Senin, 24 Desember 2012, Kitab Arrisalatul Jami’ah Bagian 3


P
enjelasan Kitab Arrisalatul Jami’ah Bagian 3
Makna “Basmalah”

Senin, 24 Desember 2012

يقول أَبَو جُحَيْفَةَ
:

خَرَجَ عَلَيْنَا
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ،
بِالْهَاجِرَةِ،
فَأُتِيَ بِوَضُوءٍ،
فَتَوَضَّأَ، فَجَعَلَ
النَّاسُ يَأْخُذُونَ،
مِنْ فَضْلِ وَضُوئِهِ،
فَيَتَمَسَّحُونَ بِهِ،
فَصَلَّى النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، الظُّهْرَ
رَكْعَتَيْنِ،
وَالْعَصْرَ
رَكْعَتَيْنِ، وَبَيْنَ
يَدَيْهِ عَنَزَةٌ

.


وَقَالَ أَبُو مُوسَى،
رضي الله عنه : دَعَا
النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، بِقَدَحٍ
فِيهِ مَاءٌ، فَغَسَلَ
يَدَيْهِ، وَوَجْهَهُ
فِيهِ، وَمَجَّ فِيهِ،
ثُمَّ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لَهُمَا، اشْرَبَا
مِنْهُ، وَأَفْرِغَا،
عَلَى وُجُوهِكُمَا،
وَنُحُورِكُمَا

.


(صحيح البخاري)


Berkata Abu Juhaifah (ra) : keluar pada kami Rasulullah saw diwaktu musim puncaknya panas, maka dibawakan untuk beliau saw bejana utk wudhu, maka
beliau saw berwudhu, maka jadilah orang berebutan mengambil air bekas wudhu beliau saw dan mengusapkannya ke wajah dan tubuh mereka, maka Rasul saw
shalat dhuhur dua rakaat, lalu ashar dua rakaat (jamak taqshir) dan dihadapannya terdapat pancang penghalang.


Dan berkata Abu Musa ra : dibawakan pada Nabi saw bejana air, maka beliau saw mencuci kedua tangan, dan wajah beliau saw, dan berkumur, lalu bersabda
Rasulullah saw kpd kami berdua : Minumlah kalian berdua air ini, dan basuhkan ke wajah kalian berdua dan leher kalian berdua.

(Shahih Bukhari)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


حَمْدًا لِرَبٍّ
خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ
وَأَنْقَذَنَا مِنْ
ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ
وَالدَّيَاجِرِ
اَلْحَمْدُلِلَّهِ
الَّذِيْ هَدَانَا
بِعَبْدِهِ
اْلمُخْتَارِ مَنْ
دَعَانَا إِلَيْهِ
بِاْلإِذْنِ وَقَدْ
نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا
مَنْ دَلَّنَا
وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ
وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ
اَلْحَمْدُلِلّهِ
الَّذِي جَمَعَنَا فِي
هَذَا الْمَجْمَعِ
اْلكَرِيْمِ وَفِي
الْجَلْسَةِ
الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ
اللهُ قُلُوْبَنَا
وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ
مَحَبَّةِ اللهِ
وَرَسُوْلِهِ
وَخِدْمَةِ اللهِ
وَرَسُوْلِهِ
وَاْلعَمَلِ
بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ
رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ
وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

.

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala, yang saat ini kita berada di dalam naungan rahmat dan keluhuran-Nya, di dalam naungan
kewibawaan-Nya, di dalam naungan kekuasaan-Nya, di dalam naungan kasih sayang-Nya, Yang Maha menentukan masa depan kita di dunia dan akhirat. Dan
perkumpulan seperti inilah yang akan membuka banyak gerbang kebahagiaan dan rahmat Allah di dunia dan akhirat. Dan kita senantiasa berlindung kepada Allah
dari perkumpulan-perkumpulan yang di dalamnya diperbuat hal-hal yang dimurkai Allah subhanahu wata’ala, yang darinya Allah subhanahu wata’ala
banyak mendatangkan musibah di dunia dan akhirat, karena perkumpulan dosa dan maksiat itu mencipta musibah baik di masa hidup di dunia atau kelak di
akhirat. Sungguh perbuatan-perbuatan dosa tersebut akan mendapatkan balasan dari Allah subhanahu wata’ala berupa musibah di dunia dan akhirat.
Sehingga sangatlah berbeda antara perkumpulan yang mulia (didalamnya diperbuat hal-hal yang baik dan mulia) dan perkumpulan yang hina (didalamnya diperbuat
dosa), yang mana perkumpulan dosa akan menimbulkan bala’ dan musibah di dunia dan akhirat, sedangkan perkumpulan yang mulia akan mendatangkan rahmat
dan kebahagiaan dari Allah subhanahu wata’ala di dunia dan akhirat. Alhamdulillah di malam hari ini kita berada dalam perkumpulan kebahagiaan dan
rahmat Allah subhanahu wata’ala, yang akan terus berlimpah di dunia dan akhirat.

Hadirin yang dimuliakan Allah, Riwayat sayyidina Abu Juhaifah RA yang tadi kita baca menjelaskan bahwa di suatu hari yang sangat panas Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam keluar kepada para sahabat. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam Fath Al Bari dan Al Imam An Nawawi di dalam Syarh An
Nawawiyyah ‘Alaa Shahih Muslim mengatakan bahwa makna kata “Al Haajirah” adalah panas terik. Namun di kalangan para Ulama’ ahli
hadits berbeda pendapat apakah waktu tersebut adalah waktu shalat zhuhur ataukah waktu shalat asar, akan tetapi yang pasti di saat itu sinar matahari
sangat panas. Maka para sahabat membawa tempat berwudhu untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau pun berwudhu, kemudian orang-orang
berebutan mengambil air bekas wudhu’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan mengusapkan wajah dan tubuh mereka. Mereka berebutan untuk
mengambil keberkahan dari bekas air wudhu’ sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Hadits ini mengandung banyak makna, diantaranya
adalah diperbolehkannya “Tabarruk”, yaitu mengambil barakah dari sesuatu yang dimuliakan Allah subhanahu wata’ala, baik
itu berupa benda atau manusia yang shalih, maka hal tersebut diperbolehkan oleh Allah subhanahu wata’ala dan merupakan sunnah sayyidina Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam. Bertabarruk bisa dari benda atau manusia yang shalih, lebih-lebih pemimpin para shalihin sayyidina Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam. Diantara bentuk bertabarruk kepada orang-orang shalih adalah seperti memohon doa, atau dengan meminta disentuh dadanya atau
kepalanya agar diberi ketenangan, kesejukan atau kesembuhan dari penyakit oleh Allah subhanahu wata’ala dengan keberkahan orang tersebut, dan hal-hal
seperti demikian dahulu diperbuat oleh sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan diperbuat oleh para sahabat untuk mengobati orang lain
bahkan terhadap kaum non muslim. Sebagaimana yang disebutkan di dalam riwayat Shahih Al Bukhari dimana sekelompok para sahabat melakukan perjalanan dakwah
ke tempat yang jauh hingga mereka tiba di tempat suatu qabilah yang mereka semua masih menyembah berhala, dan ketika itu pimpinan (kepala suku) mereka
sedang sakit, kemudian orang-orang dari qabilah tersebut berkata kepada para sahabat mungkin mereka bisa mengobati pimpinan qabilah tersebut. Maka para
sahabat pun kebingungan apa yang akan mereka perbuat, namun mereka beranggapan jika kepala suku mereka disembuhkan dari sakitnya, maka sangat mungkin jika
qabilah tersebut akan masuk Islam. Kemudian salah seorang sahabat membaca surat Al Fatihah lantas meniupkan ke dalam air lalu diberikan kepada kepala suku
itu untuk diminum, yang akhirnya dengan izin Allah subhanahu wata’ala ia pun sembuh dari sakitnya. Begitu juga perbuatan nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam sebagaimana dalam riwayat Shahih Al Bukhari ketika beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengobati seorang sahabat,,, beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam berkata :



بِسْمِ اللَّهِ تُرْبَةُ
أَرْضِنَا بِرِيقَةِ
بَعْضِنَا يُشْفَى
سَقِيمُنَا بِإِذْنِ
رَبِّنَا




“ Dengan nama Allah, debu bumi kami dengan ludah sebagian kami, tersembuhkan penyakit dengan izin Allah subhanahbuw wata’ala”.

Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menempelkan jempol ke lidah beliau shallallahu ‘alaihi wasalam lalu disentuhkan ke tanah kemudian
ditempelkan pada yang sakit, demikian yang diperbuat oleh rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengobati yang sakit, beliau shallallahu
‘alaihi wasallam berkata : “Dengan nama Allah, debu bumi ini, dengan air liur sebagian dari kami akan tersembuhkan penyakit kami dengan izin
Allah subhanahu wata’ala”. Hal ini menunjukkan bahwa bukan hanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang diperbolehkan untuk berbuat
hal tersebut. Al Imam An Nawawi di dalam Syarh An Nawawiyyah ‘alaa Shahih Muslim menjelaskan bahwa diantara sunnah nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam adalah membaca surat Al Ikhlas dan Mu’awwadzatai ( Al Falaq dan An Naas) ketika hendak tidur, kemudian sedikit meludahkan atau
meniupkan pada kedua telapak tangannya kemudian mengusapkan ke seluruh tubuhnya, demikian yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Maka Al Imam An Nawawi berkata bahwa hal tersebut merupakan tabarruk dengan air ludah yang lidahnya selesai membaca Al qur’an Al Karim, hal
tersebut merupakan mengambil barakah dari tubuh kita untuk tubuh kita sendiri. Demikian juga Hajar Aswad, dimana setiap orang yang berkunjung ke
Ka’bah akan selalu berusaha dan berebutan untuk menciumnya. Disebutkan dalam riwayat Shahih Al Bukhari bahwa sayyidina Umar bin Khattab berkata :


وَاللَّهِ


إِنِّي لأَعْلَمُ
أَنَّكَ حَجَرٌ ، لا
تَضُرُّ وَلا تَنْفَعُ ،
وَلَوْلا أَنِّي
رَأَيْتُ رَسُولَ
اللَّهِ قَبَّلَكَ مَا
قَبَّلْتُكَ




Demi Allah sesungguhnya aku tau bahwa kau adalah batu, yang tidak mendatangkan bahaya dan tidak pula mendatangkan manfaat, dan jika bukan karena
aku telah melihat Raululullah shallallahu ‘alaihi wasallam menciummu niscaya aku tidak akan menciummu”

Padahal sebuah batu yang merupakan benda itu tidak dapat memberi manfaat dan mudharat, namun setelah disentuh dan dicium oleh sayyidina Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam maka batu itu menjadi sunnah untuk dicium, hingga sampai saat ini orang-orang berebutan untuk menyentuh dan mencium batu
tersebut. Maka dalam riwayat di atas disebutkan bahwa para sahabat berebutan untuk mengambil bekas air wudhu’ rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam lalu mengusapakan pada wajah dan tubuh mereka. Kemudian seusai berwudhu’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan shalat
zhuhur 2 rakaat dan shalat asar 2 rakaat dengan cara di jama’ dan di qashr. Qashar yaitu melakukan shalat yang jumlahnya 4 rakaat menjadi 2 rakaat,
adapun shalat Maghrib dan shalat subuh tidak bisa diqashar (diringkas). Sedangkan shalat jama’ adalah menggabungkan 2 shalat dalam satu waktu,
seperti melakukan shalat zhuhur dan asar di waktu zhuhur ( Jama’ taqdim) atau di waktu asar (Jama’ ta’khir), atau melakukan shalat
maghrib dan isya’ di waktu maghrib (Jama’ taqdim), atau di waktu isya’ (Jama’ ta’khir) dan hal ini hanya diperbolehkan bagi
orang yang melakukan safar (perjalanan lebih dari 82 Km). Dan di saat itu dihadapan rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terdapat sebuah pembatas
(tongkat, panah atau yang lainnya), dimana dijelaskan oleh para Fuqaha (Ulama’ ilmu fiqh) jika dihadapan seseorang yang sedang melakukan shalat
terdapat pembatas maka tidak diperbolehkan untuk lewat di depan orang yang shalat tersebut, tetapi jika tidak ada pembatas maka boleh dilewati di depannya
namun hal ini hukumnya makruh. Kebiasaan yang ada di masjid-masjid besar yang memiliki banyak pintu, maka di hadapan imam tidak terdapat sesuatu apapun.
Namun jika melakukan shalat di lapangan atau tempat terbuka, maka cukuplah di hadapan imam saja yang diberi pembatas, sedangkan para makmum tidak perlu
memberi pembatas di hadapannya, sebab jika ada orang yang terlambat datang maka ia bisa menyelip diantara barisan-barisan shalat. Begitu juga jika shalat
tersebut adalah shalat sunnah, maka ketika seseorang sedang melakukan shalat dan dihadapannya telah diberi pembatas maka orang lain jangan melewati di
hadapannya. Oleh karena itu dulu ketika para sahabat akan melakukan shalat maka mereka mencari tiang dan shalat menghadap tiang tersebut agar tidak ada
yang lewat di depan mereka. Namun jika ada orang yang melakukan shalat di depan pintu masuk atau pintu keluar, maka janganlah menyalahkan orang-orang yang
telah lewat di depannya, karena kesalahan ia sendiri yang telah melakukan shalat di depan pintu masuk atau pintu keluar.

Kemudian dalam riwayat di atas disebutkan bahwa sayyidina Abu Musa Al Asy’ari dan sayyidina Bilal membawakan bejana air kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, lantas beliau shallallahu ‘alaihi wasallam membasuh kedua tangannya, kemudian membasuh wajah beliau dan berkumur-kumur di
dalamnya, yang mana bau air liur beliau shallallahu ‘alaihi wasallam lebih wangi dari wanginya misk, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam berkata kepada mereka berdua : “Minumlah dari air ini, kemudian usapkan pada wajah dan tubuh kalian”, karena
air yang disentuh oleh Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam membawa keberkahan, sebagaimana air yang memancar dari jari-jari beliau shallallahu
‘alaihi wasallam di saat perjanjian Hudaibiyah, ketika itu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata :



حَيَّ عَلَى الطُّهُورِ
الْمُبَارَكْ

“ Inilah air yang sangat suci dan diberkahi”

Ketika para ulama’ mempertanyakan tentang air yang paling mulia, maka mereka menyatakan bahwa air yang paling mulia adalah air zam zam, dimana makruh
hukumnya menggunakan air zam zam untuk membersihkan najis atau beristinja’, sehingga air zam zam hanya digunakan untuk berwudhu’ dan minum
karena kemuliaan air tersebut. Tetapi air yang paling mulia adalah air yang keluar dari jari-jari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, meskipun
air itu saat ini sudah tidak ada, bahkan air itu lebih mulia daripada air yang berada di surga, sebab air yang ada di surga bukan keluar dari jasad makhluk
yang paling dicintai Allah subhanahu wata’ala, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Demikian makna riwayat yang terdapat dalam
Shahih Al Bukhari, yang di dalamnya terdapat banyak makna yang diantaranya adalah shalat jama’ dan shalat qashar, serta kesunnahan tabarruk, dimana
sebagian orang menganggap hal ini sebagai sesuatu kesyirikan dan bid’ah yang terlarang, sebab kedangkalan pengetahuan mereka akan hadits-hadits
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan di dalam kitab-kitab Shahih seperti Shahih Al Bukhari, Shahih Muslim dan lainnya. Jika
mereka mau membuka dan memahami semua yang ada dalam kitab-kitab tersebut tersebut maka akan mereka temui bahwa tabarruk atau mengambil keberkahan
merupakan sunnah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan bahwa sayyidah Asma bint Abu Bakr As Shiddiq menyimpan jubah sayyidina
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan beliau mengobati orang-orang yang sakit dengan cara mencelupakan bagian dari jubah tersebut kemudian
memerasnya, lalu air itu diberikan kepada yang sakit dan air itu pun membawa kesembuhan dengan izin Allah subhanahu wata’ala berkat jubah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, demikian yang teriwayatkan di dalam Shahih Muslim.

Syarh (penjelasan) kitab Ar Risaalah Al Jaami’ah.

Melanjutkan pembahasan minggu lalu tentang makna “Basmalah”, yaitu Bismillahirrahmaanirrahim, dimana kalimat tersebut terangkai atau tersusun
dari 19 huruf, dan telah kita bahas akan makna-makna dari 19 huruf tersebut. Dan terdapat juga makna lain bahwa jumlah pintu neraka terdapat 19 pintu, dan
setiap pintu itu dijaga oleh malaikat Zabaniah sebanyak 19 malaikat sebagaimana yang disebutkan di dalam firman Allah subhanahu wata’ala QS. Al
Muddatssir. Disebutkan dalam tafsir Al Imam Qurthubi bahwa sayyidina Ali bin Abi Thalib kw berkata terhdap seseorang yang sedang menulis basmalah : “perindahlah tulisannya (lafazh basmalah) maka Allah subhanahu wata’ala akan mengampuni dosamu”. Adapun maksud
memperindah disini adalah memperindah dengan niat, dan menikmati betapa indahnya Allah subhanahu wata’ala, serta mengagungkan Allah subhanahu
wata’ala. Teriwayatkan juga bahwa sayyidina Ali Zainal Abidin As Sajjad ibn Husain ibn Ali ibn Abi Thalib, cucu Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam berkata :


“ Jika kalian ingin selamat dari 19 malaikat zabaniah yang menjaga pintu neraka yang senantiasa memanggil nama-nama para pendosa, maka
perbanyaklah membaca Bismillahirrahmaanirrahim”


karena kekuatan malaikat Zabaniah sebagaimana disebutkan dalam salah satu riwayat bahwa ia memiliki 70.000 tangan, sehingga tangnnya itu dapat mengambil
70.000 pendosa untuk dilemparkan ke neraka. Dan disebutkan dalam sebuah riwayat yang shahih bahwa Allah subhanahu wata’ala menjadikan bentuk tubuh
mereka menjadi sangat besar, sehingga gigi geraham mereka seperti gunung uhud dan dimasukkan ke dalam neraka, tempat orang-orang yang dimurkai Allah
subhanahu wata’ala. Adapun kekuatan malaikat Zabaniah setiap kali akan melemparkan para pendosa malaikat itu berasal dari ucapan
bismillahirrahmanirrahim sehingga bergeraklah 70.000 tangannya untuk mengambil 70.000 pendosa dan dimasukkan ke dalam neraka, begitu juga kekuatan api
neraka berasal dari lafazh bismillahirrahmanirrahim, sehingga Al Imam Ali Zainal Abidin berkata jika seseorang ingin selamat dari malaikat zabaniyah dan
selamat panggilan api neraka maka perbanyaklah mengucapkan bismillahirrahmanirrahim. Hamba-hamba shalih yang beriman yang ketika akan melintas di jembatan
(Shiraat), maka api neraka jahannam berteriak : “ Melintaslah secepatnya wahai hamba Allah, cahaya kalian membakarku”

Cahaya yang ada pada hamba-hamba tersebut adalah cahaya dari sunnah dan tuntunan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, cahaya sujud, cahaya
ruku’, yang merupakan cahaya ibadah yang termulia dari segenap ibadah, yaitu cahaya shalat yang mana diawali dengan Bismillahirrahmanirrahim. Maka
cahaya hamba-hamba Allah yang mulia tersebut justru mampu membakar api neraka, demikian rahasia kemuliaan para shalihin, semoga kita termasuk ke dalam
golongan mereka yang melintasi jembatan shirat tanpa melihat atau mendengar deruan api neraka, sebab begitu cepatnya melintas di jembatan shirat.

Allah subhanahu wata’ala berfirman :


إِنَّ الَّذِينَ
سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا
الْحُسْنَى أُولَئِكَ
عَنْهَا مُبْعَدُونَ


،

لَا يَسْمَعُونَ
حَسِيسَهَا وَهُمْ فِي
مَا اشْتَهَتْ
أَنْفُسُهُمْ
خَالِدُونَ

( الأنبياء : 101-102 )

“Sesungguhnya


orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka, mereka tidak mendengar sedikit pun suara
api neraka, dan mereka kekal dalam menikmati apa yang diingini oleh mereka.


”. ( QS. Al Anbiyaa : 101-102 )

Mereka adalah orang-orang yang senantiasa meminta kepada Allah subhanahu wata’ala husnul khatimah, yaitu wafat dalam keadaan yang baik dan dalam
ikatan kuat Laa ilaaha illallah Muhammadun Rasulullah. Dimana mereka akan dijauhkan dari api neraka bahkan mereka tidak akan mendengar desis api neraka
apalagi gemuruhnya, padahal gemuruh api neraka terdengar dari 100 tahun perjalanan, mereka adalah orang-orang yang mencintai Allah subhanahu wata’ala
dan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda :


اَلْمَرْءُ مَعَ مَنْ
أَحَبَّ يَوْمَ
اْلقِيَامَةِ

“ Seseorang bersama orang yang dicintainya di hari kiamat”

Maka seharusnyalah seorang muslim menjadikan idolanya adalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dijelaskan di dalam tafsir At Thabari
bahwa Allah subhanahu wata’ala sebelum mengajarkan hukum-hukum syariat, yang berupa perintah atau larangan dan lainnya maka hal tersebut terlebih
dahulu diawali dengan kalimat basmalah ; bismillahirrahmanirrahim. Oleh sebab itu sebagaimana yang terdapat dalam hadits-hadits bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam selalu mengucapkan Basmalah dalam setiap gerak-gerik beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun dalam perbuatan
dosa atau maksiat janganlah diawali dengan basmalah. Karena seseorang yang senantiasa mengucapkan basmalah dalam setiap perbuatannya (bukan maksiat) maka
berarti ia telah mengawali ibadah atau perbuatannya dengan hal yang diridhai Allah subhanahu wata’ala, yaitu nama Allah subhanahu wata’ala,
sehingga setiap perbuatan yang dilakukan terikat dengan keridhaan Allah subhanahu wata’ala. Dengan makna yang lebih dalam bahwa selayaknya setiap
orang tidak melakukan suatu perbuatan kecuali diawali dengan basmalah, yang seakan-seakan ia berkata : “aku tidak memulai sesuatu perbuatan kecuali
dengan nama Mu Ya Allah, awal dari setiap perbuatanku selalu dengan nama-Mu Ya Allah”. Disebutkan dalam salah satu riwayat yang tsiqah yang
disampaikan oleh guru mulia Al Musnid Al Arif billah Al Habib Umar bin Hafizh tentang salah satu hikayah dimana seorang wanita shalihah yang senantiasa
mengucap Basmalah dalam segala perbuatannya, sehingga seorang tetangganya merasa jengkel dengan perbuatannya dan menanyakan kepadanya mengapa ia selalu
mengulang-ulang kalimat tersebut, maka wanita itu menjawab bahwa jika akan terjadi musibah dan aku selalu mengucap Basmalah dalam setiap perbuatan tersebut
maka Allah subhanahu wata’ala akan menjauhkan musibah tersebut dariku. Maka tetangganya itu berniat buruk kepadanya, kemudian ia menghadiakan
kepadanya panci yang berisi makanan yang telah diberi racun, untuk menguji pakah ucapan wanita tersebut benar bahwa ia akan dijauhkan dari musibah sebab
bacaan basmalah. Kemudian wanita itu membawa panci ynag berisi makanan itu ke rumahnya dan membuka tutup panci tersebut dengan mengucapkan Basmalah, yang
kemudian Allah subhanahu wata’ala merubahnya menjadi makanan yang nikmat. Kemudian wanita itu keluar menemui tetangga yang memebrinya hadiah makanan
itu dan berterima kasih kepadanya karena telah memberinya makanan yang nikmat, maka tetangga itu terkejut dan heran kemudian berkata : “Bagaimana engkau menyukai makanan yang aku berikan kepadamua?”, lalu wanita itu masuk ke dalam rumahnya, mengambil
dan menunjukkan makanan itu kepada tetangganya, tetangga itu pun kaget dari keagungan kalimat Bismilllahirrahmanirrahim. Al Imam At Thabari berkata bahwa
nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam selalu mengawali dengan basmalah dalam setiap gerak-geriknya, maka selayaknyalah kita mencontoh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengawali dengan Bismillahirrahmanirrahim dalam setiap gerak gerik kita, selain perbuatan dosa atau maksiat.
Sehingga perbuatan-perbuatan mubah yang kita lakukan akan mendapatkan pahala sebab diawali dengan basmalah, yang mana perbuatan-perbuatan tersebut berarti
terikat dengan nama dan keridhaan Allah subhanahu wata’ala. Semoga Allah subhanahu wata’ala melimpahkan kepada kita cahaya keluhuran
Bismillahirrahmanirrahim.

Al Imam At Thabari juga berkata bahwa makna kalimat باسم , huruf ب bermakna بهاء
الله (kewibawaan Allah), س bermakna سناؤه (cahaya Allah) , dan م bermakna
مملكته ( Kerajaan Allah). Dimana Allah subhanahu wata’ala memulai alam ini dari tiada, yang ada hanya kewibawaan
Allah subhanahu wata’ala, kemudian Allah subhanahu wata’ala menciptakan seluruh alam semesta dengan cahaya-Nya sehingga terciptalah kerajaan
Allah subhanahu wata’ala, demikianlah kejadian alam semesta dari tiada, dan hal tersebut dipadu oleh Allah dalam kalimat باسم
yang kemudian dipadu dengan lafzh aljalalah الله . Itulah sebagian dari rahasia keagungan makna kalimat
باسم الله yang bermakna “demi/dengan nama Allah”, atau “nama Allah” sedangkan huruf
ba’ hanya sebagai huruf tambahan saja. Majelis yang akan datang insyaallah akan kita bahas tentang makna lafzh aljalaalah (
الله ).

Selanjutnya berkaitan dengan adanya pertanyaan akan hukum mengucapkan selamat hari natal bagi kaum muslimin, hal tersebut tidak diharamkan secara mutlak
akan tetapi kembali kepada niat masing-masing, jika niat seseorang yang mengucapkan selamat hari natal adalah bermaksud dengan selamat lahirnya nabi Isa
bin Maryam (bukan Yesus/ tuhan kaum non muslim) maka hal tersebut diperbolehkan, sebagaimana ucapan nabi Isa dalam firman Allah subhanahu wata’ala :


وَالسَّلَامُ عَلَيَّ
يَوْمَ وُلِدْتُ
وَيَوْمَ أَمُوتُ
وَيَوْمَ أُبْعَثُ
حَيًّا

( مريم : 33 )



Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”

Pendapat banyak orang yang mengatakan bahwa tanggal 25 Desember bukanlah hari kelahiran nabi Isa, namun hal itu adalah rekayasa dari Kaisar Romawi atau
yang lainnya, namun terlepas dari hal itu diperbolehkan mengucapkan selamat kelahiran semua para nabi dan rasul di hari mana pun dan kapan pun, terlebih
lagi hari kelahiran nabi termulia nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam 12 Rabi’ Al Awwal. Adapun jika dari ucapan selamat hari natal itu
bermaksud untuk menghormati kelahiran nabi yang dianggap sebagai putra tuhan, maka hal ini hukumnya haram. Dan hal ini telah disampaikan oleh guru mulia
kita Al Habib Umar bin Muhammad Al Hafizh ketika majelis di Senayan 2 tahun yang lalu tanggal 31 Desember 2010. Begitu juga hal-hal yang perlu kita
perjelas dan harus dihindari oleh kaum muslimin adalah terompet di tahun baru, maka jauhkanlah hal tersebut dari kita, anak-anak kita, keluarga dan kerabat
kita, karena jika seorang muslim yang meniupnya maka berarti sebagai tanda kemenangan non muslim atas umat muslimin, tanda kekalahan iman kita adalah
dengan memuliakan hal-hal yang dimuliakan oleh orang-orang yang tidak menyembah Allah subhanahu wata’ala dan hal tersembut dihinakan oleh Allah
subhanahu wata’ala. Kelak akan ditunjukkan di padang mahsyar, ketika nama-nama mereka dipanggil oleh Allah subhanahu wata’ala, dan malaikat
mengangkat mereka dengan setinggi-tingginya dan berkata inilah wajah-wajah manusia yang memuliakan sesuatu yang dihinakan oleh Allah subhanahu
wata’ala dan menghinakan hal-hal yang dimuliakan Allah subhanahu wata’ala, sehingga berjatuhan kulit wajah-wajah itu dari rasa malu kepada
Allah subhanahu wata’ala akan perbuatannya di dunia. Maka jauhkanlah anak-anak dan keluarga serta kerabat kita dari meniup terompet di malam tahun
baru. Insyaallah di malam tahun baru yang akan datang 31 Desember 2012 majelis dan dzikir akbar akan dilaksanakan di Monas yang akan dimulai jam 20.15 Wib
dan berakhir pada 22.30 Wib. Majelis dan dzikir seperti ini sudah selayaknya untuk kita lestarikan sebab kebaikan-kebaikan yang ada dan muncul darinya,
sebagaimana ucapan bapak menteri sekretaris negara bahwa dzikir akbar seperti ini merupakan sesuatu yang baik sehingga beliau mendukung penuh acara-acara
seperti ini, karena dalam perkumpulan tersebut ratusan ribu pemuda pemudi yang hadir, jika jumlah pemuda pemudi ratusan ribu itu di malam tahun baru
dilepas, maka tidak sedikit dari mereka yang akan melakukan maksiat seperti berjudi, mabuk-mabukan, berzina dan lainnya. Dimana di malam tahun baru itu
adalah malam paling banyak terjadinya perzinaan, perjudian, atau minum-minuman keras yang tidak hanya dilakukan oleh kaum non muslim akan tetapi juga
dilakukan oleh kaum muslimin yang ikut merayakannya, padahal hari itu bukanlah hari raya ummat muslimin. Dan yang sangat disayangkan di malam tahun baru
itu berapa banyak jumlah uang yang dikeluarkan untuk membeli petasan, bisa mencapai ratusan juta atau mungkin mencapai milyaran rupiah untuk hal tersebut,
padahal masih banyak saudara-saudara kita yang tidak bisa makan setiap hari, mungkin hanya bisa makan dua hari sekali, yang tinggal di rumah yang terbuat
dari koran, dan berapa banyak saudara-saudara kita yang sumber kehidupannya adalah mengais dari sampah, betapa mulianya jika harta itu digunakan untuk
membantu mereka daripada hanya untuk membeli petasan. Dan acara dzikir di malam tahun baru yang akan datang telah disetujui dan didoakan oleh guru mulia Al
Musnid Al Arif billah Al Habib Umar bin Muhammad Al Hafizh, kemudian setelah saya minta kepada beliau untuk memberikan sambutan langsung lewat streaming,
beliau menjawab akan mencoba untuk mencari waktu yang tepat, maka kemungkinan bisa dengan streaming siaran langsung atau dengan rekaman, namun kita
berharap semoga kita bisa mendapatkan sambutan langsung dari beliau via streaming amin allahumma amin, dan di malam itu kita akan berdzikir dengan lafazh
يا الله 1000x dengan tujuan untuk keselamatan kita, keselamtan bangsa dan wilayah kita, serta keselamatan seluruh
muslimin dan muslimat di segala barat dan timur. Dan semoga Allah subhanahu wata’ala menjaga Jakarta ini dari derasnya hujan yang membawa musibah
atau bencana. Tidak ada yang mampu mengatasi hal ini kecuali Allah subhanahu wata’ala. Allah subhanahu wata’ala Maha Mampu menahan air hujan
dan menahan banjir, dan jika Allah menghendaki maka Allah suhanahu wata’ala akan menurunkan hujan seterusnya, sebagaimana Allah subhanahu
wata’ala pernah menenggelamkan seluruh permukaan bumi di masa nabi Nuh As. Namun ketika banyak para pendoa, bayak perkumpulan-perkumpulan dzikir,
majelis-majelis ta’lim, maka hal seperti ini membawa kebahagiaan di dunia dan akhirat, sebaliknya perkumpulan- perkumpulan dosa dan maksiat akan
membawa musibah di dunia dan akhirat. Oleh sebab itu berkaitan dengan perayaan malam tahun baru kita mengingat apa yang telah disampaikan oleh guru mulia 2
tahun yang lalu, bahwa mereka yang berada dalam kemaksiatan agar dinasihati dengan kelembutan dan kasih sayang, adapun terhadap orang-orang yang tidak kita
kenali maka cukuplah dengan ucapan salam dan sapaan yang ramah, karena hal itu akan menusuk hatinya dan membuat ia malu. Sebagaimana banyak orang yang
dalam kemaksiatan kemudian ia bertobat sebab diperlakukan dengan baik dan ramah oleh orang lain atau sebab perbuatan baik orang lain terhadapnya. Misalnya
seseorang yang sedang berbuat judi, kemudian lewat seseorang yang berpakaian islami menyapa dan mengucapkan salam kepadanya, maka hatinya akan terpukul dan
mungkin berkata pada dirinya : “ aku sedang dalam perbuatan maksiat dan aku ingin tobat dan ingin seperti dia”, maka saat itu muncul keinginan
tobat dalam dirinya.

Selanjutnya takbir akbar malam Ahad yang akan datang bertempat di markas Majelis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Cikoko Barat, kemudian
kita akan konvoi untuk ziarah. Dan kita ucapkan terima kasih kepada aparat keamanan dari polsek Pancoran yang turut mangamankan acara ini, begitu juga para
habaib dan ulama’, para sesepuh serta semua jamaah yang menyaksikan acara langsung atau melalui streaming website www.majelisrasulullah.org , semoga
kesemuanya dalam limpahan rahmat dan kebahagiaan. Selanjutnya kita berdzikir memanggil nama Allah subhanahu wata’ala yang penuh rahmat dan keluhuran
yang senantiasa melimpahkan kepada hamba-hambaNya di setiap waktu dan zaman, Yang Maha memilki masa depan kita di dunia dan akhirat dan Maha menentukannya.


فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا

Ucapkanlah bersama-sama




يَا الله…يَا الله… ياَ
الله.. ياَرَحْمَن
يَارَحِيْم …لاَإلهَ
إلَّاالله…لاَ إلهَ
إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ
الْحَلِيْمُ…لاَ إِلهَ
إِلَّا الله رَبُّ
اْلعَرْشِ
اْلعَظِيْمِ…لاَ إِلهَ
إلَّا اللهُ رَبُّ
السَّموَاتِ وَرَبُّ
الْأَرْضِ وَرَبُّ
اْلعَرْشِ
اْلكَرِيْمِ…مُحَمَّدٌ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ



،كَلِمَةٌ حَقٌّ
عَلَيْهَا نَحْيَا
وَعَلَيْهَا نَمُوتُ
وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ
إِنْ شَاءَ اللهُ
تَعَالَى مِنَ
اْلأمِنِيْنَ

.