Allah Swt menyampaikan
kepada Nabiyullah Yusuf bahwa perbuatan syukur adalah merasa masih tidak mampu bersyukur,
itu adalah syukur. Hakikat syukur adalah senang saat bersyukur lalu merasa tidak mampu
melaksanakan hakikat syukur yang sebenar – benarnya, itulah syukur. Maka berkata Nabiyullah
Yusuf alaihi salam “Subhana man ja’alal ‘ajzi ‘an syukrihi syukro” Maha Suci Allah yang
telah menjadikan lemahnya seorang hamba untuk bersyukur sebagai hakikat syukur.
Hadirin – hadirat, kita bersyukur kepada Allah atas kehadiran kita disini dan kita
meminta kepada Allah agar selalu diberi petunjuk selalu untuk berbuat syukur lagi. “La
insyakartum la aziidannakum wa la inkafartum inna a’dzabii lasyadiid” Maha Suci Allah
yang menjadikan perbuatan syukur dalam kenikmatan membuat kenikmatan bertambah lagi, bukan
berkurang.. Kita lihat bagaimana indahnya Rabbul Alamin yang mendorong kita untuk selalu
dekat kepada-Nya. Kalian lihat kenikmatan yang kalian dapat wahai hamba-Ku,? (kita jawab) :
aku lihat Wahai Allah, aku lihat betapa indahnya kenikmatan ini.(maka seakan Allah
menjawabnya sebagaimana ayat diatas) Berterima kasihlah pada-Ku, akan Ku-tambahkan kenimatan
itu. Bukan dipermasalahkan, bukan dipertanggungjawabkan, bukan dipersulit tapi ditambah lagi
kalau bersyukur. Kalau dipermasalahkan, berarti itu adalah bagi tidak bersyukur. Kalau
bersyukur ditambah lagi kenikmatannya. Supaya apa? supaya bersyukur lagi, karena Allah
senang hamba-Nya mendekat pada-Nya. Semakin hamba-Nya bersyukur mendekat pada-Nya dengan
tentunya ia akan semakin jauh kepada kemurkaan Allah dan semakin jauh dari api neraka.
Itulah yang dikehendaki Rabbul Alamin. Ini kenimatan, bersyukur, tambah lagi, bersyukur,
tambah lagi, terus dan terus kenikmatan Allah sampai kau tidak mampu lagi bersyukur.
(seakan Allah berkata sebagaimana memperjelas ayat diatas) Hamba-Ku sekarang sudah bukan
waktunya bersyukur, tapi bersabar. Kenapa? karena ia tidak mampu mengikuti tangga – tangga
kenikmatan untuk terus menempuh tangga – tangga syukur.
Kalau ia mampu melewati tangga – tangga ini maka segala baginya yang bersabar. Waktunya
bersabar sekarang, kenapa? karena ia tidak mampu bersyukur atas kenikmatan yang datang
kepada kita. Seraya berkata Nabiyyuna Muhammad Saw “walau ya’lamuunannasi maa fiinnidai
wasshaffil awwal, wala yajiduu illa an yastaihumuu, lastahamuu alayh,” demikian riwayat
Shahih Bukhari. Rasul saw bersabda “kalau manusia itu tahu betapa banyak anugerah
dahsyat,agung, besar, mulia yang ada pada orang – orang yang melakukan adzan, iqamah dan
shalat pada shaf pertama”. Dan mereka itu kalau seandainya mau mendapatkan duduk di shaf
pertama, harus dengan diundi terlebih dulu. Maka mereka akan mengundinya agar di shaf awal.
Dengan melakukan pengundian, supaya mendapatkan shaf pertama karena tahu betapa mulianya
kemuliaan yang diberikan Allah kepada orang yang shalat di shaf pertama dan orang yang
melakukan adzan. (Dan beliau menersukan haditsnya) Law ya’lamuuna ma fittahjiiri
lastabaquu alayh, Kalau seandainya manusia tahu betapa agung dan dahsyatnya pahala bagi
orang yang keluar di waktu dhuhur untuk shalat dhuhur berjamaah, mereka akan berlomba –
lomba untuk mencapainya.Siang di waktu dhuhur di Madinah Al Munawwarah seperti apa
panasnya? Paginya disana adalah terik panasnya kita, siang disini dhuhur sepanas- panasnya,
kalau disana baru pukul 9 pagi panasnya, bagaimana panas waktu dhuhur disana? Rasul saw
berkata kalau seandainya mereka tahu betapa agungnya pahala yang Allah berikan pada
keringat – keringat yang menetes saat menuju shalat berjamaah di waktu dhuhur dan dari
panasnya matahari, mereka akan berlomba – lomba untuk mencapainya”. “Law ya;lamuna fil’
atamati wasshubhi la ataw humaa walaw habwan,Kalau seandainya manusia itu tahu, apa
kemuliaan, keagungan yang Allah berikan, Kasih Sayang Ilahi, keberkahan hidup dan
keberkahan yang disimpan Allah pada shalat isya’ dan shalat subuh. Perbuatan mendatangi
shalat berjamaah, jauh dari api neraka kalau mereka tahu kemuliaan ini tersimpan oleh Allah
dan keberkahan rizki yang ada di waktu isya dan waktu subuh, niscaya mereka akan datang
walaupun dengan merangkak. Kenapa? karena hal yang sangat besar.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Rasul saw mengajarkan kita untuk mengerjakan hal – hal yang menguntungkan kita dalam
keberuntungan dunia dan akhirat, kemudahan dunia dan akhirat, kebahagiaan dunia dan akhirat,
itulah tuntunan Sayyidina Muhammad Saw. Seraya bersabda diriwayatkan didalam Shahih Bukhari
“almuslim man salimal muslimuuna min lisaanihi wayadih” orang – orang muslim yang baik
adalah orang muslim yang selamat dari muslim lainnya yaitu dari lidahnya atau ucapannya dan
gangguan tangannya. Kalau orang muslim lainnya terganggu dengan ucapan (seperti ghibah,
cacian, fitnah) atau dengan tangan ini (bisa memukul, bisa memegang senjata, bisa membayar
orang untuk menyusahkan orang lain) bisa dengan hartanya, bisa dengan sms. membuat susah
orang lain, membuat sedih orang lain.
Hadirin, hal seperti ini Allah Swt menyampaikan “muslim yang sempurna itu adalah
muslim yang muslim lainnya tidak terganggu oleh lidah dan tangannya, wal muhajir man hajara
maa nahallahu ‘anhu”. Karena orang – orang yang berhijrah itu, kita tahu hadirin itu hal
yang sangat mulia daripada kumpulan para sahabat radhiyallahu anhum dari muhajirin dan
anshar. Bagaimana caranya mencapai sebagaimana kita dikelompokkan bersama mereka di hari
kiamat? Rasul saw mengabarkan bagi kita untuk bisa bersama mereka. Apa? Orang yang
berhijrah itu adalah orang yang meninggalkan apa – apa yang dilarang Allah darinya. Setiap
kali ia mempunyai sesuatu yang dilakukan dari hal yang dilarang Allah dan ia segera
meninggalkan. Saat itulah engkau sedang hijrah kepada Allah. Hijrah bersama Muhajirin
dan Anshar. Orang yang selalu berjuang di masa hidupnya, semampunya untuk meninggalkan hal –
hal yang dilarang oleh Allah maka ia Insya Allah dikumpulkan bersama Muhajirin Anshar dan
Nabi kita Muhammad saw.
Rasul memaknai semua perbuatan baik adalah kemuliaan. Seraya bersabda “kullu ma’rufin
shadaqah” sungguh semua perbuatan baik itu mendapatkan pahala shadaqah , demikian
riwayat Shahih Bukhari. Apa saja? berbuat baik kepada kerabat adalah shadaqah, ucapan baik
adalah shadaqah, mendoakan orang lain mendapatkan pahala shadaqah. Maka Rasul saw menggabung
kesemuanya dengan ucapan yang mulia “kullu ma’rufin shadaqah” semua perbuatan baik itu
mendapatkan pahala shadaqah. Demikian indahnya hadirin – hadirat, setiap perbuatan baik
itu mendapatkan pahala.
Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari tentang kejujuran 2 orang mukmin. 1 orang membeli tanah.
Setelah dibeli, ditemukan di tanah itu terdapat pendaman emas. Datang kepada orang yang
memiliki tanah sebelum ia beli. “Ini emas, aku temukan di tanahmu, ini milikmu”, “ya
sudah itu milikmu”. Kalau zaman sekarang tidak seperti itu “ohh..iya milikku itu”
. Di zaman itu, orang ini diceritakan oleh Sang Nabi saw, “itu milikmu, karena kau
sudah membeli tanahnya”, maka orang yang membeli jujur juga seraya berkata “aku
membeli tanah, tidak beli emas maka ini emas milikmu”. Maka pemilik tanah sebelumnya
berkata “aku juga tidak menjual emas, aku menjual tanahku, silahkan ambil saja karena
tanah itu sudah menjadi milikmu, yang aku miliki adalah tanahnya”, maka mereka datang
kepada Hakim.
Zaman sekarang, adakah kira – kira yang mnegadukan masalah seperti ini. Ribut dengan emas
yang ditemukan di tanah yang diperjualbelikan. Zaman sekarang tidak ada, tapi Insya Allah
muncul kembali dengan generasi – generasi para pecinta Sayyidina Muhammad Saw.
Sampai ke Hakim, Hakim sendiri bertanya “kalau begitu emas ini menjadi milikmu karena
ditemukan di tanah yang kau beli”, pembeli berkata “aku membeli tanah tidak membeli
emas”. Maka pemilik tanah pertama berkata “aku menjual tanah dan emas itu bukan
milikku juga”. Maka akhirnya Hakim bertanya “ya sudah kalau begitu kau punya anak
laki? Ya ada; dan kau punya anak perempuan? Ya ada. Nikahkan dan sedekahkan emas ini untuk
anak kalian”. Selesailah sudah masalahnya. Demikian riwayat Shahih Bukhari.
Hadirin – hadirat, sikap seperti ini tampaknya adalah cerita yang lucu, tapi sebenarnya
hal seperti ini membawa airmata bagi kita bahwa Sang Nabi saw menceritakannya dengan harapan
apa? Dengan harapan muncul jiwa – jiwa seperti itu pada umatnya dan harapan itu ada pada
diriku dan dan kalian dan semua wajah umat Muhammad saw. Semoga Allah Swt memunculkan
generasi baru yang baik sebagai kebanggaan bumi ini dan sebmoga Allah Swt mensukseskan
daripada semua yang memperjuangkan dakwah Sang Nabi saw.
Disini ada guru kita yang kita muliakan Al Habib Hud Al Athas matta’anallahu bihi, semoga
Allah memanjangkan usia beliau dan dilimpahi keberkahan dan juga mereka yang memperjuangkan
dakwah Nabi Muhammad Saw, semoga dilimpahi pertolongan oleh Allah Swt dan semua niat – niat
kita didalam menjalankan dakwah ini, semoga dipermudah oleh Allah Swt, disingkirkan dari
segala musibah dan rintangan, terhindar dari segala kesulitan. Ya Rahman Ya Rahim Ya
Dzaljalali wal ikram, Ya Dzaththauli wal in’am, inilah kami yang bermunajat kehadirat-Mu
yang penuh dengan hutang dosa dan kenikmatan kepada-Mu, namun apa yang kami perbuat
muncullah keinginan didalam jiwa kami untuk selalu bersyukur kepada-Mu, selalu membayar dosa
– dosa kami dengan istighfar, kalau dengan istighfar kami tidak bisa membayar dosa, namun
paling tidak munculkan keinginan pada jiwa kami untuk beristighfar, untuk menyesali dosa –
dosa kami. Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali wal ikram Ya Dzaththauli wal in’am, lihatlah
keadaan kami masing – masing pribadi hadirin – hadirat yang hadir, pandanglah jiwa kami dan
segala yang hina dari kami perbaikilah menjadi baik dan segala yang baik tambahlah
kebaikannya. Pandanglah setiap kehidupan kami yang dalam kesusahan, Rabbiy perbaiki keadaan
kami, yang dalam kemudahan tambah kemudahannya. Ya Rahman Ya Rahim pandanglah setiap
sanubari hadirin – hadirat yang dalam kesedihan, berikan kesejukan, berilah kedamaian,
berilah ketenangan, berilah kegembiraan. Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali wal ikram, keadaan
kami yang masih dalam kesulitan perbaik dan tambahkan. Jadikan malam ini malam Rahmat,
jadikan malam ini malam inayah, jadikan malam ini malam pengampunan, jadikan malam ini malam
terijabahnya doa, jadikan perkumpulan ini perkumpulan yang diberkahi mendapatkan Rahmat-Mu
yang tidak terhenti hingga kami menghadap-Mu di yaumal qiyamah. Ya Rahman Ya Rahim, inilah
doa dan munajat, inilah kami bermunajat, jangan kecewakan tangan penuh dosa untuk kehadirat
-Mu. Namun kami yakin, sejak tangan ini turun dari munajat, ia tidak akan terkecewakan
kecuali dengan pengampunan dan ijabah atas semua doa – doa kalian.
Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah, Ya Allah..Ya
Allah..Ya Allah.. Ya Rahman Ya Rahim
Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah
Laillahailallah Muhammadurrasulullah
Menyusul acara malam 17 Ramadhan haul Ahlul Badr Al Kubro yang Insya Allah akan diadakan
di monas, sekitar 2 minggu atau 3 minggu lagi. Semoga Allah mensukseskan acara kita.
Hadirin – hadirat, di hadapan kita semakin dekat dengan gerbang Ramadhan, semoga Allah Swt
melimpahi keberkahan bagi kita di bulan sya’ban dan menyampaikan kita ke bulan Ramadhan.
Jangan hanya sampai pada Ramadhan tapi sampai pada kesempurnaan ramadhan. Limpahi kami
dengan cahaya kemuliaan ramadhan, Ya Rahman Ya Rahim kita sama – sama merenungkan bagaimana
indahnya ramadhan. Tafadhol masykura.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, majelis ini tidak diliburkan. Sebagaimana
muncul pertanyaan apakah majelis ini diliburkan di bulan ramadhan? Majelis ini tidak ada
liburnya, Insya Allah. Yang punya kesibukkan tentunya silahkan saja jika mau meliburkan
diri, tapi majelis kita terus berlanjut, namun barangkali waktunya disesuaikan. Kira – kira
dimundurkan sekitar 15 menit atau bagaimana nanti diumukan oleh pengurus malam selasa
datang. Dan juga hadirin – hadirat, perlu saya umumkan bahwa Majelis Rasulullah Saw
memproduksi helm . Bukan maksud saya lain tapi ini pesan dari Bapak Kapolda, beliau sempat
mengundang saya ke polda untuk mengumumkan ke jamaah yang sering tidak memakai helm dan
beliau sendiri tidak terkecuali dengan baik ingin membenahi dan membantu dakwah Majelis
Rasulullah Saw. Himbauan ini disampaikan oleh Bapak Kapolda yang terus membantu setiap acara
– acara syiar kita dan setiap malam minggu mendukung acara – acara majelis kita. Kita
berterima kasih kepada Bapak Kapolda yaitu bapak wahyono, semoga dilimpahi keberkahan oleh
Allah Swt. Demikian hadirin – hadirat, sebelum acara ini selesai kita mintakan talqin dari
Guru kita Al Habib Hud Al Athas.
Washallallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh