kemuliaan Ahlul Badr, 23 Agustus 2010
جَاءَ جِبْرِيْلُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَا تَعُدُّوْنَ أَهْلَ بَدْرٍ فِيْكُمْ ؟ قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَفْضَلِ الْمُسْلِمِيْنَ أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا قَالَ جِبْرِيْلُ وَكَذَلِكَ مَنْ شَهِدَ بَدْرًا مِنَ الْمَلَائِكَة
( رواه البخاري)
“datang Malaikat Jibril as pada Nabi saw dan berkata: apa pendapat kalian tentang ahlul Badr diantara kalian?, maka bersabda Rasulullah saw : mereka adalah muslimin yg paling mulia,(atau kalimat yg bermakna demikian), lalu berkata Jibril as : demikian pula yg mengikuti perang Badr dari kelompok malaikat, mereka malaikat yg terbaik” (Shahih Bukhari)
{mosimage}Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ الْجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ هَدَاناَ بِعَبْدِهِ الْمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ ناَدَانَا لَبَّيْكَ ياَ مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلّمَّ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَالْحَمْدُلله الَّذِي جَمَعَنَا فِيْ هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي هَذِهِ اللَّيَالِي الْمُبَارَكَةِ…
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha menciptakan kerajaan alam semesta dari tiada dan menjadikan setiap detik kita gerbang cintanya Allah bagi yang ingin mendapatkannya, dan menjadikan setiap nafas dari kehidupan dunia sebagai alat untuk mencapai tangga keluhuran, maka merugilah nafas-nafas yang lewat dalam kehinaan , merugilah siang dan malam yang lewat dalam dosa , merugilah usia yang sirna di dalam kesalahan, namun beruntunglah mereka yang mau membenahinya dengan memohon pengampunan , pengampunan Allah tiada pernah tertutup sepanjang waktu dan zaman, namun bagi setiap kehidupan manusia diberikan kesempatan sampai mereka mencapai sakaratul maut. Saudara saudariku yang kumuliakan, ketahuilah bahwa tempat asal kita adalah surga, dan kita diturunkan bersama nabiyullah Adam As, kita telah berada di dalam sulbi nabiyullah Adam As, kemudian diturunkan dari surga ke bumi untuk berjuang, berjihad melawan hawa nafsu, melawan kehinaan, melawan kejahatan, menghindari segala yang hina, menghindari segala yang buruk , untuk mensucikan diri sesuci-sucinya, yang kemudian kita akan kembali ke tempat asal kita yaitu surga, sungguh rumah-rumah kita bukanlah rumah kita yang di dunia, rumah kita yang semestinya adalah di surga, sebagaimana nabiyullah Adam As dan Hawwa. Namun Allah subhanahu wata’ala ingin memisahkan antara pengikut nabi Adam As dan pengikut Iblis, maka Allah subhanahu wata’ala akan menjadikan para pengikut iblis bersama iblis di dalam neraka, dan menjadikan para pengikut ayah mereka ( Adam As ) akan kembali bersama ayahnya kelak di surga, semoga aku dan kalian adalah penduduk surga Allah subhanahu wata’ala tanpa melewati neraka, tanpa melewati hisab yang berat, tanpa melewati siksa kubur, tanpa melewati beratnya sakaratul maut, tanpa melewati musibah yang banyak di dunia, Ya Allah.. yang hanya dengan nama-Mu lah cita-cita kami ini bisa tercapai, dan sungguh mustahil hal ini terjadi pada kami jika bukan karena keagungan nama-Mu Yang Maha menentukan segala kejadian. Wahai Yang dihadapan-Nya tidak ada sesuatu yang mustahil, tiadalah sesuatu itu sulit dan berat di sisi Allah subhanahu wata’ala.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Persiapkan hari-harimu ini, kita berada si sebuah perahu yang terus melintas di atas samudera yang penuh dengan racun dan gelombang jebakan syaitan untuk menjatuhkanmu ke dalam lautan dosa, dan mereka yang telah jatuh ke dalam samudera dosa hingga gelap dengan kehinaan maka ia bisa kembali ke perahu jika ia segera bertobat dan akan Allah selamatkan dia. Dan perahu yang merupakan rahmat Allah subhanahu wata’ala yang terbesar adalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, perahu Rasulullah yang besar ini menyelamatkan sedemikian banyak ummat, sehingga setiap dosa hanya ditulis satu sedangkan pahala ditulis sepuluh hingga tujuh ratus pahala. Di dalam kehidupan ini akan muncul hal-hal yang barangkali tidak kita sukai, namun sungguh hal itu tidaklah ada yang abadi, kesemuanya akan sirna dan fana, semua kenikmatan, kesedihan, kemuliaan, musibah, kemudahan dan kesulitan akan kita tinggalkan dan yang tersisa adalah ketakwaan kepada Allah, yang tersisa adalah keagungan nama Allah, yang tersisa adalah keluhuranmu untuk meluhurkan nama Allah, itulah yang menjadi modal untuk kebahagiaan yang kekal. Namun kehidupan yang terus kita modali dengan dosa itu adalah modal untuk menuju kepada kehidupan hina yang kekal.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Allah subhanahu wata’ala telah berfirman kepada sang nabi dan kepada semua orang yang terkena musibah :
وَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا ( الطور : 48 )
” Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Rabbmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami” ( QS. At Thuur : 48 )
Bersabarlah atas hukum-hukum Allah subhanahu wata’ala, bersabarlah atas takdir-takdir Allah karena sungguh kita dihadapan penglihatan Allah subahanahu wata’ala. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling banyak ditolong oleh Allah subhanahu wata’ala, namun kita semua juga selalu di dalam penglihatan Allah subhanahu wata’ala, oleh sebab itu yang terkena musibah maka bersabarlah karenaa musibahmu tidak akan abadi, yakinilah janji Allah subhanahu wata’ala atas segala kesusahan di dalam firman-Nya :
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ، إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ( الشرح : 5-6 )
” Karena sesungguhnya dalam kesulitan itu ada kemudahan, Karena sesungguhnya dalam kesulitan itu ada kemudahan” ( QS. As Syarh : 5-6 )
Dua kali Allah bersumpah bahwa “Sungguh dalam kesulitan akan datang kemudahan, sungguh setelah kesulitan akan datang kemudahan “, Allah tidak mengatakan “sesudah kesusahan akan datang kemudahan”,tetapi Allah berkata : ” bahwa bersama kesulitan itu ada kemudahan”. Hal ini menunjukkan sangat dekatnya antara musibah dan datangnya kemudahan. Maka bersabarlah dan tabahlah, tenang dan mohonlah pertolongan kepada Allah dengan bersabar dan shalat, sebagaimana firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ ( البقرة : 153 )
“Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” ( QS. Al Baqarah : 153 )
Dengan memperbanyak shalat dan ibadah, dimana dengan hal itu akan semakin cepat musibah sirna dan berganti kemudahan.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Inilah malam 14 Ramadhan, telah lewat sedemikan banyak ramadhan dalam kehidupan kita, tercabut dari usia kita tersisa kira-kira setengah bulan lagi ramadhan dalam kehidupan kita. Entah tahun depan kita masih hidup atau sudah berada di dalam gumpalan tanah, tidak bisa lagi puasa, tidak bisa lagi shalat tarawih, tidak bisa lagi sahur dan buka puasa bersama, barangkali ramadhan kali ini adalah ramadhan yang terakhir bagi kita, semoga Allah subhanahu wata’ala memanjangkan usia kita dalam keluhuran, kebahagiaan, kemakmuran, kenikmatan, kekhusyu’an, kesucian, kemuliaan, Ya Rahman Ya Rahim. Setinggi-tingginya cita-cita tetap tiada artinya dibanding keagungan nama-Mu Ya Allah. Kita ingat bahwa hari ini adalah tanggal 13 Ramadhan tepat dengan kejadian Fath Makkah, sebagaimana salah satu riwayat yang mengatakan bahwa Fath Makkah terjadi pada tahun ke-8 H tanggal 10 Ramadhan, sebagian mengatakan tanggal 13 Ramadhan, maka di malam ini kita mengingat kembali kejadian Fath Makkah, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bergerak dengan 10.000 muslimin, diawali dengan perjanjian Hudaibiyah pada tahun ke-6 H, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dipaksa oleh kuffar quraisy untuk tidak masuk ke Makkah, maka para muslimin pun marah dan diantara mereka yaitu sayyidina Umar ibn Khattab berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : ” Wahai Rasulullah, bukankah kita ini penduduk Makkah?”, maka Rasul berkata: ” betul “, maka sayyidina Umar berkata lagi : ” bukankah kita ini dalam kebenaran dan mereka dalam kebathilan?”, rasul pun menjawab : “betul”, sayyidina Umar berkata lagi : “bukankah Engkau adalh Rasulullah pembawa kebenaran?”,”betul”, jawab Rasulullah. Maka diamlah sayyidina Umar bin Khattab tidak lagi meneruskan ucapannya dan Rasul terus memerintah para sahabat yang jumlahnya di saat perjanjian Hudaibiyah itu adalah 1.400 untuk mundur kembali ke Madinah Al Munawwarah dan tidak jadi memasuki Makkah. Namun di saat perjanjian Hudaibiyyah itu di malam harinya sayyidina Umar tercenung karena ketika ia bertanya kepada Rasulullah dengan satu pertanyaan maka Rasul tidak menjawab, bertanya kedua kalinya Rasul diam juga, bertanya ketiga kalinya Rasul pun tidak menjawab, maka sayyidina Umar pun pergi dalam hatinya ia berkata :” sungguh celaka aku ini, tiga kali bertanya kepada Rasulullah beliau tidak menjawab, celaka diri ini akan dimurkai Allah subhanahu wata’ala”, maka setelah ia menaiki kudanya ia pun dipanggil : “wahai Umar, Rasulullah memanggilmu telah turun ayat kepada Rasulullah”, maka sayyidina Umar berkata dalam hatinya :” sungguh celaka aku, itu pasti ayat yang turun karena murka Allah kepadaku karena aku mengganggu Rasulullah”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
لَقَدْ أُنْزِلَتْ عَليَّ اللَّيْلَةَ سُوْرَةٌ لَهِيَ أَحَبّ إِليَّ مِمَّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ
“Sungguh telah turun padaku malam ini surat yang ia lebih kusenangi dan menggembirakanku lebih dari terbitnya matahari” (Shahih Bukhari)
Maka dijelaskan oleh Al Imam Ibn Katsir di dalam riwayat lainnya bahwa Rasulullah bersabda : “telah turun ayat yang lebih kucintai daripada dunia dan seisinya”, maka sayyidina Umar berkata : ” ayat apa wahai Rasulullah?”, Rasul berkata: ” Allah telah berfirman :
إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا، لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ، مَا تَقَدَّمَ، مِنْ ذَنْبِكَ، وَمَا تَأَخَّرَ، وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ، وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا، وَيَنْصُرَكَ اللَّهُ، نَصْرًا عَزِيزًا ( الفتح : 1-3 )
” Sesungguhnya Kami telah memberikan kepada kamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosa yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan ni’mat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus, dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak)” (QS. Al Fath : 1-3 )
Sebagian ahli tafsir mengatakan yang dimaksud adalah dosa para shahabat dan pecinta beliau yang lalu dan yang akan datang. Tetapi makna ayat ini bertentangan karena disaat itu Rasulullah kembali ke Madinah, ditolak oleh kuffar quraisy untuk masuk ke Makkah, tetapi di saat itu Allah menurunkan ayat yang menunjukkan bahwa Allah memberikan kemenangan untuk Rasulullah dan kaum muslimin, padahal yang terjadi di saat itu adalah Rasulullah dan kaum muslimin di usir untuk kembali lagi ke Madinah. Maka sayyidina Umar berkata : “wahai Rasulullah, apakah janji Allah ini adalah Fath untuk kita?”, maka Rasulullah berkata : “betul”, sayyidina Umar bertanya lagi : “kapan wahai Rasulullah”, tetapi Rasulullah diam tidak menjawabnya. Kapankah Fath Makkah itu terjadi?, dua tahun kemudian yaitu pada tahun ke-8 H, di dalam riwayat mengatakan pada tanggal 10 Ramadhan, di riwayat yang lainnya pada tanggal 13 Ramadhan.
Di saat kejadian itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan para sahabat untuk tidak satupun diantara mereka yang mengacungkan pedang, tidak ada senjata yang keluar dari sarungnya, kecuali jika ada yang menyerang maka boleh mengeluarkan senjata, maka masuk ke Makkah dari segala penjuru, yang masuk ke rumah Abu Sufyan maka ia selamat, yang masuk ke rumahnya sendiri ia selamat, yang masuk ke masjid ia pun selamat, dan yang melawan akan dihabisi, maka tidak ada dintara mereka yang melawan. Dan di saat itu banyak diantara mereka yang masuk Islam dintaranya adalah Abu Quhafah, ayah sayyidina Abu Bakr As Shiddiq Ra yang buta, diseret oleh Muslimin untuk mengahdap Rasulullah tetapi Rasulullah yang datang menghampirinya maka Abu Qahafah masuk Islam di tangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka Rasulullah menoleh kepada Abu Bakr dan berkata : ” wahai Abu Bakr, kuberi engkau kabar gembira, ayahmu telah masuk Islam”, maka ketika itu berubahlah wajah Abu Bakr As Shiddiq, ia menunduk dan kemudian mengalirkan air mata karena sedih, maka Rasulullah berkata : ” wahai Abu Bakr, bukankah aku membawa kabar gembira bahwa ayahmu telah masuk Islam, apakah engkau tidak gembira dengan hal itu, mengapa kau cemberut “, maka Abu Bakr As Shiddiq semakin menangis dan berkata : ” Wahai Rasulullah , aku senang karena ayahku masuk Islam, tetapi aku lebih senang jika paman-pamanmu ( seperti Abu Lahab dan Abu Jahal ) yang meninggal dalam kekufuran mereka masuk Islam karena hal itu akan lebih membuatmu gembira”, maka Rasulullah memeluk Abu Bakr dan berkata : ” Barakallahu fiik wahai Abu Bakr , engkau tau perasaanku “. Kita lihat bagaimana kecintaan Khalifah pertama sayyidina Abu Bakr As Shiddiq Ra kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau senang dengan ayahnya masuk Islam, tetapi setelah beliau ingat bahwa paman-paman Rasulullah ada yang wafat dalam kekufuran, maka beliau merasa bahwa hal itu sangat menyakitkan perasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka jika seandainya paman-paman Rasulullah yang masuk Islam hal itu lebih ia senangi karena hal itu pasti menggembirakan Rasulullah, oleh karena itu Abu Bakr merasa terharu, sedih dan malu karena Rasulullah memberi kabar gembira dengan keislaman ayah beliau, sedangkan paman-paman beliau ada yang tidak mendapatkan hidayah, inilah akhlak sayyidina Abu Bakr As Shiddiq. Diriwayatkan di dalam Shahih Muslim ketika Rasul mendapat kabar dari Jibril As, bahwa kaum Anshar kasak kusuk setelah hari Fath Makkah itu, dimana kaum Anshar adalah penduduk Madinah dan mereka berkata bahwa mereka tidak memiliki rumah di Makkah, maka mereka harus pulang ke Madinah dan berpisah dengan Rasulullah yang telah sepuluh tahun hidup bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan kini Rasul sudah pulang ke kampungnya di Makkah , maka wajah mereka pun sudah mulai suram, sedangkan kaum Muhajirin gembira karena kembali ke rumahnya, kembali kepada keluarganya, temannya , dan para kerabatnya karena sepuluh tahun tidak berjumpa dengan mereka. Dan kaum Anshar yang penduduk Madinah tercenung sedih melihat muhajirin yang saling bergembira, maka Rasulullah berkata kepada kaum Anshar : ” wahai kaum Anshar berkumpullah, aku mendengar benarkah diantara kalian ada yang berkata bahwa aku telah pulang kampung dan kalian akan kembali ke Madinah dan berpisah denganku?”, maka mereka berkata : ” betul wahai Rasulullah, kami risau jika kami harus pulang dan berpisah denganmu”, maka Rasulullah berkata:
كَلاَّ إِنِّي عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ هَاجَرْتُ إِلَى اللهِ وَإِلَيْكُمْ اَلْمَحْيَا مَحْيَاكُمْ وَالْمَمَاتُ مَمَاتُكُمْ
” Sungguh tidak, aku ini hamba Allah dan RasulNya, aku hijrah kepada Allah dan kepada kalian hidupku bersama kalian, dan wafatku bersama kalian “
Demikian cinta Rasulullah kepada kaum Anshar, beliau tidak memilih kampung halamannya, tidak memilih tempat kelahirannya tetapi lebih memilih tempat para pecintanya. Di saat semua kampung
menolak dan mengusir Rasulullah hanya Madinah lah yang menerima Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sedangkan wilayah lain tidak mau menerima Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena akan
dikejar-kejar oleh kuffar Qurays, maka semuanya mengusir nabi hanya Madinah yang mau menerima Rasulullah, maka Rasulullah tidak mau berpisah dengan kaum Anshar. Makkah sudah dikuasai tetapi
beliau hanya diam selama 15 hari dalam salah satu riwayat, setelah itu beliau kembali ke Madinah sampai wafat di Madinah, beliau ingin selalu bersama dengan para pecintanya. Semoga Jakarta menjadi kota para pecinta sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, amin.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
subhanallah . Di saat itu Rasulullah meminta pendapat para sahabat, di Badr Al Kubra bukannya Rasul mengajak perang, Rasulullah bukanlah orang yang menyukai perang, rasul tidak menyukai gencat
senjata, namun mereka kuffar quraisy selalu berkumpul untuk menyerang Rasulullah, sampai ketika perang Tabuk Rasulullah keluar ke Tabuk demi menjaga Jazirah Arab agar jangan sampai diserang Romawi, itulah yang diperbuat oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Demikian pula pula di Badr Al Kubra, kejadian Badr Al Kubra itu bukanlah bertujuan untuk berperang tetapi hendak memotong kafir Quraisy yaitu kafilah Abu Sufyan. Karena setiap kali kafilah muslimin akan masuk ke Madinah, sering dirampok oleh orang-orang kuffar quraisy, maka Rasulullah ingin sekali-kali
memberi pelajaran kepada mereka, maka dipotonglah kafilah Abu Sufyan. Dan Rasulullah pun keluar bersama muslimin yang jumlahnya 313, diriwayat yang lain 314 dan dalam riwayat yang lain 319, namun dalam Shahih Al Bukhari tiga riwayat menyebutkan 313, dan yang mengatakan 314 menurut Al Imam Ibn Hajar bahwa yang ke 314 adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan yang mengatakan 315 karena ada satu orang yang masuk Islam di tengah jalan kemudian ia ikut perang Badr, dan yang mengatakan 319 yaitu karena ada orang-orang yang dilarang ikut tetapi mereka tetap ikut seperti Abdullah bin Umar Ra. Maka di saat itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada para sahabat, kaum muhajirin dan anshar dikumpulkan dan beliau berkata : “wahai para sahabat berilah aku pendapat dalam hal ini “, maka sayyidina Abu Bakr berkata : ” kita semua siap untuk berangkat perang wahai Rasulullah”, sayyidina Umar pun berkata demikian. Maka kaum Anshar yang mendengar hal itu terkejut karena mereka bukanlah orang-orang yang ahli dalam peperangan tidak seperti kaum muhajirin, mereka adalah para petani, peternak dan pengelola kebun-kebun kurma yang tidak mengerti tentang perang, maka mereka pun bingung dan hanya diam, hingga Rasulullah mengulang ucapannya lagi : ” wahai para sahabat berilah aku pendapat kalian “, akhirnya salah seorang dari Anshar berdiri dan berkata : ” wahai Rasulullah, sepertinya engkau menunggu pendapat kami dari kaum Anshar ?”, Rasulullah berkata : ” iya betul yang kutunggu pendapat kalian, karena dari tadi hanya kaum muhajirin yang berbicara “, maka orang itu berkata : ” Wahai Rasulullah berangkatlah, kami siap berangkat bersamamu, kemanapun engkau pergi kami ikut, engkau naik ke atas gunung kami ikut naik ke atas gunung, engkau masuk ke dasar lautan kami pun ikut ke dasar lautan, seandainya pun kami harus mati satu persatu tenggelam di lautan, maka tidak satupun dari kami kaum Anshar yang akan tersisa, barangkali hal itu bisa membuat kami menggembirakanmu wahai Rasulullah”. Nyawa mereka tidak ada artinya demi menggembirakan hati sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka ingin menghibur Rasulullah dengan nyawa mereka, demikian keadaan para sahabat Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam. Hadirin hadirat, namun jangan disalah tafsirkan bahwa Ahlu Badr itu adalah kelompok beringas, kelompok anarkis, kelompok teroris atau yang lainnya, tidak demikian. Ahlu Badr adalah orang-orang damai, sampai-sampai Abu Thalhah Al Anshari Ra dia adalah orang yang sangat pemeberani dari kalangan Anshar, dimana Rasulullah berkata bahwa Abu Thalhah sama dengan 1000 pasukan yang lain karena dahsyatnya kekuatan Allah yang diberikan kepada Abu Thalhah. Maka diriwayatkan dalam Ibn Hisyam bahwa di saat perang Badr pedang Abu Thalhah terjatuh karena kantuknya disebabkan shalatnya yang terlalu lama di malam harinya. Jika seseorang berperang dengan emosi bisakah ia merasakan kantuk?!, melihat ribuan pasukan di hadapannya yang dilengkapi dengan perisai baja dan pedang-pedang terhunus, dan panah-panah yang terus terarah kepada mereka, masih bisakah ngantuk?!, kalau berperang dengan hawa nafsu maka tidak akan pernah bisa ngantuk, yang ada salah satu diantara dua hal yaitu ngamuk dengan serabutan atau lari ke belakang, bukankah begitu?. Tapi Abu Thalhah bisa mengantuk hingga pedangnya terjatuh karena santainya menghadapi perang, mereka menghadapi kematiaan dengan santai dan tenang, karena mereka bukan pasukan beringas, mereka adalah orang-orang damai, ahlu dzikir, demikianlah keadaan Ahlu Badr radiyallahu ‘anhum. Mereka adalah orang-orang paling mulia, sehingga di hadits yang tadi kita baca dijelaskan bahwa ketika Jibril bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang pendapat beliau tentang para sahabat beliau ahlu Badr, maka Rasul berkata : ” mereka ahlu Badr adalah orang-orang muslim yang paling afdhal”, mereka lebih afdhal dari semua muslimin yang lain, dan muslim lain tidak ada yang lebih afdhal dari mereka. Ahlu Badr adalah perpaduan dari bangsa arab dan bukan bangsa arab, dari kaum budak dan orang-orang merdeka, dari golongan kaum jelata hingga golongan orang yang kaya raya, dan diantara mereka pula para ahlu bait Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Bendera dipegang oleh dua kelompok , satu dari Muhajirin dan yang satu dari kaum Anshar, bendera Muhajirin dibawa oleh oleh sayyidina Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah Ra benderanya berwarna hitam demikian yang dijelaskan dalam sirah Ibn Hisyam, dan bendera kaum Anshar berwarna putih. Demikian dahsyatnya perang Badr Al Kubra, maka Rasul berkata bahwa mereka adalah muslimin yang paling afdhal, dan di saat itu pun Jibril menjawab bahwa malaikat yang ikut di perang Badr mereka juga malaikat yang paling afdhal.
Hadirin hadirat, setelah perang Badr selesai tidak semuanya wafat, tetapi ada beberapa yang wafat dan ada yang masih hidup, diantara yang hidup itu terus hidup hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wafat. Dan ketika masa khalifah Abu Bakr As Shiddiq Ra maka di saat itu banyak pemberontakan di beberapa wilayah, diantaranya di Yaman, maka penguasa di kota Tarim Hadramaut meminta bantuan dari khalifah Abu Bakr As Shiddiq untuk mengirim pasukan, karena banyak pemberontak yang memberontak terhadap kekhalifahan Abu Bakr As Shiddiq, maka dikirimlah para pasukan Ahlu Badr ke Tarim Hadrmaut, dan disana ada gunung yang disebut Jabal Khailah (gunung kuda), mengapa disebut gunung kuda?, karena disitulah turunnya kuda-kuda ahlu Badr yang datang dari Madinah diutus oleh sayyidina Abu Bakr As Shiddiq Ra ke kota Tarim Hadramaut untuk berjihad disana, sebagian diantara mereka wafat dan dimakamkan di Tarim hingga sekarang kuburnya dikenal dengan kuburan ahlu Badr karena disana dimakamkan beberapa oarng ahlu Badr, dan sejak itulah Al Imam Ahmad bin Isa Al Muhajir hijrah dari Baghdad ke Tarim Hadramaut, kemudian cucunya Al Iman Ali Bin Alawy Khali’ Qasm
membangun pemakaman Zanbal di sekitar pemakaman Ahlu Badr, hal ini menunjukkan bahwa para sahabat dan para ahlu bait Rasul ingin selalu berdampingan, para habaib kita selalu ingin dengat dengan para sahabat Ra, maka disanalah makam Al Imam Haddad, makam Al Imam Alfaqih Muqaddam Muhammad bin Ali Ba’alawy, makam Al Imam Umar bin Abdurrahman Al Atthas, makam Al Imam Abdullah bin Abu Bakr Al Aidarus, makam Al Imam Abdurrahman As Saggaf, semua berdampingan dengan kuburan ahlu Badr radiyallahu ‘anhum. Dan sebagian dari mereka berangkat ke pulau Jawa, 9 orang menuju Gujarat kemudian ke Jawa dan meyebarkan Islam dan mereka di kenal dengan sebutan Wali Songo, dimana mereka dari Gujarat yang berasal dari Yaman, para keturunan Al Imam Faqih Muqaddam,
keturunan Al Imam Ahmad bin Isa Al Muhajir. Kita lihat sanadnya Islam di Indonesia yang bersambung yang berasal dari para da’i yang berasal dari Tarim Hadramaut, siapa mereka? Mereka adalah para ahlu bait Rasulullah, keturunan Al Imam Ahmad bin Isa Al Muhajir yang hijrah dari Baghdad ke Tarim Hadramaut. Kita lihat sanadnya dari zaman Rasululullah ke zaman sayyidina Abu Bakar As Shiddiq kemudian Abu Bakr mengirim pasukan Ahlu Badr ke Tarim Hadramaut berjihad di Tarim dan sebagian wafat, kemudian perjuangan dilanjutkan oleh khalifah Umar bin Khattab, khalifah Utsman, dan khalifah Ali bin Abi Thalib hingga sampai kepada Al Imam Ahmad Al Muhajir yang akhirnya juga hijrah juga ke Tarim dan bergabung lagi dengan para ahlu Badr yang dimakamkan di sana, dan dari sana sampailah ke Indonesia ini, jadi sanad kita ini sebenarnya tersambung kepada ahlu Badr radiyallahu ‘anhum waardhahum.,
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Saya tidak berpanjang lebar menyampaikan tausiah, tetapi ada beberapa hal yang perlu saya bahas yaitu tentang jama’ah yang mengeluhkan mengapa majelis waktunya dimajukan sehingga mereka tidak bisa hadir majelis karena kerja, hal ini akan kita musyawarahkan lagi, tetapi saat ini saya berikan dispensasi untuk malam Ahad majelis kita mulai jam 21.00 Wib, di malam-malam yang lain tetap jam 20.30 Wib , tetapi akan kita pertimbangkan lagi jika majelis dimulai jam 21.00 Wib. Selanjutnya keluhan tentang ucapan yang sedikit seru bagi hati saya, benci sih tidak. Keluhannya ” mbok ya diajari jamaah majelis kita ini supaya tidak berboncengan dengan wanita yang bukan mahramnya”, masyaallah… mau diajari atau mau disuruh jadi malaikat semua, jadi disuruh jangan hadir najelis atau menikah dulu baru boleh pergi ke majelis?!. Tentunya kaum wanita sebaiknya berjalan dengan wanita yang lain, berdua atau bertiga dan ada prianya, tapi jika tidak ada teman wanita apa kita akan melarang dia pergi ke majelis?. Kita tidak bisa melarang kaum wanita untuk hadir majelis, lalu daripada naik ojek malam-malam maka lebih baik bersama teman laki-laki yang dikenal oleh ayah ibunya, jadi orang
tuanya tau putrinya berangkat sama siapa dan bisa bertanggung jawab, daripada tukang ojek yg tak dikenal. Oleh sebab itu saya menghimbau pada yang menulis surat ini untuk berhati-hati kalau bicara, di majelis ini yang hadir bukan para malaikat semua, banyak malaikat yang hadir tetapi banyak juga manusia yang hadir, banyak pendosa disini bukan para ulama’ semuanya, dan tidak semuanya yang hadir
mempunyai mobil pribadi dan sopir pribadi yang bisa mengantar ke majelis. Jika seorang wanita tidak ada temannya untuk hadir ke majelis, apa kita larang dia untuk hadir majelis, duduk saja di rumah nonton Insert, cek ‘n ricek dan lain sebagainya?, maka jika tidak ada juga teman wanita yang menemaninya maka lebih baik bersama teman pria yang dikenal oleh ayah ibunya dan jaga adab. Kalau berbicara oknum, jangankan di zaman kita sekarang di zaman Rasulullah saja para munafik ada, apalagi di zaman kita sekarang.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Juga protes dari penulis surat bahwa majelis malam Selasa yang lalu, majelis serabutan dan tidak tertib, dikarenakan karena Habib mengubah waktu majelis dimajukan dan jam 22.15 Wib sudah bubar, masalahnya kita kan mau mengundang Bapak Presiden untuk hadir sebelum beliau ziarah ke makam pahlawan, tetapi beliau tidak tahu ada majelis kita disini, sebenarnya majelis kita dilarang untuk diadakan malam itu, karena tidak boleh ada aktifitas berlangsung di sekitar jalur melintasnya para tamu negara menuju makam pahlawan di Kalibata, tetapi setelah beliau mengetahui bahwa kita yang mengadakan majelis di sini, dan memang Majelis Rasulullah ini dikenal oleh Bapak Presiden dan para petinggi negara, maka diizinkan dan Bapak Presiden diundang tidak bisa hadir , tapi mohon aktifitas saya jangan sampai berbenturan dan agar tidak berbenturan dengan pengawal Presiden yang akan masuk dengan para Jama’ah maka saya bubarkan majelis lebih cepat, jadi bukan mau serabutan justru untuk menghindari macet. Jika kita bubarnya kira-kira jam 22.45 Wib seperti biasa, dan di saat itu Presiden lewat apa tidak tambah serabutan?, jadi itu maksudnya, dan terimakasih atas kritik yang membangun. Insyaallah jama’ah semakin tertib, dan yang memakai helm semakin banyak saya sangat gembira, dan yang tidak memakai helm tidak saya benci, saya doakan, didoakan apa? Saya doakan supaya segera pakai helm, yang pakai helm didoakan supaya semakin makmur, semakin membawa nama baik Majelis Rasulullah,
jadi yang tidak pakai helm tidak didoakan Bib?!, didoakan juga tetapi kurang dikit doanya… (nada beliau dg tenang dan canda).
Dan juga yang terakhir saya instruksikan kepada semua fihak yang mengundang Majelis Rasulullah untuk tidak menutup jalan utama, kalau seadainya schedule sudah ditentukan untuk menutup jalan utama, maka batalkan dan cari lokasi yang lain, kalau bukan jalan utama seperti jalan kampung maka hal itu tidak apa-apa karena yang terganggu hanya orang kampung sendiri, dan itu kan minta izin sama RT/RW nya kalau diizinkan maka tidak ada lagi masalah, jika ada orang kampung yang protes maka orang kampung itu sendiri yang bisa menetralisir, tetapi kalau jalan umum/jalan besar kita tutup maka berapa ribu orang yang akan melaknat kita?!, dan yang bertanggung jawab saya, dan saya tidak mau hal ini terjadi.
Hadirin hadirat, Majelis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menginstruksikan secara tegas untuk tidak menutup jalan utama, jika dalam pelaksanaan majelis itu melakukan penutupan jalan utama maka saya tidak akan hadir di majelis itu, karena penutupan jalan utama itu dosa besar, kalau majeli-majelis ta’lim yang lain berbuat demikian dan mereka bisa bertanggung jawab maka silahkan saja saya tidak melarangnya.
Majelis Rasulullah tidak mau berbuat demikian, kita tidak mau memecah belah, kita tidak mau bermasalah dengan masyarakat, kita tidak pula mau bermasalah dengan para kepolisian, kita tidak mau
bermasalah juga kelak dihadapan Allah subhanahu wata’ala.
Hadirin hadirat, diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari ketika Rasul melihat ada ranting yang menghalangi jalan maka beliau singkirkan, dan ketika ditanya Rasul berkata bahwa Allah subhanahu wata’ala jika melihat seseorang melakukan hal ini maka Allah ampuni dosa-dosanya.
Dan jika Rasulullah ada saat ini, menurut hemat saya Rasul tidak akan gembira jika jalan di tutup, kecuali tertutup sendiri, misalkan ketika kalian keluar majelis jalan di buka tutup, jalan ditutup untuk jama’ah menyeberang, lalu dibuka lagi untuk kendaraan umum berlalu, demikian terus bergantian,
jadi bergantian karena kita kan masyarakat juga, kita bukan datang dari bulan, jika ada yang berkata “Bib ini jalan untuk masyarakat!”, iya tahu jalan ini kalau jalan itu untuk
masyarakat, tetapi kita memangnya siapa bukannya kita ini masyarakat juga?, tetapi bagi-bagi, tutup sebentar kemudian dibuka lagi, tutup dan buka lagi, hal ini khusus untuk majelis di Masjid Al Munawwar, kalau di majelis-majelis lain jangan sampai ada penutupan jalan secara total khususnya jalan utama.
Mengenai ucapan orang, ada yang berkata ; ” Bib, karena majelis dimajukan maka saya jadi buru-buru dan akhirnya tidak mau pakai jaket MR karena dicaci maki orang sebab tidak tertib”, kok tidak mau pakai jaket MR gara-gara cacian orang, masyaallah…?.
Hadirin hadirat, ada sebuah hikayat untuk tidak terlalu mendengarkan ucapan orang jika kita dalam kebenaran, jika kita dalam kebenaran maka jangan terlalu memikirkan ucapan orang nanti menjadi gila, karena pernah terjadi ada sebuah hikayat dalam ilmu usul dimana seorang lelaki yang lanjut usia bersama anaknya yang masih kecil membeli keledai, maka sang bapak naik ke atas keledai dan anak
menuntunnya, maka di saat itu orang-orang protes : “dasar bapak tidak punya rasa kasian, anaknya yang masih kecil berjalan dia malah naik di atas keledai”, mendengar ucapan itu sang bapak turun kemudian meminta anaknya untuk menaiki keledai, maka sesampainya di perkampungan yang lain diprotes lagi : ” anak tidak tau adab, bapaknya sudah tua renta disuruh berjalan anaknya di atas keledai”, maka sang bapak berkata : ” nak, turunlah kita berjalan saja “, maka mereka berdua berjalan kaki, maka sampai di kampung lain
diprotes lagi : ” keledai tidak ditumpangi dibeli, sungguh tidak waras!”, maka sang ayah berkata : ” salah lagi kita nak, ya sudah kita naiki berdua saja “, maka naiklah mereka berdua ke atas keledai, sesampainya di suatu perkampungan diprotes lagi : ” sungguh kejamnya orang ini, satu keledai ditunggangi berdua”, maka sang ayah berkata : ” kita salah lagi nak, jadi kita apakan keledai ini?”, akhirnya sang bapak berkata : ” sudahlah nak, kita pikul saja keledai ini, biarkan orang mau berkata apa”, jadi gila akhirnya orang itu, karena keledainya mereka angkat bersama.
Hadirin hadirat, jadi jangan terus memikirkan ucapan orang, tetapi jangan berbuat salah. Kita berbuat sesuatu yang benar, setelah itu biarkan orang mau berbicara apa, karena terkadang kita benar pun tetap salah dipandangan orang lain. Kita berusaha dalam kebenaran dan selanjutnya jangan memikirkan perkataan orang, itu yang ingin saya sampaikan.
Semoga acara kita malam Jum’at yang akan datang sukses, berkumpul satu juta muslimin muslimat, dan kemuliaan ahlu Badr terbit untuk kita, amin…
Hadirin hadirat di Forum tanya jawab ada yang menyampaikan : ” Habib, sewaktu acara haul Ahlu Badr saya tidak sempat hadir, tidak ada uzur tetapi saya hanya ngantuk saja dan tidur dan di malamnya saya bermimpi meliahat Ahlu Badr 313 orang, wajah-wajahnya bersih bercahaya, dan mengajak jama’ah Majelis Rasulullah untuk berjumpa dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ” ayo kalian kami ajak berjumpa dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam “, dan ketika saya kejar tidak bisa, saya lari sekencang-kencangnya tidak terkejar, setelah saya bangun dari tidur barulah saya tau ternyata saya tidak hadir haul Ahlu Badr Ra”. Hadirin hadirat, kita mencintai Ahlu Badr dan ruh kita selalu bersama mereka meskipun jasad kita tidak berjumpa, maka insyaallah kita kan bersama mereka dan bersama pimpinan Ahlu Badr, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Tentunya ucapan saya tadi tidak untuk memecah belah para ulama’, karena masing-masing ulama’, masing kyai dan para Habaib punya cara – cara sendiri dalam dakwahnya, namun kita jelaskan bawha cara Majelis Rasulullah seperti itu. Selanjutnya kita bertawassul kepada Ahlu Badr Ra, kemudian talqin dipimpin oleh Al Habib Hud bin Muhammad Baqir Al Atthas, lalu doa penutup oleh Al Habib Ahmad bin Syeikh Al Kaff, falyatafaddhal masykura.