Syarat – syarat shalat Jum’at

لسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ 

وَيْتُ التَّعَلُّمَ وَالتَّعْلِيْمَ، وَالتَّذَكُّرَ وَالتَّذْكِيْرَ، وَالنَّفْعَ وَاْلإِنْتِفَاعَ، وَاْلإِفَادَةَ وَاْلإِسْتِفَادَةَ، وَالْحَثَّ عَلَى التَّمَسُّكِ بِكِتَابِ اللهِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِهِ، وَالدُّعَاءَ إِلَى الْهُدَى، وَالدَّلاَلَةَ عَلَى الْخَيْرِ، اِبْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ وَمَرْضَاتِهِ وَقُرْبِهِ وَثَوَابِهِ.

Berkata Al Imam Al Habib Ahmad Bin Zein Al Habsyi  dalam kitab risalatul jami’ah 

وَمِنْ شُرُوْطِ الْجُمُعَةِ الْخُطْبَتَانِ

Dan di antara  syarat –syarat shalat Jum’at adalah dua khutbah , dua khutbah di laksanakan sebelum shalat  dan tidak di laksanakan setelah shalat

Dulu di zaman Nabi Muhammad  Saw  pernah  shalat dulu baru khutbah seperti halnya Idul fitri dan Idul adha  kemudian di rubah, di laksanakan khutbah dulu baru shalat  2 raka’at  , dua khutbah ini  juga menjadi syarat pada shalat Jum’at  sebagaian ulama mengatakan  sebagai pengganti 2 raka’at Dhuhur  , karena  yang aslinya Dhuhur 4 raka’at  , menjadi 2 raka’at shalat Jum’at dan 2 raka’atnya diganti dengan khutbah Jum’at.  Maka dari itu  dalam menghadiri khutbah  harus minimal 40 mustautinin  ( 40 orang asli daerah setempat ) , kalau mukim tidak terhitung 40 walaupun 1000  , maka dari itu  perhatikan yang di kantor  karena biasanya di kantor mengadakan shalat Jum’at  di lihat dulu ada atau tidak mustautin yang  ada di situ  karena syarat shalat Jum’at itu tidak harus di masjid, tidak ada salah satu ulama pun mewajibkan  shalat Jum’at harus di masjid , syaratnya adalah di laksanakan di tengah kota  yang  bangunan nya permanen ,   walupun di lapangan  yang penting kampung tersebut di bangun dengan bangunan yang permanen  bukan perkemahan,  akan tetapi afdhalnya shalat Jum’at itu di laksanakan di masjid , beda  dengan shalat Idul fitri dan Idhul adha  afdhalnya di laksanakan di lapangan  bukan di masjid,  kebalikanya shalat Jum’at.

Dan kita harus perhatikan dua rukun – rukun dua khutbah, bila mana khatib tidak melaksanakan rukun –rukun ini maka  shalatnya tidak sah  maka kita wajib mengulangi Jum’at  bukan mengulangi Dhuhur  , banyak orang setelah shalat Jum’at melaksanakan  shalat Dhuhur , ada pendapat Syeh Bahasan dalam kitab Busrol Karim  membolehkan karena alasan ihtiyat namun yang mu’tamat tidak boleh  karena andaikan dia yakin  Jum’atnya sah  maka dia tidak boleh  melaksanakan shalat Dhuhur  karena tidak boleh melaksanakan dua kewajiban dalam satu waktu  dan andaikata  dia ragu shalatnya sah atau tidak, atau dia  tidak yakin shalat nya sah atau tidak  maka bukan melaksanakan shalat dhuhur akan tetapi  melaksanakan shalat Jum’at ulang, jum’atnya di ulang karena waktu Jum’at dari Dhuhur sampai Ashar  sama waktunya dengan shalat Dhuhur.

Misalnya ada yang memberi tahu para jama’ah karena khatibnya  tidak melaksanakan rukun  mengajak untuk mengulangi shalat jum’at akan tetapi orang –orang tidak ada yang perduli  dengan nya  maka mau tidak mau dia wajib melaksanakan shalat Dhuhur  karena jika dia tidak melaksanakan  Jum’at  tidak memenuhi syarat

 وَأَرْكَانُهُمَا:

Rukun rukun dua khutbah

1 . حَمْدُ الله تَعَالَى.

Ucapan ‘’ Alhamdulillah ‘’  harus,  tidak boleh misalnya ‘’ Alhamduli romani ‘’,  harus ada ‘’ alhamdu dan lilah’’  tidak boleh juga mengatakan ‘’ assyukru lilah ‘’  maka khotbahnya tidak sah  , harus ‘’ Alhamdulillah ‘’,  di perbolehkan ‘’ hamdan lilah ‘’  atau boleh juga ‘’ Walilahi hamdu ‘’  yang terpenting ada lafal jalalah Allah dan ada lafadh’’  hamd’’ yang harus di  laksanakan . Hal ini di laksanakan di khutbah yang pertama dan di khutbah yang ke dua

2. وَالصَّلاَةُ عَلَى النَّبِيِّ 

Yang ke dua adalah shalawat dan salam kepada Rasulullah Saw dan salam kepada beliau , biar kita keluar dari khilaf  ada ulama yang mengatakan harus dengan kalimat ’’  Allahuma ‘’, ada juga yang mengatakan  boleh dengan ‘’ wa shalatu ‘’ ada juga yang mengatakan boleh pakai dhomir ‘’ shalalahu ‘alihi ‘’  namun supaya kita tidak bingung  jangan sampai kita setelah menjadi khatib kita diprotes karena belum mengetahui ilmunya. Cukup kita mengucapkan

‘’ اللهم  صل وسلم

على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين ‘’

Itu rukun yang ke dua  , ini di laksanakan di khutbah yang ke dua

3. . وَالْوَصِيَّةُ بِالتَّقْوَى

Wasiat takwa   , wasiat takwa tidak harus dengan kalimat

‘’ أوصيكم بتقوى الله’’

“usikum bi takwallah ‘’ wasiat bertakwa di sini adalah anjuran agar orang  bertakwa kepada Allah Swt  contoh ; أطيعوا آباءكم.’’ ’’  Ati’u aba akum’’  taatlah kalian kepada orang tua kalian  atau bukan kalimat tersebut akan tetapi langsung menggunakan kalimat ‘اتقوا الله’’  ( itaqullah ) ‘  takwalah kalian kepada Allah itu saja juga cukup  wasiat takwa di laksanakan di khutbah yang pertama dan khutbah yang ke dua

4 .    فِي إحْدَاهُمَا   . وَقِرَاءَةُ آيَةٍ مِنَ الْقُرْآنِ  مُفْهِمَةٌ

Rukun yang ke empat adalah membaca ayat al Qur’an  yang di fahami  walupun hanya satu ayat   jangan baca yang ga di fahami contoh ‘’       يس    ‘’ ya sin ‘’  tidak boleh  karena yasin tidak ada yang faham maknanya  , harus ayat yang di fahami,  menurut Syeh Ibn Hajar harus satu ayat dan di pahami , menurut imam  Ramli tidak apa apa setengah ayat yang penting di fahami  contoh ;

اللَّـهُ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْ‌ضِ

Ini ayat di fahami  akan tetapi ayat ini belum satu ayat  menurut syeh ibn hajar tidak boleh , menurut imam ramli di perbolehkan  makanya  kebiasaan khotib – khotib adalah membaca surat ‘’ وَالْعَصْرِ‌ ﴿١ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ‌ ﴿٢ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ‌ ﴿٣

Kenapa yang dibaca surat وَالْعَصْرِ  ? ‘’ kata imam syafi’I ‘’ andaikan Allah Swt hanya menurunkan  surat dalam al qur’an hanya  surat وَالْعَصْرِ    maka cukup untuk kehidupan kita  dunia dan akhirat  akan tetapi Allah maha mulia  , maha agung memberikan ayat ayat yang banyak kepada kita  semoga kita bisa melaksanakan seluruh ayat ayat Allah Swt aminnn  

Ini rukun membaca ayat di salah satu khutbah  tidak harus di dua duanya  akan tetapi afdholnya di baca di khutbah yang pertama  karena di khutbah yang ke dua di tambahi rukun yang satu lagi

5.  Do’a untuk mu’minin   والدُّعَاءُ لِلْمُؤْمِنِيْنَ فِي الأخِيْرَةِ  do’a untuk muminin  di akhir   di khutbah yang ke dua  biar imbang 4 , 4 ,  ayat di khotbah yang pertama dan do’a muminin di khotbah yang ke dua

Akan tetapi boleh kalau di khotbah yang pertama kita lupa membaca ayat  , boleh di baca di khotbah yang ke dua dan hukumnya sah  karena membaca ayat itu tidak harus ada di dua khutbah  cukup di salah satunya sedangkan  do’a untuk mu’minin  harus di khutbah yang ke dua  sebagai rukun  dan tidak harus dengan do’a ‘’    المسلمين والمسلمات       اللهم اغفر لى’’  boleh juga اللهم انصر الاسلام و المسلمين   ‘’  boleh juga ‘’ اللهم أعز الإسلام والمسلمين،’’  apaun do’a untuk muminin itu cukup  dan yang perlu di perhatikan setiap rukun ini  harus di gunakan menggunakan dengan bahasa arab  tidak boleh dengan bahasa Indonesia , cina dll  maka kalau yang fahama di antara kita  maka kita bisa menjalankan khotbah  contoh khotbah, bangun lalu membaca ;

اَلْحَمْدُلِلّهِ

اللهم  صل وسلم

على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين ‘’

اتقوا الله

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

Lalu duduk  , khotbah pertama selesai  , kemudian berdiri lagi lalu membaca

اَلْحَمْدُلِلّهِ

’ ’ اللهم  صل وسلم

على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين

اتقوا الله

المسلمين والمسلمات       اللهم اغفر لى

أقم الصلاة

lalu selesai khotbah ke dua  ini adalah khotbah yang rukun akan tetapi jika kita ingin mengisi dari  khotbah tersebut perhatikan  isi khutbah tidak boleh nglantur , tidak boleh ke politik , tidak boleh bicara yang ngaco , andaikan pembicaraan ngaco itu ada  dan di luar wasiat takwa  lebih lama dari dua roka’at yang ringan  maka khutbahnya batal  tidak boleh  , kalau perkataanya kurang dari dua rakaat yang ringan  maka masih sah  maka ini adalah rukun rukun khutbah ,

Walhamdulilahi rabil’alamin

Jasaltu It’snain Majelis Rasulullah SAW

Senin 4 Mei 2015, Masjid Raya Almunawar Pancoran

Al Habib Abdurahman bin Hasan Al Habsyi