Kemuliaan Membaca Al Qur’an, Senin 28 Maret 2011


K
emuliaan Membaca Al Qur’an
Senin, 28 Maret 2011

قَرَأَ رَجُلٌ، الْكَهْفَ، وَفِي الدَّارِ الدَّابَّةُ، فَجَعَلَتْ تَنْفِرُ، فَسَلَّمَ، فَإِذَا ضَبَابَةٌ، أَوْ سَحَابَةٌ، غَشِيَتْهُ، فَذَكَرَهُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
فَقَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم: اقْرَأْ فُلَانُ، فَإِنَّهَا السَّكِينَةُ، نَزَلَتْ لِلْقُرْآنِ، أَوْ تَنَزَّلَتْ لِلْقُرْآنِ

(صحيح البخاري)

“seseorang membaca surat Al Kahfi diwaktu malam dikediamannya, dan dikediamannya terdapat pula seekor keledai dikandangnya, maka keledai itu mengamuk beringas dan melarikan diri, maka ia menghentikannya dan mempercepat shalatnya, lalu ia melihat seperti awan atau kabut putih tebal melingkupinya, maka ia mengadu pd Rasulullah saw, dan bersabda Rasulullah saw : “Bacalah wahai engkau, sungguh itu adalah sakinah/ketenangan (para malaikat yg membawakannya), turun sebab kemuliaan bacaan Alqur’an” (Shahih Bukhari)

{mosimage}Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Limpahan puji kehadirat Allah Yang mengumpulkan kita dalam cahaya terluhur, cahaya termulia yang diciptakan Allah untuk menerangi jiwa hamba-hamba-Nya yaitu cahaya iman yang berpijar dari sosok hamba termulia sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, cahaya yang menerangi hamba-hamba-Nya hingga dengannya muncullah keinginan untuk bersujud dan melakukan hal-hal yang luhur dan meninggalkan hal-hal yang hina menuju sifat-sifat yang sangat sulit dicapai bagi hamba yang lain, menuju kerinduan kepada Allah lalu diizinkan baginya untuk rindu kepada Allah lalu kerinduannya pun diterima oleh Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana yang sering kita dengar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Shahih Al Bukhari :

مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ أَحَبَّ اللهُ لِقَاءَه

ُ

” Barangsiapa yang merindukan berjumpa dengan Allah, maka Allah rindu berjumpa dengannya” (Shahih Al Bukhari)

Diriwayatkan juga dalam hadits qudsi :

مَنْ أَحَبَّ لِقَائِيْ أَحْبَبْتُ لِقَاءَهُ مَنْ كَرِهَ لِقَائِيْ كَرِهْتُ لِقَاءَه

ُ

“ Barangsiapa yang ingin perjumpaan dengan-Ku maka Aku pun rindu berjumpa dengannya, barangsiapa yang benci untuk berjumpa dengan-Ku Aku pun benci berjumpa dengannya ”

Mengapa saya sering mengulang-ulang hadits ini?, agar kita sering mengingat betapa agungnya rindu kepada Allah, seseorang yang cinta kepada Allah maka dia tidak akan bosan mendengar kabar tentang Allah. Semakin seseorang cinta kepada Allah maka ia akan semakin asyik jika mendengar nama Allah disebut, terlebih lagi kabar tentang kerinduan-Nya kepada hamba-Nya, maka hal itu menenangkan hati seorang hamba. Ya Allah, dalam cahaya keluhuran ini kami berkumpul di dalam rahasia pengampunan-Mu, yang Engkau munculkan di majelis-majelis dzikir yang bergemuruh menyebut nama-Mu. Seagung dan seindah-indah nama yang maha membuka seluruh rahasia kebahagiaan dunia dan akhirah, kebahagiaan yang fana dan yang abadi, ribuan pintu rahmat terbuka dari pintu rahmat-Mu Ya Allah. Sejak alam semesta dihamparkan dari tiada, kemudian alam semesta diasuh oleh pengasuhan Allah, bulan dan matahari berada dalam pengasuhan Allah , demikian pula seluruh daratan dan lautan dan semua yang ada di alam semesta berada dalam pengasuha Allah. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

( الروم : 41 )

“ Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). ( QS. Ar Ruum : 41 )

Disebabkan perbuatan manusia itulah Allah subhanahu wata’ala munculkan bencana agar mereka kembali kepada Allah, kita belum pernah melihat dahsyatnya api neraka maka lihatlah betapa dahsyatnya api gunung berapi, belum melihat dahsyatnya guncangan hari kiamat maka lihatlah dahsyatnya gempa bumi yang membunuh ratusan ribu orang , belum melihat alam kubur namun lihatlah jasad orang yang paling miskin atau paling kaya sekalipun mereka akan tetap berada di bawah pijakan kaki, itulah yang dikehendaki Allah. Dan segala sesuatu dari musibah atau kenikmatan dan lainnya yang terjadi, kesemuanya muncul dengan kehendak Allah supaya mereka mau kembali kepada Allah subhanahu wata’ala. Jadi bentuk-bentuk musibah yang terjadi pada manusia dan selama dia mengakui “ Laa ilaaha illallah Muhammadun Rasulullah” maka baginya adalah penghapusan dosa. Dan kita yang tidak mendapatkan musibah seperti mereka maka hal itu sebagai pelajaran bagi kita agar kitasegera kembali kepada Allah subhanahu wata’ala dan tidak pergi terlalu jauh dari-Nya, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :

فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ إِنِّي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ مُبِينٌ

( الذاريات : 50 )

“ Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.” ( QS. Ad Dzaariyaat : 50 )

Menghindarlah sejauh-jauhnya dari segala musibah menuju Allah subhanahu wata’ala, tempat menghindar yang paling indah dan paling aman dari segala musibah hanyalah Allah, satu-satunya yang paling bisa melindungi hanyalah Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana firman-Nya dalam hadits qudsi:

لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ حِصْنِى فَمَنْ دَخَلَ اَمِنَ مِنْ عَذَابِى

“ Laa ilaaha illallah adalah benteng-Ku, maka barangsiapa masuk ke benteng-Ku, niscaya dia selamat dari siksa-Ku”

Riwayat hadits ini dha’if ( lemah ) namun diperkuat dengan hadits riwayat Shahih Al Bukhari :

مَنْ قَالَ لَاإلهَ إِلَّا الله خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ فَقَدْ حَرَّمَهُ اللهُ مِنَ النَّارِ

( صحيح البخاري )

“ Barangsiapa yang mengucapkan “Laa ilaaha illallah” dengan ikhlas dari hatinya maka Allah haramkan ia dari api neraka ”( Shahih Al Bukhari )

Walaupun ada yang datang dan menumpahkan gunung emas di depanku, maka aku tidak akan mau menyembah tuhan selain-Mu Ya Allah, maka dalam keadaan yang seperti itu engkau telah diharamkan dari api neraka, itulah janji Rabbul ‘Alamin. Ikhlas dari dalam hatinya maka ia diharamkan dari api neraka oleh Allah subhanahu wata’ala karena setia kepada Allah. Semua manusia bisa berlaku tidak setia dan jika seseorang setia kepada Allah maka Allah akan lebih setia kepadanya. Manusia bisa berbuat untuk tidak setia namun Allah tidak demikian, bukan berarti Allah tidak bisa namun Allah tidak mau untuk berbuat tidak setia karena Allah Maha Sempurna.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Segala sifat yang tidak baik itu tidak diperbuat oleh Allah, oleh karena itu Al Imam Abdullah bin ‘Alawy Al Haddad berkata di dalam qasidah yang sering kita baca :

كُلُّ فِعْلِكَ جَمِيْلٌ

“ semua perbuatan-Mu indah”,

Bagi pendosa pun perbuatan Allah tetap indah karena bagi mereka para pendosa masih ditawarkan pengampunan dan disiapkan penghapusan dosa, masih ditawarkan kemuliaan untuk dekat kepada Allah sebelum mencapai sakaratul maut, namun manusia lebih memilih kehidupan yang fana daripada kehidupan yang kekal, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala berfirman :

كَلَّا بَلْ تُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ ، وَتَذَرُونَ الْآَخِرَةَ

( القيامة : 20-21 )

“Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia, dan meninggalkan (kehidupan) akhirat” ( QS : Al Qiyamah : 20-21 )

Mereka lebih memilih kehidupan dunia yang fana dibandingkan dengan memilih Allah Yang Maha Abadi dan memiliki keindahan. Jika ada seseorang yang sangat kaya raya dengan segala hartanya dan dia sangat dermawan selalu memberikan hartanya di setiap waktu siang dan malam kepada yang dikenal atau pun yang tidak dikenal, kemudian kita datang kepadanya maka tentunya kita akan mendapatkan pemberian darinya, maka dalam keadaan yang seperti ini apakah tidak merugi jika kita meninggalkan orang kaya itu dan sebagai gantinya mencari orang yang pekerjaannya adalah meminta-minta dari orang kaya itu, dan meninggalkan si dermawan orang yang kaya raya. Tentunya hal seperti ini adalah sesuatu yang perlu dibenahi secara logika dan secara syari’ah, layaknya kita lebih memikirkan Allah dan jangan sampai kita terjebak, pemahaman yang perlu dibenahi jika ada yang berkata : “jangan memikirkan akhirat terus kita kan hidup di dunia!”, justru sebaliknya janganlah terus memikirkan dunia karena kita akan hidup kekal di akhirat. Namun tidak pula kita harus meninggalkan kehidupan dunia dan sama sekali tidak memikirkannya sehingga membawa celaka kehidupan di dunia nya. Adapun orang yang selalu memikirkan akhirah dan berniat ingin selalu dekat dengan Allah dan ingin selalu beribadah namun dia tetap memaksakan untuk beraktifitas dan bekerja karena kewajiban memenuhi kebutuhan keluarganya maka dia akan mendapatkan keberkahan yang jauh lebih mulia daripada orang yang tidak memiliki niat dan keinginan untuk dekat kepada Allah. Kenapa? karena Allah cemburu jika seorang hamba diliputi dengan masalah maka dia akan lupa kepada Allah maka Allah mencabut masalah-masalahnya, demikianlah perbuatan Allah terhadap hamba-Nya. Namun manusia lebih menyukai sesuatu yang fana daripada yang kekal, yaitu mereka orang-orang yang fasik, mudah-mudahan tidak satu pun dari kita yang termasuk kelompok mereka. Ketika manusia melupakan kehidupan akhirah dan lebih memilih kehidupan dunia yang sementara maka Allah memanggil sanubari yang terdalam agar bergetar, Allah subhanahu wata’ala tidak murka dengan hal ini namun Allah berfirman dalam kelanjutan ayat tadi :

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ ، إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ

( القيامة : 22-23 )

“ Wajah-wajah (orang-orang mu’min) pada hari itu berseri-seri, Kepada Tuhannyalah mereka melihat “ ( QS. Al Qiyamah : 22 – 23 )

Pernahkan terbayang dalam benakmu untuk memandang Allah, jangan pernah membayangkan bentuk Allah subhanahu wata’ala adalah pencipta bentuk dan tidak terikat dengan segala bentuk. Manusia dan benda-benda lainnya memiliki bentuk karena kesemuanya diciptakan dan Allah subhanahu wata’ala Maha menciptakan segala bentuk bahkan kalimat bentuk pun tidak bisa mengikat Allah, begitu pula kalimat “waktu”, tidak bisa kita berkata : “kapan Allah itu ada?” ,,, karena Allah yang menciptakan kalimat “kapan”. Namun kesempatan untuk melihat Allah subhanahu wata’ala itu ada waktunya, dan diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa kenikmatan yang terbesar dari segala kenikmatan di surga adalah memandang Allah subhanahu wata’ala, diantara penduduk surga ada hamba yang tidak mendapat bagian untuk melihat Allah kecuali hanya setahun sekali, dan ada yang hanya sebulan sekali bisa melihat Allah, ada yang seminggu sekali melihat Allah yaitu setiap hari Jum’at dan ada yang setiap hari, dan ada yang selalu berhadapan dengan Allah, sebanyak dzikir nya ( kepada Allah ) selama di dunia maka sebanyak itulah kelak seseorang akan melihat Allah. Kemudian Allah subhanahu wata’ala berfirman :

وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ بَاسِرَةٌ، تَظُنُّ أَنْ يُفْعَلَ بِهَا فَاقِرَةٌ

( القيامة : 24-25 )

“ Dan wajah-wajah (orang kafir) pada hari itu muram, mereka yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang amat dahsyat.” ( QS. Al Qiyamah : 24 – 25 )

Dan ketika itu ada pula wajah-wajah muram dan merengut, mengapa ? karena mereka mengetahui bahwa mereka akan menghadapi kesusahan yang abadi. Kemudian Allah subhanahu wata’ala berfirman :

كَلَّا إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ ، وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ ، وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ

( 26-28 )

“ Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan, dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah yang dapat menyembuhkan?”, dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia). “ (QS : Al Qiyamah : 26 – 28 )

Ingatlah jika ruh telah sampai ke tenggorokan dan di saat itu manusia berkata : “siapa yang bisa menolongku dengan membuat usia ku bertambah meskipun satu detik untuk aku bisa menyebut nama Allah, menambah sedikit waktu untuk aku bersujud dan bertobat kepada Allah”. Ketika ruh telah sampai di tenggorokan maka seseorang tidak mampu lagi untuk beribadah, di saat itu fahamlah dia bahwa telah tiba waktu untuk berpisah dengan dunia. Kemudian Allah subhanahu wata’la berfirman :

وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ ، إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ

( القيامة : 29 – 30 )

“Dan bertaut betis (kiri) dan betis (kanan), kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau.” ( QS : Al Qiyamah : 29 – 30 )

Terdapat 2 penafsiran terhadap ayat ini, yang pertama adalah ketika manusia meninggal maka kedua kakinya dirapatkan kemudian dibungkus dengan kain kafan, namun pendapat yang lebih kuat adalah bersentuhannya antara lutut dengan lutut yaitu kelak di padang mahsyar. Kemudian Allah subhanahu wata’ala berfirman :

فَلَا صَدَّقَ وَلَا صَلَّى، وَلَكِنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى، ثُمَّ ذَهَبَ إِلَى أَهْلِهِ يَتَمَطَّى، أَوْلَى لَكَ فَأَوْلَى، ثُمَّ أَوْلَى لَكَ فَأَوْلَى

( القيامة : 31 – 35 )

“ Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan Al-Qur’an) dan tidak mau mengerjakan shalat,  tetapi ia mendustakan (Rasul) dam berpaling (dari kebenaran), kemudian ia pergi kepada ahlinya dengan berlagak (sombong), kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu, kemudian kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu” ( QS : Al Qiyamah : 31 – 35 )

Sungguh celakalah mereka karena di masa hidupnya ia meninggalkan shalat dan tidak pula berbuat baik dengan bershadaqah, melainkan mereka terus mendustakan hari kiamat dan terus berpaling dari kebenaran, dinatara mereka jika melihat orang lain melakukan shalat bukannya justru iri dan ingin melakukan seperti mereka. Iri ada dua macam iri terhadap kebaikan untuk mendapatkan kemuliaan akhirah dan itu adalah hal yang terpuji, dan ada pula iri yang tercela yaitu iri terhadap kenikmatan orang lain dan ingin kenikmatan itu hilang darinya. Namun banyak diantara manusia yang tidak iri melihat orang lain berbuat baik sehingga tidak ingin berbuat baik sepertinya, namun mereka hanya santai bersama keluarganya tanpa iri melihat mereka yang melakukan kebaikan seperti yang hadir di majelis dzikir diantara mereka ada yang kepanasan dan ada yang parkir motornya jauh, dan ada pula yang berangkat dari tempat-tempat yang jauh seperti Bogor, Depok , Bekasi dan lainnya, dan belum lagi saudara-saudara kita ada yang melihat acara ini di website dengan memasang proyektor dan menyaksikannya bersama-sama seperti yang dilakukan saudara-saudara kita yang di Banjarmasin, maka tidak hanya acara sepak bola saja yang disaksikan beramai-ramai namun majelis malam Selasa ini juga mulai disaksiakn beramai-ramai, Alhamdulillah. Kemudian Allah berfirman :

أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى، أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِنْ مَنِيٍّ يُمْنَى، ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوَّى، فَجَعَلَ مِنْهُ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالْأُنْثَى ، أَلَيْسَ ذَلِكَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى

( القيامة : 36 – 40 )

“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?,bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya ,lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan, bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?” ( QS : Al Qiyamah : 36-40)

Manusia mengira setelah melewati kehidupan mereka akan dibiarkan begitu saja tanpa pertanggung jawaban, padahal mereka hanya diciptakan dari sebutir sel yang tiada berarti yang kemudian dijadikan gumpalan darah kemudian gumpalan daging sehingga berbentuk tubuh yang sempurna kemudian Allah jadikan mereka berpasang-pasangan sebagai suami istri, dan Allah Maha mampu menghidupkan kembali tulang belulang yang telah mati. Ayat-ayat ini saya sampaikan karena minggu lalu belum saya bahas sampai selesai maka saya bahas malam ini.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Sampailah kita pada hadits yang diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhari dimana seorang lelaki membaca surat Al Kahfi di malam hari, dan dirumahny terdapat kandang keledai yang satu atap dengan rumahnya, tiba-tida di saat ia membaca surat Al Kahfi dalam shalatnya ketika itu keledainya menjadi beringas dan kabur, maka ia pun mempercepat shalatnya, dan ketika tiba waktu subuh lelaki itu mengabarkannya kepada Rasulullah, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata :

اِقْرَأ يَا فُلَانُ اِقْرَأْ يَا فُلَانْ اِقْرَأْ يَا فُلَانْ

“ Bacalah wahai Fulan, bacalah wahai fulan, bacalah wahai fulan”

Bacalah terus surat Al Kahfi karena surat itu adalah ketenangan yang Allah turunkan bagi orang yang membacanya, sehingga para sahabat melihat kabut mengelilingi ketika surat Al Kahfi di baca, dimana mereka adalah para malaikat yang sedang asyik mendengarkan bacaan Al Qur’an. Diriwayatkan di dalam Shahih Muslim dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُوْرَةِ الْكَهْفِ، عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ

“ Barangsiapa yang hafal sepuluh ayat pertama dari surat al-Kahfi, maka dia terjaga dari fitnah Dajjal.”

Dajjal akan muncul dan menguasai seluruh dunia dan hanya orang-orang tertentu saja yang akan menaiki gunung untuk bersembunyi dari Dajjal, dan yang lainnya berada dalam kekuasaan Dajjal kecuali beberapa tempat yang tidak bisa disentuh oleh Dajjal yaitu Makkah, Madinah dan Masjidil Aqsha.

Hadirin hadirat saya tidak berpanjang lebar dalam menyampaikan tausiah karena waktu kita sangat sempit, dan malam Selasa yang akan datang kita akan membahas tentang keberadaan Dajjal dan tanda-tandanya serta hikayat-hikyat yang ada dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam . Selanjutnya kita bermunajat bersama, memohon kepada Allah subhanahu wata’ala agar mata kita tidak diharamkan dari melihat kemulian dan keindahan dzat Allah. Tanpa engkau sadari ketika matamu berlinang karena ingin melihat keindahan Allah maka tanpa kau sadari ketika itu hajat-hajat yang kau inginkan dan hajat-hajat yang belum engkau ketahui pun akan Allah beri tanpa perlu engkau memintanya. Jika engkau punya kekasih dan kau tau sesuatu yang dia sukai maka sebelum ia memintanya pun pastilah kau menghadiahkannya terlebih dahulu itulah sifat sang kekasih maka terlebih lagi Allah subhanahu wata’ala yang melihat hamba-Nya rindu kepadanya maka Allah akan memberikan kepada hamba-Nya sesuatu yang membuat hamba-Nya senang untuk menenangkan hamba-Nya supaya tidak terus menerus meminta kematian karena ingin berjumpa dengan Allah. Seperti anak kecil (bukan berarti saya memberikan contoh dengan ajaran-jaran non muslim) yang mau ditinggal oleh ibunya pergi, maka anak itu diberi mainan atau hal yang menyenangkan baginya, bukan diberi sesuatu yang tidak disukainya seperti sambal misalnya, karena anak itu akan menangis dan justru akan mencari ibunya. Maka terlebih lagi perbuatan Allah subhanahu wata’ala kepada hamba yang merindukan-Nya dengan memberikan untuk hamba-Nya sesuatu yang menjadikannya tenang dalam beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala, semoga kita termasuk diantara mereka, amin…

فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا

Ucapkanlah bersama-sama

يَا الله…يَا الله… ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم …لاَإلهَ إلَّاالله…لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ…لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ…لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ…مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.

Kita berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala semoga Allah memberikan kemudahan dalam perjuangan kita, perjuangan kita di Cirebon, perjuangan kita di Sentul, perjuangan kita untuk santri-santri Papua, dan perjuangan kita bersama Al Habib Quraisy Baharun di Cirebon, begitu pula perjuangan kita di Jakarta ini. Alhamdulillah kita baru mengontrak tanah seluas 3000 M2 di sebelah Markas dan akan digunakan sebagai kios-kios nabawy atau mungkin tempat steam motor atau yang lainnya, dan jamaah majelis yang tidak memiliki pekerjaan bisa ikut bergabung disana, begitu juga kita harus mencari tanah yang lebih luas untuk menampung majelis malam Selasa karena semakin lama tempat ini tidak akan memadai untuk menampung para jama’ah, dan ntuk hal itu membutuhkan budget lebih dari 30 M, namun jumlah itu sangatlah kecil dan tiada artinya bagi Allah. Semoga Allah semakin membukakan rahmat dan kemuliaan untuk kita, dan semoga semakin memperindah Jakarta sebagai kota yang tertib, damai dan aman, amin allahumma amin. Dan malam Minggu yang akan datang ada 2 acara yang bersamaan waktunya, Maulid dan Dzikir Akbar “Ya Allah” 1000 x dan doa untuk bangsa akan diadakan di Lapangan Merdeka Sukabumi pukul 20.00 WIB, dan Haul yang ke 15 Sayyid Al Walid Al Habib Utsman bin Alwy bin Utsman bin Yahya di kediaman Al Habib Ali bin Utsman bin Yahya dan waktunya bersamaan, maka yang tidak bisa ke Sukabumi hadir ke tempat Al Habib Yahya jadi tidak keluyuran kemana-mana. Selanjutnya kita dengarkan qasidah Ya Arhamarrahimin, kita doakan juga saudra-saudara kita yang jauh, Alhamdulillah acara di Kuala Lumpur di Masjid Al Bukhari dan di Masjid Sah Alam berjalan sukses dan mereka puas. Kita akan menjalin hubungan supaya bisa diadakan tabligh akbar Majelis Rasulullah di masjid tersebut setiap sebulan sekali, insyaallah. Selanjutnya doa penutup oleh Fadhilah Al Walid Al Habib Abdurrahaman Al Habsyi yatafaddhal masykura.