Senin, 17 Desember 2012, Kitab Arrisalatul Jami’ah Bagian 2


P
enjelasan Kitab Arrisalatul Jami’ah Bagian 2
Sejarah dan Sanad Keguruan
Senin, 17 Desember 2012


عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ
شُعْبَةَ، أَنَّهُ كَانَ
مَعَ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، فِي سَفَرٍ،
وَأَنَّهُ ذَهَبَ،
لِحَاجَةٍ لَهُ، وَأَنَّ
مُغِيرَةَ، جَعَلَ
يَصُبُّ الْمَاءَ
عَلَيْهِ، وَهُوَ
يَتَوَضَّأُ، فَغَسَلَ
وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ،
وَمَسَحَ بِرَأْسِهِ،
وَمَسَحَ عَلَى
الْخُفَّيْنِ

.
(صحيح البخاري
)


Dari Mughirah bin syu’bah ra, sungguh ia pernah bersama Rasulullah SAW dalam perjalanan, dan Nabi SAW menjauh untuk buang air kecil, dan Mughirah
Ra kemudian mendekat untuk menuangkan air dan beliau berwudhu, dan beliau SAW membasuh wajah, lalu kedua tangan, lalu mengusapkan air dirambut beliau
SAW, dan mengusap kedua sepatu beliau SAW (tanpa membukanya untuk membasuh kaki) (Shahih Bukhari)

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala yang Maha melimpahkan tuntunan tuntunan mulia agar hamba – hambaNya menjadi terang benderang dengan cahaya
iman dan cahaya Allah, cahaya keindahan Allah, cahaya keagungan Allah, cahaya kewibawaan Allah, cahaya kemuliaaan Allah, cahaya yang menerangi dirinya,
hatinya, dan wilayah sekitarnya,dan terus akan meneranginya di kuburnya hingga yaumil qiyamah bersama pemimpin orang orang yang dilimpahi cahaya Allah,
Sayyina Muhammad salallahu ‘alaihi wa baraka ‘alaihi wa ‘ala aalih

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, tunduk dan taatlah seluruh makhluk yang ada di permukaan bumi kepada Allah subhanahu wa ta’ala padahal mereka tidak
diciptakan untuk kekal dan abadi, sedangkan kita yang sudah disiapkan oleh Allah, surga sudah dibangun dengan megahnya, dengan indahnya dan akan kekal
abadi dan na’udzubillah neraka pun sudah dibuat dengan sangat mengerikannya, ini semua sudah ada dimasa saat ini tinggal kita yang akan masuk
kedalam salah satunya, semoga kita semua didalam surganya Allah subhanahu wata’ala dan tidak menyentuh api neraka dan tidak disentuh api neraka amiin
allahumma amiin

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, didalam hari-hari ini bulan shafar yang dimuliakan Allah bahwa banyak hal yang mulia yang terjadi namun saya tidak
bisa menyebutkan semuanya karena kita akan sedikit mensyarahkan hadits ini dan membaca kitab Risalatul Jami’ah disyarahkan sebagaimana perintah Guru Mulia
kita Al-Musnid Al-‘Arif billah Al-Habib Umar bin Hafidh, namun sekilas saja tentang bulan shafar, jangan sampai seseorang menunda suatu hal niat baik,
perbuatan baik misalnya pernikahan, atau mau berdagang, atau mau buka toko atu lainnya, ” ah bulan shafar jangan, katanya ini bulan sial” , tidak ada bulan
sial, yang ada adalah bulan shafar sebagian riwayat mengatakan bulan shafar itu turunnya ketentuan ketentuan musibah bagi umat ini untuk setahun di riwayat
demikian, namun hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, bulan Shafar tidak ternafikan atau terhilangkan dari limpahan rahmatnya Allah, bulan yang
mulia, karena dibulan Shafar inilah terjadi peperangan yang pertama yaitu di tahun pertama hijriah disebut Ghazwatul Waddan atau Ghazwatul Abwa’ dimana Rasul bersama 50 atau dalam riwayat lain 40 dalam sirah ibn Hisyam dari kaum muhajirin
tidak satupun anshor yang ikut untuk menghadapi Quraysh yang sudah bergabung dengan beberapa qabilah disekitar kota Madinah
untuk menyerang Madinah, mereka berjumlah sangat banyak namun terhalangi oleh air, seperti sungai, maka saling berhadapan terhalang oleh air, Rasul
salallahu ‘alaihi wa sallam hanya 50 orang saja, maka mulailah orang-orang Quraysh ( karena terhalang air ) melempar ratusan panah kepada kaum
muslimin Muhajirin pimpinan Sayyidina Muhammad salallahu ‘alaihi wa sallam namun, ketika ratusan panah terlempar maka mulailah orang muslim
sebagaimana Rasul salallahu ‘alaihi wwa sallam dalam perangpun pakai adab, tidak boleh menyerang sebelum orangnya menyerang ( lawan musuhnya ), kalau
musuhnya belum menyerang tiadak boleh bergerak menyerang, sedang musuhnya melempari dengan panah yang sangat banyak maka maju satu orang yaitu Sa’ad bin
Abi Waqqas radhiallahu ‘anhu wa ardohu ia melepas satu panah ke arah Quraysh, orang Quraysh mundur semua dan merekapun terpecah belah kabur
ketakutan. satu panah dari Sa’ad bin Abi Waqqas karena panah itu bukan panah yang terbuat dari besi biasa, tapi panah itu diikuti kekuatan Allah subhanahu
wa ta’la bukan menusuk akan tetapi menghancurleburkan keberanian ribuan musuhnya yang berada di seberang, satu panah terlempar mereka mundur semua takut
kena, kenapa? biasanya muslimin tidak melawan, kali ini muslimin melawan, takut mereka , dan mereka gentar terkena panah, mundur akhirnya pulang tidak
terjadi pertumpahan darah, dan tidak terjadi peperagan Rasul salallahu ‘alaihi wa sallam menang begitu saja dengan hanya lemparan satu panah Sa’ad bin Abi
Waqqas radhiallahu ‘anhu wa ardahu. Panah yang dilemparkan dengan ketaqwaan dengan hati dan jiwa yang penuh dengan iman dan keikhlasan, hal ini terjadi di
bulan Shafar tahun pertama hijriah. Lalu di tahun kedua hijriah bulan Shafar, terjadi peristiwa yang sangat indah yaitu pernikahan sayyidina Aly bin Abi
dan Sayyidatina Fathimatuzzahra Al-Batul radhiallahu anhuma wa ardohuma. Didalam Fathul Bary syarah Shahih ALbukhary oleh Ibn Hajar Atsqalany dijelaskan kejadiannya ( khilaf ulama ) namun yang terkuat adalah pernikahan mereka terjadi di bulan Shafar, Guru Mulia kita
juga akan menikahkan putrinya beberapa hari mendatang di bulan Shafar, jadi jangan sampai kita kaget ketika masuk bulan Shafar, ” tar dulu tunggu dulu,
bulan safar nih bulan sial” ( astaghfirullah). Hadirin hadirat, Kalau bulan sial, Rasul tidak menikahkan putrinya di bulan sial, Rasul menikahkan putrinya
di bulan Shafar, berarti bulan Shafar bulan mulia dan tidak akan kekurangan dengannya dari rahmatnya Allah, hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, lalu
juga di bulan Shafar terjadilah Fatah Khaibar yaitu jebolnya benteng Khaibar oleh Sayyidina Aly bin Abi Thalib karramallahu wajhah yang
peperangan Khaibar sudah sampai beberapa waktu yang lalu dimana mereka mempunyai benteng – benteng yang banyak, tinggal satu benteng saja yang tidak bisa
ditembus oleh pasukan Rasul salallhu ‘alaihi wa sallam, oleh Sayyidina Abu BAkar Assidieq kepemimpinan diberikan tidak bisa menembus juga, kemudian
Sayyidina Umar akhirnya diberikan kepada Sayyidina Aly ( secara ringkas saja ) itu kejadian di bulan Muharram sampai masuk bulan Shafar tahun 7 Hijriah
itulah kejadian Fath Khaibar ditangan Sayyidina Aly bin Abi Thalib karramallahu wajhah kejadiannya di bulan Shafar, kemudian di bulan Shafar tahun
7 Hijriah itu pula Abu Hurairoh radhiallahu ‘anhu wa ardohu bertemu dengan Rasul salallhu ‘alaihi wa sallam kemudian terus mengikuti Rasul tidak pernah
berpisah dengan Rasul hingga wafat Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah demikian sekilas tentang bulan Shafar, selanjutnya mengenai hadits yang kita baca ini adalah hadits dimana Rasul
salallahu ‘alaihi wa sallam memang sering mengadakan perjalanan, didalam riwayat ini bahwa didalam perjalanannya Beliau akan buang air kecil, dan disaat
itu Mughirah mengalirkan air agar beliau berwudhu…. Di dalam riwayat Imam Qadhi Iyadh dalam kitab Assyifa, suatu waktu Rasul dalam perjalanan
juga, bersama Sayyina Anas bin Malik radhiallahu anhu / Sayyidaina Zeid bn Haritsah radhiallahu ‘anhu, saat itu berkata Rasul salallahu ‘alaihi wa sallam
tidak mau buang air kecuali di tempat yang tertutup, ketika itu di padang yang luas tidak ada pepohonan yang dekat dan tidak ada pula bebatuan yang besar
yang dekat, maka Rasul memerintahkan kepada sahabatnya yaitu Anas bin Malik / Zeid bin Haritsah ( salah satu dari mereka ) ” datangi semua pohon yang
kalian liat dan semua batu besar yang kalian liat! katakan engkau dipanggil oleh Rasullah, ” maka bergeraklah seluruh batu – batu besar yang didatangi oleh
Sayyidina Anas bin Malik ( diucapkan kau dipanggil oleh Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam) dia ( batu ) datang membelah tanah, pohon didatangi, kau
dipanggil Rasulullah maka pohonpun datang membelah tanah, mengeluarkan akarnya dan bergerak menyeret akarnya menuju Rasul salallahu ‘alaihi wa sallam
sampai Rasulullah tertutup oleh batu dan pepohona lalu Rasul salallahu ‘alaihi wa sallam melakukan buang airnya. Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, di
dalam riwayat ini, Sayyidina Mughirah radhiallahu ‘anhu menjelaskan juga tentang furudhul wudhu ( fardu fardu wudhu ), arkanul wudhu (
rukun rukun wudhu ) yang diperbuat Nabi salallahu ‘alaihi wa sallam yang rukunnya, yang sunahnya belum disebut, yang wajibnya itu Beliau salallahu alaihi
wa sallam pun membasahi wajahnya, lalu kedua tangannya, lalu membasuh sedikit rambutnya, lalu mengusap kedua sepatunya. ini hadits ( karena kita membaca
hadits setiap minggu ), hadits ini penjelasannya akan kita perjelas nanti disaat kita membaca kitab Risalatul Jami’ah jika sudah sampai kita di babul
wudhu, karena penjelasannya panjanglebar mengenai masalah khuffayn ini, masalah khuffayn ini cukup mengusap sepatu tanpa perlu harus
membukanya untuk berwudhu tapi ada syarat – syaratnya yang nanti kita akan bahas panjanglebar, hal ini belum termasuk dengan rukun – rukun lainny yaitu
niat dan tartib atau berniat ( merupakan hal yang wajib dalam wudhu) lalu tertib, tertib itu dilakukan dengan berurutan. Mengapa Imam Syafi’i mengada –
ngada membikin fardu wudhu rukun – rukun wudhu sendiri? menambah furudhul wudhu sendiri dengan niat? maka ketahuilah, jika kita tidak mempunyai wudhu, lalu
kita niat cuci muka saja, cuci tangan, cuci kaki lalu sholat, berarti bukan wudhu, kalo wudhu kan niat saya mau sholat, saya mau baca Al-Qur’an, saya mau
mensucikan diri berarti kan niat,

إنَّماَالأَعْمَالُ

بِالنِيَات وَإِنَّمَا
لِكُلِّ امْرءٍ مَا نَوَى

kalau tidak ada niatnya, tidak ada pahalanya, kalau seandainya tidak ada niatnya kita berpuasa dari mulai terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari kita
cuma nahan lapar dan haus saja sedang niat tidak, ya maka tidak mendapat pahala puasa, karena tidak berniat, hadirin hadirat yang dimuliakan Allah segala
sesuatu itu, didalam kebaikan, pahala, mestilah didahului dengan niat. Dan juga tertib, tertib itu berurutan ( nanti akan kita jelaskan ).

Selanjutnya kita membaca kitab Risalatul Jami’ah, disini kita belum menembus kedalamnya, masih di bagian awalnya, yang telas kita jelaskan tentang sejarah
dan sanad keguruan kita kepada Imam Ahmad bin Zein Al- Habsyi dan sanad keguruan beliau yang bersambung hingga Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam dan
sekarang kita baru mulai masuk kepada babnya, kalimat yang pertama ” BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM “.

Hadiri hadirat yang dimuliakan Allah, berkata Al-Mu’alif Al- Imam Ahmad bin Zein Al- Habsy, salah seorang murid dari Al- Imam Abdullah bin Alwy Al
– Haddad, Hujjatul islam wa Barakatul anam, yang berkata, ” salah seorang muridku yang sampai derajatnya dalam ilmu syari’ah seperti Imam Syafi’i
adalah Ahmad bin Zein Al-Habsy ( sohib Risalatul Jami’h), saya dulu waktu belajar di Tarim, Hadhramaut bersama Guru Mulia, pertama kitab yang dibaca ini,
Risalatul Jami’ah, kita sudah membaca kalimat pertama yang diucapkan oleh Al- Mu’alif yaitu بِسْمِ اللهِ الرَحْمٰنِ الرَحِيْمِ kita kenali dulu maknaبِسْمِ اللهِ الرَحْمٰنِ الرَحِيْمِ yang mesti kita ketahui (secara ringkas saja). Al -Ba’ atau huruf
ba dalam bismillah mempunyai 3 makna yaitu makna Al- Half ( sumpah ) atau Ma’iyyah ( kebersamaan ), atau Ziyadah ( tambahan ).
Kalau dia berarti sumpah maka bahasa terjemahnya ” Demi nama Allah Arrahman Arrahim”, tapi bisa juga bermaksud Ma’iyyah, bermakan ” Dengan nama
Allah Arrahman Arrahim” , dan juga bisa bermakna Ziyadah, yang bermaksud tambahan saja yang maksudnya ” nama Allah Arrahman Arrahim”. ( itu
kalimat ba’ nya ). Lalu kalimat Al- Ism berasal dari as- samu yaitu berasal dari kalimat tinggi yaitu nama, bismillah ( kita ringkaskan saja ), kata yang
ketiga adalah Allah yang perlu kita ketahui, kalimat Allah didalam tafsir Imam Ibn Abbas,

مَأْخُوْذَةٌ

من الإله الذي يألهون و
يتألهون إليه الناس

bahwa kalimat Allah berasal dari kalimat Al- Ilah lalu dipadukan menjadi Allah, yaitu

الذي

يألهون و يتألهون إليه
الناس

yaitu tempat orang mengadu dan meminta perlindungan dari kesulitan dan musibah, maka kalimat Allah merupakan gerbang penolong bagi seluruh
hambaNya, jadi kalau kita ingin memaknai kalimat Allah maknanya apa, secara ringkas maknanya kalimat Allah maknanya Sang Maha Penolong dan
Sang Maha memberikan bantuan yang sangat diharapkan saat kesulitan, ALLAH. Jika kita merenungkan kalimat ini saja,sudah sedemikian indahnya, ternyata
kalimatMu itu wahai Allah adalah gerbang harapan bagi seluruh hambaNya, makna kalimat Allah itu adalah gerbang harapan,

الذي

يألهون و يتألهون إليه
الناس

Dzat yang orang berlindung padanya dan datang kepadaNya (dia) memberi pertolongan.

Wahai Gerbang harapan! yang dijelaskan oleh Syekh Abdul Qader Al-Jaelany, kalimat Allah adalah ismul a’zhom, karena kalimat ini berpadu seluruh kalimat
Allah, dan dijelaskan didalam Shahih Muslim,

لَا

تَقُوْمُ السَاعَةُ
حَتَّى أَن لَا يُقَالَ
عَلَى الْأرْضِ الله الله
وَلَا تَقُوْمُ
السَاعَةُ عَلَى رَجُلٍ
يَقُولُ الله الله


” tidak akan datang hari kiamat selama dimuka bumi ada yang menyebutkan, memanggil nama Allah, hari kiamat tidak akan datang menimpa seseorang ia
menyebut nama Allah.”

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, karena Allah subhanahu wa ta’ala Sang Maha Pencipta, memberikan nama panggilan untuk DzatNYa adalah Gerbang Harapan,
Ia berikan kepada hamba-hambaNya untuk memanggil DzatNya bukan dengan Sang Maha Raja, ya memang wahai Maha Raja ( al- Mulk ), tapi yang
paling banyak adalah Allah, Gerbang Harapan. Gerbang Harapan berarti harapan terbesar layak bagi hambaNya kelak adalah Allah, yang Maha
mengetahui apa yang diinginkan hambaNya dan apa yang akan menimpa hambaNya jika harapan itu diberikan, ada hamba yang jika diberikan harapannya maka akan
terjadi musibah tanpa ia ketahui, ada hamba menginginkan sesuatu, seperti anak kecil, bocah, bayi, tidak tahu bara api itu panas, dilihat dia mau
mempermainkannya mau menyentuhnya, tentunya dilarang tidak diberi bara apinya,dijauhkan darinya, kenapa? terbakar anak itu terkena bara api, atau kepada
yang sedang luka,seperti jika anaknya yang masih bocah sedang luka liat bocah sedang berenang, mau ikutan berenang ditahan olehnya ” kamu tidak boleh
berenang, kamu luka, nanti infeksi luka kamu kena air”. orang lain ikut main kok dia tidak? Nah, hal itu akan dijawab oleh Allah subhanahu wa ta’ala kelak,
namun jangan dipersalahkan, ” percuma dong saya berharap kepada Allah, Allah akan memberikan bagiku yang terbaik.”

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,

عَسَى

أَنْ تَكْرَهُوْا شَيْأً
وَهُوَ خَيرٌ لَكُمْ وَ
عَسَى أَنْ تُحِبُّوْا
شَيْأً وَهُوَ شَرٌّ
لَكُمْ، وَاللهُ
يَعْلَمُ وَ أَنْتُمْ لَا
تَعْلَمُوْنَ


“Barangkali kalian tidak menyukai sesuatu, padahal itu baik bagi kalian, barangkali kalian menyukai sesuatu, akan tetapi hal itu buruk bagi kalian,
Allah Maha Tahu kalian tidak mengetahuinya.”

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, Allah Maha memilihkan yang terbaik, kita tidak tahu, makanan yang kita sukai barangkali beracun,
kita lagi makan tiba – tiba tertendang oleh kaki kita meja tempat kita makan, tumpah ” astaghfirullah ini makanan yang palng saya sukai, saya ingin makan,
Allah Maha Tahu didalam makanan itu ada racun. Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, banyak hal seperti ini terjadi, dan juga banyak hal yang tidak kita
inginkan ternyata baik untuk kita, contohnya obat, kok kita bisa pasrah ya pada dokter tpi tidak pasrah sama Allah? sama dokter kita pasrah, mau disakiti,
mau ditusuk dengan jarum, mau diisi obat yang kadarnya obat ini bawa efek samping ke tubuh yang lain, kok kita pasrah? mau dipasang oksigen, mau
direbahkan, mau dirontgen, mau di ini mau di itu pasrah kita kepada dokter kenapa? percaya penuh, dia ahli. Bagaimana dengan ALLAH??
kalimat بِسْمِ اللهِ
dengan nama Allah atau demi nama Allah, الرَحْمٰنِ الرَحِيْمِ ( secara ringkas ) , الرَحْمٰنِ adalah Maha Pelimpah Rahmat dan kasih sayang
kepada seluruh makhlukNya, seluruh makhluk, sedang الرَحِيْمِ kasih sayang Allah yang diberikan kepada orang yang beriman saja. الرَحْمٰنِ untuk semua, yang tidak
beriman, yang jahat, yang fajir, fasiq, semuanya dikasih kasih sayang Allah subhanahu wa ta’ala kehidupan dimuka bumi, diberikan Rahmah, الرَحِيْمِ kenikmatan dari Allah khusus untuk orang orang
yang beriman, kebanyakan diterimanya di akherat, namun di bumi juga kebagian seperti khusyu’, kenikmatan mustajab do’a, kenikmatan keringanan dari
musibah, banyak kenikmatan Arrahim dari Arrahman, maka kalimat الرَحْمٰنِ الرَحِيْمِ memadukan seluruh kenikmatan Allah subhanahu wa
ta’la yang pernah diberikan sejak alam semesta dicipta, hingga seluruh makhluk berakhir, hingga berlangsungnya kehidupan kekal dan abadi bagi hamba yang
dikehendakiNya, semua tercakup dalam kalimat الرَحْمٰنِ الرَحِيْمِ

Ketika kita bicara بِسْمِ اللهِ الرَحْمٰنِ الرَحِيْمِ dengan nama Allah yang Maha Pengasih (kepada seluruh makhluk) dan
Maha Penyayang ( kepada mu’min ) sama saja kita menyebut seluruh kenikmatan anugerah Ilahi kepada para siddieqin, para auliya, para sholihin, para
mu’minin, pada orang yang tidak baik, pada orang yang baik, pada orang ynag jahat, pada orang yang berbuat hina, pada orang yang berbuat mulia, semua itu
terpadu dalam kalimat بِسْمِ اللهِ الرَحْمٰنِ الرَحِيْمِ seluruh kejadian alam semesta.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, dijelaskan bahwa kalimat بِسْمِ اللهِ الرَحْمٰنِ الرَحِيْمِ itu ada 19 huruf, maka oleh
sebab itu al- Imam Umar alMuhdhor bin Abdurrahman Assegaf ‘alaihi rahmatullah, sekali waktu ziarah, pergi berkhalwah ke makam Nabiallah Hud, tempatnya jauh
dari tarem, pulang bawa 40 ekor onta penuh dengan bawaan, berapa bulan hilang, datang bawa 40 ekor penuh dengan tumpukan barang beban yang penuh, dikatakan

ya syekh Umar Muhdhor, wahai imam! kau lama pergi entah kemana, tiba – tiba kau datang dengan 40 ekor onta yang penuh denagn beban, apa isi onta itu
dan kau dimana

? maka berkata, ”

aku berkhalwat, di dekat makam Nabi Hud,( memang ada tempat khalwat disitu tempatnya lembah yang landai, ada danaunya ), aku khalwat disitu

” ” lalu 40 ekor onta ini apa isi bebannya ini?” dia berkata ” buku” ” buku?”, 40 ekor onta penuh ,
berapa ratus ribu itu buku, satu ekor onta itu bisa membawa 100 kg lebih, 200 kg mungkin masih bisa, bagaimana dengan 40 ekor onta penuh bebannya?” buku apa wahai imam?” ” aku menafsirkan baru بِسْمِ اللهِ الرَحْمٰنِ الرَحِيْمِ ayat pertama dari Al- Qur’anul karim, sudah diangkat, sudah ditulis dan diangkat oleh 40 ekor onta berapa ratus ribu kitab isinya baruبِسْمِ اللهِ الرَحْمٰنِ الرَحِيْمِ ayat pertama dari surat
Al-Fatehah, belum selanjutnya selanjutnya selanjutnya.

Hadirin hadirat yang dimuliaan Allah, sayyidina Imam Abdullah bin Abdurrahman balfageh, Allamatuddunya ketika ia datang ke musim haji, dia seorang
ulama besar hujjatul islam seorang imam besar disebut Allamtudunya karena dia disebut oleh ulama demikian karena ulama pada saat itu mengakui dia
derajat nomer satu dari seluruh ulama dunia, ia pergi haji, tidak ketahuan karena pakaiannya sama semua, ketika masih memakai pakaian ihram hadir pengajian
yang dihadiri guru – guru imam imam, para ulama dunia, terus berkata mufti Mekkah pada saat itu,”

aku ada satu masalah yang belum kutemukan jawabannya, kebetulan ini imam imam dari seluruh dunia hadir, aku ingin tanya, tolong jawabannya karena aku
tidak tahu jawabannya

,” maka disebutkan pertanyaannya, tidak ada satupun yang bisa menjawab. Maka disitu ada Imam Abdullah bin Abdurrahman balfageh namun tidak ketahuan karena
masih memakai pakaian ihram ( yang lain sudahselesai namun ia belum selesai ihram ) maka duduk dibelakang, dan dia adalah yang tertinggi ilmunya dimasa
itu, dan di seluruh ulama dunia, dia berkata kepada pemuda disebelahnya,” kamu angkat tangan jawab! jawabannya ini,” kemudian ( berkata
pemuda itu ), ” aku bisa menjawab wahai mufti Mekkah!” maka melirik seluruh ulama dunia itu, semua ulama yang hadir melirik ke pemuda ini,
nah pemuda ini telah dikasih tahu jawabannya, ” jawabannya ini,” kaget seluruh ulama dunia ini termasuk mufti Mekkah ”

hei bukan kamu yang menjawab pasti, darimana kamu dapat jawab ini? jawaban ini tidak ada yang mengetahui kecuali Allamatuddunya Abdullah bin
Abdurrahmna Balfageh,Allamatuddunya

, maka saat itu dia berkata,” aku dengar dari orang ini,” maka berkata ( mufti ), “ wahai imam! wahai imam besar maju kedepan kami ingin mendengar daripada ilmumu” maka dia berkata” aku tidak mempunyai waktu, aku ingin pulang,hanya beberapa hari saja aku tinggal disini,” ” walau beberapa haripun kami ingin membaca kitab” ” iya tidak apa apa, ” ia tinggal sampai satu bulan di Mekkah Almukarramah ngajar tiap
harinya maghrib tentang satu kitab tapi masih tentang makana huruf ba’, satu bulan belum selesai. baru ba’nya saja ditafsirkan , maknanya begini satu bulan
sampai waktunya pulang belum selesai baru huruf ba’, demikian ulama ulama kita dulu.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, al Imam Syafi’i merujuk pada para sahabat dengan dalil dalil yang tsigah bahwaبِسْمِ اللهِ الرَحْمٰنِ الرَحِيْمِ bagian dari awal surat Alfatehah, demikian juga Imam Hambali, Ahmad
bin Hanbal, namun Imam Malik berpendapat bahwa ia bukan bagian dari surat alfatehah, hanya awal dari setiap surat saja, trkecuali Attaubah, demikian
riwayat yang kita ketahui, jadi kalau kita bermakmum dengan imam yang bermazhab HAnbali, mazhab Hanbali itu tetap mewajibkan basmalah namun dengan sirran,
atau dipelankan, tapi kalau tidak membaca bismillah, langsung aja maka tidak sah sholat kita bermakmum padanya, hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
masing masing mazhab mempunyai sanad keguruannya smpai kepada Rasul salallahu ‘alaihi wa sllam dengan berpegang kepada riwayat riwayat yang kuat kepada
Rasul salallahu ‘alaihi wa sallam dan kita berada pada mazhab Syafi’i yang menjaharkan semua bacaannya.

Hadirin hadirat بِسْمِ اللهِ الرَحْمٰنِ الرَحِيْمِ ini 19 huruf, terpadu dari 19 huruf, dan 19 huruf ini juga
diriwayatkan dalam tafsir Imam Qurtuby, bahwa ii menunjukan jumlah kaum Hawariyyin, orang orang yang mendukung Nabiyallah ‘Isa ‘alaihi sholatu wa salam
dimasa itu maksudnya بِسْمِ اللهِ الرَحْمٰنِ الرَحِيْمِ 19 huruf itu isyarah bagi orang orang nasrani bahwa Allah mengetahi
berapa yang menolong Nabiyallah ‘Isa ‘alaihi sholatu wa salam, yaitu 19 orang Hawariyyiin yang disebut dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala


قَالَ

عِسَى ابْنُ مَرْيَمَ
لِلحَوَارِيِّنَ مَنْ
أَنْصَارِيْ إِلَى اللهِ
قَالَ الحَوَارِيُّوْنَ
نَحْنُ أَنْصَارُ اللهِ

………..

itu 19 orang, lalu berkata Nabiyallah ‘Isa,” maukah diantara kalian berkorban? ia nanti wajahnya ana seperti wajahku dan ia akan dihukum mati dan kujanjikan baginya surga, kemudian
satu maju dari 19, maka ketika mereka ingin menangkap Nabiyallah ‘Isa, ( dalam riwayat Imam Qurtuby da Imam Thabrany dalam tafsirnya ), disaat itu, Allah
secepatnya mengangkat Nabiyallah ‘Isa ke langit, diangkat oleh Allah subhanahu wa ta’ala,

وَمَا

قَتَلُوهُ وَ مَا
صَلَبُوْهُ وَلٰكِنْ
شُبِّهَ لَهُمْ

tidak dibunuh Nabiyallah ‘Isa itu dan tidak disalib pula nanti akan tetapi satu orang diumpamakan wajahnya dirubah oleh Allah mirip dengan Nabiyallah ‘Isa,
dalam Tafsir Imam Qurtuby dan Thabrany mengatakan itu adalah salah satu dari kaum Hawaryyin, mereka tidak percaya, ketika Hawariyyun mengatakan
bahwa “itu bukanlah Nabiyallah ‘Isa akan tetapi itu salah satu dari kami,” maka dihitung jumlahnya ternyata jumlah mereka 18, satu tidak
ada kemana?? sudah dirubah oleh Allah wajahnya mirip Nabiyallah ‘Isa ibn Maryam ‘alaihi sholatu wa salam, oleh sebab itu,بِسْمِ اللهِ الرَحْمٰنِ الرَحِيْمِ itu 19 huruf dan kalimat ba’ bisa bermakna ziyadah atau tambahan
saja karena isyarat 19 itu satu diantaranya wafat untuk membela Nabiyallah ‘Isa ‘alaihi sholatu wa salam.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, juga بِسْمِ اللهِ الرَحْمٰنِ الرَحِيْمِ ini turun kepada Nabiyallah Sulaiman ‘alaihi sholatu wa salam,
dibawalah suratnya oleh burung Hud-hud kalau di kita burung yang bisa bicara, burung Beo, burung itu berkata ,” aku membawa surat dari Sulaiman,”

بِسْمِ

اللهِ الرَحْمٰنِ
الرَحِيْمِ

إِنَّهُ

yang padanya tertulis sungguh Dialah Allah subhanahu wa ta’ala, ditulis surat itu oleh Nabiyallah Sulaiman diawali denganبِسْمِ اللهِ الرَحْمٰنِ الرَحِيْمِ ” datanglah dengan selamat untuk menyerahkan diri jika kau ingin
selamat” kata Ratu Balquis, maka hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, Nabi Sulaiman diberikan Allah kekuasaan menguasai jin syeitan, manusia dan hewan
dengan kekuatan بِسْمِ اللهِ الرَحْمٰنِ الرَحِيْمِ Berkata Imam Qurtuby,” seluruh syariat Islam, agama islam berpadu
dengan kalimat بِسْمِ اللهِ الرَحْمٰنِ الرَحِيْمِ karena Hablumminannas , berbuat baik kepada orang orang yang tidak
baik itu adalah salah satu rahasia الرَحْمٰنِ kalau buat Allah ibadah yang
wajib , berbuat baik kepada yang baik juga itu dari kalimat الرَحِيْمِ
pecahannya, seluruh syariat ini berpadu dalam kalimatr بِسْمِ اللهِ الرَحْمٰنِ الرَحِيْمِ karena mengandung Dzat Allah dan sifat Allah subhanahu wa ta’aala.

Hadirin hadirat yang dimuliaka Allah, Nabiyallah Dawud ayahnya Nabi Sulaiman punya anak 19, sama dengan jumlah huruf basmalah, tetapi dia tidak mewariskan
harta, (namanya Nabi tidak mewariskan harta ) namun Nabiyallah Dawud mendapatkan kemuliaan untuk 19 anaknya berupa anugerah dari Allah, dipadukan oleh
Allah kepadda salahsatunya saja yaitu Nabi Sulaiman yang diberikan padanya rahasia kemuliaan بِسْمِ اللهِ الرَحْمٰنِ الرَحِيْمِ dari 19 huruf itu.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,dan juga dijelaskan di dalam tafsir Ibn Katsir, jumlah tukang sihir Fir’aun yang ditundukkan oleh Nabiallah Musa
berjumlah 19.000 orang lagi lagi angka 19 lagi.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, begitu juga 19 huruf ini adalah jumlah daripada malaikat yang menjaga neraka, dijelaskan oleh Imam Qurtuby Imam
Thabrany dan lainnya bahwa neraka itu terdapat padanya 19 pintu, dan setiap pintu ada penjaganya yaitu Malaikat Zabaniyah dan 19. Disebutkan dalam surat
Al- Mudatsir

عَلَيْهَا
تِسعَةَ عَشَرَ

dineraka itu ada 19

maksudnya 19 malaikat Zabaniyah yang menjaga dari 19 pintu daripada nerakanya Allah subhanahu wa ta’ala.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, berkata sayyidina Ali Zainal ‘Abidin bin Husein radhiallahu ‘anhuma wa ardhohuma ,” perbanyaklah kalian untuk membaca Basmalah, agar selamat dari 19 pintu neraka itu, dan 19 malaikat zabaniyah itu!” Demikian juga ucapan
sayyidina Ja’far Sodieq bin Muhammad Al- Bagier bin Ali Zainal ‘Abidin bin Husein radhiallahu ‘anhum ajma’in, berkata sayyidina Ja’far Sodieq,”

perbanyaklah basmalah karena dengan memperbanyaknya kau akan mendapatkan surga dalam setiap hurufnya dan ketahuilah bahwa 19 malaikat Zabaniyah itu
tidak erbuat terkecuali dengan basmalah kita

” menyiksa hamba di neraka ” bismillah….” lempar kedalam neraka, بِسْمِ اللهِ الرَحْمٰنِ الرَحِيْمِ lempar, kalau kau sering menyebutnya justru itu kekuatan mereka,
kekuatan mereka terdapat di dalam بِسْمِ اللهِ الرَحْمٰنِ الرَحِيْمِ maka perbanyaklahبِسْمِ اللهِ الرَحْمٰنِ الرَحِيْمِ yangmana denagn itu engkau akan selamat dari 19 pintu neraka itu!

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, sayyidina Busyro Al-Hady salah seorang ulama besar, ulama salaf sholeh yang masyhur, beliau awal awal sebelum
diangkat menjadi Imam besar, ia melihat tulisan بِسْمِ اللهِ الرَحْمٰنِ الرَحِيْمِ di jalan, kemudian ia mengambilnya dan berkata ” Robby, Robby” lalu menciumnya, dan menaruh di dahinya, dan diberikan wewangian kemudian ditaruh di tempat yang tinggi dirumahnya, maka
Allah wangikan namanya diantara masyarakatnya dimasa itu , namanya wangi yaitu dicintai oleh banyak orang karena mewangikan nama Allah subhanahu wa ta’ala.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, Rasul slallahu ‘alaihi wa sallam dalam setiap gerak geriknya tidak pernah lepas dari basmalah, duduk basmalah,
berdiri basmalah, makan basmalah, minum basmalah, keluar basmalah, masuk basmalah, berbuat ini dan itu semuaبِسْمِ اللهِ الرَحْمٰنِ الرَحِيْمِ maka perbanyaklah!

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, dan rahasia Al- Qur’anul karim itu keseluruhannya ada padaبِسْمِ اللهِ الرَحْمٰنِ الرَحِيْمِ yaitu ada pada surat Al-fatehah dan seluruh kemuliaan makna
Al-Fatehah adapa pada kalimat بِسْمِ اللهِ الرَحْمٰنِ الرَحِيْمِ dan hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, dari seluruh makna
kalimat itu ada pada kalimat ALLAH

Ucapkanlah bersama-sama



َياالله…يَاالله…
ياَالله.. ياَرَحْمَن
يَارَحِيْم …لاَإلهَ
إلَّاالله…لاَ إلهَ
إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ
الْحَلِيْمُ…لاَ إِلهَ
إِلَّا الله رَبُّ
اْلعَرْشِ
اْلعَظِيْمِ…لاَ إِلهَ
إلَّا اللهُ رَبُّ
السَّموَاتِ وَرَبُّ
الْأَرْضِ وَرَبُّ
اْلعَرْشِ
اْلكَرِيْمِ…مُحَمَّدٌ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ



،كَلِمَةٌ حَقٌّ
عَلَيْهَا نَحْيَا
وَعَلَيْهَا نَمُوتُ
وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ
إِنْ شَاءَ اللهُ
تَعَالَى مِنَ
اْلأمِنِيْنَ.