zakat
Senin, 12 Agustus 2013
قَالَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
:
وَ
يَقُولُونَ الكَرْمُ ،
إنَّمَا الكَرْمُ قَلْبُ
المُؤْمِنِ
( صحيح البخاري )
” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Orang-orang banyak menyebut (anggur) “al karmu (kemuliaan)” padahal al karmu adalah hati
seorang mukmin”
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ
خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ
وَأَنْقَذَنَا مِنْ
ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ
وَالدَّيَاجِرِ
اَلْحَمْدُلِلَّهِ
الَّذِيْ هَدَانَا
بِعَبْدِهِ
اْلمُخْتَارِ مَنْ
دَعَانَا إِلَيْهِ
بِاْلإِذْنِ وَقَدْ
نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا
مَنْ دَلَّنَا
وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ
وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ
اَلْحَمْدُلِلّهِ
الَّذِي جَمَعَنَا فِي
هَذَا الْمَجْمَعِ
اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا
الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ
وَفِي الْجَلْسَةِ
الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ
اللهُ قُلُوْبَنَا
وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ
مَحَبَّةِ اللهِ
وَرَسُوْلِهِ
وَخِدْمَةِ اللهِ
وَرَسُوْلِهِ
وَاْلعَمَلِ
بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ
رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ
وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang telah mengundang kita ke dalam samudera لا إله إلا الله . Kita semua adalah undangan Ilahi untuk menjadi
ummat dari semulia-mulia nabi, yang padanyalah samuderaلا إله إلا الله disempurnkan dengan kalimat محمد رسول الله shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga jadilah kita
semua sebagai ummat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan kehendak dan izin Allah subhanahu wata’ala. Sang Maha Indah, Allah subhanahu
wata’ala terus mengasuh dan membimbing kita, seperti seorang bayi kecil yang diasuh, maka ia dimandikan, disuapi dan lain sebagainya, demikian pula
pengasuhan Allah terhadap hambaNya namun pengasuhan Allah subhanahu wata’ala kepada kita lebih dari semua itu. Kita ketahui Allah telah menyiapkan untuk
hamba-hambaNya makanan dan minuman yang berbeda-beda jenis dan rasa, menciptakan hewan-hewan yang berbeda-beda jenis dan berbeda rasa, dimana sebagian
diantara hewan tersebut ada yang halal untuk dimakan dan sebagian ada yang haram dimakan, dan juga Allah subhanahu wata’ala menumbuhkan berbagai macam
tumbuhan yang berbeda sebagai bahan pokok bagi manusia seperti beras, gandum dan lainnya sebagainya. Dan sejatinya seseorang hanya mencari makanan untuk
dimakan karena setelah ia memakannya maka Allah lah yang mengaturnya, Allah yang menentukan jalur makanan yang ia makan untuk mengarah ke bagian sel-sel
tubuh yang mana, dimana terdapat sel-sel tubuh yang mati dan terdapat sel-sel tubuh yang tumbuh, Allah yang mengetahui antara sel-sel tubuh yang aktif dan
sel-sel tubuh yang tidak aktif dan alin sebagainya. Merupakan suatu hikmah Ilahi dan sebagai petunjuk untuk mereka yang telah lanjut usia, dimana seseorang
berawal dari usia kecil ia lemah dan tidak mampu berbuat apa-apa, tidak mampu berjalan dan lainnya hingga ia mulai tumbuh besar dan dewasa dan ia mulai
mampu berjalan, berlari, dan alinnya, hingga ia mencapai usia tua ia mulai kembali melemah, ketika ia akan berdiri maka ia tidak bisa berdiri secepat
pemuda, begitu juga gerakan-gerakannya yang lain pastilah lebih lambat dari gerakan para pemuda, mengapa?, karena demikian itu untuk memudahkan mereka yang
telah lanjut usia agar memperbanyak dzikir kepada Allah subhanahu wata’ala, dengan berbagai macam lafaz dzikir seperti kalimat “Allah, Allah” atau “Bismillaah”, ketika akan duduk ia mengucap bismillah, ketika akan berdiri ia mengucap bismillah, sehingga dengan demikian Allah subhanahu
wata’ala mempermudah mereka yang telah mencapai usia lanjut untuk selalu mengingat Allah subhanahu wata’ala, dengan menjadikan mereka tidak mampu bergerak
cepat sebagaimana para pemuda maka mereka masih sempat untuk berdzikir kepada Allah subhanahu wata’ala, karena mereka telah mendekati panggilan Ilahi untuk
meninggalkan kehidupan di alam ini. Ketika alam dunia ini disingkap dari penglihatan mata kita, maka seakan-akan kita menonton di bioskop dimana setelah
selesai dan kita keluar, maka kita akan membawa fikiran-fikiran yang berbeda, begitu juga ketika mata kita terbuka akan keilahian Allah subhanahu wata’ala
(ma’rifah billah) dan jika kita renungkan kita merasa bahwa diri kita hanya bersama Allah subhanahu wata’ala, namun secara tarbiyah maka membutuhkan 70.000
tabir cahaya yang membatasi makhluk dengan Allah subhanahu wata’ala, akan tetapi untuk ruh dan sanubari kita maka Allah subhanahu wata’ala anugerahkan
kepada kita makna ma’iyyatllah (kebersamaan dengan Allah) sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
وَإِذَا سَأَلَكَ
عِبَادِي عَنِّي
فَإِنِّي قَرِيبٌ ( البقرة
: 186 )
”
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat
“. ( QS. Al Baqarah : 186 )
Dimana menurut kacamati hati maka membutuhkan 70.000 tabir yang mana jika satu tabir saja tersingkap maka gunung pun hancur karena cahaya kewibawaan Allah
subhanahu wata’ala, namun dalam firman Allah ini Allah menjelaskan bahwa jika hamba bertanya kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tentang
Allah subhanahu wata’ala maka sungguh Allah Maha dekat dengan hambaNya, bagaimana tidak karena seluruh sel kita diasuh oleh Allah subhanahu wata’ala,
setiap gerak-gerik kita diatur oleh Allah subhanahu wata’ala, ketika kita berjalan maka ribuan juta sel bergerak dan hal itu dengan kehendak dan izin Allah
subahanahu wata’ala, bukan diri kita yang memerintahkan kaki kita untuk bergerak dan berjalan, karena meskipun kita mempunyai kaki jika Allah berkehendak
maka Allah mampu untuk menjadikan kita tidak bisa berjalan. Sebagaimana kita dapati ada diantara manusia yang bisa berjalan dan diantara mereka ada yang
tidak bisa berjalan, diantara mereka ada yang dapat melihat dan diantara mereka tidak dapat melihat, hal demikian menunjukkan bahwa segala sesuatu ada yang
mengatur dan mengasuhnya, Dialah Yang Maha Tunggal Allah subhanahu wata’ala, yang telah menghadiahkan kepada kita semulia-mulia nabi, seindah-indah makhluk
yang berakhlak luhur, makhluk yang paling berlemah lembut dan paling berkasih sayang setelah Yang Maha Berkasih kasih sayang melebihi semua yang berkasih
sayang, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana yang telah dikabarkan Allah kepada kita dalam firmanNya subhanahu wata’ala :
لَقَدْ جَاءَكُمْ
رَسُولٌ مِنْ
أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ
عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ
حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ
بِالْمُؤْمِنِينَ
رَءُوفٌ رَحِيمٌ ( التوبة : 128
)
“
Sesungguhnya telah datang kepada
kalian
seorang rasul dari kaum
kalian
sendiri, berat terasa olehnya penderitaa
n kalian
, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi
kalian
,
s
a
ng
at be
r
kasih
sa
yang terhadap orang-orang mukmin
“. ( QS. At Taubah : 128 )
Kalimat ” iman” disini kita kaitkan dengan hadits yang tadi kita baca, sebagaiamana dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani dalam kitab Fath
Al Bari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa dahulu di masa jahiliyah orang-orang quraisy memenamakan buah anggur (bukan khamr/arak) dengan sebutan “al karmu”, namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang hal itu kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إِنَّمَا الْكَرْمُ
قَلْبُ الْمُؤْمِنِ
” Sesungguhnya Al Karmu (kemuliaan) adalah hati seorang mukmin”
Tiada yang lebih dermawan dan mulia diantara seluruh makhluk Allah subhanahu wata’ala dari sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, tiada yang
lebih dermawan dari nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kecuali Yang Maha Dermawan Rabbul ‘alamin subhanahu wata’ala. Oleh karena kedermawanan Allah
subhanahu wata’ala diciptakanlah surga. Suatu masa atau alam yang akan datang kepada kita dimana ketika itu tiada tempat lain kecuali surga dan neraka
sebagai tempat orang-orang yang baik dan tempat orang-orang yang jahat. Allah subhanahu wata’ala Maha Baik karena sesungguhnya orang-orang yang kekal di
neraka adalah mereka yang seandainya dikembalikan ke muka bumi maka mereka akan kembali kufur terhadap Allah subhnahu wata’ala. Sungguh Allah sangat Maha
Berlemah lembut dan berkasih sayang sehingga menciptakan surga kekal untuk para penghuninya, namun tidak menjadikan penghuni neraka kekal didalamnya
kecuali mereka yang jika dikembalikan ke dunia maka mereka tetap dalam kekufuran, sehingga mereka dikekalkan di dalam neraka selama-lamanya. Dan surga
adalah tempat kenikmatan, tempat kedermawanan Ilahi berpijar dari 99 macam rahmat Allah subhanahu wata’ala yang disimpan untuk ummat sayyidina Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam. Disebutkan dalam riwayat ketika nabiyullah Musa As berkata kepada Allah :
“Ya Allah aku melihat suatu ummat dan mereka adalah semulia-mulia ummat dan kelompok yang paling banyak dari mereka yang mengisi surga, jadikanlah
mereka itu ummatku”
, maka Allah subhanahu wata’ala menjawab : ” Itu ummat Muhammad” shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian nabi Musa As berkata :
“Wahai Allah aku melihat suatu ummat yang mendapatkan panggilan untuk melakukan ibadah haji dan umrah ke Baitul Haram dalam setiap tahunnya dan mereka
mendapatkan kemuliaan dan pengampunan, jadikanlah itu ummatku”
, maka Allah subhanahu wata’ala menjawab : ” Itu adalah ummat Muhammad” shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian sayyidina Musa As kembali berkata : “Wahai Allah, aku melihat suatu ummat yang terakhir dibangkitkan namun mereka memasuki surga lebih dulu, jadikanlah mereka ummatku”, Allah
subhanahu wata’ala menjawab : “Itu ummat Muhammad” shallallahu ‘alaihi wasallam , maka nabi Musa As berkata :“Ya Allah maka jadikanlah aku sebagai ummat Muhammad” shallallahu ‘alaihi wasallam, Allah subhanahu wata’ala menjawab : “Engkau wahai Musa dan seluruh para nabi berada di bawah naungan panji Muhammad” shallallahu ‘alalihi wasallam.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Hadits ini merupakan undangan dari Allah subhanahu wata’ala kepada kita semua untuk menjadi hamba yang lebih dermawan, dengan sabda nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam :
إِنَّمَا الْكَرْمُ
قَلْبُ الْمُؤْمِنِ
” Sesungguhnya Al Karmu (kemuliaan) adalah hati seorang mukmin”
Dimana kalimat “Al Karm” secara bahasa bermakna kemuliaan atau kedermawanan, namun orang quraisy menggunakannya sebagai sebutan dari buah anggur
karena bagi mereka buah anggur merupakan buah yang paling nikmat. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab dengan hadits tersebut, bahwa
kedermawanan yang tersimpan dalam sanubari seorang yang beriman itulah yang disebut “Al Karm”. Dalam hadits ini tidak ada perintah untuk kita
berderma, akan tetapi hadits ini memanggil sanubari untuk kita menjadi orang yang dermawan. Siapa yang tidak ingin hatinya menjadi mulia di sisi Allah,
hati yang berpijar dengan ketenangan dan kesejukan, hati yang dimuliakan oleh Allah di dunia dan di akhirat, siapa yang tidak ingin dicintai oleh Allah
rabbul ‘alamin pemilik alam jagat raya semesta, Yang Maha Tunggal mencipta alam semesta dari tiada, pastinya semua orang ingin dicintai oleh Allah
subhanahu wata’ala dan dicinati oleh makhluk tercinta, pembuka cinta Allah subhanahu wata’ala, nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, demikian seruan
luhur yang tersimpan dalam hadits mulia ini bagi setiap orang muslim untuk menjadi orang yang dermawan, karena dengan kedermawanan itu maka berarti ia
telah mendapatkan gelar atau stempel dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa ia seorang mukmin. Namun demikian Allah subhanahu wata’ala juga
mempunyai perintah bagi kita untuk mengeluarkan harta dengan perintah yang sharih (terang-terangan).
Sebagaimana pembahasan kita dalam kitab Ar Risaalah Al Jaami’ah kita masih dalam pembahasan zakat, kita ketahui bahwa zakat adalah mengeluarkan harta,
adapun hukum mengeluarkan harta ada yang wajib dan ada yang sunnah, dimana yang sunnah disebut dengan shadaqah sedangkan yang wajib disebut zakat. Dan
hadits ini mengarahkan orang-orang yang telah mengeluarkan harta yang wajib (zakat) untuk menaiki derajat yang lebih tinggi lagi, tidak hanya dengan
mengerjakan hal yang wajib namun juga melakukan hal yang sunnah yaitu dengan bersedekah. Oleh sebab itu pula syari’at Islam membatasi kelompok-kelompok
yang berhak menerima zakat yang mana terdapat 8 golongan, sebagaimana yang telah kita bahas pada majelis yang lalu, namun orang-orang yang menerima
shadaqah tidak dibatasi sehingga siapa saja boleh menerimanya termasuk juga masjid, majelis ta’lim, pesantren dan lainnya. Dan hal penting yang perlu kita
perhatikan dalam masalah zakat adalah bahwa zakat profesi yang dikeluarkan setiap bulan itu adalah sebuah kebathilan karena tidak ada dalam syari’at Islam
dan jika orang yang mengeluarkannya mengetahui hal tersebut maka ia berdosa besar, karena telah menambah hal yang fardhu dari yang telah ditentukan oleh
nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, seperti halnya seseorang melakukan puasa Ramadhan lebih dari sebulan karena ia telah banyak melakukan dosa atau
yang lainnya maka hal ini adalah suatu kebathilan. Adapun jika mengeluarkan hartanya setiap bulan dengan niat shadaqah dari profesi maka hal ini adalah
suatu keluhuran, baik mengeluarkannya dalam jumlah tertentu atau tidak dalam setiap bulannya, atau mungkin dengan mencontoh akhlak sayyidina Abu Bakr As
Shiddiq Ra yang menghadiahkan seluruh hartanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana tidak semua orang yang diterima oleh beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menginfakkan seluruh hartanya, namun beliau melihat terlebih dahulu kekuatan iman orang tersebut, atau mungkin ada
kebutuhan lain yang ia perlukan. Adapun sayyidina Abu Bakr As Shiddiq, ayah beliau adalah seorang yang buta suatu waktu ia berkata kepada sayyidina Abu
Bakr As Shiddiq Ra : “Sebelum engkau pergi sisakanlah beberapa potong emas untuk keluargamu”, maka sayyidina Abu Bakr As Shiddiq meletakkan
beberapa potong batu sebagai ganti dari potongan-potongan emas, tidak sedikit pun harta yang tertinggal namun semuanya dihadiahkan untuk Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata :“Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu wahai Abu Bakr?”, sayyidina Abu Bakr Ra menjawab : “Aku tinggalkan untuk mereka Allah dan RasulNya”. Sedangkan sayyidina Utsman bin ‘Affan Ra ketika akan menginfakkan seluruh hartanya maka hal itu
tidak diterima oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, namun beliau diperintah oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk meneruskan
perdagangannya karena kelak perdagangannya akan berlimpah sehingga beliau dapat berinfak lebih banyak dari saat ini, begitu juga dengan beberapa para
sahabat yang lainnya ketika menginfakkan hartanya untuk kepentingan dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka Rasulullah shallalahu ‘alaihi
wasallam melihat terlebih dahulu keadaan dari setiap mereka, demikian derajat kedermawanan para sahabat nabi dengan bimbingan tarbiyah dari beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam.
Jika terjadi suatu permasalahan bagaimana dengan seseorang yang memberikan hibah (hadiah) berupa harta untuk janin yang masih berada di dalam kandungan,
apakah harta tersebut wajib dizakati atau tidak?, tentunya tidak karena harta itu belum mencapai haul (1 tahun), begitu juga jika janin belum keluar hingga
setahun lebih sedangkan harta telah mencapai haul (1 tahun) maka tidak wajib dizakati karena ia belum hidup di dunia, dan jika ia lahir kemudian meninggal
maka hartanya beralih untuk ahli warisnya. Demikian pembahasan bab zakat dalam kitab Ar Risaalah Al Jaami’ah.
Pembahasan berikutnya, disebutkan dalam kitab Ar Risaalah Al Jaami’ah :
وَصَوْم رَمَضَانَ
وَحِجّ اْلبَيْتِ مَن
اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ
سَبِيْلاً
” Dan puasa ramadhan, dan haji ke baitullah (Ka’bah) bagi yang mampu menjalankannya “
Rukun Islam yang keempat adalah puasa, secara bahasa As Shaum bermakna Al Imsaak yaitu menahan, sedangkan menurut syariat
adalah:
اَلْاِمْسَاكُ عَنْ
جَمِيْعِ
الْمُفْطِرَاتِ
عَلَى وَجْهٍ
مَخْصُوْصٍ
” Menahan dari segala hal yang membatalkan (puasa) dengan bentuk/cara tertentu”
Adapun yang dimaksud dengan “dengan bentuk/cara tertentu” diantaranya adalah dalam waktu tertentu dengan syarat-syarat tertentu, dimana waktunya mulai dari
waktu fajar hingga terbenam matahari, dan juga ada hal-hal yang membatalkan puasa seperti murtad dan lainnya. Adapun makna Ramadhan secara bahasa
adalah رمض يرمض yaitu mencabut, dan menurut pendapat yang paling mudah dari
penjelasan para ulama’ menyebutkan bahwa makna Ramadhan adalah mencabut dosa-dosa atau mencabut orang-orang yang semestinya tertulis dalam kelompok
penduduk neraka diganti dan dipindahkan menjadi penduduk surga. Semoga seluruh dosa, musibah dan penyakit kita terbawa oleh ramadhan, dan kita semua
termasuk kelompok yang dibebaskan dari api neraka, amin allahumma amin.
Kemudian rukun Islam yang kelima adalah Haji, adapun “Al Hajj” secara bahasa adalah “Al Qashd” (keinginan atau menuju). Sedangkan secara
syariat Haji adalah Menuju bait Al Haram (Ka’bah) untuk melakukan ibadah dengan cara atau bentuk tertentu. Dan haji diwajibkan bagi yang mampu
melakukannya, adapun jika seseorang tidak mampu melakukannya seperti seseorang yang telah tua renta, maka boleh diwakilkan kepada orang lain meskipun ia
masih hidup dan terlebih lagi orang yang telah wafat, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Shahih Al Bukhari dimana salah seorang bertanya kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang ibunya yang telah wafat namun belum melakukan haji, apakah ia menghajikan untuknya ; apakah pahalanya
sampai kepadanya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengiyakan dan memerintahnya untuk melakukan haji untuk ibunya. Dan hal ini juga merupakan
salah satu dalil yang shahih dan sharih akan sampainya pengiriman pahala kepada orang yang telah wafat. Namun kelompok-kelompok di zaman sekarang
mengatakan bahwa pahala itu tidak sampai, jika demikian ya sudah itu maunya mereka, bukan maunya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
اَلْأَرْوَاحُ
جُنُوْدٌ مُجَنَّدَةٌ
فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا
اِئْتَلَفَ وَمَا
تَنَاكَرَ مِنْهَا
اِخْتَلَفَ
” Ruh-ruh itu bagaikan tentara yang saling berpasangan maka yang saling mengenal akan menyatu, dan yang saling mengingkari akan berselisih”
Ketika seseorang mencintai yang lainnya maka ruhnya kelak akan bersama yang dicintainya. Seluruh madzhab kalangan ahlusunnah wal jama’ah mengatakan bahwa
mengirim pahala untuk yang telah wafat akan sampai kepadanya, demikian juga dalam madzhab Syafi’i sebagaimana dijelaskan oleh Al Imam An Nawawi dalam kitab
Al Majmuu’ bahwa pendapat yang masyhur dalam hal ini adalah tidak sampainya pahala tersebut kepada yang telah wafat, namun pendapat yang shahih mengatakan
bahwa pahala tersebut sampai kepada yang telah wafat. Begitu halnya orang hidup yang dikirimi pahala maka pahala itu juga akan sampai kepadanya, dimana
diantara dalilnya adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika menyembelih hewan kurban beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa :
بِاسْمِ اللهِ
اَللّهُمَّ
تَقَبَّلْ مِنْ
مُحَمَّدٍ
وَآلِ مُحَمَّدٍ وَمِنْ
أُمَّةِ مُحَمَّدٍ
” Dengan nama Allah, Ya Allah terimalah (kurban) dari Muhammad, dan dari keluarga Muhammad dan ummat Muhammad”
Maka seluruh ummat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam akan mendapatkan pahala kurban, namun sebagian pendapat ulama’ mengatakan bahwa mereka yang
mendapatkan pahala kurban Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah mereka yang tidak mampu berkurban. Dalam kejadian lain, suatu waktu ketika
peristiwa Bai’at Ar Ridwan sayyidina Utsman bin Affan Ra tidak hadir dalam bai’at, maka ketika itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat salah
satu tangan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata bahwa tangan itu menggantikan tangan sayyidina Utsman bin ‘Affan Ra yang tidak hadir dalam
bai’at agar juga mendapatkan pahala kemuliaan bai’at. Begitu juga pada perang Badr Al Kubra sayyidina Utsman bin Affan Ra tidak hadir dalam peperangan
namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata bahwa beliau mendapatkan kemuliaan dan pahala Badr Al Kubra, dan ketika itu sayyidina Utsman bin
Affan Ra masih hidup, demikian dalil-dalil yang menunjukkan sampainya pengiriman pahala untuk yang masih hidup atau yang sudah wafat, namun harus disertai
dengan keikhlasan. Ikhlas adalah mengerjakan sesuatu semata-mata karena Allah subhanahu wata’ala. Dan disebutkan oleh Al Imam Ahmad bin Zein Al Habsyi
sebagai peringatan bahwa barangsiapa yang tidak disertai keikhlasan dalam setiap amalannya maka ia adalah seorang yang munafik, dan barangsiapa yang tidak
mempercayai atau mengimani rukun Islam dengan hatinya maka ia adalah seorang kafir. Namun tentunya tidak dengan mudah menghukumi seseorang munafik karena
ia tidak ikhlas dalam beramal, adapun perkataan Al Imam Ahmad tersebut sebagai pendorong agar orang-orang yang tidak ikhlas dalam beramal berusaha untuk
meninggalkan sifat-sifat riya’, sombong , ujub dalam beramal menuju pada keikhlasan. Demikian juga perkataan Al Imam Ahmad bahwa orang yang tidak
mempercayai rukun Islam dengan hatinya maka ia adalah seorang kafir, perkataan tersebut adalah sebagai pendorong bagi kita agar kita senantiasa berusaha
untuk tidak terjebak ke dalam kekufuran.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Berikut ada beberapa hal yang perlu saya sampaikan, pertama bahwa Tabligh Akbar malam Ahad yang akan datang kita akan adakan secara besar-besaran di Masjid
Raya Al Hidayah Tebet dan sekaligus doa untuk hari kemerdekaan RI dan setelahnya kita akan konvoi dengan tertib untuk ziarah kubra, sebagaimana baliho
telah kita pasang di beberapa tempat, maka saya harapkan para jama’ah dari seluruh wilayah Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Selatan untuk hadir
majelis, dan juga jika ada waktu bagi para jama’ah dari luar wilayah seperti Bogor dan sekitarnya untuk hadir majelis dan ziarah bersama. Kedua bahwa
majelis kaum wanita akan mulai dibuka pada hari Ahad tanggal 18 Agustus 2013 di kediaman saya. Ketiga bahwa majelis mingguan malam Jum’at maulid nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan syarah kitab Ar Risaalah Al Jaami’ah minggu depan akan kembali dimulai.
Selanjutnya kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala semoga Allah subhanahu wata’ala melimpahkan rahmat dan kebahagiaan kepada kita, semoga cahaya
keimanan berpijar dalam sanubari kita, sehingga dengan demikian kita memahami bahwa yang senantiasa bersama kita hanyalah Allah subhanahu wata’ala, yang
mengasuh kita dalam segala keadaan kita hanyalah Allah subhanahu wata’ala, yang mengatur segala ketentuan kita adalah Allah subhanahu wata’ala, namun
demikian kita masih dibukakan pintu-pintu untuk berdoa dan meminta apa-apa yang kita inginkan, dimana jika doa itu tidak dikabulkan maka akan dihapuskan
satu dosa atau musibahnya, alangkah indahnya Yang Maha Baik. Kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala, mensucikan diri kita dari banyaknya kotoran
dan kesalahan, Ya Allah Engkau telah mengundang kami untuk sampai ke samudera Laa ilaaha Illaa Allah Muhammadun Rasulullah, sehingga kami menjadi ummat
sayyidina Muhamamd shallallahu ‘alaihi wasallam karena undanganMu, semoga kami semua yang hadir dijauhkan dari musibah dan setelah kami melewati ramadhan
limpahkanlah anugerah yang banyak di dunia dan akhirah dan jadikanlah kami kelompok orang-orang yang dibebaskan dari api neraka, dan dilimpahi kemuliaan
dan kebahagiaan di dunia dan akhirah.
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا …
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله…يَا الله… ياَ
الله.. ياَرَحْمَن
يَارَحِيْم …لاَإلهَ
إلَّاالله…لاَ إلهَ
إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ
الْحَلِيْمُ…لاَ إِلهَ
إِلَّا الله رَبُّ
اْلعَرْشِ
اْلعَظِيْمِ…لاَ إِلهَ
إلَّا اللهُ رَبُّ
السَّموَاتِ وَرَبُّ
الْأَرْضِ وَرَبُّ
اْلعَرْشِ
اْلكَرِيْمِ…مُحَمَّدٌ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
،كَلِمَةٌ حَقٌّ
عَلَيْهَا نَحْيَا
وَعَلَيْهَا نَمُوتُ
وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ
إِنْ شَاءَ اللهُ
تَعَالَى مِنَ
اْلأمِنِيْنَ
.
Selanjutnya kita bersalam kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan kita terus berdoa agar Allah subhanahu wata’ala membenahi keadaan kita,
keluarga kita, wilayah kita, kota kita dan bangsa kita, dan semua para pejabat yang barangkali terlibat dalam kesalahan semoga Allah membimbing mereka pada
kebenaran atau mengganti mereka dengan yang lebih baik, dan kita juga berdoa agar para ulama’, umara’ dan rakyat bersatu untuk saling membenahi dan
menjalankan tugas-tugasnya masing, yang berpolitik menjalankan politiknya namun dengan penuh kecintaan kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, yang berdagang mengerjakan dagangannya namun ia tetap mencintai sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, demikian juga yang mempunyai
aktivitas lainnya kesemuanya mencintai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan menjauhi hal-hal yang dilarang oleh Allah dan RasulNya semampunya.
Haul Ahlu Al Badr telah kita lewati, namun semangat Ahlul Al Badr tidak akan hilang dari dalam diri kita, insyaallah dalam akhir bulan September atau awal
November adalah kedatangan guru mulia Al Musnid Al Habib Umar bin Hafizh, yang insyaallah beliau akan berada di Jakarta selama 4 hari dan hari-hari lainnya
akan berkunjung ke beberapa wilayah di Indonesia. Sebagaimana kita ketahui bahwa majelis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasanya diberi
kepercayaan untuk mengurus transportasi, perizinan dan lainnya dari hal-hal yang dibutuhkan oleh beliau semoga Majelis Rasulullah dapat menjalankannya
dengan baik dan semoga acara-acara di waktu yang akan datang berlangsung sukses, amin allahumma amin. Marilah bangkit dengan semangat Ahlul Badr untuk kita
bersiap-siap menyambut kedatangan guru mulia kita Al Musnid Al ‘Arif billah Al Habib Umar bin Hafizh semoga beliau senantiasa dalam ‘afiyah dan dilimpahi
kekuatan oleh Allah subhanahu wata’ala dan dipanjangkan umur beliau, kita masih membutuhkan sosok ulama’ seperti beliau dimana hari-hari beliau terus
dipenuhi dengan kesibukan dakwah, semoga Indonesia adalah salah satu bangsa yang beliau cintai karena merupakan negara yang paling banyak kaum muslimin dan
para habaib, amin allahumma amin. Kita bersalam kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian kita doa penutup dan kalimat talqin oleh Al Habib
Hud bin Muhammad Baqir Al Atthas, yatafaddhal masykura.