Senin, 2 September 2013, Kitab Arrisalatul Jami’ah Bagian 30


P
enjelasan Kitab Arrisalatul Jami’ah Bagian 30
Senin, 2 September 2013

1قَالَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : يَأْتِي
الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ
فَيَقُولُ مَنْ خَلَقَ
كَذَا؟ مَنْ خَلَقَ كَذَا
؟ حَتَّى يَقُولَ لَهُ :
مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ ؟
فَإِذَا بَلَغَ ذَلِكَ
فَلْيَسْتَعِذْ
بِاللَّهِ ولْيَنْتَهِ
(صحيح البخاري)


” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Syaitan akan datang kepada salah seorang kalian dan bertanya : “siapakah yang menciptakan ini,
siapakah yang menciptakan ini dan ini?”, hingga ia berkata : “Siapakah yang menciptakan Tuhanmu?”, dan jika sampai pada hal tersebut (keraguan) maka
berlindunglah kepada Allah dan berhentilah (dari memikirkannya)”.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ
خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ
وَأَنْقَذَنَا مِنْ
ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ
وَالدَّيَاجِرِ
اَلْحَمْدُلِلَّهِ
الَّذِيْ هَدَانَا
بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ
مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ
بِاْلإِذْنِ وَقَدْ
نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا
مَنْ دَلَّنَا
وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ
وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ
اَلْحَمْدُلِلّهِ
الَّذِي جَمَعَنَا فِي
هَذَا الْمَجْمَعِ
اْلكَرِيْمِ وَفِي
الْجَلْسَةِ
الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ
اللهُ قُلُوْبَنَا
وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ
مَحَبَّةِ اللهِ
وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ
اللهِ وَرَسُوْلِهِ
وَاْلعَمَلِ
بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ
رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ
وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang telah mengundang kita untuk hadir ke majelis ini dengan mengetuk pintu jiwa,
sehingga di majelis ini terangkatlah derajat orang-orang yang mau mengangkat dirinya untuk semakin dekat kepada Allah subhanahu wata’ala, dan
termuliakanlah mereka yang mau memuliakan dirinya dengan tuntunan kemuliaan, dan tersucikan dari dosa-dosa mereka yang diampuni oleh Allah dengan kehadiran
mereka di majelis-mejelis ta’lim dan majelis dzikir dan shalawat kepada nabi Muhamad shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam rahasia cahaya at ta’allum dan
at ta’lim (pembelajaran dan pengajaran), di dalam rahasia keluhuran tuntunan Ilahi Yang Maha Tunggal dan Abadi, Yang berfirman di dalam Al qur’an demi
mengenalkan kepada manusia akan sifat hamba-hambaNya yang peduli terhadap sesama, yang berlemah lembut kepada siapa pun baik mereka yang beriman atau yang
tidak beriman, kesemuanya berada di dalam lingkup doa-doa mereka, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :


وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ
الَّذِينَ يَمْشُونَ
عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا
وَإِذَا خَاطَبَهُمُ
الْجَاهِلُونَ قَالُوا
سَلَامًا وَالَّذِينَ
يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ
سُجَّدًا وَقِيَامًا ،
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ
رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا
عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ
عَذَابَهَا كَانَ
غَرَامًا ( الفرقان : 63 )


“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (adalah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa
mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melewati malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. Dan orang-orang yang
berkata (berdoa): “Ya Tuhan kami, jauhkanlah siksa nerka ( Jahannam ) dari kami, sesungguhnya siksa neraka itu adalah kebinasaan yang kekal”. ( QS. Al
Furqan : 63 )

Hamba-hamba yang dibanggakan oleh Allah subhanahu wata’ala adalah mereka yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati (tawadhu’), dan jika mereka berjumpa
dengan orang-orang yang tidak berilmu atau belum beriman atau belum mau bertobat yang mencaci atau menghina mereka maka mereka membalasnya dengan perkataan
yang lemah lembut dan penuh kesejahteraan, serta berlemah lembut terhadap semua makhluk Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana tuntunan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam kepada ummatnya untuk tidak menyiksa atau menyakiti makhluk (ciptaan) Allah subhanahu wata’ala. Dengan demikian semua makhluk
ciptaan Allah subhanahu wata’ala telah telah dilarang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk disiksa atau diganggu dan disakiti.

Dan hamba-hamba yang dipuji oleh Allah subhanahu wata’ala adalah mereka yang melewati malam-malam harinya dengan ibadah kepada Allah subhanahu wata’ala
(qiyamullail), dan mereka yang berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala : “Ya Allah hindarkanlah kami (dengan kata pengganti majemuk) dari siksa neraka
(Jahannam) karena sesungguhnya siksa neraka adalah kepedihan yang kekal”
.

Mereka adalah hamba-hamba pemilik jiwa yang menampung rahasia kemuliaan, yang menampung para pendosa di dalam doa mereka untuk terangkat jiwa mereka pada
keluhuran, bukan dengan mencaci maki mereka karena telah berbuat maksiat atau mengganggu satu sama lain, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
telah bersabda :


سِبَابُ الْمُسْلِمِ
فُسُوقٌ وَقِتَالُهُ
كُفْرٌ


” Mencaci maki orang muslim adalah kefasikan dan memeranginya adalah kekufuran “.

Syarh kitab Ar Risaalah Al Jaami’ah

Dalam pembahasan majelis yang lalu kita telah sampai pada ucapan pengarang :


وَأَصْلُ اْلإِيْمَانِ
أَنْ تَعْتَقِدَ أَنَّ
اللهَ تَعَالَى
مَوْجُوْدٌ وَأَنَّهُ
تَعَالَى وَاحِدٌ


” Asal (dasar) Iman yaitu engkau meyakini bahwa Allah subhanahu wata’ala Maha Ada dan meyakini bahwa Dia (Allah) Maha Tunggal”

Allah subhanahu wata’ala Maha Tunggal. Kita memahami bahwa semakin besar suatu kerajaan maka semakin hebat pula rajanya, semakin sempurna pengaturan sang
raja terhadap kerajaan tersebut maka akan semakin sempurna dan semakin kuat kerajaannya. Namun demikian, semua raja tidak mampu berbuat tanpa bantuan para
laskarnya, kecuali Sang Maha Raja langit dan bumi Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Tunggal dimana kerajaanNya yang multi sempurna namun Dia (Allah) tidak
membutuhkan kepada hamba-hambaNya. Allah subhanahu wata’ala yang telah menciptakan seluruh makhluk yang ada di langit dan bumi yang kesemuanya bertasbih
dan berdzikir kepadaNya siang dan malam tanpa henti-henti, mensucikan nama Allah subhanahu wata’ala, dan hal itu telah disampaikan oleh Allah kepada kita
agar sanubari kita juga terangkat kepada keluhuran untuk mensucikan Allah subhanahu wata’ala dan mengagungkan namaNya, sehingga diri kita disucikan dan
diagungkan oleh Allah subhanahu wata’ala. Dimana balasan bagi hamba yang mensucikan Allah adalah kesucian dari Allah subhanahu wata’ala untuknya, kesucian
dari perbuatan dosa, kesucian dan dijauhkan dari setiap musibah, dijauhkan dari permasalahan, kesucian dari penyakit hati dan lainnya. Semakin jiwa
seseorang mensucikan Allah subhanahu wata’ala maka akan semakin sucilah jiwa dan kehidupannya di dunia dan akhirat. Allah subhanahu wata’ala Yang Maha
Tunggal dan Maha Abadi, Maha Mampu memberikan keabadian kenikmatan kepada makhluk-makhluk yang dikehendakinya. Allah subhanahu wata’ala Maha Ada, pertama
tanpa ada awalnya dan terakhir tanpa ada akhirnya, maksudnya yaitu bahwa Allah subhanahu wata’ala Maha Ada sebelum segalanya ada, namun tanpa keterikatan
dengan pertanyaan “Kapan adanya?”. Sebagaimana sabda nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits yang telah kita baca bersama. Dan Al Imam
Ghazali menjelaskan agar manusia berhati-hati dengan bisikan syaitan dalam ibadah dan keluhuran, karena ketika syaitan melihat seorang hamba sangat giat
dalam beribadah dan dengan sebaik-baik ibadah, sehingga ia tidak dapat tergoda untuk berbuat maksiat, maka ia akan digoda syaitan dengan kebaikan, syaitan
membawanya pada bisikan-bisikannya seperti : “Siapakah yang menciptakan ini dan ini?, jawabannya adalah Tuhanku “Allah”, kemudian dibawa pada bisikan yang
lain : ” Siapakah yang menciptakan ini dan itu?”, dan kesemua jawabannya adalah “Allah”, hingga syaitan membawanya pada pertanyaan “Siapakah yang
menciptakan tuhanmu?”. Makhluk yang paling memahami tauhid dan ma’rifah billah, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan penyelesaian
dalam hal ini, jika seseorang telah sampai pada hal demikian atau mulai timbul keraguan dalam dirinya, maka segeralah berlindung kepada Allah subhanahu
wata’ala dan berhentilah dari memikirkannya.

Kemudian disebutkan dalam kitab Ar Risalah Al Jami’ah :


لَا شَرِيْكَ لَهُ وَلَا
مِثْلَ لَهُ وَلَا شِبْهَ
لَهُ لَيْسَ كَمِثْلِهِ
شَيْءٌ وَهُوَ
السَّمِيْعُ اْلبَصِيْرُ
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ
وَاْلأَرْضَ


” Tidak ada sekutu baginya (Allah), tidak ada yang menyamainya, tidak ada yang menyerupainya, tidak ada sesuatupun yang menyerupainya dan Dia Maha
Mendengar lagi Maha Melihat, Dia Yang menciptakan langit dan bumi”

Allah subhanahu wata’ala Maha Mendengar dan Maha Melihat, Dialah yang menciptakan langit dan bumi dari tiada, dan semua yang ada di langit dan bumi adalah
ciptaan Allah subhanahu wata’ala. Manusia juga dapat menciptakan namun manusia hanya menciptakan dari hal yang ada yang merangkainya dalam bentuk yang
berbeda, dan tidak mampu menciptakan dari ketiadaan menjadi ada, namun Allah subhanahu wata’ala mencipta dari ketiadaan menjadi ada, hanya dengan kalimat
“Kun” maka terciptalah apa yang ingin diciptakan Allah. Kemudian disebutkan dalam kitab Ar Risalah Al Jaami’ah ”


وَخَلَقَ الْمَوْتَ
وَالْحَيَاةَ
وَالطَّاعَةَ
وَالْمَعْصِيَّةَ
وَالصِّحَّةَ
وَالسَّقَمَ وَجَمِيْعَ
اْلكَوْنِ وَمَا فِيْهِ


” Dan Allah menciptakan kematian dan kehidupan, menciptakan ketaatan dan kemaksiatan dan menciptakan kesehatan dan penyakit dan menciptakan segala alam
beserta apa yang ada didalamnya”

Allah subhanahu wata’ala menciptakan langit dan bumi, menciptakan kematian dan kehidupan. Mengapa terlebih dahulu yang disebut adalah kematian, padahal
semua makhluk terlebih dulu hidup dan kemudian mati?!, karena asal muasal makhluk hidup adalah kematian yaitu ketiadaan yang kemudian muncullah kehidupan,
baik kehidupan di alam rahim, kehidupan di alam dunia, kehidupan di alam barzakh dan kehidupan di hari kiamat yang kekal dan tiada akan pernah berakhir.
Namun apakah hal ini berarti manusia (ahli surga) sama dengan Allah karena manusia juga akan abadi di alam akhirat (surga)?, tentunya tidak demikian,
karena keabadian makhluk terikat dengan kehendak Allah subhanahu wata’ala, makhluk tidak akan memiliki keabadian kecuali telah diberi oleh Allah subhanahu
wata’ala. Maka tentunya tidak sama antara Sang Pemilik dan yang diberi, Allah memberikan keabadian kepada makhlukNya namun keabadian itu tetap milik Allah
subhanahu wata’ala. Keabadian itu diberikan oleh Allah kepada makhlukNya di akhirat baik keabadian dalam kehinaan atau keabadian dalam kemuliaan, dan
semoga kita selalu dalam kemuliaan di dunia dan akhirat amin allahumma amin. Dan Allah subhanahu wata’ala yang menciptakan ketaaan dan kemaksiatan
(perbuatan baik dan buruk). Dalam permasalahan ini terdapat 2 kelompok yaitu kelompok Jabariyah dan kelompok Qadariyah, sedangkan kita adalah kelompok yang
berada di tengah-tengah. Sebagaimana dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar As Asqalani di dalam Fath Al Bari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa kita bukanlah
termasuk dalam kedua kelompok tersebut, yang mana kelompok Jabariyah berpendapat bahwa manusia dalam segala perbuatan baik baik dan buruknya adalah
kehendak dan pakasaan dari Allah dan manusia tidak memiliki kehendak dan tidak dapat memilih. Sedangkan kelompok Qadariyah berpendapat bahwa segala
perbuatan manusia baik dan buruknya adalah kehendak manusia sendiri dan mereka yang menciptakannya, tidak ada hubungannya dengan Allah subhanahu wata’ala.
Adapun kelompok kita ahlusunnah waljama’ah meyakini bahwa segala perbuatan baik dan buruk adalah semua kehendak Allah, namun manusia diwajibkan berikhtiar
(berusaha) untuk selalu melakukan perbuatan baik. Kita kelompok ahlusunnah waljama’ah meyakini bahwa Allah lah yang menciptakan segala perbuatan manusia
(baik aatu buruk), namun hal tersebut juga tergantung pada diri manusia , sebagaimana Allah subhanahu wata’ala telah memberikan kita jasad, pemikiran dan
hati (ruh) dan kesemua itu kita gunakan untuk taat atau maksiat tentunya kesemua dengan kehendak Allah subhanahu wata’ala. Sebagai contoh seorang yang
berbuat maksiat seperti meminum khamr maka bukanlah ia yang menciptakannya sendiri, namun dia hanya mengambil dari buah-buahan yang dijadikan khamr dengan
proses pembuatan khamr, dan Allah lah yang telah menciptakan buah-buahan tersebut dan Allah yang telah mengizinkan adanya khamr di muka bumi, namun
demikian Allah mengharamkan khamr dan menyuruh hamba-hambaNya untuk tidak meminumnya, dan dalam hal ini mereka diberi kehendak untuk memilih antara
mengikuti perintah Allah atau meninggalkannya. Akan tetapi Allah subhanahu wata’ala akan menjaga hamba-hambaNya yang beriman dan mengikuti tuntunan nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam agar tidak terjebak pada minuman keras, sebagaimana dalam riwayat Shahih Al Bukhari ketika Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam pada peristiwa Isra’ Mi’raj disaat dihidangkan untuk beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dua macam minuman yaitu susu dan arak (yang tidak
memabukkan), maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memilih susu, lalu malaikat Jibril As berkata : “Sungguh engkau telah menyelamatkan ummatmu, jika
engkau memilih arak maka ummatmu akan celaka”. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu perbuatan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dapat mempengaruhi
dan menolong ummatnya hingga akhir zaman, karena telah selamat dari minuman keras, meskipun masih ada manusia yang terjebak ke dalam minuman keras, dan
semoga Allah subhanahu wata’ala melimpahkan hidayah kepada mereka,a amin allahumma amin. Demikian juga segala perbuatan maksiat lainnya sepeti perjudian
perzinahan dan lainnya, kesemuanya bermula dari apa-apa yang telah diciptakan Allah. Oleh sebab itu ketaatan dan kemaksiatan berasal dari Allah subhanahu
wata’ala, dan kita diberi kehendak untuk ikhtiar yaitu memilih diantara keduanya, demikianlah keyakinan kelompok ahlusunnah waljama’ah.

Allah subhanahu wata’ala berfirman :


وَلَوْ رُدُّوا
لَعَادُوا لِمَا نُهُوا
عَنْهُ وَإِنَّهُمْ
لَكَاذِبُونَ ( الأنعام : 28 )


“Jika seandainya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang untuk mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka
itu adalah para pendusta belaka”. ( QS. Al An’aam : 28 )

Merekalah orang-orang yang akan kekal di neraka, dimana jika mereka dikeluarkan dari neraka kemudian dikembalikan ke dunia maka mereka akan kembali berbuat
kejahatan dan kemungkaran yang telah dilarang oleh Allah subhanahu wata’ala. Sebaliknya mereka yang tidak dikekalkan di neraka adalah mereka yang jika
dikeluarkan dari neraka dan dikembalikan ke bumi maka mereka akan taat kepada Allah subhanahu wata’ala, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Maka
harus kita fahami bahwa manusia tidak dapat berbuat taat atau maksiat kecuali kesemuanya dengan kehendak Allah subhanahu wata’ala yang dirangkai dari
segala ciptaan Allah, dan Allah subhanahu wata’ala menyiapakan kebaikan untuk manusia yang berbuat baik, sebaliknya menyiapakan kehinaan atau siksaan bagi
mereka yang berbuat maksiat, maka manusia diberi pilihan untuk memilih diantara keduanya. Dan Allah lah yang menciptakan kesehatan juga menciptakan
penyakit , dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :


مَا أَنْزَلَ اللّهُ مِنْ
دَاءٍ إلّا أَنْزَلَ لَهُ
شِفَاءً


” Allah tidak menurunkan penyakit kecuali telah menurunkan baginya obat ”

Allah tidak menciptakan penyakit kecuali juga menciptakan obatnya, maka orang yang diberi cobaan dengan penyakit maka ia harus berusaha untuk mencari
obatnya, karena Allah telah menciptakan obat dari setiap penyakit. Namun berhati-hatilah dalam mencari pengobatan, berobatlah kepada yang ahli dalam
bidangnya, janganlah berobat kepada sembarang dokter atau berobat kepada dukun, dan juga janganlah dengan mudah mempercayai orang yang mengobati, hanya
Allah subhanahu wata’ala yang bisa langsung kita percaya dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kalau yang lain belum tentu benar apa yang ia
ucapkan. Sebagaimana yang saya alami ketika menjalani pengobatan dengan CT scan, di saat itu saya hanya memenjamkan mata tanpa merintih kesakitan, lalu ada
3 dokter yang datang kepada saya, kemudian salah satu dokter bertanya tentang penyakit yang saya alami, maka saya katakan bahwa dibagian bawah tulang rusuk
saya terasa sakit dan sangat perih, dengan spontan ia menjawab : “Oh, ini usus buntu operasi!”, dokter yang lain berkata : “Kalau menurutku ini adalah
liver, operasi!”, kemudian dokter yang terakhir juga mengatakan hal yang berbeda, wah ketiga dokter kok beda-beda dalam menentukan penyakit yang saya
derita, kesemuanya hanya memberi instruksi agar saya menjalani operasi. Dan ketika bapak professor datang beliau hanya mengatakan bahwa hal ini disebabkan
karena kebanyakan asam lambung, yang di zaman sekarang dikenal dengan masuk angin dimana cukup dengan dikerokin akan hilang penyakitnya, maka berhati-hati
dalam berobat atau memilih dokter yang akan mengobati penyakit kita.

Demikian pembahasan kita dalam kitab Ar Risalah Al Jami’ah di malam hari ini, penjelasan berikutnya kita lanjutkan di majelis yang akan datang insyaallah.

Selanjutnya kita berdoa dan bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala, semoga Allah melimpahkan kemuliaan dan keluhuran bagi kita semua dan orang tua
kita, mereka yang masih hidup semoga dianugerahi panjang umur dan afiyah, dan yang telah wafat semoga dilimpahi kemuliaan di alam barzakh, amin allahumma
amin.

فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا …

Ucapkanlah bersama-sama


يَا الله…يَا الله… ياَ
الله.. ياَرَحْمَن
يَارَحِيْم …لاَإلهَ
إلَّاالله…لاَ إلهَ إلاَّ
اللهُ اْلعَظِيْمُ
الْحَلِيْمُ…لاَ إِلهَ
إِلَّا الله رَبُّ
اْلعَرْشِ
اْلعَظِيْمِ…لاَ إِلهَ
إلَّا اللهُ رَبُّ
السَّموَاتِ وَرَبُّ
الْأَرْضِ وَرَبُّ
اْلعَرْشِ
اْلكَرِيْمِ…مُحَمَّدٌ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ
حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا
وَعَلَيْهَا نَمُوتُ
وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ
إِنْ شَاءَ اللهُ
تَعَالَى مِنَ
اْلأمِنِيْنَ.

Berikut ada beberapa pengumuman, yang pertama majelis dzikir akbar kita bersama guru mulia di Monas insyaallah kita adakan pada tanggal 25 November 2013.
Adapun Haul Al Imam Fakhrul Wujud Abu Bakar bin Salim insyaallah akan diadakan pada hari Ahad, 24 November 2013 di komplek Hankam Cidodol. Kedatangan guru
mulia sudah semakin dekat, dan semoga Allah subhanahu wata’ala memberikan kesuksesan dalam setiap acara kita dan membawakan manfaat bagi kita zhahir dan
bathin dan juga bagi wilayah kita, bangsa kita dan seluruh muslimin di barat dan timur, menjadi rahmat dan mempersatukan ummat sehingga jauh dari
perpecahan dan permusuhan antara muslimin dan antara ummat beragama, amin allahumma amin. Selanjutnya kita bershalawat dan bersalam kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian doa penutup oleh Al Habib Hud bin Baqir Al ‘Atthas, yatafaddhal masykura.