Sifat Seorang Hamba

Alhamdulillah salawat dan salam atas baginda Nabi besar Muhammad saw ,keluarga dan para sahabat nya. Malam ini jujur saya katakan adalah malam yang bercampur aduk segala perasaan dalam hati saya. Hari raya bakal saya dan juga hari kesedihan untuk saya, kenapa? karena belenggu yang selama ini ada di leher saya sudah di lepas, belenggu pertanggung jawaban saya di hadapan Allah ta’ala, seperti yang sudah kita dengar dari habib Jindan dan sungguh demi Allah kalau bukan karena perintah yang tidak dapat saya langgar perintah nya, seseorang yang wajib saya ikuti perintah nya, tidak mau saya memegang Majelis yang semacam ini, tanggung jawab nya besar di hadapan Allah ta’ala.

Namun beginilah sifat seorang hamba, apa yang di perintahkan oleh majikan nya dia nurut dan inilah yang selama ini saya lakukan. Hanya sekedar bidak catur di arahkan dan diperintahkan kemanapun saya nurut dan ini tiada lain adalah taufik dari Allah ta’ala. Orang yang telah menyerahkan dirinya kepada seorang guru kemudian dia masuk ke neraka maka bagaimana pertanggung jawaban guru itu di hadapan Allah swt. 1 tahun penuh saya di amanatkan untuk memimpin Majelis Rasulullah saw di jalsatu isnain ini. Kalau bukan karena perintah beliau yang mulia Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz saya tidak akan pernah mau sebab saya tau besar pertanggung jawabanya di hadapan Allah swt. Ketika saya menghadap Allah swt, 1 orang jamaah Majelis Rasulullah saw telah berserah diri ke Majelis ini, maka saya akan di tuntut oleh Allah swt. 1 tahun saya tidak bisa tidur, Habib Jindan tahu, bolak balik kerumah sakit 1 tahun saya berfikir bagaimana saya menghadap Rasulullah saw, menghadap Sayyidatuna Fatimahtuzahro ra.

Saya yakin teman teman dan kawan kawan saya mengerti maksud perkataan saya, bagaimana saya harus menghadap? Dengan memikul amanah yang besar seperti ini. 1 orang jamaah berbuat maksiat masuk neraka saya yang akan di tuntut di hadapan Allah swt, tapi demi Allah kalau bukan karena perintah tidak akan ada yang mau.

Alhamdulillah malam ini belenggu itu di lepas dari leher saya, saya menerima nya dan melepas nya atas perintah dari yang mulia guru Alhabib Umar bin Hafidz. Mudah mudahan apa yang selama ini sudah saya lakukan di terima oleh Allah ta’ala, di jadikan penyebab mendapatkan keridhoan dari Allah swt, dari Rasulullah saw, dari guru guru saya dan itulah puncak harapan saya. Apa arti dunia harta dan pengikut yang banyak apabila kita harus terputus dari Rasulullah saw, dari pewaris pewaris nya Nabi Besar Muhammad saw dan Alhamdulillah saya telah melihat senyuman beliau di hadapan saya dan senyuman itu lebih mahal dari dunia dan isi nya.

Semua kesulitan yang selama ini saya hadapi, dapat melihat senyum, kebahagiaan dan keridhoan beliau maka sirna segala kesulitan. Alhamdulillah.. dan hari ini pun juga hari kesedihan saya yang mendalam, di saat saya sudah jatuh cinta pada antum sekalian saya harus melepaskan nya. Itulah kesedihan mendalam saya dan saya rasa antum sekalian pun sudah terlanjur jatuh cinta kepada saya. Beginilah seorang hamba & murid, nurut seperti mayat yang berada di hadapan orang yang mandi-in dan selalu saya katakan kepada Alhabib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz “Bahwa saya hanya seorang hamba antum”. Semua yang saya lakukan besar kecil semua berada di bawah arahan beliau, aturan dan perintah beliau tanpa terkecuali. Alhamdulillah nikmat dari Allah ta’ala, terima kasih & syukur saya untuk orang orang yang selama ini tidak pernah berhenti mendukung saya. Banyak namun secara khusus saya ingin sebut. Seorang yang selama ini mendukung dan membela saya, hutang yang tidak mungkin bisa dapat saya balas, yaitu orang tua saya Assayid Alhabib Muchsin bin Idrus Alhamid dan kakak yang paling saya cintai Alhabib Jindan bin Novel bin Jindan yang selama ini membela, membimbing, mendukung saya. Alhamdulillah semoga Allah memberikan ganjaran yang besar dan tak terhinggah untuk mereka, aminn.

Ajaran Rasulullah saw di atas segala nya, siapapun yang mengajar yang memimpin dan mewakili guru mulia di tempat ini, mereka hanyalah penyambung lidah dari Nabi Besar Muhammad saw. Bendera Allah swt tidak akan pernah mati, ajaran ajaran nya Rasulullah saw tidak akan pernah mati, sampai kapanpun. Pesan saya untuk para jamaah Majelis Rasulullah saw berserah diri lah kita kepada bimbingan yang di lakukan oleh guru guru kita.

Almarhum Alhabib Munzir menjadi seseorang yang sangat kita kenal saat ini, semua orang mengenalnya, beliau menjadi manusia mulia sebab rasa berserah diri beliau 100% kepada majikan nya yaitu Guru Mulia Alhabib Umar bin Hafidz. Pengabdian sejati beliau kepada Rasulullah saw, penghambaan sejati beliau kepada Allah swt.

Kepada sahabat sahabat saya, siapapun kapanpun yang akan memikul amanah ini yang berat di hadapan Allah swt. Persiapkanlah jawaban jawaban kita di hadapan Allah swt nanti. Setiap gerak gerik yang antum lakukan akan ada pertanggung jawabanya di hadapan Allah swt. Jangan kan kita, Nabi Isa Alaihi Salam. Nabi yang suci saat di minta pertanggung jawaban nya di hadapan Allah swt atas umat nya yang melenceng dari ajaran Allah swt. Nabi Isa sampai menangis dan Nabi Muhammad saw pun sampai mengulang ngulang ayat tersebut dan sepanjang malam Rasulullah saw menangis mengingat Nabi Isa Alaihi Salam. Seperti yang pernah di lakukan oleh Guru Mulia Alhabib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz ketika dalam taraweh nya beliau mengulang ngulang ayat tentang Nabi Isa Alaihi Salam sampai menangis beliau. Semoga kita di jadikan orang orang yang amanah di sisi Allah swt. amin.

Adapun tugas yang di amanat kan Guru Mulia kepada saya adalah dengan memperluas dan memperbaiki kegiatan kegiatan dauroh dan pesantren pesantren kilat yang selama ini sudah berjalan. Memperluas kembali program program untuk memperbaiki kualitas umat, alhamdulillah selama ini kita sudah berjalan program program yang membuat hati Guru Mulia senang. Saya mohon maaf & terima kasih untuk kalian semua.

Maaf atas segala kekurangan & kekhilafan saya sebagai manusia. Apa yang telah saya lakukan selama 1 thun penuh ini sudah saya pertanggung jawab kan di hadapan Guru saya Alhabib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz, semoga kehidupan kita kedepan nya semakin berkah. Majelis ini semakin luas, berkah dan kuat. “Yaa Allah kumpulkanlah kami kelak di surga mu bersama orang orang yang kami cintai” aminn..

~Alhabib ahmad bin novel bin salim bin Jindan.~

 

Ceramah kemudian dilanjutkan oleh Alhabib Muhsin bin Idrus Alhamid:

Amanah dari Guru Mulia Alhabib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz bahwa beliau sudah ridho pada apa yang dilakukan Alhabib Ahmad bin Novel bin Jindan dan beliau ditugaskan untuk lebih fokus ke dauroh dauroh yang selama ini sudah berjalan dan saya meralat bahwa Alhabib Ahmad bukan keluar atau meninggalkan majelis ini, tapi beliau hanya diminta untuk lebih fokus didalam memperluas dauroh dauroh dan pesantren kilat. Guru Mulia pun Alhabib Umar bin Hafidz berpesan minimal Alhabib Ahmad datang ke Majelis ini 1 bulan sekali paling sedikit,  jadi ini bukan perpisahan.

Habib Ahmad  masih tetap di Majelis Rasulullah, hanya lebih fokus untuk mengurus dauroh dauroh dan pesantren kilat. Selama saya bersama almarhum Habib Munzir Almusawa, beliau bukan hanya mencintai, memuliakan gurunya tapi menyerahkan seluruhnya kepada guru nya Alhabib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz. Majelis ini buah dari kesucian dan kemurnian cinta seseorang. Alhamdulillah Yayasan pun sudah berdiri dan diridhoi Guru Mulia.

~ Alhabib Muhsin bin Idrus Alhamid ~